Share

Bab 186

Author: Meminger
Fia

Ketika kesadaranku kembali untuk menaatiku, aku membuka mataku, menatap ke langit-langit putih dari kamar klinik tempatku berada. Ada suara bip dari mesin medis dan jarum yang tertancap ke lenganku. Saat itu sudah pagi, aku bisa mengetahuinya karena sinar matahari pagi memasuki jendela ruangan tempatku dirawat dan karena kicauan burung di luar.

Aku juga menyadari bahwa Tama meringkuk di dipan di samping ranjangku seraya dia tidur, memegang tanganku yang bebas. Dia tertidur dengan lelap, mendengkur dengan pelan. Aku mengernyitkan dahi dengan lemah, tidak memahami apa yang dia lakukan di sana. Maksudku, dia tahu bahwa aku telah mengkhianatinya, tapi dia masih berada di sana, memegang tanganku.

Aku mencoba mengangkat tanganku untuk mengusap dahiku, tapi selang yang dimasukkan ke dalam pembuluh darahku membuat lenganku sakit karena pergerakan yang tiba-tiba, jadi aku meringis melalui gigiku, mengerang kesakitan.

“Apa?” kata Tama ketika dia terbangun, itu sudah cukup untuk membuatny
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kembalilah Padaku   Bab 187

    “Fia, kamu tidak perlu melakukan semua itu. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu hanya karena itu. Aku tidak menikahimu karena ingin memiliki anak. Aku menikahimu karena aku mencintaimu dan aku akan selalu mencintaimu,” katanya, menggenggam tanganku.Namun, aku menarik tanganku. “Walaupun begitu, aku masih merasa tidak berguna sebagai seorang wanita, Tama. Rasanya seperti aku gagal dalam sesuatu,” ujarku, mengusap mataku yang berair.“Oh, Fia… Kita tidak perlu melalui semua hal ini. Kita berdua telah membuat banyak kesalahan… Itu di luar kendali kita. Pernikahan kita hampir berakhir karenanya… Oh, sayangku…,” gumam Tama, juga menangis. “Maafkan aku karena suatu hari kita melupakan alasan sebenarnya kita menikah. Anak-anak bukanlah segalanya dalam suatu pernikahan. Hal yang terpenting adalah kita sebagai pasangan mencintai dan mendukung satu sama lain setiap hari, tapi kita mengenyampingkan itu dan membakar hati kita dengan keinginan untuk menjadi orang tua sampai kita berakhir merusa

  • Kembalilah Padaku   Bab 188

    LauraBeberapa minggu kemudian“Bagaimana jika perayaan penyambutan bayinya bertema warna hijau?” tanya Fia padaku ketika kami sedang berbincang di telepon.“Em, sepertinya akan konseptual. Akan sedikit berbeda dari merah muda dan biru seperti biasanya,” jawabku, melihat ke luar jendela mobil. Aku sedang pergi ke kantor Perusahaan Williams untuk pekerjaan.Seperti yang diprediksi, kerja sama antara Williams Jewels dan Hextec sukses besar sampai kedua perusahaan tersebut sedang dalam masa kejayaannya. Bahkan lebih dari itu karena Albert Williams, CEO dari Perusahaan Williams, telah menyarankan bahwa Hextec tidak hanya berperan dalam pemasaran digital terhadap produk-produk perusahaannya, tetapi juga berpartisipasi dalam pembuatan desain perhiasan yang jauh lebih elegan dari apa yang telah dibuat sampai sekarang. Hextec, untuk pertama kalinya, akan berpartisipasi dalam pembuatan suatu produk, yang merupakan salah satu tujuan utama kami. Ini tentunya membuatku merasa terpenuhi.“Kamu

  • Kembalilah Padaku   Bab 189

    Asisten rapat menunjukkan tempat duduk yang langsung kududuki setelah menyapa semua orang yang hadir, yang bersikap ramah padaku, kecuali pria yang terduduk di samping Max. Dia hanya mengangguk pelan ketika aku memperkenalkan diriku padanya.“Aku berhasil membawa Gid keluar dari kota panas bernama Surabaya dan membawanya kemari. Dia akan menjadi salah satu investor utama dalam proyek terbesar kita,” kata Max padaku. Hari ini, ujung dari rambutnya yang mencuat terlihat berwarna hijau mencolok. Tentunya bukan warna yang sama dengan yang akan digunakan Fia untuk perayaan penyambutan bayinya.“Oh, senang bertemu denganmu, Tuan Nalendra,” kataku, mengangguk dengan sopan pada pria itu, mencoba tidak merona seraya mengingat bagaimana aku telah bersikap kasar padanya beberapa menit yang lalu. Dia hanya mengangguk tanpa menjawab apa-apa.“Namun, kalian berdua terlihat seperti pernah bertemu sebelumnya,” singgung Max, tidak ingin melewatkan hal itu. Raut wajahnya terlihat penasaran.“Aku ber

