Share

6. Kapan Aku Mengatakannya?

Sore harinya saat Lysire sedang menikmati waktu dengan meminum teh di taman, ia mendapatkan kunjungan lagi, tapi kali ini bukan dari keluarganya melainkan dari Amarise, sahabat terbaiknya yang pada akhirnya menusuknya dari belakang.

"Salam Yang Mulia Ratu." Amarise memberikan salam pada Lysire disertai dengan sedikit membungkuk.

Lysire membalas dengan anggukan kecil. Wanita itu meletakan cangkir porselen yang tadi ia pegang kembali ke meja.

"Yang Mulia bagaimana kabarmu sore ini?" Amarise bertanya dengan penuh perhatian.

"Seperti yang kau lihat, aku sangat baik," balas Lysire. Ia benar-benar ingin menyiramkan teh hangat ke wajah Amarise. Ia sangat muak melihat wajah munafik Amarise.

Amarise merasa bahwa Lysire tampaknya tidak terlalu senang bertemu dengannya. Biasanya jika ia berkunjung Lysire akan segera menyambutnya. Wanita itu kemudian akan mulai mengungkapkan apa yang ada di hatinya, kesedihan dan kemarahannya.

"Syukurlah kalau  begitu, aku senang mendengarnya." Amarise  tersenyum lembut. Ia kemudian duduk berhadapan dengan Lysire.

"Nona Amarise, aku rasa aku belum mempersilahkanmu untuk duduk."

Amarise menatap Lysire heran, ia kemudian bangkit dari tempat duduknya. "Maafkan saya, Yang Mulia."

Lysire tidak berniat untuk menyuruh Amarise duduk, jadi ia membiarkan Amarise tetap berdiri. Dan hal ini membuat Amarise merasa kesal di dalam hatinya. Apa yang salah dengan Lysire? Apakah mungkin Lysire mencoba untuk melampiaskan emosinya padanya?

Amarise jelas tahu apa yang terjadi pada Xarion. Biasanya ketika Xarion mendapatkan hukuman maka Lysire akan merasa sangat bersalah. Lysire akan menangis dan mulai mengutuk Kainer yang kejam.

Akan tetapi, hari ini Lysire tampak lebih tenang dari biasanya, padahal Xarion bukan mendapatkan sepuluh pukulan melainkan lima puluh pukulan.

"Yang Mulia, Kakakku mengunjungi Pangeran Xarion tadi. Kondisi Pangeran Xarion terlihat sangat buruk. Ia bahkan tidak bisa turun dari ranjangnya." Amarise mulai bercerita. Biasanya Lysire akan mendapatkan kabar tentang Xarion dari Amarise, dan Lysire akan mendengarkan dengan hati-hati. "Pangeran Xarion hanya ingin melepaskan kerinduannya padamu, tapi dia akhirnya mendapatkan hukuman yang begitu berat. Yang Mulia Raja benar-benar kejam. Lima puluh pukulan sama saja dengan mencoba membunuh Pangeran Xarion."

Lysire sudah sering mendengar Amarise bicara seperti ini. Amarise sengaja mengipasi api kebenciannya terhadap Kainer agar semakin membesar. Dulu ia berpikir bahwa Amarise sangat peduli dengannya, tapi sekarang ia sudah tahu bahwa Amarise sengaja melakukan itu agar hubungannya dan Kainer semakin memburuk. Amarise memiliki niat tersembunyi. Usia Amarise saat ini masih tujuh belas tahun, tapi Amarise sudah memiliki pemikiran jahat dan semua itu karena Amarise mengincar tempatnya. Amarise ingin menjadi ratu.

"Pangeran Xarion memang pantas mendapatkannya."

Amarise tidak yakin dengan apa yang ia dengar. "Ya Yang Mulia?"

"Moral Pangeran Xarion rusak, dia berani memeluk istri pamannya sendiri. Lima puluh pukulan masih terlalu baik untuknya."

