Share

Kejutan dari Pak Ujang

Penulis: Fetina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-24 11:58:20

"Boleh boleh. Nanti saya kasih nomor ponselnya ya! Memangnya buat apa nomor saya Neng Alma?" tanyanya.

"Kali aja nanti saya butuh uang. Bisa langsung calling sama Pak Ujang," jawabku.

"Oh gitu. Sekarang pun saya mau bicarakan tentang rumah dan mobilmu."

Apa? Maksudnya apa? Aku dan Ibu sama-sama mendekati Pak Ujang.

"Kita masuk saja ke dalam," katanya. Ia meminta kami masuk ke rumah Susi.

Susi memandangiku, aku tak peduli. Yang penting aku masuk dan tau kabar tentang rumahku.

Kami duduk sama-sama di ruang tamu. Pak Ujang akan mengatakan sesuatu.

"Bu Odah dan Neng Alma, rumah dan mobilnya sudah ada yang bantu menebusnya. Ia yang membayar lunas semuanya," ucap Pak Ujang.

Aku dan Ibu masih sama-sama terkejut dengan pernyataan Pak Ujang. Siapa yang melakukannya?

"Siapa Pak?" tanya seseorang yang ada di dekatku yaitu Ibu.

"Dan itu berarti rumah dan mobil kalian sudah ada yang punya. Jadi tolong bersihkan isinya karena ada yang akan mengontrak di sana."

Ibu semakin penasaran karena Pak Ujan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung    Apa Ibu Berpura-pura?

    Kalau aku, jika dihubungi, aku kan balas. Jika tidak, ya tidak usah memulai untuk menghubungi.Kemudian, ada notifikasi pesan di aplikasi hijau. Saat kubuka, ternyata dari nomor baru. Di situ ada video saat Kang Rahman berbicara dengan beberapa orang. Ada Dilla dan dua orang lagi.Kudengarkan percakapan di video itu. Mereka membahas surat dari almarhumah istri Kang Rahman. Isinya ternyata menyuruh Kang Rahman untuk menikahi Dilla.Kang Rahman mencoba menolak melakukan itu, namun kedua orangtua almarhumah Hani memaksa Kang Rahman menerima Dilla jadi istrinya.Kang Rahman tetap nggak mau. Akhirnya Kang Rahman setuju jika kedua anaknya setuju juga. Aku tak tau maksud si pengirim dalam mengirimkan video ini padaku. Aku bukan apa-apanya Kang Rahman. Tapi aku malah diberi video ini. Kubuka info si pengirim, ternyata foto Dilla dengan nama Dill. Itu berarti benar, si empunya nomor WhatsApp ini adalah Dilla. Aku tak mau membalasnya. Buat apa dibalas juga? Aku tak ada sangkut pautnya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung    Ibu Kemana?

    Apa ini hanya strategi ibu saja? Iya begitu menginginkan untuk menginap di sini. Sebaiknya ku telepon Susi untuk membawa pulang Ibu dari sini. Mungkin Susi sendiri akan merasa malu jika mertuanya malah menginap di rumahku."Sebentar ya Bu, aku mau ke dalam dulu!" Kutinggalkan ibu sendiri di ruang tamu.Kemudian di dalam kamar, aku menelepon Susi."Halo Susi, jemputlah ibu mertuamu ini. Sedari siang, Ibu sudah di sini dan tak mau pulang sampai sekarang," ungkapku pada Susi di telepon."Apa Ibu ada di rumahmu? Kata ibu tadi akan melihat rumah di kampung.""Maksudmu apa? Apa Ibu mau melihat rumah lama kami?" tanyaku."Ya, rumah lama itu sudah kembali ke tangan ibu," jawab Susi."Kok bisa? bukannya sudah ada yang menebus?" tanyaku."Kamu terlalu polos, Alma. Oh ya, kamu polos apa bod*h ya?" Susi mulai menjengkelkan."Tapi sejak siang ibu ada di rumahku. Justru kamu yang dibod*hi," jawabku."Terserah kamu saja, yang penting aku tahu rahasia itu. Itulah yang membuatmu terlihat b*doh!" ucapn