  • Kembalilah Padaku   Bab 190

    Laura“Oh, Laura. Kamu kenapa, sih?” tanyaku pada diri sendiri, berdiri di luar toilet, melihat bahwa aku telah memasuki toilet pria. Yah, aku tidak memperhatikannya dengan baik. Benakku dipenuhi oleh perihal dengan Fia yang harus aku tangani.Astaga! Sekarang pasti kesan Gideon Nalendra terhadapku benar-benar buruk. Aku menghela nafas dan beranjak ke lift. Apakah dia akan memberi tahu adiknya? Adiknya mungkin akan memberi tahu Jason, lalu semua orang akan mengetahui kejadian memalukan itu. Yah, untungnya dia sedang memunggungiku sehingga aku tidak melihat bagian privatnya.Ketika aku turun ke lantai satu dari gedung itu dan beranjak keluar, aku menyadari bahwa di luar sedang hujan dan aku tidak membawa payung hari ini. Sial sekali! Mobilku diparkirkan di seberang jalan. Apakah hujannya akan berhenti jika aku menunggu sebentar? Aku tidak yakin. Pada akhirnya, aku tidak memiliki pilihan lain selain membasahi diriku sebelum memasuki mobilku. Aku tidak ingin sopirku basah karena mencob

  • Kembalilah Padaku   Bab 191

    Angin dingin berembus ke arahku, jadi aku merapatkan jaketku. Apakah dia akan membiarkan aku kedinginan di luar sini sampai aku menyerah dan pergi? Dia pasti sangat marah padaku.Untungnya, pintu itu terbuka dan muncullah Tama. Dia menatapku dengan sedikit gelisah, jadi hanya dengan melihatnya, aku bisa tahu kalau Fia tidak ingin bertemu denganku. “Hai, Lau… Masuklah, kamu pasti kedinginan di luar,” katanya, membuatku mengangguk dan memasuki rumah mereka.“Terima kasih, Tama,” ujarku, melepas jaketku karena di dalam udaranya hangat dan nyaman. Fia berdiri beberapa meter dariku sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Perutnya yang hamil mulai sedikit terlihat melalui kain bajunya dan raut wajahnya tampak benar-benar kecewa.“Halo, Nyonya Tanusaputera. Apakah Anna datang bersamamu?” tanya Abel seraya dia menghampiriku untuk memelukku.“Hai, sayang,” kataku, membalas pelukan gadis itu. “Anna tetap di rumah hari ini, tapi bagaimana jika kamu ikut ke taman bermain bersama

  • Kembalilah Padaku   Bab 192

    Laura“Laura! Tunggu!” Aku mendengar seseorang memanggilku dari seberang jalan, jadi aku berbalik untuk melihat Jason berlari ke arahku. Aku sedang berada di pintu masuk gedung tempat tinggalku dan baru saja turun dari mobilku. Ternyata, Jason telah menungguku selama ini. Aku menghela nafas lelah. Apa yang dia inginkan sekarang?“Jangan terlalu dekat, Tuan, atau saya harus menggunakan kekuatan saya,” ujar pengawalku memperingatinya, mengacungkan tangannya untuk menghentikan Jason.“Aku juga tau itu, sialan. Aku hanya perlu berbicara dengannya sebentar,” kata Jason, meminta untuk dilepaskan.“Apa yang ingin kamu bicarakan, Jason?” tanyaku, ingin dia segera mengakhirinya. Hari ini melelahkan bagiku. Aku hanya ingin cepat-cepat pulang dan berbaring di ranjangku.“Kamulah yang mengirimkan uang padaku, ‘kan?” tanyanya sementara Rafael, pengawalku, masih memeganginya. Mata Jason berbinar bersemangat seraya dia membaca ekspresi wajahku.“Uang apa?” tanyaku seolah aku tidak memahami apa

