"Tidak heran jika Pangeran Xarion memiliki moral yang rusak, rupanya itu berasal darimu, Kakak ipar. Aku adalah wanita yang bersuami jadi tentu saja aku harus memutuskan hubunganku dengan Pangeran Xarion," balas Lysire.
"Kakak ipar kau sudah cukup lama mengganggu makan siangku. Kau hanya memiliki dua pilihan, sekarang pergilah!" Kainer kembali bicara setelah ia membiarkan Lysire membalas ucapan Xylia.
"Yang Mulia Raja, mendiang kakakmu pasti akan mengutukmu dari langit sana!" Setelahnya Xylia berbalik. Wanita itu pergi dengan marah. Ia bukan hanya tidak mampu membebaskan anaknya, tapi juga mendapatkan penghinaan dari Lysire.
"Lanjutkan makan siangmu." Kainer menatap Lysire lembut. Pria ini masih sangat heran dengan sikap Lysire, apakah mungkin Lysire benar-benar sudah menyadari kesalahannya? Lysire bahkan berani melawan ucapan Xylia. Atau mungkin mereka semua sedang bersandiwara? Kainer menghela napas. Ia seharusnya tidak mencurigai istrinya sendiri, tapi rasanya sangat tidak masuk akal jika Lysire berubah hanya dalam waktu beberapa jam saja.
"Ya," balas Lysire.
Xylia kembali ke penjara. Xarion segera mendekat ke jeruji besi ketika ia melihat ibunya.
"Bu." Xarion menatap ibunya penuh harap dan cemas.
"Putraku, mulai detik ini berhenti menemui wanita sialan itu!"
"Bu, ada apa?"
Xylia menceritakan apa yang terjadi di taman, wajah Xarion menunjukan ekspresi tidak percaya. Apakah Lysire benar-benar mengatakan itu semua? Tidak mungkin, Lysire sangat mencintainya. Terakhir kali ia datang menemui Lysire, wanita itu masih menatapnya penuh cinta. Dan ketika ia diseret ke penjara, Lysire juga memberontak hendak mengejarnya.
Sebelumnya ketika ia dihukum dengan sepuluh kali pukulan, Lysire juga memohon pengampunan dari raja. Lysire bahkan mogok makan sampai wanita itu jatuh sakit. Dan seharusnya kali ini Lysire juga melakukan hal yang sama atau mungkin melakukan hal yang lebih menyiksa dirinya agar Kainer tahu seberapa besar cinta Lysire terhadapnya, bukan malah makan siang bersama dengan Kainer seperti ini.
Hubungan Kainer dan Lysire harusnya semakin buruk. Ia sengaja datang menemui Lysire karena ia tahu pamannya pasti akan menghukumnya karena menemui istrinya. Dan dengan pamannya menghukumnya maka Lysire akan semakin membenci pamannya yang telah menyakitinya. Kainer telah merebut Lysire darinya, atas dasar apa Kainer berhak bahagia dengan Lysire?
Akan tetapi, tampaknya sekarang rencananya tidak berjalan dengan lancar. Ia baik-baik saja dengan menerima hukuman sepuluh kali pukulan, dengan melihatnya menderita maka Lysire akan semakin berpikir betapa besar cinta yang ia miliki untuk Lysire.
"Bu, aku tidak ingin meninggalkan istana." Xarion lebih baik mati daripada diasingkan dari istana. Ia akan kehilangan seluruh harga dirinya. Ia adalah satu-satunya pangeran yang ada sekarang. Jika Kainer tidak memiliki keturunan atau tewas maka ia yang akan menjadi penerus tahta.
"Jika seperti itu kau tidak memiliki pilihan lain selain menerima lima puluh pukulan. Ingat setiap rasa sakitnya dengan baik, Xarion. Ini semua diakibatkan oleh wanita yang kau sukai dan pamanmu!" Xylia tidak ingin putranya dipukuli, tapi ia lebih tidak ingin putranya dikirim ke luar istana. Sampai detik ini ia masih menginginkan putranya menjadi penerus tahta. Andai saja suaminya masih hidup, putranya akan memakai gelar putra mahkota sekarang.
