“Wah, anda tidak sopan sekali ya,” seru Joanna. “Saya menjelaskan untuk membuat janji terlebih dahulu dengan resepsionis di lantai 1 karena jadwal minggu ini tuan Lionel sangat sibuk.”
Mendengar keributan di luar, Lionel segera keluar dan menghampiri Joanna. “Ada apa ini, Joanna?”
“Wanita ini ingin bertemu denganmu, tetapi tidak memiliki janji temu sedangkan hari ini jadwalmu sangat sibuk. 15 menit lagi akan ada meeting dengan divisi perencanaan,” jelas Joanna.
“Lebih baik bawa wanita itu ke ruang rapat karena dia adalah putri dari pemilik mall tempat cabang kita berada,” bisik Lionel setelah mengingat-ingat. “Tapi nanti kamu dampingi aku di ruang rapat. Aku tidak mau berduaan saja.”
Lionel tersenyum sopan lalu kembali ke ruangan untuk menelepon Jeff. Apakah ada jadwal yang terlupa oleh sekretarisnya itu. Lama panggilan itu tersambung kepada sekretarisnya sehingga dia pun mematikan pa
“Oke,” protes Lionel. Dia menjauh dari tubuh Joanna lalu pergi dari sana karena melihat salah satu tim sedang mencarinya.Joanna melongo karena pria itu meninggalkannya tanpa pamit sehingga dia membawa mangkoknya untuk melanjutkan makannya. Karena rapat yang dipimpin Lionel sebentar lagi akan selesai dan bisa jadi dia akan kembali ikut sibuk karena kesalahannya tadi siang.Jeff yang baru saja keluar dari lift langsung menghampirinya di pantry dan menanyakan di mana Lionel berada. Sedangkan Joanna yang baru melahap mie instannya terbatuk-batuk saking kagetnya dengan kedatangan Jeff.“Lionel masih rapat dengan divisi perencanaan jadi aku sempatkan makan dulu karena aku melewatkan makan siang,” ucap Joanna memberitahu Jeff sebelum dia pergi lagi.“Baiklah, aku akan menunggu di sini juga. Kamu mau kopi?” tawar Jeff yang akan memasak air.“Boleh, tapi aku es kopi saja,” timpal Joanna.Setelah pembuatan kopi tersebut selesai, Jeff pun menceritakan siapa putri dan klien penting yang berjasa
“Keliatan boongnya deh,” tegur Jeff yang tidak mempan dengan lirik tajam tersebut.Lionel hanya meringis dengan teguran itu. Dia hanya ingin pria tua itu mengerti bahwa memang tingkah putrinya sudah merugikan orang lain. Apalagi ini sudah termasuk urusan rumah tangganya. Dia sudah malas dengan drama orang lain yang mengganggunya.“Jadi, kuanggap sudah selesai ya. Sebenarnya pria tua itu bisa kamu beli sahamnya kembali dengan uang warisanmu,” saran Jeff.“Warisanku tidak akan turun hingga usia pernikahan setahun. Sebenarnya ada sih yang turun hanya beberapa persen saja tapi masih tidak cukup untuk membeli saham tersebut. Dia memiliki banyak teman juga yang harus diperhitungkan Jeff,” terang Lionel.Jeff pun sudah buntu, tidak bisa memikirkan jalan yang lain selain jalan terakhir yang belum dia sebutkan kepada Lionel. Namun, dia tidak ingin mencampuri rumah tangga atasannya. Semua tetap ada batasnya.Jika melihat hasil dari perusahaan gamenya sekarang semua masih stabil, tetapi tidak bi
“Tante Janice?” Lionel terkejut melihat nama itu terpampang di sana. “Ngapain lagi nih orang.”Lionel pun tak menunda lagi mengangkat panggilan itu karena dia juga penasaran mau apa lagi tantenya itu. Apalagi dia tahu karakter tantenya yang tidak mudah untuk meminta maaf kepadanya dan istrinya.“Ya, Tante, ada apa?” tanya Lionel dengan nada malas.“Tante gak ganggu kan? Tante ingin minta kamu untuk menerima anak teman Tante untuk bekerja di tempatmu. Sekretaris atau apa gitu, terserah kamu,” pinta Janice tanpa basa-basi.Lionel hanya memutar matanya karena dia sudah menduga tantenya menghubunginya karena ada maunya saja. Padahal dia sedang tidak butuh pegawai baru.“Maaf, Tan. Tapi di perusahaanku tidak butuh pegawai baru,” jawab Lionel tanpa banyak pemikiran panjang.“Tapi, menolong orang tidak ada salahnya, Lio,” ucap Janice masih memaksakan kehendaknya.Lionel pun memberikan alasan lain yang dipikirnya bisa lebih diterima oleh Janice. Namun, ternyata tidak seperti yang diinginkan o
