“Oh, Nyonya Celine, tuan Lionel berada di belakang, sedang barbeque dengan istri dan kedua anaknya,” papar Ben kepada adik dari Franklin, Celine Tanner.
“Hah. Istri Lionel dan anaknya?” tanya Celine terkejut. “Jangan asal ya kalo ngomong!”
Ben pun diam dan mengantarkan wanita berusia 55 tahun itu ke taman samping untuk menemui semua keluarga di sana. Namun, dia merasa bersalah karena keceplosan mengungkap pernikahan dengan Joanna. Sekarang tuannya harus bersiap menghadapi omelan tantenya.
Celine melihat dari pintu yang memisahkan posisinya bagaimana tawa lepas keluar dari mulut Lionel, keponakannya. Terlihat juga dua orang wanita dewasa di sana dan dua bocah laki-laki yang mirip dengan keponakannya. Wanita tua itu menutup mulut dengan tangannya saking terkejutnya.
“Lionel,” panggil Celine ketika dia mendekat.
Suara tawa itu terhenti dan semua menoleh ke arah Celine dan Ben. Joanna yang tidak pernah me
“Oh, shit!” umpat Joanna melihat dirinya dan Lionel dalam keadaan polos. “Kok bisa sih, aku jatuh lagi ke pelukannya lagi.”Joanna meringis ketika dia mencoba berdiri dari tidurnya. Setelah 7 tahun dan ini baru kali pertamanya dia melakukan hubungan badan lagi. Lionel ikut bangun karena mendengar rintihan istrinya.“Hey, mau ke mana?” tanya Lionel. Pria itu memiringkan tubuhnya ke arah Joanna. “Tidak ingin tambah ronde lagi.”Joanna memutar matanya malas karena Lionel memberikan cengiran yang menyebalkan. Tidak salah juga pria itu mengambil haknya sebagai suami, tetapi ah, sudahlah. Percuma membahas hal ini kepada suaminya yang tidak tahu diri kadang.Wanita itu masuk kamar dan menguncinya sekarang lalu dia pergi ke kamar mandi untuk berendam air hangat karena bagian intinya sedikit perih dan tidak terbiasa.Sementara Lionel yang juga masuk ke kamar mandi memilih untuk berendam karena dia masih terbay
“Janice, kamu keterlaluan kepada Lionel dan keluarga kecilnya,” tegur Celine ketika dia menegur saudara sepupunya di ruang tengah. Janice yang mendengar teguran itu hanya diam tak menanggapi. Wanita berumur itu tidak senang jika saudaranya malah membela keponakannya. Anggapan Janice mengenai sikap Lionel itu adalah pengaruh dari istrinya yang sekarang. “Lagian kenapa juga kamu membawa orang asing ke rumah Lionel?” tanya Celine. “Aku hanya ingin mengenalkan pada keponakanku karena setauku dia belum menikah. Pernikahan mereka pasti ada udang di balik batu,” jawab Janice curiga. Celine hanya geleng-geleng kepala karena tidak menyangka sepupunya itu masih keras kepala. Dia malah bangga terhadap keponakannya itu karena mau bertanggung jawab dengan menikahi ibu dari anak-anaknya setelah 7 tahun. Lionel yang dulu bukanlah Lionel yang sekarang. Dia sudah berubah lebih baik di mata Celine. Terkadang wanita berusia banyak itu khawatir keponakannya akan seperti Franklin, yang kurang memperha
“Apa yang perlu dibahas? Pagi tadi kita sudah resmi sebagai suami istri, Jo,” ucap Lionel santai.Dia yakin jika Joanna berada di sebuah keputusan yang sama karena pagi itu mereka dengan sadar melakukan aktivitas yang mempersatukan nafsu dan gairah mereka. Jadi, harusnya tidak ada yang perlu dibicarakan.“Oke, kita sebagai suami istri tapi apakah kamu ingin memiliki anak lagi?” desak Joanna. Dia tidak ingin hamil dalam keadaan yang sendirian seperti saat hamil si kembar.Jadi, wanita itu ingin mendengar keputusan Lionel lagi. Namun, yang dilihatnya saat ini di wajah pria itu adalah mata yang berbinar seperti ide itu adalah ide yang baik. Sepertinya Joanna salah memperkirakan pertanyaannya.Lionel lupa jika tadi pagi tidak menggunakan pengaman atau apa pun karena yang ada di pikirannya saat itu adalah melampiaskan semua gairahnya kepada istrinya. Gairah yang sudah tertahan selama tiga bulan ini.“Anak? Maksudmu jika kamu mengandung lagi?” tanya Lionel memastikan. Joanna mengangguk.“Jo
