Share

148. Suatu Kejanggalan

Penulis: Henny Djayadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-25 15:31:08

Sean menatap Lila dengan tatapan putus asa. "Tolong, Lila. Aku tahu aku telah melakukan banyak kesalahan, tapi aku benar-benar ingin memperbaiki segalanya. Beri aku satu kesempatan lagi."

Lila menggeleng perlahan, suaranya penuh luka yang terpendam lama. "Dua tahun pernikahan kita adalah kesempatan bagi kamu untuk belajar mencintaiku. Tapi selama dua tahun itu, yang kamu lakukan hanyalah hidup dalam bayang-bayang Miranda. Kamu begitu dingin, seolah aku tidak ada di matamu. Aku tidak bisa melupakan bagaimana kamu terus mengabaikanku."

Sean terdiam, kata-kata Lila terdengar seperti sedang menguliti semua kesalahannya.

"Maaf.” Hanya satu kata itu yang terlontar dari mulut Sean, seolah semua kata yang ada di otaknya raib dari memorinya.

"Sebenarnya ada banyak kesempatan yang kau miliki, tetapi ternyata kau selalu menyia-nyiakannya." Suara Lila terdengar tegas. "Saat kau memutuskan rujuk, harusnya kau sadar, itu adalah kesempatan terakhir yang kau miliki. Saat itu aku berharap kamu sud
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Pasti Lila lihat foto keluarga Sean waktu masih utuh bersama Andika papah nya
goodnovel comment avatar
Zhen Zhen
semangat tjor lanjut . penasaran sama ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   149. Nama yang Berbeda

    Lila memegang erat piagam yang baru saja dia ambil. Namanya jelas tertera, Sean Anugrah Mahendra. Sebuah nama yang asing bagi dirinya, sangat berbeda dengan nama lengkap suaminya yang selama ini dia ketahui. Kening Lila berkerut, pikirannya dipenuhi pertanyaan. Apakah ini Sean yang sama? Atau dua orang yang berbeda. Seolah lupa dengan tujuan awal mendatangi Gudang, Lila justru mencari petunjuk lain untuk mengetahui nama lengkap suami yang sebenarnya. Lila membuka beberapa kardus yang tertutup rapi, setelah menemukan beberapa piagam penghargaan untuk olimpiade sains nasional dan beberapa turnamen basket antar sekolah, akhirnya Lila menemukan beberapa foto lama. Dengan hati-hati, dia mengambilnya dan mengamati lebih dekat foto lama yang telah usang. Dalam foto itu, terlihat seorang wanita yang langsung dia kenali sebagai ibu Sean, memeluk seorang anak laki-laki kecil yang juga jelas adalah Sean di masa kecilnya. Namun, pria dewasa yang berdiri di samping mereka membuat Lila tertegun.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   150. Kenangan yang Seharusnya Terkubur

    Dengan langkah anggun, Sekar masuk ke ruang kerja Sean tanpa menunggu undangan. Wajahnya dihiasi senyum ramah yang kontras dengan atmosfer tegang di ruangan itu. "Mama kangen, sudah lama sekali kamu tidak mampir ke rumah," ucap Sekar sambil duduk di kursi yang baru saja ditinggalkan Rangga. "Sesibuk apa kalian sampai tidak pernah mengunjungi mama?" Sean hanya tersenyum tipis, senyum yang lebih menyerupai upaya menahan diri daripada rasa hangat. "Seperti yang Mama lihat," jawab Sean singkat. Sekar mengabaikan nada datar itu dan melanjutkan, "Mama kangen, Sean. Kangen Lila juga. Sejak kalian rujuk, kalian belum pernah datang ke rumah? Apa kehamilannya berjalan lancar?" Sean menatap ibunya, matanya penuh kehati-hatian. "Lila baik-baik saja," katanya, mencoba mengakhiri pembicaraan. Namun, Sekar tampaknya tidak mudah menyerah. "Ajak dia ke rumah, Sean. Mama ingin menghabiskan waktu dengan menantu mama," lanjut Sekar, kali ini dengan nada memohon. Sean hanya membalas dengan senyum ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   151. Sean Anugrah Mahendra: Sebuah Nama, Sebuah Luka

