Pagi ini Kainer dan Lysire sarapan bersama lagi. Setelah selesai sarapan Kainer hendak pergi ke ruang pemerintahan, tapi Lysire menghentikannya.
"Beri aku ciuman."
Kainer memandangi Lysire sejenak, istrinya semakin aneh, tapi ia masih menuruti ucapan Lysire. Memberikannya ciuman yang lembut dan panjang.
Senyuman manis tampak di wajah Lysire. "Yang Mulia, mari makan siang bersama."
"Ya."
Setelahnya Kainer pergi ke aula pemerintahan, di perjalanan pria itu menanyakan tentang bagaimana kondisi Xarion.
"Pangeran Xarion tidak sadarkan diri setelah menerima lima puluh pukulan. Pagi ini saya mendapatkan kabar bahwa Pangeran Xarion sudah siuman."
"Aku harap setelah ini dia menyadari posisinya." Kainer berkata singkat.
"Yang Mulia, semalam Yang Mulia Ratu tidak meminum obat pencegah kehamilan," seru Torian.
Kainer tahu semua yang dilakukan oleh Lysire di kediamannya, termasuk tentang meminum obat pencegah kehamilan. Ia tidak marah karena Lysire tidak ingin mengandung anaknya, ia juga tidak ingin memaksa Lysire untuk mengandung dan melahirkan yang akhirnya hanya akan membuat Lysire membenci anaknya sendiri. Ia hanya menunggu sampai Lysire bersedia melahirkan anak untuknya.
Kainer percaya bahwa suatu hari nanti hati Lysire yang keras akan terketuk karena perhatian, kasih sayang dan cintanya terhadap wanita itu.
Semalam Lysire tidak meminum obat pencegah kehamilan, mungkin istrinya lupa meminumnya. Kainer masih belum berpikir bahwa Lysire akan bersedia melahirkan anaknya dalam waktu dekat ini.
"Kirim orang untuk pergi ke kediaman Menteri Pertahanan, minta Ibu mertuaku untuk mengunjungi Yang Mulia Ratu." Kainer pikir mungkin Lysire terlalu tertekan akhir-akhir ini sehingga Lysire bersikap begitu aneh. Dengan bertemu ibunya, Kainer berharap Lysire akan merasa jauh lebih baik.
Sikap Lysire yang seperti kemarin dan pagi ini sangat menyenangkan bagi Kainer, tapi jika hal itu terjadi karena Lysire yang tertekan ia tidak akan bahagia.
"Baik, Yang Mulia."
Kainer mengurusi pemerintahan, pria itu mendengarkan berbagai laporan dari pejabatnya. Ia juga memberikan beberapa solusi untuk beberapa maslah yang terjadi saat ini. Sebagai seorang raja, Kainer bukan hanya pandai berperang dan ahli dalam strategi perang. Kainer juga mampu menyelesaikan berbagai masalah sipil. Itulah yang membuatnya begitu dicintai oleh rakyatnya padahal ia masih begitu muda.
Kainer sebagai seorang putra mahkota telah membangun rumah sakit yang digratiskan untuk masyarakat kurang mampu. Pria itu juga membagikan bahan makanan dan pakaian kepada yang membutuhkan sehingga tidak ada satupun rakyatnya yang kelaparan.
Jika ia menemukan kasus korupsi yang dilakukan oleh pejabatnya maka ia akan langsung menghukum mati pejabat itu dan menyita hartanya yang kemudian akan digunakan untuk dibagikan kepada rakyat-rakyatnya.
Saat Kainer sedang sibuk dengan berbagai urusan pemerintahan, di paviliun raja, Lysire sedang berada di taman. Wanita itu menghirup udara segar dan menenangkan di sana. Ia sangat menyukai bunga, oleh sebab itu taman itu penuh bunga. Kainer sengaja menata taman untuk menyenangkannya, tapi ia yang tidak tahu diri, bukannya merasa senang ia malah menjadi membenci bunga. Ya, di kehidupan sebelumnya, apapun yang dilakukan oleh Kainer untuknya tidak pernah ia hargai dan selalu ia benci.
"Yang Mulia, Ibu Anda datang berkunjung." Lysire yang sedang memotong bunga segera menghentikan kegiatannya. Ia meletakan guntingnya ke meja lalu melihat ke arah wanita berusia tiga puluhan tahun yang berjalan menuju ke arahnya.
