Share

Part 4 - Ratuku, Malam Ini Tidurmu Akan Tertunda

"Yang     Mulia Ratu, kau benar-benar menjijikan. Kau mencampakan putraku    setelah  kau mendapatkan pria yang jauh lebih mampu membawamu ke atas."    Xylia  menatap Lysire dengan bengis.

"Tidak heran jika Pangeran    Xarion  memiliki moral yang rusak, rupanya itu berasal darimu, Kakak    ipar. Aku  adalah wanita yang bersuami jadi tentu saja aku harus    memutuskan  hubunganku dengan Pangeran Xarion," balas Lysire.

"Kakak    ipar  kau sudah cukup lama mengganggu makan siangku. Kau hanya   memiliki  dua  pilihan, sekarang pergilah!" Kainer kembali bicara   setelah ia  membiarkan  Lysire membalas ucapan Xylia.

"Yang Mulia   Raja,  mendiang kakakmu  pasti akan mengutukmu dari langit sana!"   Setelahnya  Xylia berbalik.  Wanita itu pergi dengan marah. Ia bukan   hanya tidak  mampu membebaskan  anaknya, tapi juga mendapatkan   penghinaan dari  Lysire.

"Lanjutkan  makan siangmu." Kainer   menatap Lysire  lembut. Pria ini masih sangat  heran dengan sikap   Lysire, apakah mungkin  Lysire benar-benar sudah  menyadari   kesalahannya? Lysire bahkan berani  melawan ucapan Xylia. Atau  mungkin   mereka semua sedang bersandiwara?  Kainer menghela napas. Ia   seharusnya  tidak mencurigai istrinya sendiri,  tapi rasanya sangat  tidak  masuk  akal jika Lysire berubah hanya dalam  waktu beberapa jam  saja.

"Ya," balas Lysire.

Xylia kembali ke penjara. Xarion segera mendekat ke jeruji besi ketika ia melihat ibunya.

"Bu." Xarion menatap ibunya penuh harap dan cemas.

"Putraku, mulai detik ini berhenti menemui wanita sialan itu!"

"Bu, ada apa?"

Xylia     menceritakan apa yang terjadi di taman, wajah Xarion menunjukan     ekspresi tidak percaya. Apakah Lysire benar-benar mengatakan itu semua?     Tidak mungkin, Lysire sangat mencintainya. Terakhir kali ia datang     menemui Lysire, wanita itu masih menatapnya penuh cinta. Dan ketika ia     diseret ke penjara, Lysire juga memberontak hendak mengejarnya.

Sebelumnya     ketika ia dihukum dengan sepuluh kali pukulan, Lysire juga memohon     pengampunan dari raja. Lysire bahkan mogok makan sampai wanita itu    jatuh  sakit. Dan seharusnya kali ini Lysire juga melakukan hal yang    sama atau  mungkin melakukan hal yang lebih menyiksa dirinya agar Kainer    tahu  seberapa besar cinta Lysire terhadapnya, bukan malah makan  siang   bersama  dengan Kainer seperti ini.

Hubungan Kainer dan  Lysire   harusnya  semakin buruk. Ia sengaja datang menemui Lysire  karena ia tahu   pamannya  pasti akan menghukumnya karena menemui  istrinya. Dan dengan   pamannya  menghukumnya maka Lysire akan semakin  membenci pamannya yang   telah  menyakitinya. Kainer telah merebut  Lysire darinya, atas dasar  apa  Kainer  berhak bahagia dengan Lysire?

Akan  tetapi, tampaknya   sekarang  rencananya tidak berjalan dengan lancar.  Ia baik-baik saja   dengan  menerima hukuman sepuluh kali pukulan,  dengan melihatnya   menderita maka  Lysire akan semakin berpikir betapa  besar cinta yang ia   miliki untuk  Lysire.

"Bu, aku tidak ingin  meninggalkan istana."   Xarion lebih  baik mati daripada diasingkan dari  istana. Ia akan   kehilangan seluruh  harga dirinya. Ia adalah  satu-satunya pangeran yang   ada sekarang.  Jika  Kainer tidak memiliki  keturunan atau tewas maka ia   yang akan menjadi  penerus tahta.

