"Salam Yang Mulia Ratu." Amarise memberikan salam pada Lysire disertai dengan sedikit membungkuk.
Lysire membalas dengan anggukan kecil. Wanita itu meletakan cangkir porselen yang tadi ia pegang kembali ke meja.
"Yang Mulia bagaimana kabarmu sore ini?" Amarise bertanya dengan penuh perhatian.
"Seperti yang kau lihat, aku sangat baik," balas Lysire. Ia benar-benar ingin menyiramkan teh hangat ke wajah Amarise. Ia sangat muak melihat wajah munafik Amarise.
Amarise merasa bahwa Lysire tampaknya tidak terlalu senang bertemu dengannya. Biasanya jika ia berkunjung Lysire akan segera menyambutnya. Wanita itu kemudian akan mulai mengungkapkan apa yang ada di hatinya, kesedihan dan kemarahannya.
"Syukurlah kalau begitu, aku senang mendengarnya." Amarise tersenyum lembut. Ia kemudian duduk berhadapan dengan Lysire.
"Nona Amarise, aku rasa aku belum mempersilahkanmu untuk duduk."
Amarise menatap Lysire heran, ia kemudian bangkit dari tempat duduknya. "Maafkan saya, Yang Mulia."
Lysire tidak berniat untuk menyuruh Amarise duduk, jadi ia membiarkan Amarise tetap berdiri. Dan hal ini membuat Amarise merasa kesal di dalam hatinya. Apa yang salah dengan Lysire? Apakah mungkin Lysire mencoba untuk melampiaskan emosinya padanya?
Amarise jelas tahu apa yang terjadi pada Xarion. Biasanya ketika Xarion mendapatkan hukuman maka Lysire akan merasa sangat bersalah. Lysire akan menangis dan mulai mengutuk Kainer yang kejam.
Akan tetapi, hari ini Lysire tampak lebih tenang dari biasanya, padahal Xarion bukan mendapatkan sepuluh pukulan melainkan lima puluh pukulan.
"Yang Mulia, Kakakku mengunjungi Pangeran Xarion tadi. Kondisi Pangeran Xarion terlihat sangat buruk. Ia bahkan tidak bisa turun dari ranjangnya." Amarise mulai bercerita. Biasanya Lysire akan mendapatkan kabar tentang Xarion dari Amarise, dan Lysire akan mendengarkan dengan hati-hati. "Pangeran Xarion hanya ingin melepaskan kerinduannya padamu, tapi dia akhirnya mendapatkan hukuman yang begitu berat. Yang Mulia Raja benar-benar kejam. Lima puluh pukulan sama saja dengan mencoba membunuh Pangeran Xarion."
Lysire sudah sering mendengar Amarise bicara seperti ini. Amarise sengaja mengipasi api kebenciannya terhadap Kainer agar semakin membesar. Dulu ia berpikir bahwa Amarise sangat peduli dengannya, tapi sekarang ia sudah tahu bahwa Amarise sengaja melakukan itu agar hubungannya dan Kainer semakin memburuk. Amarise memiliki niat tersembunyi. Usia Amarise saat ini masih tujuh belas tahun, tapi Amarise sudah memiliki pemikiran jahat dan semua itu karena Amarise mengincar tempatnya. Amarise ingin menjadi ratu.
"Pangeran Xarion memang pantas mendapatkannya."
Amarise tidak yakin dengan apa yang ia dengar. "Ya Yang Mulia?"
"Moral Pangeran Xarion rusak, dia berani memeluk istri pamannya sendiri. Lima puluh pukulan masih terlalu baik untuknya."
Kali ini Amarise mendengar dengan baik, ia menatap Lyrise tidak percaya. "Apa yang terjadi, Yang Mulia Ratu? Apakah kau dan Pangeran Xarion bertengkar?"
"Tidak."
"Lalu kenapa? Bukankah kau sangat mencintai Pangeran Xarion?"
"Aku sudah memiliki suami, bagaimana mungkin aku mencintai pria lain."
Semakin lama Amarise merasa semakin heran. Ia rasa hubungan Lysire dan Xarion baik-baik saja beberapa hari lalu, bagaimana bisa Lysire tiba-tiba berubah dengan cepat.
"Yang Mulia, apakah Yang Mulia Raja mengancammu?" Hanya itu yang masuk akal bagi Amarise.