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung    Mencari Ibu

    "Baiklah, Sus. Aku pergi dulu ya!"Kemudian aku menyusuri jalan pelan-pelan. Mencarinya di kanan dan kiri, mungkin Ibu belum jauh berjalan. Kuingat-ingat pakaian Ibu hari ini.Semua terekam dalam ingatanku, lalu aku mencarinya terus. Namun masih belum menemukannya juga.Saat putus asa, aku berhenti dulu di sebuah taman kota. Kuparkirkan mobil tak jauh dari kursi taman. Aku duduk di sana sembari memandangi langit yang hitam pekat. Tentunya sambil berdoa agar Ibu baik-baik saja dan segera bisa kutemukan. Terdengar suara ponsel, Kang Ikbal menelepon."Alma, kamu gimana sih, kok bisa Ibu menghilang di rumahmu?" tanya Kang Ikbal. "Maaf Kang. Aku juga nggak tau Ibu bakal pergi. Karena aku hanya menelepon Susi dari kamar, Ibu kutinggal di ruang tamu," sahutku"Makanya jadi orang harus ikhlas. Ada orang tua datang dan mau menginap, kamu nggak mau menampung Ibu sehingga menelepon Susi. Kamu nggak tau pengorbanan Ibu merawat anak-anak," katanya.Aku diam, walau Ibu jahat tapi ia tetap merawat

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung    Kerecokan Pak RT

    "Iya, Pak RT. Silahkan masuk dulu!" Biar aku mengobrol di ruang tamu saja karena di luar ada Kang Ikbal dan Kang Rahman."Iya Bu." Terdengar Pak RT memanggil kedua laki-laki yang ada di depan. "Ayo masuk sini Pak Ikbal dan Pak Rahman!" panggilnya.Mereka menghampiri Pak RT karena suaranya sudah di ruang tamu semua. Aku bergerak cepat mencari berkas yang sudah dikumpulkan agar segera sampai di tangan Pak RT, sehingga bisa segera ditangani.Alhamdulillah ketemu juga, aku masuk kembali ke ruang tamu."Pak RT, ini berkasnya. Tolong dicek berkasnya, Pak. Kali aja ada yang kurang," ucapku.Pak RT mengambilnya dari tanganku, lalu ia membaca satu per satu berkas yang kuberika. Ia memandangi buku nikah yang dipegangnya."Ini kok, Pak Ikbal?" tanya Pak RT membuatku bingung mau menjawab apa. Apa yang dipikirkannya sekarang ya?"Iya, istri sahnya Kang Ikbal itu saya, Pak."Pak RT tersenyum sembari mengangguk."Wah, kejutan sekali ini. Lalu Bu Susi itu siapa? Oooh, berarti Bu Susi istri siri Pak I

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung    Anak-anak sayang Kang Rahman

    [Bukan soal itu. Aku tak peduli perawan atau janda, aku hanya ingin seorang istri yang sreg dengan hatiku.][Kang, coba Akang salat istikharah. Mantapkan hati Akang. Semoga nanti dapat petunjuk.]Itu saja yang bisa kuberikan untuk Kang Rahman. Semoga ia bisa berjodoh dengan Dilla.[Baiklah jika itu saranmu.]Aku berikan saran pada Kang Rahman, tapi kok terasa nyesek hati ini. Apa aku menyukainya?***Sore ini Kang Rahman main memenuhi janji pada anak-anak. Karena ia memang tujuannya bertemu anak-anak, aku tak mau menemuinya. Biarlah mereka saja yang mengobrol bareng.Aku hanya meminta pada Bi Ikah agar melayani Kang Rahman dengan baik. Anak-anak ingin makan pizza bareng Kang Rahman, aku wujudkan dengan memesankannya.Di kamar, aku juga menyusun anggaran jika harus membuka frenchise. Ternyata perlu modal besar. Namun jika ada satu gerai yang buka dan itu berhasil, semua akan mengikuti.Di kemasan frenchise nanti, aku akan mengemas nasi uduk kemasan hemat seharga lima ribu rupiah, porsi

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung    Bukti untuk Kang Ikbal

