"Ratuku, apa yang sedang coba kau lakukan sekarang?"
"Yang Mulia, aku menyadari semua kesalahanku. Aku telah menikah denganmu, jadi seharusnya aku tidak memikirkan pria lain lagi. Aku benar-benar telah sadar dan meminta maaf padamu." Lysire mengucapkan permintaan maaf dengan mudah, ia telah melakukan ini ribuan kali dahulu, tapi sayangnya Kainer tidak bisa mendengarnya sama sekali.
Kening Kainer berkerut, pria itu menatap Lysire seksama. Apakah istrinya benar-benar menyadari kesalahannya, atau wanita ini sedang bersandiwara agar ia tidak menghukum Xarion lagi.
"Ratuku, apakah maksudmu kau tidak akan bertemu dengan Pangeran Xarion lagi?"
"Aku tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. Bahkan jika aku berada di jalan yang sama dengannya, aku akan memutar."
"Jadi, kau rela menjauh dari Pangeran Xarion agar aku melepaskannya kali ini."
"Tidak, Yang Mulia. Aku tidak memintamu untuk melepaskan Pangeran Xarion. Dia berhak mendapatkan hukuman karena tidak tahu posisinya."
Kainer benar-benar tidak tahu apakah Lysire sedang bersandiwara atau tidak sekarang. Apakah mungkin Lysire merencanakan sesuatu di belakangnya?
Kainer segera mengenyahkan pemikiran itu. Ia tidak boleh mencurigai istrinya sendiri. Bahkan jika benar Lysire merencanakan sesuatu, ia pasti akan mengetahuinya pada akhirnya.
"Kau rela Pangeran Xarion mendapatkan pukulan 20 kali?"
"Aku sangat rela. Jika perlu Yang Mulia bisa menambah hukumannya menjadi 50 kali." Pria keji seperti Xarion pantas mendapatkan hukuman mati, pukulan lima puluh kali saja tidak akan cukup untuk membalas semua kejahatan yang dilakukan oleh pria itu di masa lalu.
Sekali lagi Kainer dibuat heran oleh Lysire. Bukan meminta pengampunan untuk Xarion, istrinya malah meminta untuk menambah hukuman Xarion.
"Jika itu yang kau inginkan maka aku akan mengabulkannya." Kainer menunggu beberapa saat, tapi Lysire tampaknya tidak berubah pikiran sama sekali.
"Ratuku, trik apa yang sedang kau mainkan sekarang?"
"Yang Mulia, aku tidak sedang memainkan trik apapun. Saat ini aku hanya sedang menunjukan padamu bahwa aku benar-benar tidak memikirkan pria lain lagi."
Lysire tahu bahwa akan sulit bagi Kainer untuk mempercayainya, ia berubah terlalu cepat. Dulu, ia bahkan bisa mogok makan berhari-hari agar Xarion tidak dihukum. Ia akan terus membuktikan pada Kainer bahwa ia telah berubah sampai Kainer benar-benar percaya padanya.
"Yang Mulia mari berhenti membahas tentang Pangeran Xarion. Ayo makan siang bersama."
Perubahan Lysire terlalu jauh. Sebelumnya Lysire tidak pernah mengajaknya makan siang bersama. Selalu dirinya yang datang mengunjungi Lysire untuk makan siang, dan pada saat itu selera makan Lysire akan segera lenyap. Wanita itu hanya akan menemaninya seperti patung.
"Kau tidak sedang mencoba untuk meracuni makananku, bukan?"
Lysire tertawa kecil. "Yang Mulia, seluruh keluargaku akan terbunuh jika aku melakukan hal seperti itu."
Sejenak Kainer tertegun, dunianya seolah berhenti. Sejak menikah, tidak bahkan sebelum mereka menikah Lysire tidak pernah tersenyum atau tertawa padanya. Dahulu ketika ia berkunjung ke kediaman Menteri Pertahanan, Lysire hanya akan memberikan pernghormatan dengan senyuman kecil di wajahnya.
Namun, semenjak ia meminta Menteri Pertahanan untuk menikahkannya dengan Lysire, sejak saat itu Lysire sudah tidak pernah tersenyum lagi padanya. Lysire bisa tersenyum dan tertawa dengan riang dengan orang lain, tapi tidak dengannya.
Dan hari ini, Lysire tertawa di depannya. Sepertinya hari ini dipenuhi oleh keanehan demi keanehan yang entah sampai kapan akan berhenti.
"Myrrah!" Lysire memanggil pelayan setianya. "Siapkan makan siang untukku dan Yang Mulia Raja. Kami akan makan bersama di taman Gardenia." Ia segera memberi perintah saat Myrrah datang menghadap.
"Baik, Yang Mulia." Myrrah mundur lalu kemudian berbalik dan pergi dari ruangan itu.
"Torian!" Kainer memanggil tangan kanannya.
Detik berikutnya pria dengan pakaian prajurit berwarna hitam datang ke hadapan Kainer. "Torian menghadap, Yang Mulia."
"Pergi ke penjara dan berikan lima puluh kali pukulan pada Pangeran Xarion."
"Baik, Yang Mulia." Torian segera undur diri. Pria ini tidak merasa hukuman dari rajanya berlebihan karena seharusnya Xarion tidak mengganggu istri dari penguasa Celestria. Hanya saja, Torian merasa bahwa Kainer juga perlu menghukum Lysire. Seharusnya sebagai seorang ratu Lysire bisa menjaga harga diri dan martabatnya.