"Untuk apa Yang Mulia Raja mengancamku?" balas Lysire dengan pertanyaan. "Aku rasa tidak perlu membicarakan pria lain lagi. Aku adalah istri Yang Mulia Raja, aku tidak ingin dia salah paham karena hal ini."
Tingkah Lysire benar-benar aneh, dan Amarise tidak mengerti kenapa. Namun, sekarang ia merasa lelah terus berdiri. "Yang Mulia bisakah saya duduk sekarang?"
"Ah, ya, silahkan duduk."
Amarise akhirnya duduk. Wanita itu kini sejajar dengan Lysire dan ia bisa melihat dengan jelas tanda merah di leher Lysire.
Kedua tangannya yang ada di balik meja mengepal kuat. Lysire berhubungan badan dengan Kainer lagi.
"Yang Mulia apakah kau meminum ramuan pencegah kehamilan semalam?" Amarise adalah orang yang mengusulkan pada Lysire agak Lysire meminum ramuan itu supaya tidak mengandung.
Amarise bersikap seolah peduli dengan Lysire, wanita itu berkata bahwa jika ia mengandung anak Kainer maka Xarion pasti akan sangat sedih. Selain itu ia juga mengatakan mungkin Kainer akan melepaskan Lysire jika Lysire tidak kunjung mengandung.
"Tidak."
Amarise tidak bisa menyembunyikan kepanikannya. "Kenapa kau tidak meminumnya, Yang Mulia? Kau bisa hamil jika tidak meminumnya."
Lysire menatap Amarise acuh tak acuh. "Apa yang salah dengan aku mengandung anak suamiku sendiri?"
"Yang Mulia, bukankah kau mengatakan kau tidak akan pernah sudi mengandung anak Yang Mulia Raja?"
"Kapan aku mengatakannya?" Lysire berpura-pura tidak ingat.
Amarise merasa semakin kesal, apa sebenarnya yang salah dengan wanita sialan di depannya.
"Yang Mulia, bukankah kau sangat membenci Yang Mulia Raja karena telah memisahkanmu dengan Pangeran Xarion? Kau akan membuat Pangeran Xarion sedih jika kau benar-benar mengandung anak Yang Mulia Raja."
"Nona Amarise, apa yang salah dengan otakmu? Kenapa kau terus saja membicarakan Pangeran Xarion? Aku tidak membenci suamiku sendiri, aku tidak peduli apa yang akan dirasakan oleh Pangeran Xarion jika aku mengandung anak Yang Mulia Raja. Dan itu bukan urusannya!" Lysire merasa jengkel dengan Amarise, ia sangat muak dengan wanita ini.
Nona Amarise? Kenapa tiba-tiba menjadi sangat formal.
"Maafkan aku, Yang Mulia Ratu." Amarise menekan rasa jengkelnya, ia memilih untuk meminta maaf agar Lysire tidak kesal.
"Sudahlah, kau merusak jam minum teh ku. Jika tidak ada yang ingin kau bicarakan lagi maka pergilah dari sini."
Lysire mengusirnya? Apakah ini nyata? Amarise terus dibuat terkejut oleh perubahan Lysire.
"Yang Mulia apakah aku melakukan kesalahan? Sepertinya kau tidak senang dengan kunjungan saya kali ini."
"Ya, kau merusak kesenanganku." Lysire berkata tanpa memikirkan perasaan Amarise.
Kata-kata menusuk Lysire membuat Amarise merasa sangat terhina. Ia sudah berteman dengan Lysire sejak mereka berusia sepuluh tahun. Sejujurnya Amarise sangat membenci Lysire karena di Celestria hanya Lysire yang bisa menyainginya. Dalam hal kecantikan, Lysire yang nomor satu di Celestria. Latar belakang, Lysire berasal dari keluarga jenderal agung, dan ayahnya diangkat menjadi menteri pertahanan dalam usia muda.
Namun, meski ia membenci Lysire ia tetap berteman baik dengan Lysire agar bisa lebih mengenal Lysire dan menjatuhkan Lysire tepat pada waktunya.