“Iya, terima kasih Tante,” ucap Joanna memeluk Celine karena mendapat nasihat.Joanna mengantar Celine ke kamar tamu di lantai bawah lalu membuka pintu ruang kerja Lionel. Dia duduk untuk menunggu pria itu selesai agar mereka kembali ke kamar bersama. Besok sudah harus bekerja kembali ke kantor.Lionel hanya melihat sekilas ke arah Joanna lalu kembali ke komputernya. Dia sedang membuat coding baru untuk game yang mendadak muncul di kepalanya ketika dia suntuk tadi. Apalagi dia sudah memiliki kedua putra yang nantinya bisa akan dia jadikan tester untuk gamenya.“Sebentar ya, kurang dikit lagi,” ucap Lionel menatap Joanna yang terlihat kelelahan.“Bikin game lagi?” tanya Joanna duduk di depan meja kerja Lionel.Lionel mengangguk semangat. Mungkin karena kemarin dia benar-benar menghabiskan waktu dengan kedua anaknya jadi dia mendapat banyak ide untuk permainan anak-anak. Ketika dia menatap ke istrinya, akhirnya dia memilih untuk menghentikan hal yang dilakukan.“Ayo, kita ke kamar,” aja
“Wah, anda tidak sopan sekali ya,” seru Joanna. “Saya menjelaskan untuk membuat janji terlebih dahulu dengan resepsionis di lantai 1 karena jadwal minggu ini tuan Lionel sangat sibuk.”Mendengar keributan di luar, Lionel segera keluar dan menghampiri Joanna. “Ada apa ini, Joanna?”“Wanita ini ingin bertemu denganmu, tetapi tidak memiliki janji temu sedangkan hari ini jadwalmu sangat sibuk. 15 menit lagi akan ada meeting dengan divisi perencanaan,” jelas Joanna.“Lebih baik bawa wanita itu ke ruang rapat karena dia adalah putri dari pemilik mall tempat cabang kita berada,” bisik Lionel setelah mengingat-ingat. “Tapi nanti kamu dampingi aku di ruang rapat. Aku tidak mau berduaan saja.”Lionel tersenyum sopan lalu kembali ke ruangan untuk menelepon Jeff. Apakah ada jadwal yang terlupa oleh sekretarisnya itu. Lama panggilan itu tersambung kepada sekretarisnya sehingga dia pun mematikan pa
“Oke,” protes Lionel. Dia menjauh dari tubuh Joanna lalu pergi dari sana karena melihat salah satu tim sedang mencarinya.Joanna melongo karena pria itu meninggalkannya tanpa pamit sehingga dia membawa mangkoknya untuk melanjutkan makannya. Karena rapat yang dipimpin Lionel sebentar lagi akan selesai dan bisa jadi dia akan kembali ikut sibuk karena kesalahannya tadi siang.Jeff yang baru saja keluar dari lift langsung menghampirinya di pantry dan menanyakan di mana Lionel berada. Sedangkan Joanna yang baru melahap mie instannya terbatuk-batuk saking kagetnya dengan kedatangan Jeff.“Lionel masih rapat dengan divisi perencanaan jadi aku sempatkan makan dulu karena aku melewatkan makan siang,” ucap Joanna memberitahu Jeff sebelum dia pergi lagi.“Baiklah, aku akan menunggu di sini juga. Kamu mau kopi?” tawar Jeff yang akan memasak air.“Boleh, tapi aku es kopi saja,” timpal Joanna.Setelah pembuatan kopi tersebut selesai, Jeff pun menceritakan siapa putri dan klien penting yang berjasa