Air mata Lysire menetes, ia bisa melihat ibunya kembali. Lysire bangkit lalu berjalan cepat menuju ibunya. Ia segera memeluk ibunya dengan erat. Tubuh hangat ibunya membuatnya yakin bahwa ibunya masih hidup. Syukurlah ibunya masih hidup dan tidak dibunuh oleh orang suruhan Xarion.
Caia salah mengartikan tangisan putrinya. Ia mengira bahwa putrinya begitu tersiksa menjadi istri Kainer. Ia tahu putrinya tidak mencintai Kainer dan terpaksa menerima pengaturan pernikahan dengan Kainer. Namun, ia pikir putrinya perlahan-lahan pasti akan bisa mencintai Kainer. Caia yakin tidak ada pria yang lebih mencintai Lysire lebih dari Kainer.
Namun, tampaknya ia salah. Ini sudah dua bulan, tapi putrinya masih merasakan kesedihan. Tampaknya semuanya tidak mudah untuk putri yang sangat ia sayangi.
"Putriku, tenanglah." Caia bersuara lembut.
Ada begitu banyak rasa bersalah di hati Lysire, ia mengingat kehidupan sebelumnya di mana ibunya tewas dengan tragis karena dirinya. Ibunya yang lembut dan penuh cinta, ibunya yang tidak tahu apa-apa harus menanggung dosanya. Untunglah Sang Pencipta masih berbaik hati padanya sehingga ia bisa kembali ke masa lalu.
"Bu, aku sangat merindukanmu." Ini adalah kunjungan pertama ibunya setelah ia menikah dengan Kainer. Namun, jelas bukan karena dua bulan itu ia sangat merindukan ibunya, tapi karena berpuluh-puluh tahun ia tidak bisa melihat dan berbicara dengan ibunya lagi.
"Ibu juga merindukanmu." Caia mengelus punggung putrinya dengan lembut. "Berhentilah menangis, hati ibu sakit karenanya."
Lysire mencoba menenangkan dirinya yang sedang emosional. "Maafkan aku, Bu. Aku tidak akan menangis lagi."
Lyrise kemudian membawa ibunya ke tempat duduk. Mereka berdua duduk di sana. Lysire terus menggenggam tangan ibunya.
"Apakah Yang Mulia Raja memperlakukanmu dengan baik?" tanya Caia.
"Yang Mulia Raja memperlakukanku dengan sangat baik, Bu."
"Apakah kau menjalani hidup yang baik di sini?"
"Ya, Bu."
"Sayang, apakah kau merasa sedih?"
Lysire menggelengkan kepalanya. "Aku tidak merasa sedih, Bu."
Caia menatap putrinya sedih, ia pikir Lysire pasti menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya agar tidak membebaninya. Lysire memang selalu penuh perhatian dan tidak ingin membuat keluarganya sedih.
"Sayang, jika kau merasa tertekan kau bisa berbicara pada Ibu. Jika kau merasa tidak bahagia, Ibu akan berbicara pada ayahmu. Mungkin saja Yang Mulia Raja bersedia melepaskanmu."
"Tidak, Bu. Aku bahagia. Aku sangat bahagia. Aku tidak ingin berpisah dengan Yang Mulia Raja. Aku ingin tetap berada di sisinya sampai maut memisahkan kami," jawab Lysire.
Jawaban Lysire tidak sepenuhnya dipercaya oleh Caia, tapi jika memang benar seperti itu ia merasa lega. "Putriku, apakah kau jatuh cinta pada Yang Mulia Raja?"
"Ya, Bu. Aku jatuh cinta pada Yang Mulia Raja. Di dunia ini tidak akan ada pria yang lebih baik dari Yang Mulia Raja." Lysire mengatakan yang sebenarnya.
Caia menggenggam tangan putrinya. Tampaknya kekhawatirannya terlalu berlebihan. Lysire menerima Kainer dengan cepat. "Syukurlah, Ibu senang mendengarnya. Ayah dan adikmu pasti juga akan senang, mereka tidak akan mengkhawatirkanmu lagi."
"Bu, aku minta maaf karena telah membuat Ibu, Ayah dan Corvin khawatir. Mulai saat ini dan seterusnya tidak usah mengkhawatirkanku lagi. Aku bahagia di sini, aku senang hidup dengan Yang Mulia Raja. Yang Mulia memperlakukanku dengan sangat baik."
