Beranda / Romansa / Kelana Nirbatas / Bab 23 - Sejarah Baru

Share

Bab 23 - Sejarah Baru

Penulis: Asep Kuma
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-08 00:48:39

Ruang aula yang perlahan terisi penuh oleh para peserta, menjadi pertanda dimulainya acara selanjutnya. Sebelum pemberian materi oleh para pembicara yang merupakan tokoh-tokoh penting di UNSUF, Rafiq sang ketua divisi acara kembali hadir untuk memberikan beberapa penjelasan sebelum para peserta mulai mendengarkan pembicara yang sesungguhnya. 

Rafiq berdiri di atas panggung, di hadapan para peserta. Di atas panggung juga terdapat meja panjang dengan beberapa kursi di belakangnya. Dirga yang merupakan ketua panitia terlihat duduk di salah satu kursi yang disediakan di sana, ia tampaknya akan menjadi salah satu orang penting yang akan menjadi pembicara.

“Selamat pagi, selamat datang bagi para peserta yang telah hadir, saya akan memberi beberapa susunan dan peraturan sebelum kita melanjutkan acara,” salam Rafiq.

&

Asep Kuma

Terima kasih telah membaca seperti biasa, jangan lupa vote novel ini menggunakan gems kamu agar novel ini semakin dikenal oleh pembaca lainnya yaa~ Salam hangat. -AK

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kelana Nirbatas   Bab 24 - Anugerah

    Antariksha Bumisakti termenung di tengah-tengah ruangan besar berisi banyak sekali orang kebingungan, matanya membulat sendirian dengan detak jantung berdebar tak karuan. Seorang perempuan yang duduk di sampingnya juga tak kalah bingung, ia seketika langsung memperhatikannya dengan tatapan tak percaya.Reaksi yang diterima kedua orang itu sangat kontra dengan para peserta lainnya yang mengerumuni mereka, ketika orang lain yang tak tahu apa-apa hanya mampu saling melihat satu sama lain sembari bertanya siapakah sosok Antariksha Bumisakti yang baru saja disebut oleh Pak Ali, orang-orang yang mengenal sosok aslinya mungkin sekarang sedang terdiam dan bertanya tentang hal apa yang Arsha lakukan sehingga mampu menarik perhatian seseorang sepenting itu.“Sha, kamu…,” ujar Niskala.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Kelana Nirbatas   Bab 25 - Terima Kasih, Antariksha

    Ratusan pasang mata kini terpaku kepada Arsha yang baru saja mengatakan hal yang tak terduga, ia yang sedari awal berdiri berdampingan bersama Pak Ali, ternyata menjadi satu-satunya orang yang menentang dan tak menerima keputusan dari Rektornya sendiri, kendati keputusan itu sangat menguntungkan dirinya pribadi. “Tidak adil? Kenapa kamu berpikir begitu, Nak?” tanya Pak Ali. “Dalam ruangan ini, saya memiliki dua orang teman perempuan, keduanya sangat ingin menjadi ratu bahkan sebelum acara Ospek ini dimulai. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan jika ada orang lain yang juga sangat menginginkan posisi raja. Meskipun saya tidak mengenalnya, pasti di salah satu sudut ruangan ini ada yang telah mati-matian mempersiapkannya dengan penuh semangat. Saya tidak bisa begitu saja datang dan mengambil apa yang baru saja ingin mereka per

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • Kelana Nirbatas   Bab 26 - Pita Merah Muda

    Langkah kaki Arsha melambat seiring tubuhnya yang mendekat dengan ketiga orang yang ia kenal, pandangannya lebih sering tertuju ke bawah, langsung ke arah sebuah amplop merah muda dengan pita. Ia masih menggumamkan tentang kemungkinan isi dari amplop bersangkutan, sekaligus mencoba menerka dari mana asalnya.Arsha yang terlihat seperti orang kebingungan, berhasil menarik perhatian Rawa yang tak sengaja melihatnya. Langkah kaki yang tak dihitung jumlahnya, tiba-tiba mencapai sebuah titik di mana ia akhirnya sampai ke tujuannya.Kini bukan hanya Rawa, namun juga Rhea dan Niskala yang menyadari keberadaan Arsha, Rawa yang telah lebih dulu tertarik pusat perhatiannya, tanpa basa basi langsung menyapa Arsha, tentu saja dengan caranya.“Woi, anak ilang? Lagi nyari mama?&rdqu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-11
  • Kelana Nirbatas   Bab 27 - Malaikat Pelindung