“Oke, Daddy,” jawab keduanya kompak. Joanna datang ke ruang tengah untuk memanggil ketiga pria di hidupnya untuk sarapan. Di meja makan Lionel mengutarakan kepada istrinya untuk memanggil guru privat selama seminggu untuk mengajari semua mata pelajaran kepada si kembar. Tentu saja Joanna menyetujui ide tersebut apalagi dengan adanya guru privat pasti nilai Galaxy akan lebih baik. Apalagi sekarang setelah pulang bekerja, dia kurang waktu untuk memeriksa tugas-tugas sekolah putranya. Lionel hanya tersenyum mendengar betapa antusiasnya Joanna mendengar usulan itu. Dia akan meminta tolong kepada Jeff, tetapi pastinya dia masih sibuk dengan pekerjaan apalagi mengurusi dua perusahaan milik Lionel. “Jo, apakah kamu bisa yang mencarikan guru privat untuk mereka? Karena aku masih kurang mengenal daerah sini dan Jeff juga masih sibuk dengan pekerjaannya,” tanya Lionel karena dia tahu jika Jeff pasti akan mengeluh. “Boleh, nanti akan kucari. Apakah boleh jika teman sekolahku?” tanya Joanna.
“Aku memiliki sumber yang terpercaya. Jika tidak percaya, kukirimkan link ke ponselmu, saksikan sendiri.” Jeff menyeringai lagi sehingga membuat bulu kuduk Sera meremang.Tubuh wanita itu gemetaran mendengar ancaman yang diberikan Jeff. Apalagi tak lama gawainya berdering karena masuk notifikasi pesan. Dia klik link tersebut dan ternyata benar yang dikatakan pria itu. Kakinya goyah hingga dia tak mampu lagi menopang tubuhnya.“Jadi, kubur keinginanmu untuk mendekati bosku, Lionel. Jika masih saja ngotot, kamu tahu apa akibatnya bagi karirmu dan perusahaan ayahmu!” ancam Jeff dengan sedikit berbisik.Sekretaris Lionel itu berbalik dan pergi meninggalkan Sera di sana sendirian. Tidak peduli dengan kondisi wanita yang sedang ketakutan itu. Salah siapa berani mengganggu kehidupan pribadi pemilik BioOne Tech. Saat pintu lift belum tertutup penuh, Jeff melihat Sera yang masih pucat dan belum meninggalkan lobi perusahaannya.Setelah keluar dan menuju ruangannya, Jeff menelepon resepsionis un
“Boleh, lawan aku sekarang,” jawaba Lionel menerima tantangan.Akhirnya kedua pria itu sibuk bersenang-senang dengan game yang dibuat oleh Lionel. Game tentang petualangan dari dua user yang bisa digunakan bersamaan. Mereka pun tenggelam dalam persaingan untuk siapa yang lebih banyak mengalahkan musuh. Tidak mempedulikan pekerjaan yang saat ini menunggu mereka untuk selesaikan.Sementara di luar sudah waktunya makan siang sehingga Joanna turun untuk mencari Elise. Dia butuh pendapat mengenai cara menghadapi wanita-wanita yang akan mendekati Lionel di masa depan. Wanita muda itu bertemu dengan temannya saat di lift sehingga mereka pun langsung keluar dari kantor.“Jadi, bagaimana dengan Nyonya Tanner ini?” goda Elise memanggil Joanna yang membuatnya tua.“Ah, entahlah, aku masih kepikiran dengan si Sera-Sera itu,” balas Joanna kesal. “Akh, aku minta tolong, ada gak selain Jimmy yang seorang guru?”