    Sean menghembuskan napas kasar, suaranya terdengar seperti desah lelah yang menahan beban tak kasat mata. Dengan gerakan cepat, dia melonggarkan dasinya. Wajahnya memancarkan kelelahan yang sulit disembunyikan, tatapan matanya redup, nyaris kosong.Sean merasakan Tuhan benar-benar sedang mengujinya dengan memberikan masalah secara bersamaan bahkan tanpa memberinya jeda, seolah tidak mau antri, datang satu per satu.Sean membimbing Lila untuk duduk bersamanya. Diraihnya tangan sang istri lalu digenggan dengan erat. “Penjelasan seperti apa yang kau inginkan?” tanyanya lirih, ada getar lembut yang sulit ditutupi.Lila menarik napas panjang, mencoba menguatkan hatinya. “Aku ingin tahu tentang Sean Anugrah Mahendra. Dan pria dewasa dalam foto keluarga itu. Siapa mereka sebenarnya?”Pertanyaan itu menghantam Sean seperti pukulan keras. Napasnya tertahan sesaat. Wajahnya berubah kaku, tapi ia tahu ini adalah batas akhirnya. Rahasia yang selama ini ia lindungi seperti benteng kokoh kini mulai

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   152. Dua Kutub

    “Aku tidak bisa menerima alasanmu Sean.” Suara Lila terdengar tenang namun penuh penegasan.Sean menggelengkan kepala, mencoba mengatur napas yang terasa berat. “Aku tahu aku salah, tapi aku mohon kau bisa memahami posisiku.”“Posisi yang mana?” Lila memandangnya dengan tatapan yang menusuk, membuat Sean semakin merasa bersalah. “Karena Ryan adalah adikmu, kau ingin mengorbankan Rina demi menutupi semua kesalahannya?”“Maafkan aku.” Sean menjawab lirih. “Aku sudah melepaskan Rina dari segala tuntutan. Lalu di mana salahnya?”“Kau belum membersihkan nama baiknya, Sean,” balas Lila dengan nada tajam. “Tuduhan yang kau berikan kepada Rina adalah kejahatan yang serius. Itu akan menghantui langkahnya di masa depan.”“Aku akan meminta maaf kepadanya, dan memberi kompensasi yang besar, kalau perlu aku akan membuat pernyataan public untuknya.”Lila menggeleng pelan, senyuman getir menghiasi wajahnya. “Tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan uang, Sean. Termasuk hubungan kita.”Sean terte

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   153. Rumah Terbaik

    Sean mengusap wajahnya dengan kedua tangan, mengembuskan napas panjang yang berat. Di depan pintu kamar itu, dia berdiri terpaku, seperti anak kecil yang ditinggalkan sendirian di tengah malam. Handle pintu terasa dingin di tangannya, tapi dia tahu pintu itu tak akan terbuka untuknya malam ini. “Aku pusing, La!” ucapnya lirih, hampir seperti gumaman yang hanya dia sendiri yang mendengarnya. Sebenarnya Sean bisa membukan pintu itu dengan kunci cadangan yang dia simpan agar bisa mendapatkan apa yang dia inginkan malam ini, tetapi akal sehatnya berbisik agar dia mengalah, memberi ruang kepada Lila untuk menenangkan diri dan berpikir dengan jernih. Sean menghembuskan napas secara kasar, menjauhkan tangannya dari handle pintu. Selama ini dia selalu menertawakan cerita-cerita tentang suami yang dihukum oleh istrinya tidur di luar kamar. Itu terdengar konyol, lelucon ringan di sela obrolan lelaki. Tetapi kini, saat dia harus mengalaminya sendiri, Sean merasa malam itu begitu mencekam. Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   154. Kau akan Menalakku?