  • Kembalilah Padaku   Bab 193

    “Lihatlah si rakus ini yang kelihatan seperti Papa,” kataku, menggelitik perutnya, membuatnya tertawa terbahak-bahak.“Kalau begitu, ayo pergi. Ada toko es krim di seberang jalan,” kata Laura, menunjuk ke sebuah arah.Jadi, dia, Anna, dan aku beranjak ke tempat itu, lalu kami memesan beberapa es krim dan memakannya seraya kami berbicara, tentu saja pusat perhatiannya adalah Anna. Namun, terkadang aku menyadari Laura yang terlihat berbeda. Dia terlihat jauh lebih bahagia daripada sebelumnya dan sebuah kilauan kembali ke kedua matanya seolah dia sedang bersemangat mengenai sesuatu, atau seseorang...Terkadang, dia akan meraih ponselnya dan mengetik sambil tersenyum konyol dengan bibirnya, seolah dia sedang berbicara dengan seseorang yang membuatnya benar-benar meleleh. Aku merasa hatiku merosot karenanya. Mungkin, dia sedang dekat dengan seorang pria.“Beri tahu aku sesuatu, Anna. Apakah ibumu bilang kalau dia sedang berpacaran?” tanyaku seperti seseorang yang tidak menginginkan sesu

  • Kembalilah Padaku   Bab 194

    LauraAku sedang berbaring di ranjangku, merasa luar biasa bosan. Aku baru saja kembali dari bekerja dan hari ini cukup melelahkan.“Kamu tahu kalau kamu tidak perlu berada di sini, ‘kan? Gid? Kita hanya akan memeriksa.” Aku ingat Max mengatakan itu pada kakaknya ketika dia, kakaknya, beberapa desainer lainnya, dan aku sedang mengunjungi departemen kreatif di W.J. Itu adalah kewajiban timku dan aku untuk melihat bagaimana mereka bekerja supaya kami bisa beradaptasi, tapi anehnya, Gideon Nalendra menemani kami di kegelapan melalui bermacam-macam ruangan desain di pabrik W.J., yang tidak diperlukan karena dia adalah bagian dari eksekutif dan tugasnya hanyalah berinvestasi.“Aku akan mempertaruhkan triliunan dolar untuk ini, jadi aku tidak masalah ikut memeriksa,” jawabnya dengan tegas.Sebenarnya, berada di sekitar Gideon membuat kupu-kupu di perutku terbang dengan cemas. Rasanya seperti melayang. Pipiku akan merona ketika dia berbicara denganku, tapi dia tidak pernah mencoba meningg

Latest chapter

  • Kembalilah Padaku   Bab 485

    Laura“Jadi, Lau, apakah kamu berhasil berbicara dengan putrimu?” tanya Fia ketika aku kembali setelah pergi sebentar untuk menelepon Anna di balkon tempat pijat mewah itu.“Oh, iya. Aku sudah berbicara dengannya,” jawabku sambil menghela napas lega seraya kembali duduk. “Dia hanya disibukkan oleh tugas aljabar. Pasti itulah mengapa dia tidak bisa membalas teleponmu, Abel,” kataku pada gadis yang sedang bersama kami. Dia dan Anna sangat dekat, jadi dapat dipahami kenapa dia sangat mengkhawatirkan putriku.“Lihat? Sudah kubilang kamu tidak perlu terlalu khawatir,” kata Fia, terkekeh pelan.Namun, Abel masih terlihat ragu. “Entahlah, Bibi Laura. Anna terasa sangat aneh hari ini,” ujar gadis itu dengan bimbang.“Aneh? Apa maksudmu dengan itu?” Aku mengernyit, kebingungan.“Aku tidak tahu.” Dia mengangkat bahunya. “Dia bersikap aneh, dia bahkan putus dengan Ciko,” katanya.“Oh, sungguh?” Aku terkejut mendengarnya, aku tidak dapat menyangkalnya.Aku mengingat percakapan yang Anna da

  • Kembalilah Padaku   Bab 484

    Laura“Jadi, Layla dan Gideon bercerai?” Fia terkejut ketika dia menanyakan itu. Dia dan aku sedang berada di ruang tunggu di tempat pijat, mengenakan mantel mandi ungu muda dan meminum anggur bersoda. Seperti yang disetujui, setelah aku selesai bekerja, Fia dan aku pergi ke spa. Jadi, dia dan aku bergosip seperti biasa.Aku mengangguk setelah menyesap minumanku. “Iya, mereka bercerai. Lalu, ternyata itu sudah cukup lama,” tambahku.Temanku terkesiap dengan mulut yang membulat. “Ya ampun, aku benar-benar tidak menyangkanya,” komentarnya. “Bukankah Layla-lah yang terus berkata bahwa dia menikah dengan bahagia dan bahwa pernikahan dia sempurna? Lihatlah apa yang terjadi pada orang-orang yang terus menyombong.” Dia tertawa kecil, membetulkan rambutnya yang sekarang lebih panjang, mengenai dadanya.“Kurasa masalahnya sebenarnya adalah orang yang Layla putuskan untuk nikahi,” kataku, mengerutkan hidungku.“Kamu membicarakan tentang pertanda-pertanda buruk itu, ‘kan?” tebak Fia.“Benar