Hukuman segera dijalankan, Xarion menerima lima puluh pukulan di mana pria itu merasa bahwa ia akan segera mati sebentar lagi. Tubuhnya sakit di mana saja bahkan di tempat yang tidak dipukuli sama sekali.
Seperti yang dikatakan oleh ibunya, ia akan mengingat semua rasa sakitnya. Lysire dan Kainer, ia pasti akan membuat keduanya membayar atas apa yang sudah mereka lakukan padanya.
Setelah lima puluh pukulan selesai, Xarion dibawa kembali ke paviliunnya. Xylia telah menyiapkan tabib terbaik untuk merawat luka-luka putranya. Hati wanita itu tercabik-cabik ketika melihat tubuh putranya berdarah-darah.
Sekarang ia menyalahkan suaminya yang penyakitkan, jika saja pria itu berumur panjang maka saat ini putranya tidak akan menderita seperti ini dan tidak akan ada satu pun orang yang berani menyakiti atau menginjak harga diri putranya.
**
Malam tiba, Kainer sudah kembali dari urusannya di ruang pemerintahan. Pria itu melihat Lysire yang saat ini mengenakan gaun tidur dengan rambut yang dibiarkan tergerai. Ada riasan tipis di wajahnya.
Di mata Kainer, Lysire selalu tampak cantik, bahkan jika Lysire tidak menggunakan riasan sama sekali.
Lysire berdiri dari tempat duduknya, wanita itu segera mendekati Kainer, menyambutnya dengan senyuman manis. "Yang Mulia, kau sudah kembali." Ia tampak senang melihat Kainer lagi.
Rupanya keanehan Lysire masih berlanjut. Hari-hari sebelumnya, Lysire akan bersikap dingin pada Kainer. Wanita itu bahkan tidak akan repot untuk menyambut Kainer. Yang ia lakukan hanyalah berbaring memunggungi Kainer.
"Ini sudah larut, kau seharusnya tidur."
"Aku menunggumu Yang Mulia."
"Aku akan membersihkan tubuhku dulu, baru setelah itu tidur."
"Baik, Yang Mulia."
Kainer pergi ke tempat pemandian air hangat yang ada di kediamannya. Pria itu berendam sejenak. Ia masih sangat tidak terbiasa dengan perubahan sikap Lysire. Yang ia takutkan adalah tiba-tiba saja Lysire menghilang darinya setelah bersikap manis.
Beberapa saat kemudian Kainer selesai mandi, pria itu tidak ingin Lysire menunggunya terlalu lama. Ia mengenakan jubah tidur berwarna hitam yang disulam dengan emas lalu kembali ke kamar.
Kainer berbaring di sebelah Lysire, malam ini ia tidak akan menyentuh Lysire, istrinya baru saja sembuh dari demam tinggi, jadi pasti tubuhnya masih tidak terlalu nyaman.
Tubuh Kainer tiba-tiba menegang, itu karena Lysire yang tiba-tiba memeluknya.
"Aroma tubuh Yang Mulia sangat menenangkan." Lysire berkata dengan lembut. Selama puluhan tahun Kainer tidur sendirian, tanpa siapapun di sebelahnya untuk memeluknya, Lysire menyaksikan semua itu dulu, dan sekarang ia tidak akan membiarkan suaminya tidur sendirian tanpa pelukan.
Kainer merasa ini semua tidak nyata. Ia bahkan berpikir bahwa mungkin saja istrinya dipengaruhi oleh hal mistis.
Dengan tubuh Lysire yeng menempel erat, serta aroma tubuhnya yang memabukan, Kainer tidak mungkin bisa menahan dirinya. Ia bisa tahan digoda oleh ribuan wanita, tapi Lysire berbeda. Bahkan tanpa wanita itu melakukan apapun, ia benar-benar sangat menginginkannya.
Tanpa banyak kata, Kainer menekan tubuh Lysire yang ada di bawahnya. Pria itu kini menatap dalam manik biru cantik Lysire. "Ratuku, malam ini tidurmu akan tertunda." Setelahnya Kainer mencium bibir Lysire dengan penuh hasrat.