“Keliatan boongnya deh,” tegur Jeff yang tidak mempan dengan lirik tajam tersebut.Lionel hanya meringis dengan teguran itu. Dia hanya ingin pria tua itu mengerti bahwa memang tingkah putrinya sudah merugikan orang lain. Apalagi ini sudah termasuk urusan rumah tangganya. Dia sudah malas dengan drama orang lain yang mengganggunya.“Jadi, kuanggap sudah selesai ya. Sebenarnya pria tua itu bisa kamu beli sahamnya kembali dengan uang warisanmu,” saran Jeff.“Warisanku tidak akan turun hingga usia pernikahan setahun. Sebenarnya ada sih yang turun hanya beberapa persen saja tapi masih tidak cukup untuk membeli saham tersebut. Dia memiliki banyak teman juga yang harus diperhitungkan Jeff,” terang Lionel.Jeff pun sudah buntu, tidak bisa memikirkan jalan yang lain selain jalan terakhir yang belum dia sebutkan kepada Lionel. Namun, dia tidak ingin mencampuri rumah tangga atasannya. Semua tetap ada batasnya.Jika melihat hasil dari perusahaan gamenya sekarang semua masih stabil, tetapi tidak bi
“Tante Janice?” Lionel terkejut melihat nama itu terpampang di sana. “Ngapain lagi nih orang.”Lionel pun tak menunda lagi mengangkat panggilan itu karena dia juga penasaran mau apa lagi tantenya itu. Apalagi dia tahu karakter tantenya yang tidak mudah untuk meminta maaf kepadanya dan istrinya.“Ya, Tante, ada apa?” tanya Lionel dengan nada malas.“Tante gak ganggu kan? Tante ingin minta kamu untuk menerima anak teman Tante untuk bekerja di tempatmu. Sekretaris atau apa gitu, terserah kamu,” pinta Janice tanpa basa-basi.Lionel hanya memutar matanya karena dia sudah menduga tantenya menghubunginya karena ada maunya saja. Padahal dia sedang tidak butuh pegawai baru.“Maaf, Tan. Tapi di perusahaanku tidak butuh pegawai baru,” jawab Lionel tanpa banyak pemikiran panjang.“Tapi, menolong orang tidak ada salahnya, Lio,” ucap Janice masih memaksakan kehendaknya.Lionel pun memberikan alasan lain yang dipikirnya bisa lebih diterima oleh Janice. Namun, ternyata tidak seperti yang diinginkan o
“Duh, malu-maluin gak ya,” gerutu Avery yang telah mengirim pesan kepada Galaxy.Setelah kejujuran pemuda itu, dia bermaksud untuk memaafkan karena saat Galaxy menggodanya tidak terlalu merugikan. Toh, pesan yang diberikan sangat berbeda dengan kepribadian pemuda yang dia kenal itu.Avery hanya ingin memberikan jawaban sebelum Galaxy mengakhiri masa magangnya. Ya, sebelum pemuda itu meninggalkan perusahaan dan rasa sesal di hatinya berkurang.Mendadak gawainya bergetar karena mendapat balasan dari Galaxy. Pemuda tampan itu hanya membalas singkat dan mengucapkan selamat malam. Dia memutuskan untuk tidak membalas karena pesan itu dia anggap sebagai ucapan penutup hari itu.“Mungkin gini ya perasaan orang yang diberi ucapan oleh gadis pujaan,” celoteh Galaxy selesai dia mengirim pesan.****Lima bulan kemudian, si kembar telah selesai melewati ujian dan hasilnya akan keluar hari ini. Saat ini mereka sedang berada di sekolah. Bersama Jayden dan Perry menunggu hasil ujian keluar.Mereka be
“Oke, deal!” angguk Galaxy setuju.Bekerja di cafe sambil kuliah bisa membuatnya cepat belajar karena dia langsung menerapkan apa yang dia dapat. Dengan dasar yang dia miliki, pastinya pemuda itu bisa. Kedua saudara kembar itu berpelukan setelah berjabat tangan.Mereka pun keluar dan menuju mobil untuk kembali ke mansion. Dengan kerja sama yang sudah terjalin, keduanya menjadi lebih bersemangat untuk bekerja sambil kuliah.Tiba di rumah, mereka langsung masuk kamar dan membersihkan debu dan kotoran yang menempel. Keduanya keluar dari kamar secara bersamaan lalu mengangguk sebelum turun karena mereka ingin bicara dengan Lionel.“Mom, daddy belum datang?” tanya Galen.“Daddy masih lembur, Sayang. Mungkin nanti pulang pukul 8,” balas Joanna yang jarang sekali menemukan putranya mencari sang ayah.“Oke, nanti kalo misalnya habis makan malam aku di atas. Tolong panggil aku dan Galaxy ya, Mom.” Galen