Ada satu hal yang membuat Amarise semakin tidak ingin bermusuhan dengan Lysire, yaitu karena wanita itu tidak bersaing dengannya untuk mendapatkan posisi ratu. Ia tahu bahwa Lysire menjalin hubungan dengan Xarion, jadi ia bisa dengan mudah menggapai posisi sebagai istri Kainer. Ia sangat percaya diri, di Celestria tidak ada yang jauh lebih unggul darinya untuk menjadi ratu.
Kedua tangan Amarise mengepal semakin kuat. Lysire berani sekali bersikap angkuh di depannya. Posisi ratu seharusnya dimiliki olehnya, bukan Lysire. Namun, meski begitu ia masih tetap menahan amarahnya. Ia masih harus berteman dengan Lysire dan terus membuat Lysire membenci Kainer. Hanya dengan begitu Kainer mungkin akan muak dengan Lysire dan menurunkan Lysire dari posisi ratu.
"Yang Mulia memasuki halaman." Pemberitahuan dari pelayan utama Kainer membuat Lysire mengalihkan pandangannya. Wanita yang suasana hatinya dirusak oleh Amarise itu kini segera berdiri dan tersenyum begitu cerah.
Amarise melihat ini, dan ia lagi-lagi merasa bahwa ini tidak nyata. Sejak kapan Lysire tersenyum pada Kainer seperti itu? Biasanya Lysire hanya akan menunjukan wajah dingin pada Kainer.
Namun, keheranan Amarise hanya berlangsung singkat. Wanita itu teralihkan karena keberadaan Kainer di dekatnya. Ia segera berduru lalu memberi salam pada Kainer.
"Amarise memberi salam pada Yang Mulia Raja." Amarise berkata dengan anggun, wanita itu sedikit membungkuk. Ia memperlihatkan betapa lemah lembut dirinya.
Kening Lysire berkerut. Di masa lalu ia tidak pernah memperhatikan seperti apa sikap Amarise di depan Kainer karena ia tidak peduli akan keberadaan Kainer, tapi hari ini ia melihat Amarise seperti sedang mencoba untuk menarik perhatian suaminya.
Kainer hanya membalas sapaan Amarise dengan tatapan singkat, pria itu segera melangkah menuju ke ratunya.
"Yang Mulia, apakah pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Lysire dengan lembut. Ia memeluk lengan Kainer.
"Ya."
"Itu bagus, kau bisa menemaniku minum teh sore ini." Lysire menatap Kainer dengan matanya yang cerah.
Amarise merasa cemburu, ia benar-benar tidak mengerti tentang semua yang terjadi saat ini. Kenapa Lyrise bisa begitu dekat dengan Kainer? Lysire bahkan memamerkan kemesraan dengan Kainer di depannya.
Lysire melihat ke kedua tangan Amarise yang menggenggam gaunnya dengan kuat. Sekarang ia benar-benar yakin bahwa Amarise tampaknya menyukai Kainer.
"Nona Amarise aku dan Yang Mulia Raja akan minum teh bersama, silahkan tinggalkan tempat ini." Lysire mengusir Amarise sekali lagi.
Amarise tidak bisa tetap di sana meski ia masih ingin berada di sana. Pada akhirnya ia pamit dan undur diri.