    "Ya sudah Paman pulang dulu ya, anak-anak! Teh Alma, saya permisi! Kang Ikbal, mangga," katanya."Hei, Rahman! Kamu nggak usah balik-balik lagi ke sini. Mau pergi ya pergi aja. Mereka anak-anakku kok. Kenapa kamu yang repot anter jalan-jalan segala. Awas ya jangan memperlihatkan wajahmu di sini lagi, bisa aku tuntut kamu nanti," cecar Kang Ikbal.Kang Ikbal sungguh mengesalkan, datang-datang malah marah-marah nggak jelas. Buatku ia sekarang bukan apa-apa setelah berkali-kali menyakiti hati dan mentalku."Anak-anak, kalian mending masuk dulu ya?" pintaku. Aku giring mereka masuk ke kamarnya. Mereka menurut saja padaku."Iya, Hanif kesel sama Bapak. Apa coba ngomong gitu sama Paman!""Sama, aku pun kesal. Bu, kasih tau Bapak. Apa yang udah Bapak kasih sama kita selama Ibu nggak ada? Pasti Bapak nggak bisa jawab," ucap Hanifa.Kasihan anak-anak, mereka trauma karena perlakuan bapaknya. Aku tak mau kondisi dulu tetap berlanjut ke depan. Makanya aku memilih menggugatnya untuk bercerai.Aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung    Sidang Pertama

    "Bu Alma, nanti saya dampingi di sidang. Mau bareng berangkatnya, Bu?" tanya Pak RT."Nggak usah saya berangkat sendiri saja."Kami bertemu di pengadilan. Kang Ikbal sudah ada di tempat. Agenda pertama adalah mediasi. Kami diminta melakukan mediasi yang didampingi oleh mediator. Waktu untuk mediasi selama 22 - 40 hari.Kami akan melakukan mediasi di dalam pengadilan saja. Karena kalau di luar sepertinya tidak mungkin.Seusai sidang, aku dan Pak RT meninjau gerai frenchise nasi uduk milik Pak RT yang akan segera dibuka. Lokasinya lumayan jauh dari komplek perumahan."Wah, sudah hampir selesai ya, Pak!""Iya. Nanti Bu Alma yang buka, ya!""Wah, harus saya kah?" "Iya, dong. Harus ownernya dong. Biar ketauan siapa yang punya bisnis ini sebenarnya.""Pak RT bisa aja. Oke saya pulang ya! Insya Allah nanti saya datang ke pembukaan gerai milik Bapak. Sukses ya, Pak."Bu Alma nggak apa-apa pulang sendiri?" tanya Pak RT."Nggak apa-apa kok, Pak. Saya dah biasa sendiri. Oke saya permisi, ya!"A

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung    Kang Ikbal Terkejut

    Aku hanya mendengar dari dalam rumahku saja, tidak berani untuk keluar dan ikut campur dalam urusan mereka. Kulihat Kang Ikbal mengacak rambutnya dengan kencang, ia terlihat sangat terpukul.Kang Ikbal memperhatikan rumahku, ia mendekat dan akan membuka pintu gerbang, akan tetapi kesulitan untuk membukanya.Tak lama, Kang Ikbal berteriak memanggil namaku di depan gerbang."Alma, buka pintunya!" Aku sengaja tidak menemuinya ke depan. Bi Ikah bersiap untuk membuka gerbang, tapi aku larang ia untuk membuka pintu."Sudah Bi, jangan dibuka! Biarkan saja Kang Ikbal di depan. Tadi kulihat ia berantem dengan istrinya. Takutnya nanti Kang Ikbal malah baper ingin kembali kepadaku.""Ya Allah. Memangnya Neng Susi kenapa, Neng?" Tanya Bi Ikah."Susi ternyata berselingkuh dengan Pak Ujang," jawabku.Bi Ikah membulatkan matanya. Kemudian ia duduk karena syok dengan kabar yang kusampaikan."Maksud Neng Alma, Pak Ujang rentenir itu ya? Benarkah itu, Neng?" tanyanya lagi."Benar, Bi. Aku sudah beberap