Yang ditanya hanya mengangkat bahunya. Galaxy tidak melanjutkan pembahasan yang sepertinya masih sensitif itu. Akibat mendapatkan pertanyaan dadakan seperti itu membuat Galen meninggalkan kamar adiknya.Dia masuk ke kamarnya dan menghela napas panjang lalu merebahkan dirinya di ranjang. Pemuda itu menatap langit-langit kamarnya, membayangkan ingatan terakhir saat bersama Brooke. Tatapan kesedihan yang terpancar di netra sang gadis. Semakin lama, mata Galen lelah hingga terpejam.Keesokan harinya , sepulang sekolah sesuai rencana. Si kembar berangkat tanpa kedua temannya yang biasa menemani. Masing-masing dari mereka memiliki keperluan sendiri.“Len, kayaknya kita kesasar deh. Di maps kita semakin jauh lho,” ucap Galaxy yang bertugas memperhatikan peta di ponselnya.Galen menepikan mobilnya lalu dia memperhatikan titik posisi mereka pada ponsel adiknya. Dari sekolah mereka ke kampus itu memakan hampir waktu 40 menit tapi belum juga sampai. Setelah berdebat sedikit dengan Galaxy, dia pu
Galaxy mengepalkan tangannya ke udara kosong sepeninggal Avery yang menerima telepon. Padahal pemuda itu telah mengumpulkan keberanian. Dia menghela napas panjang karena keberaniannya seperti sia-sia dan tidak tepat.Pintu terbuka dan wanita yang ditunggu masuk lalu Galaxy tanpa pikir panjang berdiri dengan tiba-tiba sehingga mengejutkan Avery.“Ada apa, Gal?” tanya Avery yang terhenti sesaat karena pemuda itu berdiri mendadak.“Uhm … aku ingin minta maaf,” ucap Galaxy yang akhirnya keluar. Raut kebingungan tergambang di wajah sang programmer membuat Galaxy gemas. “Jadi ….”Galaxy menjelaskan apa yang membuat dia minta maaf kepada gadis itu dan mengeluarkan pesan pada ponselnya sebagai bukti. Dengan penjelasan singkat dan bukti yang dia tunjukkan, Avery mencebik dan mengerutkan dahinya. Merasa kecewa dengan sikap pemuda itu.Avery beranjak dan duduk di kursinya. Wanita itu masih mencerna informasi yang mengejutkan. Untung kemarin dia tidak terlalu menanggapi pesan iseng itu. Jika dia
“Iya, ada tanggung jawab juga di sana,” balas Galaxy.Galen mengangguk dan berkata jika mereka berangkat terpisah. Pemuda itu sedang bosan memakai mobil sehingga besok dia akan naik motornya. Dia ingin pergi ke suatu tempat.Nyatanya, saat di sekolah dan ketika bel istirahat berbunyi, Galen tampak berjalan ke arah perpustakaan, dia pergi ke ruang khususnya. Pemuda itu memilih tiduran di sofa panjang untuk bermalas-malasan sebentar.Pikirannya menerawang membayangkan masa depan karena dia sedikit mengkhawatirkan apakah dia bisa mengelola perusahaan dengan baik seperti ayahnya. Mendadak bayangan Brooke hadir dalam pikirannya. Membuat Galen bangkit dari posisinya.“Ya ampun, pikiranku kenapa sih?” Galen menepuk dahinya agar bayangan gadis pujaan hilang. “Malah bayangin yang aneh-aneh.”Galen pun memilih untuk memejamkan mata dengan menyetel musik sedikit kertas. Masih ada waktu untuk beristirahat sebentar. Lima belas menit kemudian, Perry dan Jayden masuk untuk bertanya mengenai ketidakh