"Kami tidak akan mengkhawatirkanmu lagi. Kami tahu bahwa kau menikah dengan pria yang tepat."
Di tempat lain, saat ini Xarion masih terbaring di ranjang. Ia bertanya pada pelayan utamanya apakah Lysire datang berkunjung ke paviliunnya, tapi jawaban dari pelayan utamanya membuatnya kecewa. Lysire tidak datang sama sekali.
Sejujurnya Xarion masih tidak percaya bahwa Lysire akan mencampakannya dan berubah begitu cepat. Ia pikir mungkin saja Kainer mengancam Lysire sehingga Lysire bisa berkata seperti itu.
Dan hari ini, Lysire tidak bisa mengunjunginya karena Lysire tidak diizinkan keluar oleh Kainer. Xarion sangat tahu betapa posesifnya Kainer. Pria itu bahkan tidak mengizinkan Lysire tinggal di paviliun berbeda dengannya.
Xarion harus bertemu dengan Lysire untuk memastikannya. Pria itu kemudian memanggil pelayan utamanya.
"Akh!" Xarion meringis karena rasa sakit di punggungnya.
"Pelayan Draven menghadap Pangeran."
"Kirimkan orang untuk pergi ke paviliun raja. Sampaikan pesanku pada Yang Mulia Ratu agar ia datang untuk mengunjungiku. Katakan padanya bahwa aku sangat mengkhawatirkannya."
"Baik, Pangeran."
Draven segera undur diri, pria itu memerintahkan pelayan wanita untuk pergi menemui Lysire. Sejujurnya Draven takut jika hal ini akan membuat Kainer murka lagi dan Xarion akan mendapatkan hukuman tambahan, tapi ia tidak bisa melakukan apapun, ia hanya perlu menjalankan tugasnya sebagai seorang pelayan.
Pelayan yang diperintahkan oleh Draven datang ke menemui Lysire. Wanita itu menyampaikan seperti yang disampaikan oleh Xarion pada Draven.
Mengkahwatirkannya? Lysire benar-benar ingin tertawa karena hal ini. Xarion benar-benar licik dan manipulatif. Pria penipu itu ingin terus menabur perselisihan antara dirinya dan Kainer.
"Katakan pada Pangeran Xarion, aku tidak akan datang menemuinya. Tidak perlu mengkhawatirkanku karena aku baik-baik saja. Juga, katakan padanya untuk tidak usah mengirim orang datang ke sini lagi. Aku tidak ingin suamiku salah paham dan berpikir aku masih berhubungan dengannya," seru Lysire. Sayang sekali Xarion masih hidup, harusnya pria itu mati saja dengan begitu ia tidak perlu repot berurusan dengan Xarion.
Pelayan dari kediaman Xarion meninggalkan kediaman raja, wanita itu segera menyampaikan apa yang dikatakan oleh Lysire pada Xarion.
Wajah Xarion merah padam ketika ia mendengar apa yang dikatakan oleh pelayan itu. Jadi, rupanya Lysire benar-benar mencampakannya. Jika Xarion bisa mengamuk, pria itu pasti akan mengamuk sekarang. Bukan seperti ini yang seharusnya terjadi. Dan apa hak Lysire mencampakannya? dirinya lah yang seharusnya mencampakan Lysire karena wanita itu sudah dikotori oleh Kainer.
Tidak, ia tidak akan menerima penghinaan ini. Ia pasti akan datang menemui Lysire nanti setelah dirinya sembuh.