Di masa lalu, Lysire akan seperti benda mati saat berhubungan intim dengan Kainer. Ia tidak akan mendesah atau menikmati sentuhan Lysire. Tiap detik yang ia lewati akan terasa seperti hukuman mati. Ia membenci Kainer dalam dan semakin dalam.
Akan tetapi, saat ini berbeda. Lysire sudah sangat tahu bahwa tidak ada yang lebih mencintainya di dunia ini daripada Kainer. Selain itu Kainer juga pria yang telah menyelamatkan dirinya dari danau. Ia berutang nyawa pada Kainer. Tahun demi tahun yang ia habiskan untuk melihat Kainer sendirian dalam cinta dan benci terhadapnya yang sudah tiada, membuat Lysire memiliki perasaan cinta yang mendalam terhadap Kainer.
Kali ini ia melayani Kainer dengan benar. Ia mendesah dan menikmati setiap sentuhan Kainer. Hatinya terasa begitu penuh, ia bahagia sangat bahagia. Ia berharap suatu hari nanti ia akan memiliki anak dengan Kainer.
Malam ini Lysire tidak meminum obat pencegah kehamilan seperti yang biasa ia lakukan sebelumnya. Ia ingin memiliki banyak anak dengan Kainer. Di kehidupan sebelumnya Kainer menua tanpa memiliki anak. Jadi, di kehidupan ini ia ingin Kainer memiliki anaknya sendiri, anak yang berasal dari darahnya.
Sekali lagi Kainer merasakan keanehan dari Lysire, tapi ia tidak memikirkan tentang hal itu karena gairah telah mengaburkan akal sehatnya. Pria itu sangat bersemangat dengan hubungan intimnya bersama Lysire kali ini, itu karena Lysire mengimbangi setiap gerakannya.
Malam itu Kainer dan Lysire melakukannya dua kali. Kainer tidak ingin berhenti, tubuh Lysire seperti candu baginya. Namun, Lysire sudah terlalu lelah untuk mengikuti gairahnya, pada akhirnya ia berhenti karena Lysire tertidur.
Cukup lama Kainer memandangi Lysire, jika bisa berharap ia ingin Lysire terus bersikap seperti ini padanya.
Keesokan paginya Lysire terjaga dari tidurnya dengan keringat yang membasahi tubuhnya wanita itu kembali bermimpi buruk. Ia memimpikan hari di mana ia menusukan pedang ke dada Kainer dan mendorongnya ke jurang.
"Ratuku, apakah kau bermimpi buruk?"
Mendengar suara Kainer, Lysire segera memiringkan wajahnya. Wanita itu bergegas memeluk Kainer. Syukurlah Kainer masih hidup. Syukurlah Kainer baik-baik saja.
"Ada apa?" tanya Kainer dengan lembut.
"Tidak apa-apa," balas Lysire.
tbc
Pagi ini Kainer dan Lysire sarapan bersama lagi. Setelah selesai sarapan Kainer hendak pergi ke ruang pemerintahan, tapi Lysire menghentikannya. "Beri aku ciuman."Kainer memandangi Lysire sejenak, istrinya semakin aneh, tapi ia masih menuruti ucapan Lysire. Memberikannya ciuman yang lembut dan panjang.Senyuman manis tampak di wajah Lysire. "Yang Mulia, mari makan siang bersama.""Ya."Setelahnya Kainer pergi ke aula pemerintahan, di perjalanan pria itu menanyakan tentang bagaimana kondisi Xarion. "Pangeran Xarion tidak sadarkan diri setelah menerima lima puluh pukulan. Pagi ini saya mendapatkan kabar bahwa Pangeran Xarion sudah siuman.""Aku harap setelah ini dia menyadari posisinya." Kainer berkata singkat."Yang Mulia, semalam Yang Mulia Ratu tidak meminum obat pencegah kehamilan," seru Torian.Kainer tahu semua yang dilakukan oleh Lysire di kediamannya, termasuk tentang meminum obat pencegah kehamilan. Ia tidak marah karena Lysire ti