"Jika  seperti itu kau tidak   memiliki pilihan lain  selain menerima lima  puluh pukulan. Ingat setiap   rasa sakitnya dengan  baik, Xarion. Ini  semua diakibatkan oleh wanita   yang kau sukai dan  pamanmu!" Xylia  tidak ingin putranya dipukuli, tapi   ia lebih tidak ingin  putranya  dikirim ke luar istana. Sampai detik ini   ia masih menginginkan   putranya menjadi penerus tahta. Andai saja   suaminya masih hidup,   putranya akan memakai gelar putra mahkota   sekarang.

Hukuman   segera dijalankan, Xarion menerima lima   puluh pukulan di mana pria  itu  merasa bahwa ia akan segera mati   sebentar lagi. Tubuhnya sakit di  mana  saja bahkan di tempat yang tidak   dipukuli sama sekali.

Seperti   yang dikatakan oleh ibunya, ia  akan  mengingat semua rasa sakitnya.   Lysire dan Kainer, ia pasti akan   membuat keduanya membayar atas apa  yang  sudah mereka lakukan padanya.

Setelah   lima puluh pukulan  selesai,  Xarion dibawa kembali ke paviliunnya.   Xylia telah menyiapkan  tabib  terbaik untuk  merawat luka-luka putranya.   Hati wanita itu   tercabik-cabik ketika melihat tubuh putranya   berdarah-darah.

Sekarang   ia menyalahkan suaminya yang   penyakitkan, jika saja pria itu berumur   panjang maka saat ini putranya   tidak akan menderita seperti ini dan   tidak akan ada satu pun orang  yang  berani menyakiti atau menginjak  harga  diri putranya.

**

Malam   tiba, Kainer sudah  kembali  dari urusannya di ruang pemerintahan. Pria   itu melihat Lysire  yang saat  ini mengenakan gaun tidur dengan rambut   yang dibiarkan  tergerai. Ada  riasan tipis di wajahnya.

Di mata Kainer, Lysire selalu tampak cantik, bahkan jika Lysire tidak menggunakan riasan sama sekali.

Lysire     berdiri dari tempat duduknya, wanita itu segera mendekati Kainer,     menyambutnya dengan senyuman manis. "Yang Mulia, kau sudah kembali." Ia     tampak senang melihat Kainer lagi.

Rupanya keanehan Lysire  masih    berlanjut. Hari-hari sebelumnya, Lysire akan bersikap dingin  pada    Kainer. Wanita itu bahkan tidak akan repot untuk menyambut  Kainer. Yang    ia lakukan hanyalah berbaring memunggungi Kainer.

"Ini sudah larut, kau seharusnya tidur."

"Aku menunggumu Yang Mulia."

"Aku akan membersihkan tubuhku dulu, baru setelah itu tidur."

"Baik, Yang Mulia."

Kainer     pergi ke tempat pemandian air hangat yang ada di kediamannya. Pria   itu   berendam sejenak. Ia masih sangat tidak terbiasa dengan perubahan    sikap  Lysire. Yang ia takutkan adalah tiba-tiba saja Lysire  menghilang   darinya  setelah bersikap manis.

Beberapa saat  kemudian Kainer   selesai  mandi, pria itu tidak ingin Lysire  menunggunya terlalu lama.   Ia  mengenakan jubah tidur berwarna hitam  yang disulam dengan emas lalu    kembali ke kamar.

Kainer  berbaring di sebelah Lysire, malam    ini ia tidak akan menyentuh  Lysire, istrinya baru saja sembuh dari   demam  tinggi, jadi pasti  tubuhnya masih tidak terlalu nyaman.

Tubuh Kainer tiba-tiba menegang, itu karena Lysire yang tiba-tiba memeluknya.

"Aroma     tubuh Yang Mulia sangat menenangkan." Lysire berkata dengan lembut.     Selama puluhan tahun Kainer tidur sendirian, tanpa siapapun di     sebelahnya untuk memeluknya, Lysire menyaksikan semua itu dulu, dan     sekarang ia tidak akan membiarkan suaminya tidur sendirian tanpa     pelukan.