    Sean duduk di kursinya, mendengarkan Bella membacakan jadwal pertemuan dengan beberapa klien penting esok hari. Bella, seperti biasa, berbicara dengan tenang dan rinci, memastikan tidak ada detail yang terlewat.Namun, Sean terlihat gelisah. Berulang kali pandangannya melirik jam tangan di pergelangan kirinya. Waktu terasa bergerak lambat, seolah menguji kesabarannya. Bella, yang menyadari Sean tidak fokus, berhenti sejenak, menatap bosnya dengan pandangan penuh tanya.“Maaf Pak, apakah ada yang salah? Haruskah saya menunda pertemuan ini?” tanya Bella hati-hati.Sean menggeleng pelan, menghela napas panjang. “Tidak, teruskan saja.”Bella mengangguk, melanjutkan pembahasannya dengan nada lebih singkat, memahami Sean tampaknya ingin segera menyelesaikan diskusi.Ketika jarum jam menunjukkan pukul lima sore, Sean berdiri tanpa menunggu Bella selesai. “Cukup untuk hari ini. Saya harus pergi,” ucap Sean sambil meraih jasnya.Bella menunduk sopan. “Baik, Pak Sean. Selamat sore.”Sean keluar

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   155. Setelah Bertengkar

    Sean menatap Lila dengan frustrasi yang memuncak, namun dia menahan diri agar tidak kehilangan kontrol. Sean tidak habis pikir, mengapa perempuan bisa begitu enteng mengucap kata cerai, dan begitu lantang menantang talak. Dia menghela napas panjang, mencoba meredam emosinya sebelum berbicara lagi. "Lila, aku tidak tahu kenapa kamu terus menantangku seperti ini. Aku hanya sedang berusaha untuk memberikan yang terbaik untukmu dan anak kita." Lila mengalihkan pandangannya ke sembarang arah, seolah tidak mempedulikan ucapan Sean. Tatap mata tajam Sean tidak absen dari wajah Lila. "Selangkah saja kamu keluar dari rumah ini tanpa sepengetahuanku, jangan salahkan aku kalau aku akan mengurungmu sampai waktu yang tidak ditentukan. Bahkan untuk pemeriksaan kehamilan atau persalinan nanti, aku bisa mendatangkan dokter ke rumah. Aku serius, Lila. Jangan uji kesabaranku." Lila terdiam, wajahnya yang tadi dipenuhi emosi perlahan berubah menjadi ketegangan. Dia tahu Sean tidak main-main dengan a

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   156. Sedikit Melunak

    Sean melirik Lila yang duduk di sampingnya. Diamnya perempuan yang berstatus istri itu terasa seperti dinding tebal yang memisahkan mereka.Di balik kemudi, Sean mencoba mencairkan suasana dengan bertanya, "Sudah lama tidak ke luar rumah, apa ada tempat yang ingin kau kunjungi?"Lila tidak langsung menjawab. Dia hanya memalingkan wajah ke jendela, memperhatikan pemandangan bahu jalan yang terus bergerak. Dalam hatinya, Lila merasa marah pada dirinya sendiri. Bagaimana mungkin hanya dengan dekapan Sean tadi dia bisa luluh? Padahal, dia ingin sekali menunjukkan sikap tegas. Tapi tubuhnya seperti menolak. Pikiran Lila berkecamuk, mencari cara untuk kembali mendapatkan kendali atas hidupnya, cara agar dia bisa merasakan kebebasan lagi.Sean menggigit bibirnya, menahan rasa frustrasi karena tidak dihiraukan. Dia mencoba lagi. "Mungkin setelah ini kita bisa makan sesuatu yang kamu suka. Apa ada yang kamu inginkan?"Namun, Lila tetap diam. Sean menghela napas, merasa semakin sulit menjangkau