Sore harinya saat Lysire sedang menikmati waktu dengan meminum teh di taman, ia mendapatkan kunjungan lagi, tapi kali ini bukan dari keluarganya melainkan dari Amarise, sahabat terbaiknya yang pada akhirnya menusuknya dari belakang."Salam Yang Mulia Ratu." Amarise memberikan salam pada Lysire disertai dengan sedikit membungkuk.Lysire membalas dengan anggukan kecil. Wanita itu meletakan cangkir porselen yang tadi ia pegang kembali ke meja. "Yang Mulia bagaimana kabarmu sore ini?" Amarise bertanya dengan penuh perhatian."Seperti yang kau lihat, aku sangat baik," balas Lysire. Ia benar-benar ingin menyiramkan teh hangat ke wajah Amarise. Ia sangat muak melihat wajah munafik Amarise.Amarise merasa bahwa Lysire tampaknya tidak terlalu senang bertemu dengannya. Biasanya jika ia berkunjung Lysire akan segera menyambutnya. Wanita itu kemudian akan mulai mengungkapkan apa yang ada di hatinya, kesedihan dan kemarahannya. "Syukurlah kalau begitu, aku senang mendengarnya." Amarise terseny
Lysire melihat punggung Amarise yang menjauh. Sekarang ia mengerti, semua tindakan Amarise di masa lalu bukan karena wanita itu ingin membantu Xarion, tapi karena Amarise menginginkan suaminya dan posisinya sebagai ratu. Amarise terus-terusan memanas-manasinya, membuatnya terus menyalahkan Kainer karena telah memisahkannya dengan Xarion. Lalu kemudian Amarise akan mulai menyebut Kainer pria yang kejam karena telah menghukum Xarion dengan keras.Amarise juga menyarankan agar ia meminum pencegah kehamilan, wanita itu beralasan agar Xarion tidak sakit hati, tapi yang sebenarnya adalah Amarise tidak ingin ia dan Kainer memiliki anak bersama.Jika bertahun-tahun ia tidak kunjung hamil dan melahirkan anak untuk Kainer maka Kainer pasti akan didesak untuk memiliki selir agar memiliki keturunan yang bisa meneruskan tahta kerajaan. Dan saat itu terjadi, Amarise pasti akan menawarkan dirinya untuk menjadi selir. Selain itu ayah Amarise juga seorang perdana menteri, tidak akan ada yang lebih c
Surat dari Utara telah tiba. Kainer memberikan penghargaan pada istrinya yang telah membantu mengatasi masalah yang terjadi di Utara."Yang Mulia, ini adalah tugasku sebagai seorang ratu. Aku harus berbagi beban denganmu."Kainer merasa tersentuh dengan kata-kata yang diucapkan oleh Lysire. Ia senang karena Lysire bersedia memikirkan rakyat mereka bersama dengannya. Sekarang Kainer tidak peduli apakah Lysire sedang memainkan sandiwara atau tidak, yang terpenting baginya adalah Lysire masih tetap berada di sisinya. "Aku senang karena kau bersedia berbagi beban denganku." Kainer menggenggam tangan Lysire dengan lembut. "Baiklah, sekarang aku harus pergi ke aula pemerintahan. Aku akan kembali saat makan siang.""Ya, Yang Mulia."Kainer mengecup kening Lysire lalu kemudian pergi meninggalkan istrinya. Beberapa menit setelah Kainer pergi, Lysire mendapatkan pemberitahuan dari Myrrah bahwa Xarion meminta untuk bertemu.Lysire mendengkus sinis, rupanya pria itu sudah sembuh. Ckck, harusnya
Titah Kainer segera sampai di paviliun Xarion. Petugas yang dikirim Kainer menyebutkan isi dalam dekrit raja yang memerintahkan Xarion untuk pergi ke Utara.Wajah Xarion memucat. Pamannya benar-benar kejam, pria itu ingin menyingkirkannya dengan mengirimnya ke tempat yang terkena wabah penyakit misterius."Pangeran Xarion, Anda akan pergi ke Utara dalam waktu sepuluh hari lagi," ujar petugas yang menyampaikan dekrit dari Kainer.Suka atau tidak suka Xarion harus menerima dekrit itu. Saat petugas pergi, Xarion segera bergegas menemui ibunya yang saat ini sedang minum teh sendirian di taman."Ibu." Xarion bergegas mendekati ibunya dengan kakinya sedikit pincang."Pangeran Xarion, ada apa?" Xylia sangat mengenal putranya, dari wajahnya yang gelisah ia sudah bisa menebak bahwa telah terjadi sesuatu."Ibu, Paman ingin menyingkirkanku secara tidak langsung.""Apa maksudmu?""Paman mengeluarkan perintah agar aku pergi ke Utara untuk membantu di sana.""Apa? Ke Utara?""Ya, Bu. Bu, tolong aku