  • Kembalilah Padaku   Bab 483

    LauraAku tidak percaya bahwa Layla Raharjo, yaitu Layla Nalendra, ada di hadapanku, memohon padaku untuk kembali bekerja di Hextec bersamaku. Maksudku, dialah yang meninggalkan itu semua untuk menikah dan pergi ke Surabaya dan memulai kehidupan baru di sana dengan suaminya. Bertahun-tahun kemudian, di sinilah dia, meminta untuk kembali dan bekerja di sini lagi.“Namun, kenapa kamu meminta ini, Layla? Apakah kamu sudah tidak tinggal di Surabaya lagi?” tanyaku, benar-benar terkejut.Dia menggelengkan kepalanya. “Tidak juga,” jawabnya. “Sudah beberapa saat sejak aku meninggalkan Surabaya dan kembali ke Jakarta. Aku tinggal di rumah nenekku, tapi sekarang aku merasa siap untuk kembali bekerja.” Dia mengangguk seakan-akan dia memiliki keinginan baru untuk hidup sekarang.“Pernikahanmu berakhir, ya?” Kata-kata itu tidak keluar sebagai pertanyaan, karena aku sudah tahu betul raut wajah orang yang kesakitan di dalam—Layla memiliki raut wajah itu.Dia mengangguk, tersenyum dengan lemah. “

  • Kembalilah Padaku   Bab 482

    Laura“Layla! Lama tidak berjumpa,” kataku dengan gembira, beranjak menghampiri untuk memeluknya saat dia memasuki ruang kerjaku.“Oh, Laura, aku sangat merindukanmu,” katanya sambil tersenyum untukku seraya dia membalas pelukanku. Aku benar-benar tidak memiliki permasalahan dengannya karena aku selalu menyukai dia. Dia adalah orang yang baik sekali padaku kendati segala hal yang telah terjadi.“Aku juga merindukanmu,” kataku seraya aku memandangnya. “Kamu menghilang dan tidak datang kemari lagi. Aku bahkan mengira Surabaya sudah mencurimu dari kami.”Dia tertawa mendengarnya, menggelengkan kepalanya. “Tidak ada satu hal pun dan siapa pun yang bisa membuatku melupakan Jakarta,” katanya.“Yah, itu adalah hal yang menyenangkan untuk diketahui, kuakui.” Aku tersenyum dan kemudian menunjuk ke arah sofa di samping jendela ruang kerjaku yang seluruhnya berkaca dari lantai sampai langit-langit dengan gorden yang ditarik ke samping, sehingga membiarkan cahaya matahari dan udara segar mema

  • Kembalilah Padaku   Bab 481

    Laura“Kamu mau makan apa untuk makan malam hari ini? Fetucini dengan jamur atau tenderloin dengan kentang?” tanya Jason padaku di ujung telepon lainnya. Dia terdengar bersemangat untuk mempersiapkan makan malam untukku dan itu membuatku senang.“Em, aku suka tenderloin, tapi aku juga ingin fetucini. Aduh, ya ampun, aku harus bagaimana sekarang?” Aku menghela napas sambil berbicara padanya di telepon. Aku sedang berada di tempat kerjaku sambil fokus pada pekerjaanku dan, pada saat yang sama, berbicara dengan suamiku di telepon.“Aku bisa buatkan dua-duanya kalau kamu mau,” usul Jason setelah terkekeh.“Aduh, seharusnya aku pilih satu saja,” gumamku. Jason terkekeh lagi.“Ini bukan salahmu, kamu hanya tidak dapat menahan masakanku, jadi sulit untuk memutuskan. Kamu tahu aku mahir dalam segala hal yang kulakukan,” sombongnya, seperti biasa.“Hm, karena kamu bersikeras, aku ingin dua-duanya,” kataku padanya, tersinggung.“Astaga, aku tahu kamu senang menghukumku, ‘kan, wanita? Namu