“Aku ingin mengambil libur, cukup 3 hari saja. Pikiranku sedang lelah, aku butuh refreshing,” ungkap Jeff secara langsung.“Tumben sekali,” respon Lionel. “Baiklah, kamu boleh cuti 3 hari, tetapi sebelum itu pastikan tugasmu mengenai masalah perusahaan ini jelaskan pada Joanna apa yang harus dilakukan. Agar aku tidak sering-sering mengganggumu.”“Sialan!” umpat Jeff. Pria itu meninggalkan ruangan Lionel, tetapi dia berbalik. “Ah, aku ambil besok hingga akhir pekan ya. Jadi aku bisa libur lebih lama.”Lionel hanya melotot ketika dia melihat kalender yang menyatakan jika 3 hari itu sebelum waktu akhir pekan ini. Dia hanya bisa menghembuskan napas kasar, tetapi asistennya itu berhak mengambil hari libur. Sejak di sini pria itu tidak berhenti bekerja selama 3 bulan, menangani dua perusahaannya bergantian.Suami Joanna itu jadi merasa bersalah sehingga dia akan turun tangan untuk seminggu ke depan. Ternyata keputusannya untuk mencari guru privat sudah benar apalagi jika sekarang Jeff juga
Karena kondisi tubuh dan pakaian Lionel yang masih layak, pria itu memaksa Joanna tidak perlu keluar. Dia yang akan keluar untuk mengantarkan guru si kembar pulang.“Jangan marah lagi, please,” pinta Joanna yang disambut dengan kecupan hangat di kening wanita itu.Lionel mengerlingkan sebelah matanya lalu meninggalkan istrinya di ruang kerja yang masih berbau hawa pertukaran peluh dan saliva. Dia tidak ingin si kembar melihat hal tersebut jadi saat pria itu keluar dia buru-buru menutup pintu dan menguncinya.Lionel mengiringi langkah kedua putranya untuk mengantarkan Jimmy pulang karena memang waktu belajar telah habis.“Terima kasih, ya, Jim, sudah bersedia mengajari si kembar,” ucap Lionel tulus, tidak seperti saat awal. “Bagaimana kalian belajarnya?” tanya Lionel pada si kembar.“Mudah dimengerti, Daddy,” sahut Galaxy.“Asyik, Daddy,” timpal Galen.Lionel mengucapkan terim
“Duh, malu-maluin gak ya,” gerutu Avery yang telah mengirim pesan kepada Galaxy.Setelah kejujuran pemuda itu, dia bermaksud untuk memaafkan karena saat Galaxy menggodanya tidak terlalu merugikan. Toh, pesan yang diberikan sangat berbeda dengan kepribadian pemuda yang dia kenal itu.Avery hanya ingin memberikan jawaban sebelum Galaxy mengakhiri masa magangnya. Ya, sebelum pemuda itu meninggalkan perusahaan dan rasa sesal di hatinya berkurang.Mendadak gawainya bergetar karena mendapat balasan dari Galaxy. Pemuda tampan itu hanya membalas singkat dan mengucapkan selamat malam. Dia memutuskan untuk tidak membalas karena pesan itu dia anggap sebagai ucapan penutup hari itu.“Mungkin gini ya perasaan orang yang diberi ucapan oleh gadis pujaan,” celoteh Galaxy selesai dia mengirim pesan.****Lima bulan kemudian, si kembar telah selesai melewati ujian dan hasilnya akan keluar hari ini. Saat ini mereka sedang berada di sekolah. Bersama Jayden dan Perry menunggu hasil ujian keluar.Mereka be
“Oke, deal!” angguk Galaxy setuju.Bekerja di cafe sambil kuliah bisa membuatnya cepat belajar karena dia langsung menerapkan apa yang dia dapat. Dengan dasar yang dia miliki, pastinya pemuda itu bisa. Kedua saudara kembar itu berpelukan setelah berjabat tangan.Mereka pun keluar dan menuju mobil untuk kembali ke mansion. Dengan kerja sama yang sudah terjalin, keduanya menjadi lebih bersemangat untuk bekerja sambil kuliah.Tiba di rumah, mereka langsung masuk kamar dan membersihkan debu dan kotoran yang menempel. Keduanya keluar dari kamar secara bersamaan lalu mengangguk sebelum turun karena mereka ingin bicara dengan Lionel.“Mom, daddy belum datang?” tanya Galen.“Daddy masih lembur, Sayang. Mungkin nanti pulang pukul 8,” balas Joanna yang jarang sekali menemukan putranya mencari sang ayah.“Oke, nanti kalo misalnya habis makan malam aku di atas. Tolong panggil aku dan Galaxy ya, Mom.” Galen