Kainer merasa ini semua tidak nyata. Ia bahkan berpikir bahwa mungkin saja istrinya dipengaruhi oleh hal mistis.

Dengan     tubuh Lysire yeng menempel erat, serta aroma tubuhnya yang  memabukan,    Kainer tidak mungkin bisa menahan dirinya. Ia bisa tahan  digoda oleh    ribuan wanita, tapi Lysire berbeda. Bahkan tanpa wanita  itu melakukan    apapun, ia benar-benar sangat menginginkannya.

Tanpa  banyak  kata,   Kainer menekan tubuh Lysire yang ada di bawahnya. Pria  itu kini   menatap  dalam manik biru cantik Lysire. "Ratuku, malam ini  tidurmu   akan  tertunda." Setelahnya Kainer mencium bibir Lysire dengan  penuh   hasrat.

Di  masa lalu, Lysire akan seperti benda  mati saat   berhubungan intim dengan  Kainer. Ia tidak akan mendesah  atau menikmati   sentuhan Lysire. Tiap  detik yang ia lewati akan terasa  seperti hukuman   mati. Ia membenci  Kainer dalam dan semakin dalam.

Akan    tetapi, saat ini  berbeda. Lysire sudah sangat tahu bahwa tidak ada  yang   lebih  mencintainya di dunia ini daripada Kainer. Selain itu  Kainer   juga pria  yang telah menyelamatkan dirinya dari danau. Ia  berutang   nyawa pada  Kainer. Tahun demi tahun yang ia habiskan untuk  melihat   Kainer sendirian  dalam cinta dan benci terhadapnya yang sudah  tiada,   membuat Lysire  memiliki perasaan cinta yang mendalam terhadap  Kainer.

Kali   ini ia  melayani Kainer dengan benar. Ia mendesah  dan menikmati setiap   sentuhan  Kainer. Hatinya terasa begitu penuh, ia  bahagia sangat   bahagia. Ia  berharap suatu hari nanti ia akan  memiliki anak dengan   Kainer.

Malam  ini Lysire tidak meminum  obat pencegah kehamilan   seperti yang biasa ia  lakukan sebelumnya. Ia  ingin memiliki banyak anak   dengan Kainer. Di  kehidupan sebelumnya  Kainer menua tanpa memiliki   anak. Jadi, di  kehidupan ini ia ingin  Kainer memiliki anaknya sendiri,   anak yang  berasal dari darahnya.

Sekali  lagi Kainer merasakan   keanehan dari  Lysire, tapi ia tidak memikirkan  tentang hal itu karena   gairah telah  mengaburkan akal sehatnya. Pria  itu sangat bersemangat   dengan hubungan  intimnya bersama Lysire kali  ini, itu karena Lysire   mengimbangi setiap  gerakannya.

Malam  itu Kainer dan Lysire   melakukannya dua  kali. Kainer tidak ingin  berhenti, tubuh Lysire   seperti candu baginya.  Namun, Lysire sudah  terlalu lelah untuk   mengikuti gairahnya, pada  akhirnya ia berhenti  karena Lysire tertidur.

Cukup lama Kainer memandangi Lysire, jika bisa berharap ia ingin Lysire terus bersikap seperti ini padanya.

Keesokan     paginya Lysire terjaga dari tidurnya dengan keringat yang membasahi     tubuhnya wanita itu kembali bermimpi buruk. Ia memimpikan hari di  mana    ia menusukan pedang ke dada Kainer dan mendorongnya ke jurang.

"Ratuku, apakah kau bermimpi buruk?"

Mendengar     suara Kainer, Lysire segera memiringkan wajahnya. Wanita itu  bergegas    memeluk Kainer. Syukurlah Kainer masih hidup. Syukurlah  Kainer   baik-baik  saja.

"Ada apa?" tanya Kainer dengan lembut.

"Tidak apa-apa," balas Lysire.

tbc

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status