    Setelah beberapa jam mendengarkan, acara pemberian materi akhirnya berakhir bersamaan dengan suara panggilan untuk istirahat sore menjelang petang. Tepat pada pukul lima sore, mereka semua kembali bubar untuk sekadar makan cemilan dan ibadah sore bagi yang menjalankan. Arsha telah berpisah dengan Niskala yang juga kembali ke kelompoknya, ia kini sendirian menuju sekumpulan orang yang tak lain adalah anak-anak asuh dari Celine. Pendamping kelompok yang terlihat riang itu juga terlihat menyadari keberadaan dari Arsha. “Eh, Arsha, sini-sini,” pintanya dengan gestur tangan yang mengundang. “Iya, Kak,” angguk Arsha. Celine mulai kembali menjalankan perannya. Tidak seperti pendamping kelompok pada umumnya, C

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-12
  • Kelana Nirbatas   Bab 1 - Teman Lama

    Senin pagi, 3 Agustus 2020Tumpahan cairan berwarna kecoklatan menghiasi meja kaca yang berada persis di depan seorang pemuda berpakaian putih hitam tanpa dasi, dua kotak bongkahan es batu yang kian mengerucut, mengecil karena mencair, terlihat di tengah-tengah genangan kecil itu. Es teh manis yang seharusnya sudah berada di lambungnya, membasuh melewati kerongkongannya, harus terpaksa direlakan kendati ia sangat mengharapkan, karena ia sedari pagi sudah pontang-panting mencari tempat tambal ban untuk motornya yang tertembus paku di jalan. Namun kesalahan kecil dari office boy itu bisa dengan mudah ia lupakan, karena dalam waktu dekat ia akan mendapat es teh manis pengganti.Arsha duduk di sebuah sofa bersama dua orang lain berpakaian rapi persis seperti dirinya, pemuda berusia dua p

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-15
  • Kelana Nirbatas   Bab 2 - Niskala

    Penyu adalah salah satu hewan paling berani di muka bumi. Tukik, sebutan untuk anakan penyu, adalah analogi positif untuk menggambarkan perjuangan dari nol, sejak masih berada di dalam telur, tukik sudah ditinggalkan oleh induknya, terkubur dalam pasir tanpa penjagaan, menetas mandiri tanpa bantuan, menemukan jalan hidupnya sendiri ke lautan dan harus bertahan dengan cangkang yang masih sedikit lunak sampai ia menjadi kuat.Antariksha Bumisakti, atau biasa dipanggil Arsha, setiap harinya menjalani hidup seperti seekor tukik yang baru menetas, ia tak gentar untuk merayap sekuatnya melewati pasir pantai untuk menuju ke samudera lepas sampai bisa berenang bebas. Namun, kali ini, Arsha sang tukik harus dihadapkan dengan kenyataan pahit; ia menetas terakhir. Tukik yang menetas terakhir harus mengemban resiko paling besar, tukik-tukik yang lebih dahulu menetas, telah meninggalkan jejak berupa aroma

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-15
  • Kelana Nirbatas   Bab 3 - Sepucuk Surat

    Kepulan asap tipis berkumpul di atas potongan kayu bakar yang sedang dikipasi oleh Pak Khalid, ikan-ikan segar berbumbu dibariskan tertib melewati tusukan bilih bambu oleh Pak Rohim dan Pak Sopir, semua penghuni rumah Arsha sudah berkumpul di halaman belakang, kecuali Bu Ani dan Niskala, yang sedang sibuk di dapur untuk menyiapkan nasi dan lauk tambahan untuk nantinya menemani ikan-ikan segar itu. Di tengah ingar bingar kesibukan masing-masing, muncul Arsha dengan membawa dua buah daun pisang ukuran besar yang baru ia ambil dari kebun tak jauh dari belakang rumahnya. Makan bersama banyak orang beralaskan daun pisang merupakan hal yang biasa, selain karena asas persatuan dan kebersamaan, budaya Liwetan ini juga dipercaya bisa membuat acara makan lebih nikmat, tradisi ini sudah muncul sejak masuknya pengaruh Agama Islam di Pulau Jawa dan banyak ditemukan di pesantren-pesantren pada masa

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-15
  • Kelana Nirbatas   Bab 4 - Teh Hangat

    Desa Bitung memang terletak di daerah dekat pesisir pantai, tapi bukan berarti desa ini tertinggal, tempat tinggal Arsha contohnya, jarak antar rumah warga tidak terlalu dekat dan hampir semua penduduk hidup di atas tanah milik sendiri, rumah-rumah warga pun sudah mengikuti zaman, memang ada beberapa yang masih berbentuk seperti bangunan tempo dulu, namun biasanya rumah tersebut dimiliki oleh penduduk yang sudah sepuh dan ditinggal pergi anak-anaknya yang merantau dan jarang pulang ke desa.Rumah Arsha sendiri merupakan bangunan permanen modern dengan pondasi yang kokoh seperti kebanyakan bangunan di kota-kota kecil. Rumah ini memiliki dua lantai dan sebuah garasi untuk mobil Kijang kebanggaan Pak Khalid, di lantai pertama terdapat empat buah ruangan, satu kamar Pak Khalid dan Bu Ani, satu kamar dengan pintu berhiaskan tirai cangkang kerang yang kini menjadi kamar Niskala, satu kamar tamu yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-19