Kali ini Amarise mendengar dengan baik, ia menatap Lyrise tidak percaya. "Apa yang terjadi, Yang Mulia Ratu? Apakah kau dan Pangeran Xarion bertengkar?"

"Tidak."

"Lalu kenapa? Bukankah kau sangat mencintai Pangeran Xarion?"

"Aku sudah memiliki suami, bagaimana mungkin aku mencintai pria lain."

Semakin lama Amarise merasa semakin heran. Ia rasa hubungan Lysire dan Xarion baik-baik saja beberapa hari lalu, bagaimana bisa Lysire tiba-tiba berubah dengan cepat.

"Yang Mulia, apakah Yang Mulia Raja mengancammu?" Hanya itu yang masuk akal bagi Amarise.

"Untuk apa Yang Mulia Raja mengancamku?" balas Lysire dengan pertanyaan. "Aku rasa tidak perlu membicarakan pria lain lagi. Aku adalah istri Yang Mulia Raja, aku tidak ingin dia salah paham karena hal ini."

Tingkah Lysire benar-benar aneh, dan Amarise tidak mengerti kenapa. Namun, sekarang ia merasa lelah terus berdiri. "Yang Mulia bisakah saya duduk sekarang?"

"Ah, ya, silahkan duduk."

Amarise akhirnya duduk. Wanita itu kini sejajar dengan Lysire dan ia bisa melihat dengan jelas tanda merah di leher Lysire.

Kedua tangannya yang ada di balik meja mengepal kuat. Lysire berhubungan badan dengan Kainer lagi.

"Yang Mulia apakah kau meminum ramuan pencegah kehamilan semalam?" Amarise adalah orang yang mengusulkan pada Lysire agak Lysire meminum ramuan itu supaya tidak mengandung.

Amarise bersikap seolah peduli dengan Lysire, wanita itu berkata bahwa jika ia mengandung anak Kainer maka Xarion pasti akan sangat sedih. Selain itu ia juga mengatakan mungkin Kainer akan melepaskan Lysire jika Lysire tidak kunjung mengandung.

"Tidak."

Amarise tidak bisa menyembunyikan kepanikannya. "Kenapa kau tidak meminumnya, Yang Mulia? Kau bisa hamil jika tidak meminumnya."

Lysire menatap Amarise acuh tak acuh. "Apa yang salah dengan aku mengandung anak suamiku sendiri?"

"Yang Mulia, bukankah kau mengatakan kau tidak akan pernah sudi mengandung anak Yang Mulia Raja?"

"Kapan aku mengatakannya?" Lysire berpura-pura tidak ingat.

Amarise merasa semakin kesal, apa sebenarnya yang salah dengan wanita sialan di depannya.

"Yang Mulia, bukankah kau sangat membenci Yang Mulia Raja karena telah memisahkanmu dengan Pangeran Xarion? Kau akan membuat Pangeran Xarion sedih jika kau benar-benar mengandung anak Yang Mulia Raja."

"Nona Amarise, apa yang salah dengan otakmu? Kenapa kau terus saja membicarakan Pangeran Xarion? Aku tidak membenci suamiku sendiri, aku tidak peduli apa yang akan dirasakan oleh Pangeran Xarion jika aku mengandung anak Yang Mulia Raja. Dan itu bukan urusannya!" Lysire merasa jengkel dengan Amarise, ia sangat muak dengan wanita ini.

Nona Amarise? Kenapa tiba-tiba menjadi sangat formal.

"Maafkan aku, Yang Mulia Ratu." Amarise menekan rasa jengkelnya, ia memilih untuk meminta maaf agar Lysire tidak kesal.

"Sudahlah, kau merusak jam minum teh ku. Jika tidak ada yang ingin kau bicarakan lagi maka pergilah dari sini."

Lysire mengusirnya? Apakah ini nyata? Amarise terus dibuat terkejut oleh perubahan Lysire.

"Yang Mulia apakah aku melakukan kesalahan? Sepertinya kau tidak senang dengan kunjungan saya kali ini."

"Ya, kau merusak kesenanganku." Lysire berkata tanpa memikirkan perasaan Amarise.