"Sampai kapan kau akan berselisih dengan keponakanmu karena seorang wanita? Putraku, darah lebih kental dari air." Ibu suri bicara dengan lembut pada putranya.Wanita ini tidak tahu bahwa di kehidupan sebelumnya Xarion lah yang tidak menghargai hubungan darah di antara mereka."Pangeran Xarion seharusnya menerima kenyataan, Bu. Dia masih datang menemui istriku hari ini.""Putraku, keponakanmu masih muda, ia masih belum bisa berpikir dengan benar.""Bu, diusia seusia Pangeran Xarion aku sudah mengambil banyak keputusan penting. Beberapa kali berperang dengan musuh dan pemberontak. Ini bukan tentang usia, tapi tentang adab dan kepribadian. Lysire adalah bibinya, ia seharusnya tidak menginginkan istri pamannya lagi.""Putraku, jika ada pria lain yang mengambil istrimu darimu apakah kau akan menerimanya begitu saja?"Kainer diam, tentu saja ia tidak akan menerimanya. Ia akan mengambil kembali miliknya."Pangeran Xarion juga seperti dirimu, dia belum bisa merelakan Lysire.""Bu, aku tidak
"Kau sudah kembali." Lysire mendekati Kainer.Namun, sikap Kainer terhadapnya agak dingin. Sepertinya ini karena yang terjadi pagi tadi."Yang Mulia, apakah kau sudah makan malam?"Kainer memilih untuk mengabaikan Lysire. Selama tiga bulan ini ia terus memaklumi sikap Lysire. Bukankah seharusnya ia lebih tegas agar Lysire bisa menjaga martabatnya sendiri.Akan sangat baik jika Lysire mengetahui batasannya, maka ia dan Xarion tidak perlu terus berselisih.Lysire memandangi Kainer yang melangkah melewatinya. Sepertinya Kainer marah padanya."Yang Mulia, apakah kau marah padaku?" Lysire mengejar Kainer lalu menghadang pria itu.Kainer menatap Lysire dengan tatapan acuh tak acuh.Lysire tahu bahwa suaminya marah, tidak perlu menunggu jawaban darinya. "Aku minta maaf jika aku membuatmu marah. Maukah Yang Mulia memaafkanku?" Ia bertanya dengan lembut.Tipe kecantikan yang dimiliki oleh Lysire bukan terletak pada kelembutan dan kehalusan, tapi ceria dengan watak yang kuat. Ia bukan tipe wani
"Yang Mulia, hari ini adalah jadwal Anda mengunjungi Ibu Suri." Riona mengingatkan ratunya."Ayo pergi ke kediaman Ibu suri." Lysire tidak hanya ingin memperbaiki hubungannya dengan Kainer, tapi juga ibu suri.Di kehidupan sebelumnya ia tidak memiliki hubungan yang baik dengan ibu suri. Ia membenci apapun yang berkaitan dengan Kainer. Ia tidak menunjukan kebenciannya terhadap ibu suri dengan makian atau sikap kasar, tapi ia hanya tidak bicara begitu banyak pada wanita itu dan sengan sengaja menjauhkan diri.Selama tiga tahun ia menikah dengan Kainer di kehidupan sebelumnya, ibu suri tidak pernah mempersulitnya di istana meski sikapnya kurang menghormati ibu suri.Dan di kehidupan ini, ia akan mengambil hati ibu suri. Ia akan menyayangi siapapun yang disayangi oleh Kainer.Juga, ia memiliki utang terhadap ibu suri. Wanita tua yang harusnya melewati masa tua dengan tenang malah harus tewas di tangan orang Xarion. Dan semua itu terjadi disebabkan oleh dirinya.Myrrah dan Riona mengikuti