Bab terbaru

  • Kelana Nirbatas   Bab 27 - Malaikat Pelindung

    Setelah beberapa jam mendengarkan, acara pemberian materi akhirnya berakhir bersamaan dengan suara panggilan untuk istirahat sore menjelang petang. Tepat pada pukul lima sore, mereka semua kembali bubar untuk sekadar makan cemilan dan ibadah sore bagi yang menjalankan. Arsha telah berpisah dengan Niskala yang juga kembali ke kelompoknya, ia kini sendirian menuju sekumpulan orang yang tak lain adalah anak-anak asuh dari Celine. Pendamping kelompok yang terlihat riang itu juga terlihat menyadari keberadaan dari Arsha. “Eh, Arsha, sini-sini,” pintanya dengan gestur tangan yang mengundang. “Iya, Kak,” angguk Arsha. Celine mulai kembali menjalankan perannya. Tidak seperti pendamping kelompok pada umumnya, C

  • Kelana Nirbatas   Bab 26 - Pita Merah Muda

    Langkah kaki Arsha melambat seiring tubuhnya yang mendekat dengan ketiga orang yang ia kenal, pandangannya lebih sering tertuju ke bawah, langsung ke arah sebuah amplop merah muda dengan pita. Ia masih menggumamkan tentang kemungkinan isi dari amplop bersangkutan, sekaligus mencoba menerka dari mana asalnya.Arsha yang terlihat seperti orang kebingungan, berhasil menarik perhatian Rawa yang tak sengaja melihatnya. Langkah kaki yang tak dihitung jumlahnya, tiba-tiba mencapai sebuah titik di mana ia akhirnya sampai ke tujuannya.Kini bukan hanya Rawa, namun juga Rhea dan Niskala yang menyadari keberadaan Arsha, Rawa yang telah lebih dulu tertarik pusat perhatiannya, tanpa basa basi langsung menyapa Arsha, tentu saja dengan caranya.“Woi, anak ilang? Lagi nyari mama?&rdqu

  • Kelana Nirbatas   Bab 25 - Terima Kasih, Antariksha

    Ratusan pasang mata kini terpaku kepada Arsha yang baru saja mengatakan hal yang tak terduga, ia yang sedari awal berdiri berdampingan bersama Pak Ali, ternyata menjadi satu-satunya orang yang menentang dan tak menerima keputusan dari Rektornya sendiri, kendati keputusan itu sangat menguntungkan dirinya pribadi. “Tidak adil? Kenapa kamu berpikir begitu, Nak?” tanya Pak Ali. “Dalam ruangan ini, saya memiliki dua orang teman perempuan, keduanya sangat ingin menjadi ratu bahkan sebelum acara Ospek ini dimulai. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan jika ada orang lain yang juga sangat menginginkan posisi raja. Meskipun saya tidak mengenalnya, pasti di salah satu sudut ruangan ini ada yang telah mati-matian mempersiapkannya dengan penuh semangat. Saya tidak bisa begitu saja datang dan mengambil apa yang baru saja ingin mereka per

  • Kelana Nirbatas   Bab 24 - Anugerah

    Antariksha Bumisakti termenung di tengah-tengah ruangan besar berisi banyak sekali orang kebingungan, matanya membulat sendirian dengan detak jantung berdebar tak karuan. Seorang perempuan yang duduk di sampingnya juga tak kalah bingung, ia seketika langsung memperhatikannya dengan tatapan tak percaya.Reaksi yang diterima kedua orang itu sangat kontra dengan para peserta lainnya yang mengerumuni mereka, ketika orang lain yang tak tahu apa-apa hanya mampu saling melihat satu sama lain sembari bertanya siapakah sosok Antariksha Bumisakti yang baru saja disebut oleh Pak Ali, orang-orang yang mengenal sosok aslinya mungkin sekarang sedang terdiam dan bertanya tentang hal apa yang Arsha lakukan sehingga mampu menarik perhatian seseorang sepenting itu.“Sha, kamu…,” ujar Niskala.