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28

Bab terbaru

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   335. Masalah Serius

    Delisa merasa tidak nyaman saat Nadya menghampiri kubikelnya. Perut besar wanita itu tak mengurangi langkahnya yang mantap, penuh percaya diri.Senyum lebar terpasang di wajah Nadya, tapi Delisa tahu itu bukan senyum ramah. Itu senyum yang dibuat-buat.“Hai, Delisa,” sapa Nadya dengan nada ringan, terlalu ringan.Delisa menatapnya dengan waspada. Nadya bukan hanya sahabat kakaknya, tetapi juga orang kepercayaannya. Jika Nadya mendatanginya secara langsung seperti ini, pasti ada sesuatu.Sebelum Delisa sempat menjawab, ponselnya bergetar berkali-kali. Notifikasi beruntun memenuhi layar. Ia melirik Nadya sekilas, lalu menurunkan pandangannya ke ponsel.Pesan dari Nadya.Delisa menatap Nadya dengan ekspresi bingung. Untuk apa Nadya mengirim pesan jika mereka sedang berhadapan?Rasa penasaran mengalahkan kewaspadaannya. Dengan sedikit ragu, Delisa membuka pesan itu. Matanya membeliak lebar menatap isi pesan.Beberapa foto wajah seorang perempuan penuh luka, lebam di pipi, bibir pecah, dan

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   334. Sebelum Semuanya Menjadi Lebih Buruk

    Di kamar kosnya, Delisa mondar-mandir dengan gelisah. Tangannya terus menggenggam ponselnya, Delisa ingin menghubungi ibunya tetapi ternyata beberapa hari terakhir ponsel selalu dibawa bapaknya, sehingga dia tidak bisa berkeluh kesah atas masalah yang sedang dia hadapi saat ini.Hati Delisa berdebar kencang, bukan karena antusiasme, tetapi karena rasa panik yang mulai merayap."Bodoh... Kenapa aku tadi begitu ceroboh?" gumamnya sambil menjatuhkan diri ke tempat tidur.Matanya menatap langit-langit dengan kosong, sementara pikirannya terus berputar pada kejadian sore tadi.Ia tidak berpikir panjang ketika ingin ikut serta saat Lila dan Sean pergi bersama. Rasa cemburu dan iri yang selama ini ia pendam membuatnya kehilangan akal. Selama ini, ia bisa bertindak mendekati Sean tanpa sepengetahuan Lila, dan Sean pun memilih diam.Tetapi tadi … tadi ia hampir merusak semuanya.Delisa mengepalkan tangannya. Selama ini, ia selalu merasa bahwa ia lebih pantas berada di sisi Sean dibandingkan Li

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   333. Alasan Sean

    Setelah Brilian tertidur pulas, napasnya teratur dan wajah kecilnya terlihat damai, Lila tetap duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke arah dinding. Tanpa sadar, air matanya menetes, mengalir perlahan di pipinya. Ia mengusap cepat, seolah ingin menghapus rasa sakit yang tak bisa dihindari.Dengan langkah pelan, Lila meninggalkan kamar Brilian, hatinya penuh sesak. Ia berdiri di sudut ruang keluarga, menahan isak yang ingin pecah.Sean merapikan selimut Brilian, memastikan anaknya tidur dengan nyaman. Lalu dia menyusul Lila, menemukan istrinya berdiri membelakangi pintu. Tanpa berkata apa pun, Sean mendekat dan memeluk Lila dari belakang, merapatkan tubuhnya, mencoba menjadi pelindung dari rasa sakit yang tak terlihat.Lila menggigil pelan, lalu perlahan membalikkan tubuhnya. Wajahnya basah oleh air mata. Ia menatap mata Sean, penuh luka yang tak bisa diucapkan. Tanpa bisa ditahan lagi, Lila menumpahkan seluruh kesedihannya dalam pelukan Sean, menangis sesenggukan.Sean memeluk erat,