Dengan gerakan cepat Galen membuka laci meja belajarnya dan meletakkan amplop itu di sana. Dia belum siap membaca isi surat itu. Laci yang tertutup itu langsung dia kunci dan kuncinya dia simpan di rak tersembunyi.“Maaf ya, Brooke,” gumam Galen lirih.Pemuda itu lalu membuka kantong buku yang dia beli dan mengeluarkan buku tersebut. Namun, sebelum dia mempelajari buku itu, dia beranjak untuk mengganti seragamnya dengan kaos dan celana pendek agar lebih santai. Setelah itu dia kembali duduk di meja belajarnya dan mulai membuka buku tersebut.Sementara Galaxy masih rebahan dengan seragamnya. Kemarin pemuda itu sudah membeli nomor baru tapi dia masih ragu untuk memberikan nomor tersebut ke Ryan. Dia teringat ibunya pernah mengatakan jika apapun yang diawali dengan kebohongan, selanjutnya pasti tidak akan baik.“Sial!” umpat Galaxy bangkit dan duduk di sisi ranjangnya.Besok sepulang sekolah dia juga memulai aktivitasnya di kantor BioOne. Jadi, dia menyiapkan kebutuhan untuk dia gunakan
Dua minggu kemudian.“Galen, kamu kenapa lemes banget?” tanya Lionel menatap putra sulungnya saat turun dan duduk di meja makan.Galen hanya menggeleng tanpa menjawab pertanyaan sang ayah. Hari ini adalah hari pertama masuk untuk semester baru. Empat bulan lagi mereka akan melewati ujian kelulusan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.Lionel tidak ingin kedua putranya hilang fokus dan tidak bisa mencapai nilai yang mereka harapkan. Tujuan kampus yang mereka tuju tidak main-main perkara nilai sehingga membuat sang ayah khawatir.Galaxy menyusul dari atas dengan sedikit berlari pagi itu. Dia dengan kebiasaan yang sama, bangun sedikit terlambat dibanding saudaranya.“Galen lagi galau, Dad. Ingin fokus belajar tapi pikirannya menerawang entah ke mana,” balas Galaxy asal membuat kening ayahnya berkerut.“Apa sih, Gal. Ngawur!” sanggah Galen menyangkal.Galaxy hanya memamerkan deretan giginya karena respon kakaknya. “Kamu itu ditanya Daddy malah dicuekin lho. Potong uang bul
“Om, kenapa tidak bisa mengerti keinginan anak sendiri!” teriak Galen membela Brooke. Dia tahu gadis itu tidak ingin pergi dari Springham.“Kenapa? Dia anak saya, putri saya satu-satunya. Siapa kamu!” bentak ayah Brooke murka. “Brooke, apa benar kamu tidak ingin kembali bersama daddy?”Brooke menunduk, air matanya telah jatuh tak tertahankan karena dia tidak ingin mendengarkan pertengkaran. Dia meninggalkan sisi pemuda yang dia sukai karena percuma, dia tidak bisa meninggalkan sang ayah. Setidaknya untuk saat ini.Lebih baik berpisah sekarang dan dia akan menyusun masa depannya seperti yang ayahnya mau. Ya, gadis muda itu yakin jika bukan saatnya menjadi anak yang durhaka.Brooke kembali ke ruang tamu dengan membawa dua buah koper yang berisi dengan pakaiannya selama ini. Tangannya digandeng oleh ayahnya tapi ditepis karena dia ingin meminta maaf kepada si kembar atas kebaikan mereka selama ini.“Kamu yakin
“Galen kenapa sih, main jatuhin ponsel orang,” gerutu Galaxy kesal menatap ponselnya yang di lantai.Galaxy mengambil ponselnya yang terjatuh dan penasaran apa yang membuat saudaranya panik. Lekas dia nyalakan ponsel tersebut. Matanya membelalak menatap pesan panjang dari Brooke yang berpamitan.Pemuda yang baru saja selesai dari kamar mandi langsung mengganti kaosnya dan menyusul saudaranya yang masih ada di parkiran mobil.“Kamu mau apa, Len?” tanya Galaxy menghalangi sebelum saudaranya berbuat macam-macam.“Aku harus menemui Brooke sebelum dia pergi, Gal. Aku merasa hanya ini kesempatanku menemuinya. Bisa jadi kita gak akan ketemu dia lagi setelah ini,” ucap Galen lemah.“Oke, aku yang menyetir karena aku gak ingin kamu kenapa-kenapa. Sekarang lebih baik kamu cuci muka dan ganti baju dulu,” saran Galaxy yang melihat saudaranya masih berantakan.Galen pun harus didorong adiknya untuk mencapai