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-11

Bab terbaru

  • Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung    Candaan Anak-anak

    "Udah, ini sedang dijalan. Teh Alma mau pesen apa? Biar nanti saya bawakan?""Nggak usah.""Oh ... saya bawakan martabak aja ya. Oya teh, saya mau ngenalin teteh sama kedua anak saya. Kapan teteh kira-kira bisa?"Wah, ada apa ya Kang Rahman sampai nyari waktu buat ketemu anaknya."Mmm kapan ya? Memangnya pada di rumah?""Sedang libur pesantren. Ini juga mereka jalan-jalan sama anak-anak saya, Teh.""Masa?""Ya udah nanti aja pas pulang, tinggal turun. Kenalan sama saya," sahutku."Iya sih. Tapi pengennya ada makan siang di rumah saya, Teh. Teteh dan anak-anak datang ke rumah.""Oh gitu. Ya udah aku pikirkan dulu ya!""Baik, Teh."Kang Rahman jangan-jangan memang masih ingin memperistriku? Rasanya aku takut sekali kalau harus menikah lagi. Apalagi Kang Rahman punya dua anak. Kalau mereka nggak suka aku bagaimana? Kalau Pak RT memang masih bujangan, tapi aku belum sreg dengannya. Ah benar-benar memusingkan.Memang, perceraianku dengan Kang Ikbal sudah tiga bulanan. Tapi untuk menentukan

  • Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung    Anak-Anak Jalan-jalan dengan Kang Rahman

    "Bu Alma, kenalkah denganku?" Ia membuka cadarnya sebentar. Aku langsung mengenalinya."Tini! Kamu Tini kan? Apa kabar?" Aku memeluk sahabat lamaku waktu jadi TKW di Arab Saudi."Iya, Alma. Aku Tini!" Kami saling berpelukan. "Kamu udah sukses sekarang, Al. Kalau aku belum bisa sesukses dirimu."Kamu mau buka kebab atau nasi uduk? Kenapa nggak menyapaku tadi?" "Malu aku, Al. Masa orang sepertiku menyapa pembicara. Mending kek gini aja, di balik layar. Hehe. Kamu hebat loh kemarin sempet terkenal, ada di televisi," kata Tini."Ah, iya. Padahal aku sedih banget majikanku meninggal. Beliau seperti ayah bagiku. Yang ngajarin aku bisnis itu siapa lagi kalau bukan majikanku," jawabku."Oh gitu. Pantas, pulang dari sana kamu malah pinter bisnis. Semoga akupun ketularan dengan membuka gerai kebab mini dan nasi uduk," ucapku."Eh, ngobrolnya di rumahku yuk! Kangen nih sama kamu," sahut Tini."Nggak bisa Tin, anakku masih pemulihan kemarin mereka sempat kecelakaan," jawabku."Ya Allah, dua-duan

  • Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung    Bertemu Sahabat

    Luar biasa semangat Kang Ikbal yang mau merubah nasib dengan terus berikhtiar untuk berbisnis.Hanif sudah baikan. Sedikit demi sedikit ia bisa mengingat kejadian sebelumnya. Kadang saat dia inget, langsung ia sebutkan saja."Oya Ibu, aku ingat dulu ibu pergi keluar negeri, trus aku nangis," katanya.Ya Allah, kenangan itu. Saat pertama kali aku akan berangkat ke Arab Saudi. Hanif dan Hanifa menangis terus, mereka bersama Bapaknya. Hanif dipangku oleh Kang Ikbal, sementara Hanifa, ia berdiri di sebelah bapaknya.Saat itu, aku akan menaiki mobil yang akan membawaku ke bandara. Sedih sekali harus meninggalkan suami dan kedua anakku."Ibuu!" teriak Hanif, ia turun dari gendongan bapaknya, lalu mengejar mobilku. Aku yang berada di dalam mobil, tak bisa berbuat apa-apa. Jika aku saat itu turun dan memeluk Hanif, mungkin aku takkan jadi berangkat ke Arab Saudi.Kulihat Hanifa hanya menangis sembari memegangi tangan bapaknya. Satu tangan lagi ia gunakan untuk mengusap wajahnya yang basah.Ak

  • Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung    Hanif boleh Pulang

    Saat aku kembali ke ruangan, Hanif sedang dipegangi oleh Kang Rahman dan Pak RT. Infusan bergeser, sehingga ada darah yang naik di selang. Gegas Perawat membenarkan posisinya agar tidak ada darah yang tersedot di selang infus.Selain itu, perbannya sudah tercabik-cabik. Perawat membenarkan posisi perban juga. Aku hanya bisa memperhatikan yang dilakukan perawat."Sudah, Bu.""Sus, mengapa bisa demikian ya? Anak saya jadi tiba-tiba mengamuk tanpa sebab," sahutku."Memang ada beberapa kasus seperti anak ibu. Pasca operasi kepala, mereka tidak bisa kembali normal seperti sedia kala. Biasanya dibutuhkan waktu, sehingga harus sabar agar si pasien kembali sembuh," sahut Perawat itu."Ya Allah, terima kasih ya Sus atas keterangannya. Mudah-mudahan saya diberi kesabaran yang lebih," sahutku."Insya Allah, Bu. Buat yang merawat harus tetap semangat berjuang," katanya.Selepas Perawat keluar dari kamar Hanif, kuhampiri anakku. Ia memandangiku."Hanif, tadi kenapa?" Ia diam, mungkin tidak ingat

  • Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung    Hanifku

    "Hanif masih sakit. Dia tak bisa pulang sekarang, Hani. Insya Allah nanti menyusul ya!" sahutku."Iya, Bu. Mudah-mudahan, aku kangen sama Hanif. Nanti siapa temen berantemku? Lagipula nanti aku di atas kesepian, kalau kamar Hanif kosong," katanya."Kalau kamu mau ditemenin Ibu atau Bi Ikah, bilang aja ya!""Iya, pengen banget, Bu. Aku nggak mau sendirian," sahut Hani.Kami pulang dan sampai di rumah setelah 30 menit berlalu."Eh, Neng Hani udah pulang," sapa Bi Ikah."Iya, Bi. Hani Alhamdulillah udah baikan dan diizinkan pulang.""Berarti aa Hanif belum boleh pulang ya?" tanya Bi Ikah."Iya, Bi. Bantu doa ya semoga bisa cepet pulang!" sahutku."Aamiiin."Hani kubawa langsung ke kamarnya agar ia bisa segera beristirahat. Setelah ia merebahkan diri, aku mengatur barang-barangnya. Tak lama Bi Ikah membawakan teh manis hangat untuk anakku."Diminum dulu Neng Hani dan Bu Alma," katanya."Eh, Bibi pake panggil Bu segala. Panggil nama aja kenapa sih?""Kan Ibu udah jadi pengusaha sukses, mas

  • Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung    Menjenguk Hanif

    Tangannya sudah menggenggam, tapi ia belum membuka matanya. Aku bertanya pada perawat, kapan Hanif akan sadar, katanya secepatnya Insya Allah.Aku menungguinya di sini, ya. Di ruangan dingin ini. Sesekali aku, Kang Rahman dan Kang Ikbal bergantian jaga.Hanif sadar pasca sehari dioperasi. Ia memutar matanya, melihat seluruh sudut ruangan tempatnya dirawat. Aku memperhatikan tingkah laku anakku.Alhamdulillah, Hanif udah buka mata. Mudah-mudahan kamu bisa segera keluar dari sini, ya, Nif!" Kuambil tangannya, lalu kucium punggung tangan anakku yang masih kebingungan saat tersadar."Ini dimana?" tanyanya."Di rumah sakit, Nif. Kamu bisa pulang sebentar lagi, ya!" hiburku.Hanif mengangguk, tapi sepertinya ia belum bisa menyerap apa yang terjadi padanya. Ia tertidur kembali, dan aku menjaga di sampingnya. Hingga akhirnya ia terbangun, tapi malah mengamuk."Anda siapa?" tanya Hanif."Aku ibumu. Kamu lupa?" Ia mengangguk. Apa benar ia lupa?"Ya sudah, nggak apa-apa. Ibu ke depan dulu, ya!"

  • Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung    Aku Harus Kuat

    "Aku di rumah Teteh nih. Katanya lagi ke rumah mantan mertua ya?""Iya, Kang. Tadi memang nengokin ibu. Tapi, terjadi kecelakaan motor Kang Ikbal yang membonceng anak-anak. Sekarang aku ada di rumah sakit Sejahtera, Kang.""Astaghfirullah, aku mau ke sana ya! Ditunggu saja. Pantesan Teteh nggak di rumah. Aku bilangin ke Bi Ikah ya, biar beliau nggak khawatir," ucapnya."Iya, aku lupa bilang, Kang."Kang Rahman sedang di perjalanan menuju rumah sakit ini. Aku masih menunggui Hanifa. Hani sadar, ia mencari adiknya. Hanif ada di ruangan berbeda dengan Hanifa."Bu, Adek Hanif gimana?" tanyanya."Hanif masih tidur. Kamu sabar ya! Kamu juga butuh istirahat yang cukup, Nak," sahutku."Iya, Bu. Mudah-mudahan Hanif juga nggak apa-apa. Tadi aku lihat Hanif kelempar jauh, aku jadi takut Hanif kenapa-napa," ucap Hani."Aamiin, insya Allah." Hanifa tertidur kembali. Mungkin ia masih pusing.Hasil scan sudah ada, katanya Hanif harus operasi secepatnya. Kang Ikbal menandatangani persetujuan operasi

  • Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung    Kecelakaan

    Kemana perginya Kang Ikbal? Sampai kini ia masih belum kembali. Apa ia menculik anak-anak? Ah, tidak mungkin, ia kan sudah berubah lebih baik. Lagipula anak-anak sudah besar, tak mungkin diam saja saat diculik dan Kang Ikbal sendiri kan ayah dari mereka."Bu, Kang Ikbal lama sekali ya sampai jam segini belum ada kabar?" tanyaku.Ibu menggeleng. Sepertinya aku harus bertindak dan mencarinya."Assalamualaikum. Bu Odah!""Waalaikumsalam, silahkan masuk!" Kupersilahkan orang itu masuk karena mencari ibu. "Ada apa, Pak?" tanyaku lagi setelah ia masuk. Orang ini habis berlari, dan sekarang sedang mengatur napasnya terlebih dahulu. Aku menantikannya untuk bercerita."Itu, Kang Ikbal kan bawa dua anak ya. Trus, di ujung jalan sana, ia kecelakaan. Menghindari truk, dilempar ke kiri dan anak-anaknya luka-luka. Kang Ikbal tadi membawanya ke rumah sakit. Saya ikut mengantarkan ke sana, dan sekarang diminta memberitahukan ke sini," katanya."Astaghfirullah. Memangnya Kang Ikbal nggak bawa ponsel

  • Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung    Menjenguk Neneknya Anak-anak

    "Ada apa Hanif?""Kapan jenguk Nenek?" tanyanya."Tadi sih rencana hari Minggu ini. Kalian bisa kan?" tanyaku pada Hanif."Aku bisa, Kak Hanifa nggak tau deh. Katanya sih ada kerja kelompok."Aku keluar kamarku untuk menanyai Hanifa."Memangnya kerja kelompok jam berapa?" tanyaku."Jam 9 sampai jam 12 paling, Bu.""Oh, gitu. Berarti kita jenguk Nenek jam satu siang aja ya!" "Oke siap.""Baiklah, Bapak akan siapkan makanan kesukaan kalian. Kalian suka bakso kan?" tanya Kang Ikbal."Iya, kami suka bakso, Pak. Makasih ya, Pak!" ucap Hanifa. "Aku kembali ke kamar ya! Soalnya mau belajar.""Oke anak Bapak yang paling cantik! Semoga kamu pintar selalu ya!""Iya, Pak. Makasih ya."Hanifa ke atas, disusul Hanif yang katanya pengen tiduran aja di kamarnya."Oke, Hanif ganteng. Nggak apa-apa. Bapak juga mau pulang sekarang," katanya."Iya, Kang. Hati-hati aja di jalan ya!""Oke, Neng."Kang Ikbal sekarang hanya memiliki motor bebek biasa. Katanya ia beli bekas. Harganya jauh dibawah motor spor

DMCA.com Protection Status