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   332. Adik dari Tante

    Tampaknya Lila harus bersabar untuk mendapat jawaban dari Sean, karena suaminya itu mengatakan akan membicarakan hal tersebut di rumah. Lila tidak memaksa karena mereka sedang dalam perjalanan.Setibanya di rumah, Sean dan Lila harus menghadapi Sekar yang terlihat sangat antusias untuk mengetahui hasil pemeriksaan Lila. Perempuan paruh baya itu sudah tidak sabar untuk menimang cucu keduanya.“Bagaimana hasil pemeriksaannya tadi?” tanya Sekar sambil menuntun Lila menuju ke ruang keluarga. Dia mengabaikan Sean yang berjalan di belakang mereka.Lila menoleh ke belakang, seolah meminta bantuan sang suami untuk memberikan penjelasan. Meskipun bukan masalah yang sulit diatasi, tetapi Lila tidak ingin membuat ibu mertuanya kecewa jika mengetahui dirinya mengalami anemia dan harus menunda program kehamilannya sementara waktu.“Semua baik-baik saja, Ma. Hanya mungkin karena saat ini Lila masih banyak pekerjaan yang menumpuk, karena Nadya sebentar lagi akan cuti melahirkan, jadi kami memutuskan

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   331. Menuntut Kejujuran

    Dokter Amira menutup alat pemeriksaannya dengan hati-hati, lalu mengambil catatan medis Lila. Ia tersenyum tipis, mencoba meredakan kecemasan yang tergambar jelas di wajah Lila dan Sean.“Tenang, tidak ada masalah serius,” ujar Dokter Amira pelan. “Hanya saja, Lila mengalami anemia ringan. Ini cukup umum terjadi, terutama setelah persalinan caesar sebelumnya.”Sean menghela napas lega, tetapi tetap menatap dokter dengan penuh perhatian. “Apa yang harus kami lakukan, Dok?”“Yang terpenting adalah mengatur pola makan. Lila perlu mengonsumsi lebih banyak makanan yang kaya zat besi seperti daging merah tanpa lemak, hati ayam, sayuran hijau seperti bayam dan brokoli, serta kacang-kacangan. Lengkapi dengan vitamin C agar penyerapan zat besi lebih optimal.” Dokter Amira menuliskan beberapa catatan di kertas resep.“Apakah ini akan memengaruhi program hamil nanti?” tanya Lila, suaranya pelan.“Tidak, asalkan anemia ini teratasi sebelum kehamilan. Jika dibiarkan, bisa membuat Lila cepat lelah

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   330. Konsultasi dengan Dokter Amira

    Di klinik yang bernuansa hangat dan tenang, Lila dan Sean duduk berdampingan di ruang tunggu. Tak butuh waktu lama, setelah seorang pasien keluar dari ruang praktik, nama Lila segera dipanggil.Sean berdiri lebih dulu, lalu meraih tangan Lila dengan lembut, seolah-olah menggandeng harta paling berharga dalam hidupnya.Saat mereka memasuki ruangan, Dokter Amira yang duduk di balik mejanya tersenyum lebar. Matanya berbinar begitu melihat Lila.“Wah, Lila! Aku hampir nggak mengenalimu. Semakin cantik saja,” seru Dokter Amira, berdiri untuk menyambut mereka.Lila tersipu, sementara Sean melemparkan pandangan penuh kebanggaan ke arah istrinya.“Tubuhmu tetap terjaga dengan baik. Pasti karena pengorbanan Sean, ya? Aku dengar dia yang memutuskan untuk KB, bukan kamu. Itu tandanya dia benar-benar sayang sama kamu.”Ucapan itu membuat Sean tertawa kecil, lalu meremas pelan tangan Lila. Bagi Sean apa yang dia lakukan bukanlah pengorbanan yang layak dibanggakan. Toh dia masih bisa menikmatinya,

