“Oh, shit!” umpat Joanna melihat dirinya dan Lionel dalam keadaan polos. “Kok bisa sih, aku jatuh lagi ke pelukannya lagi.”
Joanna meringis ketika dia mencoba berdiri dari tidurnya. Setelah 7 tahun dan ini baru kali pertamanya dia melakukan hubungan badan lagi. Lionel ikut bangun karena mendengar rintihan istrinya.
“Hey, mau ke mana?” tanya Lionel. Pria itu memiringkan tubuhnya ke arah Joanna. “Tidak ingin tambah ronde lagi.”
Joanna memutar matanya malas karena Lionel memberikan cengiran yang menyebalkan. Tidak salah juga pria itu mengambil haknya sebagai suami, tetapi ah, sudahlah. Percuma membahas hal ini kepada suaminya yang tidak tahu diri kadang.
Wanita itu masuk kamar dan menguncinya sekarang lalu dia pergi ke kamar mandi untuk berendam air hangat karena bagian intinya sedikit perih dan tidak terbiasa.
Sementara Lionel yang juga masuk ke kamar mandi memilih untuk berendam karena dia masih terbay
“Janice, kamu keterlaluan kepada Lionel dan keluarga kecilnya,” tegur Celine ketika dia menegur saudara sepupunya di ruang tengah. Janice yang mendengar teguran itu hanya diam tak menanggapi. Wanita berumur itu tidak senang jika saudaranya malah membela keponakannya. Anggapan Janice mengenai sikap Lionel itu adalah pengaruh dari istrinya yang sekarang. “Lagian kenapa juga kamu membawa orang asing ke rumah Lionel?” tanya Celine. “Aku hanya ingin mengenalkan pada keponakanku karena setauku dia belum menikah. Pernikahan mereka pasti ada udang di balik batu,” jawab Janice curiga. Celine hanya geleng-geleng kepala karena tidak menyangka sepupunya itu masih keras kepala. Dia malah bangga terhadap keponakannya itu karena mau bertanggung jawab dengan menikahi ibu dari anak-anaknya setelah 7 tahun. Lionel yang dulu bukanlah Lionel yang sekarang. Dia sudah berubah lebih baik di mata Celine. Terkadang wanita berusia banyak itu khawatir keponakannya akan seperti Franklin, yang kurang memperha
“Apa yang perlu dibahas? Pagi tadi kita sudah resmi sebagai suami istri, Jo,” ucap Lionel santai.Dia yakin jika Joanna berada di sebuah keputusan yang sama karena pagi itu mereka dengan sadar melakukan aktivitas yang mempersatukan nafsu dan gairah mereka. Jadi, harusnya tidak ada yang perlu dibicarakan.“Oke, kita sebagai suami istri tapi apakah kamu ingin memiliki anak lagi?” desak Joanna. Dia tidak ingin hamil dalam keadaan yang sendirian seperti saat hamil si kembar.Jadi, wanita itu ingin mendengar keputusan Lionel lagi. Namun, yang dilihatnya saat ini di wajah pria itu adalah mata yang berbinar seperti ide itu adalah ide yang baik. Sepertinya Joanna salah memperkirakan pertanyaannya.Lionel lupa jika tadi pagi tidak menggunakan pengaman atau apa pun karena yang ada di pikirannya saat itu adalah melampiaskan semua gairahnya kepada istrinya. Gairah yang sudah tertahan selama tiga bulan ini.“Anak? Maksudmu jika kamu mengandung lagi?” tanya Lionel memastikan. Joanna mengangguk.“Jo
“Iya, terima kasih Tante,” ucap Joanna memeluk Celine karena mendapat nasihat.Joanna mengantar Celine ke kamar tamu di lantai bawah lalu membuka pintu ruang kerja Lionel. Dia duduk untuk menunggu pria itu selesai agar mereka kembali ke kamar bersama. Besok sudah harus bekerja kembali ke kantor.Lionel hanya melihat sekilas ke arah Joanna lalu kembali ke komputernya. Dia sedang membuat coding baru untuk game yang mendadak muncul di kepalanya ketika dia suntuk tadi. Apalagi dia sudah memiliki kedua putra yang nantinya bisa akan dia jadikan tester untuk gamenya.“Sebentar ya, kurang dikit lagi,” ucap Lionel menatap Joanna yang terlihat kelelahan.“Bikin game lagi?” tanya Joanna duduk di depan meja kerja Lionel.Lionel mengangguk semangat. Mungkin karena kemarin dia benar-benar menghabiskan waktu dengan kedua anaknya jadi dia mendapat banyak ide untuk permainan anak-anak. Ketika dia menatap ke istrinya, akhirnya dia memilih untuk menghentikan hal yang dilakukan.“Ayo, kita ke kamar,” aja
“Wah, anda tidak sopan sekali ya,” seru Joanna. “Saya menjelaskan untuk membuat janji terlebih dahulu dengan resepsionis di lantai 1 karena jadwal minggu ini tuan Lionel sangat sibuk.”Mendengar keributan di luar, Lionel segera keluar dan menghampiri Joanna. “Ada apa ini, Joanna?”“Wanita ini ingin bertemu denganmu, tetapi tidak memiliki janji temu sedangkan hari ini jadwalmu sangat sibuk. 15 menit lagi akan ada meeting dengan divisi perencanaan,” jelas Joanna.“Lebih baik bawa wanita itu ke ruang rapat karena dia adalah putri dari pemilik mall tempat cabang kita berada,” bisik Lionel setelah mengingat-ingat. “Tapi nanti kamu dampingi aku di ruang rapat. Aku tidak mau berduaan saja.”Lionel tersenyum sopan lalu kembali ke ruangan untuk menelepon Jeff. Apakah ada jadwal yang terlupa oleh sekretarisnya itu. Lama panggilan itu tersambung kepada sekretarisnya sehingga dia pun mematikan pa