Kata-kata menusuk Lysire membuat Amarise merasa sangat terhina. Ia sudah berteman dengan Lysire sejak mereka berusia sepuluh tahun. Sejujurnya Amarise sangat membenci Lysire karena di Celestria hanya Lysire yang bisa menyainginya. Dalam hal kecantikan, Lysire yang nomor satu di Celestria. Latar belakang, Lysire berasal dari keluarga jenderal agung, dan ayahnya diangkat menjadi menteri pertahanan dalam usia muda.

Namun, meski ia membenci Lysire ia tetap berteman baik dengan Lysire agar bisa lebih mengenal Lysire dan menjatuhkan Lysire tepat pada waktunya.

Ada satu hal yang membuat Amarise semakin tidak ingin bermusuhan dengan Lysire, yaitu karena wanita itu tidak bersaing dengannya untuk mendapatkan posisi ratu. Ia tahu bahwa Lysire menjalin hubungan dengan Xarion, jadi ia bisa dengan mudah menggapai posisi sebagai istri Kainer. Ia sangat percaya diri, di Celestria tidak ada yang jauh lebih unggul darinya untuk menjadi ratu.

Kedua tangan Amarise mengepal semakin kuat. Lysire berani sekali bersikap angkuh di depannya. Posisi ratu seharusnya dimiliki olehnya, bukan Lysire. Namun, meski begitu ia masih tetap menahan amarahnya. Ia masih harus berteman dengan Lysire dan terus membuat Lysire membenci Kainer. Hanya dengan begitu Kainer mungkin akan muak dengan Lysire dan menurunkan Lysire dari posisi ratu.

"Yang Mulia memasuki halaman." Pemberitahuan dari pelayan utama Kainer membuat Lysire mengalihkan pandangannya. Wanita yang suasana hatinya dirusak oleh Amarise itu kini segera berdiri dan tersenyum begitu cerah.

Amarise melihat ini, dan ia lagi-lagi merasa bahwa ini tidak nyata. Sejak kapan Lysire tersenyum pada Kainer seperti itu? Biasanya Lysire hanya akan menunjukan wajah dingin pada Kainer.

Namun, keheranan Amarise hanya berlangsung singkat. Wanita itu teralihkan karena keberadaan Kainer di dekatnya. Ia segera berduru lalu memberi salam pada Kainer.

"Amarise memberi salam pada Yang Mulia Raja." Amarise berkata dengan anggun, wanita itu sedikit membungkuk. Ia memperlihatkan betapa lemah lembut dirinya.

Kening Lysire berkerut. Di masa lalu ia tidak pernah memperhatikan seperti apa sikap Amarise di depan Kainer karena ia tidak peduli akan keberadaan Kainer, tapi hari ini ia melihat Amarise seperti sedang mencoba untuk menarik perhatian suaminya.

Kainer hanya membalas sapaan Amarise dengan tatapan singkat, pria itu segera melangkah menuju ke ratunya.

"Yang Mulia, apakah pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Lysire dengan lembut. Ia memeluk lengan Kainer.

"Ya."

"Itu bagus, kau bisa menemaniku minum teh sore ini." Lysire menatap Kainer dengan matanya yang cerah.

Amarise merasa cemburu, ia benar-benar tidak mengerti tentang semua yang terjadi saat ini. Kenapa Lyrise bisa begitu dekat dengan Kainer? Lysire bahkan memamerkan kemesraan dengan Kainer di depannya.

Lysire melihat ke kedua tangan Amarise yang menggenggam gaunnya dengan kuat. Sekarang ia benar-benar yakin bahwa Amarise tampaknya menyukai Kainer.

"Nona Amarise aku dan Yang Mulia Raja akan minum teh bersama, silahkan tinggalkan tempat ini." Lysire mengusir Amarise sekali lagi.

Amarise tidak bisa tetap di sana meski ia masih ingin berada di sana. Pada akhirnya ia pamit dan undur diri.

7tbc

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status