Yang ditanya hanya mengangkat bahunya. Galaxy tidak melanjutkan pembahasan yang sepertinya masih sensitif itu. Akibat mendapatkan pertanyaan dadakan seperti itu membuat Galen meninggalkan kamar adiknya.Dia masuk ke kamarnya dan menghela napas panjang lalu merebahkan dirinya di ranjang. Pemuda itu menatap langit-langit kamarnya, membayangkan ingatan terakhir saat bersama Brooke. Tatapan kesedihan yang terpancar di netra sang gadis. Semakin lama, mata Galen lelah hingga terpejam.Keesokan harinya , sepulang sekolah sesuai rencana. Si kembar berangkat tanpa kedua temannya yang biasa menemani. Masing-masing dari mereka memiliki keperluan sendiri.“Len, kayaknya kita kesasar deh. Di maps kita semakin jauh lho,” ucap Galaxy yang bertugas memperhatikan peta di ponselnya.Galen menepikan mobilnya lalu dia memperhatikan titik posisi mereka pada ponsel adiknya. Dari sekolah mereka ke kampus itu memakan hampir waktu 40 menit tapi belum juga sampai. Setelah berdebat sedikit dengan Galaxy, dia pu
Galaxy mengepalkan tangannya ke udara kosong sepeninggal Avery yang menerima telepon. Padahal pemuda itu telah mengumpulkan keberanian. Dia menghela napas panjang karena keberaniannya seperti sia-sia dan tidak tepat.Pintu terbuka dan wanita yang ditunggu masuk lalu Galaxy tanpa pikir panjang berdiri dengan tiba-tiba sehingga mengejutkan Avery.“Ada apa, Gal?” tanya Avery yang terhenti sesaat karena pemuda itu berdiri mendadak.“Uhm … aku ingin minta maaf,” ucap Galaxy yang akhirnya keluar. Raut kebingungan tergambang di wajah sang programmer membuat Galaxy gemas. “Jadi ….”Galaxy menjelaskan apa yang membuat dia minta maaf kepada gadis itu dan mengeluarkan pesan pada ponselnya sebagai bukti. Dengan penjelasan singkat dan bukti yang dia tunjukkan, Avery mencebik dan mengerutkan dahinya. Merasa kecewa dengan sikap pemuda itu.Avery beranjak dan duduk di kursinya. Wanita itu masih mencerna informasi yang mengejutkan. Untung kemarin dia tidak terlalu menanggapi pesan iseng itu. Jika dia
“Iya, ada tanggung jawab juga di sana,” balas Galaxy.Galen mengangguk dan berkata jika mereka berangkat terpisah. Pemuda itu sedang bosan memakai mobil sehingga besok dia akan naik motornya. Dia ingin pergi ke suatu tempat.Nyatanya, saat di sekolah dan ketika bel istirahat berbunyi, Galen tampak berjalan ke arah perpustakaan, dia pergi ke ruang khususnya. Pemuda itu memilih tiduran di sofa panjang untuk bermalas-malasan sebentar.Pikirannya menerawang membayangkan masa depan karena dia sedikit mengkhawatirkan apakah dia bisa mengelola perusahaan dengan baik seperti ayahnya. Mendadak bayangan Brooke hadir dalam pikirannya. Membuat Galen bangkit dari posisinya.“Ya ampun, pikiranku kenapa sih?” Galen menepuk dahinya agar bayangan gadis pujaan hilang. “Malah bayangin yang aneh-aneh.”Galen pun memilih untuk memejamkan mata dengan menyetel musik sedikit kertas. Masih ada waktu untuk beristirahat sebentar. Lima belas menit kemudian, Perry dan Jayden masuk untuk bertanya mengenai ketidakh