“Oke,” protes Lionel. Dia menjauh dari tubuh Joanna lalu pergi dari sana karena melihat salah satu tim sedang mencarinya.Joanna melongo karena pria itu meninggalkannya tanpa pamit sehingga dia membawa mangkoknya untuk melanjutkan makannya. Karena rapat yang dipimpin Lionel sebentar lagi akan selesai dan bisa jadi dia akan kembali ikut sibuk karena kesalahannya tadi siang.Jeff yang baru saja keluar dari lift langsung menghampirinya di pantry dan menanyakan di mana Lionel berada. Sedangkan Joanna yang baru melahap mie instannya terbatuk-batuk saking kagetnya dengan kedatangan Jeff.“Lionel masih rapat dengan divisi perencanaan jadi aku sempatkan makan dulu karena aku melewatkan makan siang,” ucap Joanna memberitahu Jeff sebelum dia pergi lagi.“Baiklah, aku akan menunggu di sini juga. Kamu mau kopi?” tawar Jeff yang akan memasak air.“Boleh, tapi aku es kopi saja,” timpal Joanna.Setelah pembuatan kopi tersebut selesai, Jeff pun menceritakan siapa putri dan klien penting yang berjasa
“Keliatan boongnya deh,” tegur Jeff yang tidak mempan dengan lirik tajam tersebut.Lionel hanya meringis dengan teguran itu. Dia hanya ingin pria tua itu mengerti bahwa memang tingkah putrinya sudah merugikan orang lain. Apalagi ini sudah termasuk urusan rumah tangganya. Dia sudah malas dengan drama orang lain yang mengganggunya.“Jadi, kuanggap sudah selesai ya. Sebenarnya pria tua itu bisa kamu beli sahamnya kembali dengan uang warisanmu,” saran Jeff.“Warisanku tidak akan turun hingga usia pernikahan setahun. Sebenarnya ada sih yang turun hanya beberapa persen saja tapi masih tidak cukup untuk membeli saham tersebut. Dia memiliki banyak teman juga yang harus diperhitungkan Jeff,” terang Lionel.Jeff pun sudah buntu, tidak bisa memikirkan jalan yang lain selain jalan terakhir yang belum dia sebutkan kepada Lionel. Namun, dia tidak ingin mencampuri rumah tangga atasannya. Semua tetap ada batasnya.Jika melihat hasil dari perusahaan gamenya sekarang semua masih stabil, tetapi tidak bi
“Tante Janice?” Lionel terkejut melihat nama itu terpampang di sana. “Ngapain lagi nih orang.”Lionel pun tak menunda lagi mengangkat panggilan itu karena dia juga penasaran mau apa lagi tantenya itu. Apalagi dia tahu karakter tantenya yang tidak mudah untuk meminta maaf kepadanya dan istrinya.“Ya, Tante, ada apa?” tanya Lionel dengan nada malas.“Tante gak ganggu kan? Tante ingin minta kamu untuk menerima anak teman Tante untuk bekerja di tempatmu. Sekretaris atau apa gitu, terserah kamu,” pinta Janice tanpa basa-basi.Lionel hanya memutar matanya karena dia sudah menduga tantenya menghubunginya karena ada maunya saja. Padahal dia sedang tidak butuh pegawai baru.“Maaf, Tan. Tapi di perusahaanku tidak butuh pegawai baru,” jawab Lionel tanpa banyak pemikiran panjang.“Tapi, menolong orang tidak ada salahnya, Lio,” ucap Janice masih memaksakan kehendaknya.Lionel pun memberikan alasan lain yang dipikirnya bisa lebih diterima oleh Janice. Namun, ternyata tidak seperti yang diinginkan o
“Oke, Daddy,” jawab keduanya kompak. Joanna datang ke ruang tengah untuk memanggil ketiga pria di hidupnya untuk sarapan. Di meja makan Lionel mengutarakan kepada istrinya untuk memanggil guru privat selama seminggu untuk mengajari semua mata pelajaran kepada si kembar. Tentu saja Joanna menyetujui ide tersebut apalagi dengan adanya guru privat pasti nilai Galaxy akan lebih baik. Apalagi sekarang setelah pulang bekerja, dia kurang waktu untuk memeriksa tugas-tugas sekolah putranya. Lionel hanya tersenyum mendengar betapa antusiasnya Joanna mendengar usulan itu. Dia akan meminta tolong kepada Jeff, tetapi pastinya dia masih sibuk dengan pekerjaan apalagi mengurusi dua perusahaan milik Lionel. “Jo, apakah kamu bisa yang mencarikan guru privat untuk mereka? Karena aku masih kurang mengenal daerah sini dan Jeff juga masih sibuk dengan pekerjaannya,” tanya Lionel karena dia tahu jika Jeff pasti akan mengeluh. “Boleh, nanti akan kucari. Apakah boleh jika teman sekolahku?” tanya Joanna.