tbc
Sore harinya saat Lysire sedang menikmati waktu dengan meminum teh di taman, ia mendapatkan kunjungan lagi, tapi kali ini bukan dari keluarganya melainkan dari Amarise, sahabat terbaiknya yang pada akhirnya menusuknya dari belakang."Salam Yang Mulia Ratu." Amarise memberikan salam pada Lysire disertai dengan sedikit membungkuk.Lysire membalas dengan anggukan kecil. Wanita itu meletakan cangkir porselen yang tadi ia pegang kembali ke meja. "Yang Mulia bagaimana kabarmu sore ini?" Amarise bertanya dengan penuh perhatian."Seperti yang kau lihat, aku sangat baik," balas Lysire. Ia benar-benar ingin menyiramkan teh hangat ke wajah Amarise. Ia sangat muak melihat wajah munafik Amarise.Amarise merasa bahwa Lysire tampaknya tidak terlalu senang bertemu dengannya. Biasanya jika ia berkunjung Lysire akan segera menyambutnya. Wanita itu kemudian akan mulai mengungkapkan apa yang ada di hatinya, kesedihan dan kemarahannya. "Syukurlah kalau begitu, aku senang mendengarnya." Amarise terseny
Lysire melihat punggung Amarise yang menjauh. Sekarang ia mengerti, semua tindakan Amarise di masa lalu bukan karena wanita itu ingin membantu Xarion, tapi karena Amarise menginginkan suaminya dan posisinya sebagai ratu. Amarise terus-terusan memanas-manasinya, membuatnya terus menyalahkan Kainer karena telah memisahkannya dengan Xarion. Lalu kemudian Amarise akan mulai menyebut Kainer pria yang kejam karena telah menghukum Xarion dengan keras.Amarise juga menyarankan agar ia meminum pencegah kehamilan, wanita itu beralasan agar Xarion tidak sakit hati, tapi yang sebenarnya adalah Amarise tidak ingin ia dan Kainer memiliki anak bersama.Jika bertahun-tahun ia tidak kunjung hamil dan melahirkan anak untuk Kainer maka Kainer pasti akan didesak untuk memiliki selir agar memiliki keturunan yang bisa meneruskan tahta kerajaan. Dan saat itu terjadi, Amarise pasti akan menawarkan dirinya untuk menjadi selir. Selain itu ayah Amarise juga seorang perdana menteri, tidak akan ada yang lebih c
Surat dari Utara telah tiba. Kainer memberikan penghargaan pada istrinya yang telah membantu mengatasi masalah yang terjadi di Utara."Yang Mulia, ini adalah tugasku sebagai seorang ratu. Aku harus berbagi beban denganmu."Kainer merasa tersentuh dengan kata-kata yang diucapkan oleh Lysire. Ia senang karena Lysire bersedia memikirkan rakyat mereka bersama dengannya. Sekarang Kainer tidak peduli apakah Lysire sedang memainkan sandiwara atau tidak, yang terpenting baginya adalah Lysire masih tetap berada di sisinya. "Aku senang karena kau bersedia berbagi beban denganku." Kainer menggenggam tangan Lysire dengan lembut. "Baiklah, sekarang aku harus pergi ke aula pemerintahan. Aku akan kembali saat makan siang.""Ya, Yang Mulia."Kainer mengecup kening Lysire lalu kemudian pergi meninggalkan istrinya. Beberapa menit setelah Kainer pergi, Lysire mendapatkan pemberitahuan dari Myrrah bahwa Xarion meminta untuk bertemu.Lysire mendengkus sinis, rupanya pria itu sudah sembuh. Ckck, harusnya
Titah Kainer segera sampai di paviliun Xarion. Petugas yang dikirim Kainer menyebutkan isi dalam dekrit raja yang memerintahkan Xarion untuk pergi ke Utara.Wajah Xarion memucat. Pamannya benar-benar kejam, pria itu ingin menyingkirkannya dengan mengirimnya ke tempat yang terkena wabah penyakit misterius."Pangeran Xarion, Anda akan pergi ke Utara dalam waktu sepuluh hari lagi," ujar petugas yang menyampaikan dekrit dari Kainer.Suka atau tidak suka Xarion harus menerima dekrit itu. Saat petugas pergi, Xarion segera bergegas menemui ibunya yang saat ini sedang minum teh sendirian di taman."Ibu." Xarion bergegas mendekati ibunya dengan kakinya sedikit pincang."Pangeran Xarion, ada apa?" Xylia sangat mengenal putranya, dari wajahnya yang gelisah ia sudah bisa menebak bahwa telah terjadi sesuatu."Ibu, Paman ingin menyingkirkanku secara tidak langsung.""Apa maksudmu?""Paman mengeluarkan perintah agar aku pergi ke Utara untuk membantu di sana.""Apa? Ke Utara?""Ya, Bu. Bu, tolong aku