7tbc
Lysire melihat punggung Amarise yang menjauh. Sekarang ia mengerti, semua tindakan Amarise di masa lalu bukan karena wanita itu ingin membantu Xarion, tapi karena Amarise menginginkan suaminya dan posisinya sebagai ratu. Amarise terus-terusan memanas-manasinya, membuatnya terus menyalahkan Kainer karena telah memisahkannya dengan Xarion. Lalu kemudian Amarise akan mulai menyebut Kainer pria yang kejam karena telah menghukum Xarion dengan keras.Amarise juga menyarankan agar ia meminum pencegah kehamilan, wanita itu beralasan agar Xarion tidak sakit hati, tapi yang sebenarnya adalah Amarise tidak ingin ia dan Kainer memiliki anak bersama.Jika bertahun-tahun ia tidak kunjung hamil dan melahirkan anak untuk Kainer maka Kainer pasti akan didesak untuk memiliki selir agar memiliki keturunan yang bisa meneruskan tahta kerajaan. Dan saat itu terjadi, Amarise pasti akan menawarkan dirinya untuk menjadi selir. Selain itu ayah Amarise juga seorang perdana menteri, tidak akan ada yang lebih c
Surat dari Utara telah tiba. Kainer memberikan penghargaan pada istrinya yang telah membantu mengatasi masalah yang terjadi di Utara."Yang Mulia, ini adalah tugasku sebagai seorang ratu. Aku harus berbagi beban denganmu."Kainer merasa tersentuh dengan kata-kata yang diucapkan oleh Lysire. Ia senang karena Lysire bersedia memikirkan rakyat mereka bersama dengannya. Sekarang Kainer tidak peduli apakah Lysire sedang memainkan sandiwara atau tidak, yang terpenting baginya adalah Lysire masih tetap berada di sisinya. "Aku senang karena kau bersedia berbagi beban denganku." Kainer menggenggam tangan Lysire dengan lembut. "Baiklah, sekarang aku harus pergi ke aula pemerintahan. Aku akan kembali saat makan siang.""Ya, Yang Mulia."Kainer mengecup kening Lysire lalu kemudian pergi meninggalkan istrinya. Beberapa menit setelah Kainer pergi, Lysire mendapatkan pemberitahuan dari Myrrah bahwa Xarion meminta untuk bertemu.Lysire mendengkus sinis, rupanya pria itu sudah sembuh. Ckck, harusnya
Titah Kainer segera sampai di paviliun Xarion. Petugas yang dikirim Kainer menyebutkan isi dalam dekrit raja yang memerintahkan Xarion untuk pergi ke Utara.Wajah Xarion memucat. Pamannya benar-benar kejam, pria itu ingin menyingkirkannya dengan mengirimnya ke tempat yang terkena wabah penyakit misterius."Pangeran Xarion, Anda akan pergi ke Utara dalam waktu sepuluh hari lagi," ujar petugas yang menyampaikan dekrit dari Kainer.Suka atau tidak suka Xarion harus menerima dekrit itu. Saat petugas pergi, Xarion segera bergegas menemui ibunya yang saat ini sedang minum teh sendirian di taman."Ibu." Xarion bergegas mendekati ibunya dengan kakinya sedikit pincang."Pangeran Xarion, ada apa?" Xylia sangat mengenal putranya, dari wajahnya yang gelisah ia sudah bisa menebak bahwa telah terjadi sesuatu."Ibu, Paman ingin menyingkirkanku secara tidak langsung.""Apa maksudmu?""Paman mengeluarkan perintah agar aku pergi ke Utara untuk membantu di sana.""Apa? Ke Utara?""Ya, Bu. Bu, tolong aku
"Sampai kapan kau akan berselisih dengan keponakanmu karena seorang wanita? Putraku, darah lebih kental dari air." Ibu suri bicara dengan lembut pada putranya.Wanita ini tidak tahu bahwa di kehidupan sebelumnya Xarion lah yang tidak menghargai hubungan darah di antara mereka."Pangeran Xarion seharusnya menerima kenyataan, Bu. Dia masih datang menemui istriku hari ini.""Putraku, keponakanmu masih muda, ia masih belum bisa berpikir dengan benar.""Bu, diusia seusia Pangeran Xarion aku sudah mengambil banyak keputusan penting. Beberapa kali berperang dengan musuh dan pemberontak. Ini bukan tentang usia, tapi tentang adab dan kepribadian. Lysire adalah bibinya, ia seharusnya tidak menginginkan istri pamannya lagi.""Putraku, jika ada pria lain yang mengambil istrimu darimu apakah kau akan menerimanya begitu saja?"Kainer diam, tentu saja ia tidak akan menerimanya. Ia akan mengambil kembali miliknya."Pangeran Xarion juga seperti dirimu, dia belum bisa merelakan Lysire.""Bu, aku tidak