  • Kembalilah Padaku   Bab 480

    AnnaMalam itu, Panca dan aku bersenang-senang bersama. Kami menjahili Paman Juan dan tunangannya, hal-hal yang tidak benar-benar menyakiti mereka, tapi itu merenggut kedamaian mereka. Misalnya, menuangkan minyak zaitun ke dalam anggur Paman Juan, menambahkan garam pada potongan kue pernikahannya, meletakkan bantal kentut di tempat duduknya, dan ketika dia duduk, dia membuat suara kentut yang konyol yang membuat semua orang menertawainya, dan hal-hal semacamnya.Itu sangat menyenangkan bagiku. Meskipun itu belum cukup bagi Panca, melihat Paman Juan mengalami semua hal-hal menyebalkan itu sudah membuatnya lebih gembira. Namun, kami tertangkap di penghujung pesta. Karena kami hanyalah dua anak-anak, tidak ada yang menganggapnya serius. Ayahku dan Paman Juan meneriaki kami dan bilang mereka akan menghukum kami, jadi Panca dan aku berlari untuk bersembunyi ketika para orang dewasa sedang mengomel tentang kami.“Itu luar biasa! Gila,” seru Panca sambil tertawa ketika kami berhasil melari

  • Kembalilah Padaku   Bab 479

    AnnaIni semua dimulai ketika aku berusia 11 tahun dan Panca Mardian ingin membunuh ayah tirinya.“Apakah ayahmu punya pistol?” tanyanya ketika dia dan aku sedang bersembunyi di langit-langit ruang dansa, tempat pernikahan Paman Juan dan ibunya diadakan.“Apa?” Sesaat, kukira aku salah dengar, jadi aku bertanya.Dia menatapku, mata cokelat tuanya mencolok. Dia masih praremaja, tapi dia sudah sangat misterius dan membuatku penasaran. “Aku butuh pistol untuk membunuh ayah baruku,” ungkapnya padaku.“Paman Juan? Kenapa kamu ingin melakukan itu? Dia adalah orang yang baik,” jawabku dengan marah.Dia menggerutu jijik dan kembali melihat ke lantai bawah. Para orang dewasa sedang berbincang dengan satu sama lain, menikmati pesta pernikahannya. “Pria itu mengirimkan ayahku ke penjara,” kata Panca, kata-katanya penuh oleh amarah.“Namun, itu adalah pekerjaan dia. Paman Juan adalah seorang polisi. Dia memasukkan orang-orang jahat ke dalam penjara,” kataku padanya, sedikit takut ketika aku

  • Kembalilah Padaku   Bab 478

    AnnaSaat guruku pergi setelah kelasnya berakhir, anak-anak di ruang kelas mulai membuat suara gaduh seperti biasa ketika mereka berbincang dengan satu sama lain. Aku masih tidak bisa percaya bahwa anak yang duduk di belakangku benar-benar Panca Mardian, jadi aku berbalik ke arahnya karena aku sudah memiliki sesuatu untuk dibicarakan, yaitu tentang tugas yang telah diberikan oleh guru aljabar kami.“Kamu mau mengerjakan tugas ini bagaimana? Kita bisa bertemu di mana?” tanyaku padanya, tapi dia hanya mengangkat bahunya sambil mencorat-corat buku tulisnya.“Terserah kamu saja. Aku tidak peduli,” jawabnya, tidak menatapku sama sekali. Dia benar-benar tidak mengenaliku dan aku tidak dapat memercayainya.Astaga, dia telah banyak berubah, dia telah bertumbuh begitu besar. Apa yang telah terjadi padanya selama bertahun-tahun kami jauh dari satu sama lain? Apakah dia telah membuat teman-teman baru? Apakah dia bahkan sudah punya pacar sekarang?Namun, aku terkesiap pelan ketika aku melihat

  • Kembalilah Padaku   Bab 477

    AnnaAku memutuskan untuk mengabaikan segala hal yang sedang kupikirkan dan fokus saja pada jadwalku. Aku sejauh ini adalah siswa terbaik di kelasku. Aku selalu berdedikasi dan bekerja keras. Aku tidak pernah diomeli. Guru-guru menyukaiku karena aku adalah siswa teladan untuk pada siswa lainnya. Itulah sebabnya mereka telah memilihku sebagai perwakilan kelas. Selain itu, akulah yang paling tahu bagaimana caranya memimpin dan bagaimana caranya mewakili kelas, karena itulah mereka sangat memercayaiku.Jadi, hari ini pun tidak ada bedanya. Ketika guru-guru masuk dan mengajar kami, aku selalu melihat diriku sebagai orang pertama untuk mengajukan diri untuk segala hal, selalu menyelesaikan pertanyaan paling sulit dalam matematika dan pelajaran lainnya yang ditakuti dan tidak disukai semua orang. Aku menantang diriku sendiri untuk selalu menjadi yang terbaik. Aku ingin membuat semua orang bangga karena aku akan menggunakan potensiku untuk menjadi lebih baik daripada orang tuaku dan membuat

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status