"Sampai kapan kau akan berselisih dengan keponakanmu karena seorang wanita? Putraku, darah lebih kental dari air." Ibu suri bicara dengan lembut pada putranya.Wanita ini tidak tahu bahwa di kehidupan sebelumnya Xarion lah yang tidak menghargai hubungan darah di antara mereka."Pangeran Xarion seharusnya menerima kenyataan, Bu. Dia masih datang menemui istriku hari ini.""Putraku, keponakanmu masih muda, ia masih belum bisa berpikir dengan benar.""Bu, diusia seusia Pangeran Xarion aku sudah mengambil banyak keputusan penting. Beberapa kali berperang dengan musuh dan pemberontak. Ini bukan tentang usia, tapi tentang adab dan kepribadian. Lysire adalah bibinya, ia seharusnya tidak menginginkan istri pamannya lagi.""Putraku, jika ada pria lain yang mengambil istrimu darimu apakah kau akan menerimanya begitu saja?"Kainer diam, tentu saja ia tidak akan menerimanya. Ia akan mengambil kembali miliknya."Pangeran Xarion juga seperti dirimu, dia belum bisa merelakan Lysire.""Bu, aku tidak
"Kau sudah kembali." Lysire mendekati Kainer.Namun, sikap Kainer terhadapnya agak dingin. Sepertinya ini karena yang terjadi pagi tadi."Yang Mulia, apakah kau sudah makan malam?"Kainer memilih untuk mengabaikan Lysire. Selama tiga bulan ini ia terus memaklumi sikap Lysire. Bukankah seharusnya ia lebih tegas agar Lysire bisa menjaga martabatnya sendiri.Akan sangat baik jika Lysire mengetahui batasannya, maka ia dan Xarion tidak perlu terus berselisih.Lysire memandangi Kainer yang melangkah melewatinya. Sepertinya Kainer marah padanya."Yang Mulia, apakah kau marah padaku?" Lysire mengejar Kainer lalu menghadang pria itu.Kainer menatap Lysire dengan tatapan acuh tak acuh.Lysire tahu bahwa suaminya marah, tidak perlu menunggu jawaban darinya. "Aku minta maaf jika aku membuatmu marah. Maukah Yang Mulia memaafkanku?" Ia bertanya dengan lembut.Tipe kecantikan yang dimiliki oleh Lysire bukan terletak pada kelembutan dan kehalusan, tapi ceria dengan watak yang kuat. Ia bukan tipe wani
"Yang Mulia, hari ini adalah jadwal Anda mengunjungi Ibu Suri." Riona mengingatkan ratunya."Ayo pergi ke kediaman Ibu suri." Lysire tidak hanya ingin memperbaiki hubungannya dengan Kainer, tapi juga ibu suri.Di kehidupan sebelumnya ia tidak memiliki hubungan yang baik dengan ibu suri. Ia membenci apapun yang berkaitan dengan Kainer. Ia tidak menunjukan kebenciannya terhadap ibu suri dengan makian atau sikap kasar, tapi ia hanya tidak bicara begitu banyak pada wanita itu dan sengan sengaja menjauhkan diri.Selama tiga tahun ia menikah dengan Kainer di kehidupan sebelumnya, ibu suri tidak pernah mempersulitnya di istana meski sikapnya kurang menghormati ibu suri.Dan di kehidupan ini, ia akan mengambil hati ibu suri. Ia akan menyayangi siapapun yang disayangi oleh Kainer.Juga, ia memiliki utang terhadap ibu suri. Wanita tua yang harusnya melewati masa tua dengan tenang malah harus tewas di tangan orang Xarion. Dan semua itu terjadi disebabkan oleh dirinya.Myrrah dan Riona mengikuti
"Yang Mulia, jika aku tidak bisa mengandung apakah kau akan mengambil selir?" Sebenarnya Lysire tahu jawabannya, di kehidupan sebelumnya setelah ia tiada Kainer tidak menikah lagi."Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu? Apakah kau senang aku mengambil selir?""Bukan seperti itu. Kakak ipar tadi mengatakan padaku jika aku tidak kunjung mengandung kau akan mengambil selir," balas Lysire. "Dia juga mengatakan bahwa ada masalah dengan kesehatanku.""Jangan dengarkan apa yang dia katakan. Dialah yang tidak sehat," seru Kainer."Jadi, apakah kau akan mengambil selir jika aku tidak bisa memberimu keturunan?""Tidak akan.""Bagaimana dengan tahta kerajaan? Apakah kau akan menyerahkannya pada Pangeran Xarion?"Kainer salah mengartikan pertanyaan Lysire. "Jadi maksud dari pertanyaanmu adalah kau ingin tahu jika kau tidak hamil apakah Xarion akan naik tahta menggantikanku? Ratuku, apakah setelah Pangeran Xarion naik tahta kau akan menikah dengannya! Jangan berharap, aku tidak akan pernah me