"Kau sudah kembali." Lysire mendekati Kainer.Namun, sikap Kainer terhadapnya agak dingin. Sepertinya ini karena yang terjadi pagi tadi."Yang Mulia, apakah kau sudah makan malam?"Kainer memilih untuk mengabaikan Lysire. Selama tiga bulan ini ia terus memaklumi sikap Lysire. Bukankah seharusnya ia lebih tegas agar Lysire bisa menjaga martabatnya sendiri.Akan sangat baik jika Lysire mengetahui batasannya, maka ia dan Xarion tidak perlu terus berselisih.Lysire memandangi Kainer yang melangkah melewatinya. Sepertinya Kainer marah padanya."Yang Mulia, apakah kau marah padaku?" Lysire mengejar Kainer lalu menghadang pria itu.Kainer menatap Lysire dengan tatapan acuh tak acuh.Lysire tahu bahwa suaminya marah, tidak perlu menunggu jawaban darinya. "Aku minta maaf jika aku membuatmu marah. Maukah Yang Mulia memaafkanku?" Ia bertanya dengan lembut.Tipe kecantikan yang dimiliki oleh Lysire bukan terletak pada kelembutan dan kehalusan, tapi ceria dengan watak yang kuat. Ia bukan tipe wani
"Yang Mulia, hari ini adalah jadwal Anda mengunjungi Ibu Suri." Riona mengingatkan ratunya."Ayo pergi ke kediaman Ibu suri." Lysire tidak hanya ingin memperbaiki hubungannya dengan Kainer, tapi juga ibu suri.Di kehidupan sebelumnya ia tidak memiliki hubungan yang baik dengan ibu suri. Ia membenci apapun yang berkaitan dengan Kainer. Ia tidak menunjukan kebenciannya terhadap ibu suri dengan makian atau sikap kasar, tapi ia hanya tidak bicara begitu banyak pada wanita itu dan sengan sengaja menjauhkan diri.Selama tiga tahun ia menikah dengan Kainer di kehidupan sebelumnya, ibu suri tidak pernah mempersulitnya di istana meski sikapnya kurang menghormati ibu suri.Dan di kehidupan ini, ia akan mengambil hati ibu suri. Ia akan menyayangi siapapun yang disayangi oleh Kainer.Juga, ia memiliki utang terhadap ibu suri. Wanita tua yang harusnya melewati masa tua dengan tenang malah harus tewas di tangan orang Xarion. Dan semua itu terjadi disebabkan oleh dirinya.Myrrah dan Riona mengikuti
"Yang Mulia, jika aku tidak bisa mengandung apakah kau akan mengambil selir?" Sebenarnya Lysire tahu jawabannya, di kehidupan sebelumnya setelah ia tiada Kainer tidak menikah lagi."Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu? Apakah kau senang aku mengambil selir?""Bukan seperti itu. Kakak ipar tadi mengatakan padaku jika aku tidak kunjung mengandung kau akan mengambil selir," balas Lysire. "Dia juga mengatakan bahwa ada masalah dengan kesehatanku.""Jangan dengarkan apa yang dia katakan. Dialah yang tidak sehat," seru Kainer."Jadi, apakah kau akan mengambil selir jika aku tidak bisa memberimu keturunan?""Tidak akan.""Bagaimana dengan tahta kerajaan? Apakah kau akan menyerahkannya pada Pangeran Xarion?"Kainer salah mengartikan pertanyaan Lysire. "Jadi maksud dari pertanyaanmu adalah kau ingin tahu jika kau tidak hamil apakah Xarion akan naik tahta menggantikanku? Ratuku, apakah setelah Pangeran Xarion naik tahta kau akan menikah dengannya! Jangan berharap, aku tidak akan pernah me
"Usiamu sudah delapan belas tahun, sudah waktunya bagimu untuk menikah, Pangeran Xarion," seru Xylia.Xarion sudah berpikir dengan jernih, ia tidak akan mengganggu Lysire lagi karena Lysire sudah berubah. Ia harus fokus pada masa depannya sendiri sekarang agar ia bisa merebut tahta dari Kainer.Dengan tahta berada di tangannya, ia bisa membuat Lysire menjadi selirnya. Wanita itu telah mencampakannya, jadi ia pasti akan membalas Lysire. Sementara Kainer, ia akan menginjak-injak pria itu."Aku menyerahkan urusan pernikahanku pada Ibu.""Ibu akan membicarakannya dengan kakekmu mengenai siapa wanita yang cocok denganmu.""Baik, Bu."Xarion tidak peduli tentang siapa wanita yang akan ia nikahi. Saat ini bukan lagi tentang perasaan, tapi tentang hubungan yang saling menguntungkan. Ia yakin ibu dan kakeknya pasti akan memilihkan wanita yang berasal dari keluarga berpengaruh."Sekarang fokus pada akademimu, kau harus menjadi lulusan terbaik tahun ini, dengan begitu kau akan dipandang sebagai