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   329. Kepercayaan

    Sore itu, sebuah mobil hitam mewah berhenti tepat di depan gedung Mahendra Securitas. Pintu mobil terbuka, dan Sean melangkah keluar dengan langkah mantap. Setelan jasnya rapi, kemeja putih tanpa cela berpadu dengan dasi berwarna gelap yang menambah aura kharismanya. Tatapan matanya tenang, penuh percaya diri, memancarkan pesona yang sulit diabaikan.Saat Sean memasuki lobi kantor, beberapa karyawan wanita tak bisa menyembunyikan kekaguman mereka. Bisikan pelan terdengar di sudut-sudut ruangan.“Itu suaminya Bu Lila, kan?” bisik salah satu staf.“Iya, ya ampun, ganteng banget. Mereka pasangan serasi banget,” sahut yang lain sambil tersenyum kagum.Sean melangkah melewati mereka tanpa banyak bicara, hanya memberikan anggukan singkat yang membuat beberapa orang semakin terpesona. Aura dingin dan tenangnya justru menambah daya tariknya.Delisa, yang kebetulan sedang berada di salah satu sudut ruangan, melihat semua pemandangan itu dengan tatapan sulit diartikan. Senyum tipis menghiasi wa

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   328. Kegalauan Lila

    Di kantor, Lila tampak gelisah. Tatapannya kosong meski layar laptop di depannya penuh dengan angka dan laporan. Pikirannya melayang, tak bisa fokus pada pekerjaan.Tadi, sebelum pulang, Inayah menemuinya dengan wajah sedih. Kata demi kata yang diucapkan sang ibu seolah sulit untuk Lila abaikan begitu saja."Kau tahu apa yang dilakukan ibu mertuamu saat kami mengantar Brili tadi? Tadi dia melabrak Ibu."Lila mengerutkan kening. "Melabrak? Kenapa?" Tentu Lila sangat terkejut, karena keduanya berangkat terlihat rukun dan akrab."Ibu juga kaget. Dia menuduh Delisa merayu Sean." Inayah menatap Lila, suaranya mengandung kemarahan yang tertahan. "Tapi coba pikir, Li … apa masuk akal? Bisa saja justru Sean yang menggoda adikmu."Lila terdiam, dadanya sesak. Kata-kata Inayah menancap tajam di pikirannya, memunculkan keraguan yang berusaha dia tepis."Sean nggak mungkin begitu, Bu," bisiknya, tapi suaranya terdengar ragu.Inayah menepuk tangan Lila lembut. "Ibu cuma ingin kamu waspada. Jangan

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   327. Menyingkirkan Duri dalam Daging

    Lila berdiri di depan pintu, matanya sedikit berkaca-kaca saat memelik tubuh sang ayah."Jaga dirimu baik-baik, Nak," ucap Waluya membisikkan doa serta nasihat yang selalu ia berikan sejak Lila kecil. "Jangan lupa berdoa. Tetap rendah hati, jadilah ibu dan istri yang baik. Jangan lupa tetap hormati ibu mertuamu!”“Ya, Pak,” jawab Lila lirih sambil menahan air mata.Lila mengangguk, menggenggam tangan ayahnya untuk terakhir kali sebelum memasuki mobil. Waluya menurunkan kaca jendela, lalu melambaikan tangan sambil tersenyum hangat.Sementara itu, Inayah hanya diam. Wajahnya muram, pikirannya masih dipenuhi dengan ancaman Sekar di kafe tadi. Ia bahkan tak memberikan pesan apa pun untuk Lila, sesuatu yang membuat putrinya sedikit heran.Setelah mobil mereka tak terlihat lagi, Lila menghela napas dan berbalik menuju rumah. "Aku ke kamar dulu, bersiap ke kantor," ucap Lila kepada Sean dan Sekar sebelum melangkah menaiki tangga.Sean hanya mengangguk sambil melirik jam tangannya. "Aku juga

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status