Dengan gerakan cepat Galen membuka laci meja belajarnya dan meletakkan amplop itu di sana. Dia belum siap membaca isi surat itu. Laci yang tertutup itu langsung dia kunci dan kuncinya dia simpan di rak tersembunyi.“Maaf ya, Brooke,” gumam Galen lirih.Pemuda itu lalu membuka kantong buku yang dia beli dan mengeluarkan buku tersebut. Namun, sebelum dia mempelajari buku itu, dia beranjak untuk mengganti seragamnya dengan kaos dan celana pendek agar lebih santai. Setelah itu dia kembali duduk di meja belajarnya dan mulai membuka buku tersebut.Sementara Galaxy masih rebahan dengan seragamnya. Kemarin pemuda itu sudah membeli nomor baru tapi dia masih ragu untuk memberikan nomor tersebut ke Ryan. Dia teringat ibunya pernah mengatakan jika apapun yang diawali dengan kebohongan, selanjutnya pasti tidak akan baik.“Sial!” umpat Galaxy bangkit dan duduk di sisi ranjangnya.Besok sepulang sekolah dia juga memulai aktivitasnya di kantor BioOne. Jadi, dia menyiapkan kebutuhan untuk dia gunakan
Dua minggu kemudian.“Galen, kamu kenapa lemes banget?” tanya Lionel menatap putra sulungnya saat turun dan duduk di meja makan.Galen hanya menggeleng tanpa menjawab pertanyaan sang ayah. Hari ini adalah hari pertama masuk untuk semester baru. Empat bulan lagi mereka akan melewati ujian kelulusan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.Lionel tidak ingin kedua putranya hilang fokus dan tidak bisa mencapai nilai yang mereka harapkan. Tujuan kampus yang mereka tuju tidak main-main perkara nilai sehingga membuat sang ayah khawatir.Galaxy menyusul dari atas dengan sedikit berlari pagi itu. Dia dengan kebiasaan yang sama, bangun sedikit terlambat dibanding saudaranya.“Galen lagi galau, Dad. Ingin fokus belajar tapi pikirannya menerawang entah ke mana,” balas Galaxy asal membuat kening ayahnya berkerut.“Apa sih, Gal. Ngawur!” sanggah Galen menyangkal.Galaxy hanya memamerkan deretan giginya karena respon kakaknya. “Kamu itu ditanya Daddy malah dicuekin lho. Potong uang bul
“Om, kenapa tidak bisa mengerti keinginan anak sendiri!” teriak Galen membela Brooke. Dia tahu gadis itu tidak ingin pergi dari Springham.“Kenapa? Dia anak saya, putri saya satu-satunya. Siapa kamu!” bentak ayah Brooke murka. “Brooke, apa benar kamu tidak ingin kembali bersama daddy?”Brooke menunduk, air matanya telah jatuh tak tertahankan karena dia tidak ingin mendengarkan pertengkaran. Dia meninggalkan sisi pemuda yang dia sukai karena percuma, dia tidak bisa meninggalkan sang ayah. Setidaknya untuk saat ini.Lebih baik berpisah sekarang dan dia akan menyusun masa depannya seperti yang ayahnya mau. Ya, gadis muda itu yakin jika bukan saatnya menjadi anak yang durhaka.Brooke kembali ke ruang tamu dengan membawa dua buah koper yang berisi dengan pakaiannya selama ini. Tangannya digandeng oleh ayahnya tapi ditepis karena dia ingin meminta maaf kepada si kembar atas kebaikan mereka selama ini.“Kamu yakin
“Galen kenapa sih, main jatuhin ponsel orang,” gerutu Galaxy kesal menatap ponselnya yang di lantai.Galaxy mengambil ponselnya yang terjatuh dan penasaran apa yang membuat saudaranya panik. Lekas dia nyalakan ponsel tersebut. Matanya membelalak menatap pesan panjang dari Brooke yang berpamitan.Pemuda yang baru saja selesai dari kamar mandi langsung mengganti kaosnya dan menyusul saudaranya yang masih ada di parkiran mobil.“Kamu mau apa, Len?” tanya Galaxy menghalangi sebelum saudaranya berbuat macam-macam.“Aku harus menemui Brooke sebelum dia pergi, Gal. Aku merasa hanya ini kesempatanku menemuinya. Bisa jadi kita gak akan ketemu dia lagi setelah ini,” ucap Galen lemah.“Oke, aku yang menyetir karena aku gak ingin kamu kenapa-kenapa. Sekarang lebih baik kamu cuci muka dan ganti baju dulu,” saran Galaxy yang melihat saudaranya masih berantakan.Galen pun harus didorong adiknya untuk mencapai