  • Kelana Nirbatas   Bab 23 - Sejarah Baru

    Ruang aula yang perlahan terisi penuh oleh para peserta, menjadi pertanda dimulainya acara selanjutnya. Sebelum pemberian materi oleh para pembicara yang merupakan tokoh-tokoh penting di UNSUF, Rafiq sang ketua divisi acara kembali hadir untuk memberikan beberapa penjelasan sebelum para peserta mulai mendengarkan pembicara yang sesungguhnya. Rafiq berdiri di atas panggung, di hadapan para peserta. Di atas panggung juga terdapat meja panjang dengan beberapa kursi di belakangnya. Dirga yang merupakan ketua panitia terlihat duduk di salah satu kursi yang disediakan di sana, ia tampaknya akan menjadi salah satu orang penting yang akan menjadi pembicara. “Selamat pagi, selamat datang bagi para peserta yang telah hadir, saya akan memberi beberapa susunan dan peraturan sebelum kita melanjutkan acara,” salam Rafiq. &

  • Kelana Nirbatas   Bab 22 - Hipotesis

    Para anggota kelompok dibawah pengawasan Celine ditinggalkan dengan kebingungan oleh sang ketua acara begitu saja, Celine yang terlihat seperti mengetahui sesuatu juga memilih untuk tak memberi tahu apa-apa kepada mereka. “Calon raja?” gumam Arsha dalam hatinya. Arsha yang juga tak mengerti maksud perkataan Dirga, lebih memilih untuk tak mencari tahu kepada pendamping kelompoknya. Pada akhirnya Arsha lebih memilih untuk fokus kepada acara Ospek yang akan segera berlanjut ke tahap berikutnya. “Kak, maksudnya calon raja itu apa, ya?” tanya salah satu anggota kelompok. “Iya, Kak, tadi Kak Dirga ngomongin apa, sih?” sambung anggota yang lain. “Udah, u

  • Kelana Nirbatas   Bab 21 - Kandidat Kuat

    Dirgantara Andromeda yang tak diduga mengumumkan perubahan sistem pemilihan raja dan ratu Ospek, memberikan kejutan kepada para kandidat yang berminat, dua orang yang Arsha tahu sebagai peserta yang berminat antara lain adalah Niskala dan Shania. Arsha memang tak bisa melihat mereka berdua, tapi ia sangat yakin bahwa mereka pasti sedang memperhatikan dengan seksama. “Voting akan tetap berjalan seperti tahun-tahun sebelumnya, namun tahun ini sumbangsih dari hasil voting hanya akan berpengaruh sebesar empat puluh persen dari keseluruhan nilai, enam puluh persennya akan didapatkan dari poin!” seru Dirga. “Poin?” “Maksudnya?” “Poin apa?” Bisikka

  • Kelana Nirbatas   Bab 20 - Sistem

    Mobil perak milik Shania akhirnya sampai di depan gerbang UNSUF yang tempo hari dilewati oleh Arsha dan Niskala. Para penumpang mobil itu langsung bergegas keluar dari kendaraan yang telah membawa mereka, meski waktu masih tersisa sepuluh menit, mereka tak ingin mengambil risiko terlambat meski hanya satu detik. Karena jumlah calon mahasiswa baru tidak begitu banyak, Ospek di UNSUF mengharuskan seluruh calon mahasiswa dari tiap jurusan untuk digabung menjadi satu, dan kemudian dipecah menjadi banyak kelompok kecil berjumlah sepuluh orang. Segera setelah memasuki gerbang UNSUF, gerombolan berkalung tanda nama dari kardus itu langsung menuju sebuah lapangan besar yang terlihat ramai. Tepat pukul enam kurang sepuluh menit, mereka sudah sampai di tempat berkumpul para calon peserta didik.

  • Kelana Nirbatas   Bab 19 - Kartu As

    Suara Rawa terdengar begitu nyaring di tengah gelap, seakan mampu menembus lapisan kabut yang menyelimuti hampir di tiap sudut. Pemuda itu tampak tergesa-gesa mengayuh sepedanya sampai lupa bahwa ada seseorang di belakangnya yang tampak kurang nyaman dengan segala guncangan yang ia rasakan. Keberadaan Rawa dan Rhea di atas sepeda, di saat waktu yang telah dijanjikan untuk kedatangan mobil Pak Rama telah terlewat begitu saja, sontak membuat gelisah Arsha dan Niskala yang sejak tadi menunggu di tengah dinginnya suhu. Tak ada hal lain yang ingin mereka berdua lakukan saat ini selain menanyakan apa yang sedang terjadi kepada Rawa dan Rhea. Sepeda yang awalnya terlihat seperti titik kecil di tengah kabut tebal, perlahan mulai terbentuk kembali ke wujud asal. Teriakan Rawa berakhir sesaat setelah sepeda kayuhannya berhasil sampai dua l

DMCA.com Protection Status