Wanita itu berani berpelukan dengan mantan kekasihnya padahal ia sudah menikah dan menjadi ratu Celestria. Tindakan Lysire bukan hanya tidak bisa menjaga harga dirinya, tapi juga mempermalukan Kainer sebagai seorang raja.
Namun, Torian hanya seorang tangan kanan. Ia tidak bisa mengajari rajanya untuk mengambil tindakan seperti apa. Selain itu ia juga mengetahui seberapa besar kasih sayang rajanya terhadap Lysire.
Torian sampai di penjara. "Yang Mulia Raja memerintahkan untuk memberikan lima puluh kali pukulan pada Pangeran Xarion!" Torian memberi tahu penjaga penjara.
Jantung Xarion hampir lepas ketika ia mendengar apa yang dikatakan oleh Torian. Lima puluh kali pukulan? Apakah Kainer mencoba untuk membunuhnya?
"Jangan ada yang menyentuhku! Kirim orang ke paviliun ibuku, aku ingin bertemu dengannya!" Xarion mana mungkin menerima hukuman segila itu. Ia harus meminta tolong pada ibunya agar terbebas dari hukuman.
Torian menganggukan kepalanya, tanda ia menyetujui ucapan Xarion. Lalu seorang prajurit pergi ke kediaman Xilya, kakak ipar Kainer.
"Putraku, apa yang terjadi padamu? bagaimana kau bisa berada di tempat ini?" Xilya bertanya pada putranya.
"Cepat buka pintunya!" Xilya berkata dengan marah pada petugas penjaga penjara.
Kemarin Xylia berada di tempat suci untuk mendoakan suami dan para leluhurnya, jadi ia tidak tahu bahwa putranya saat ini berada di penjara. Saat ia baru saja kembali, seorang prajurit menemuinya dan mengatakan bahwa Xarion berada di penjara.
Putranya adalah seorang pangeran, jadi yang bisa memenjarakannya hanyalah Kainer, adik iparnya.
"Maafkan kami, Putri Xylia. Yang Mulia Raja tidak mengizinkan Pangeran Xarion keluar dari penjara," jawab petugas.
"Bu, tolong bebaskan aku dari sini. Paman memberikan hukuman lima puluh kali pukulan. Aku akan mati jika benar-benar mendapatkan hukuman itu."
Kedua tangan Xylia mengepal, bagaimana bisa Kainer begitu kejam. Nampaknya, Kainer benar-benar ingin menyingkirkan Xarion.
"Ibu akan segera menemui pamanmu. Tenanglah, kau akan segera bebas dari sini." Xylia kemudian pergi.
Saat ia mendatangi paviliun raja, ia mengetahui bahwa Kainer sedang makan siang bersama dengan Lysire. Kainer ini benar-benar berdarah dingin, dia memberikan hukuman mengerikan pada putranya, tapi di sini pria itu malah menikmati makan siangnya. Xylia menjadi semakin marah.
"Yang Mulia, Putri Xylia ingin bertemu dengan Anda. Saya telah mengatakan bahwa Anda tidak bisa diganggu, tapi Putri Xylia berkeras untuk masuk. Saya tidak bisa menghentikannya." Riona melapor pada Kainer.
Di belakang Riona, ada Xylia yang melangkah dengan marah. Kainer tahu bahwa kakak iparnya pasti akan mengamuk karena hukuman yang ia berikan pada Xarion.
"Yang Mulia Raja, bebaskan Pangeran Xarion dari penjara!" Xylia berkata dengan marah.
"Kakak ipar, aku rasa kau perlu memberi salam terlebih dahulu. Kau memang kakak iparku, tapi aku adalah raja Celetria. Kau perlu menghormatiku." Kainer bicara dengan santai, hal ini membuat kemarahan Xylia semakin meningkat.
"Yang Mulia Raja, jangan terlalu sombong. Jika suamiku masih hidup, dia yang akan menjadi raja bukan kau! Cepat bebaskan Pangeran Xarion!" Xylia tidak bisa mengatur emosinya lagi.
"Pangeran Xarion telah merayu istriku, jadi ia pantas mendapatkan hukuman itu."
"Kau jelas-jelas ingin membunuh Pangeran Xarion!" geram Xylia.
"Baik, aku akan memberikan hukuman lain. Pangeran Xarion tidak diizinkan untuk memasuki wilayah ibu kota Celestria, jika Pangeran Xarion berani melakukannya maka dia akan dibunuh saat itu juga."
"Yang Mulia Raja!" raung Xylia.
"Kakak ipar kau hanya perlu memilih, membiarkan putramu didisiplinkan agar dia tahu posisinya dan tidak mengganggu bibinya lagi, atau kemasi barnag-barang putramu dan antar dia keluar dari ibu kota."
"Yang Mulia Raja, Pangeran Xarion adalah keponakanmu, hanya karena seorang wanita kau mengusir keponakanmu sendiri. Apakah kau tidak merasa bersalah pada mendiang kakakmu?"
"Tidak, aku akan lebih merasa bersalah jika aku tidak mendisiplinkan keponakanku yang moralnya telah rusak."
"Bukan Pangeran Xarion yang moralnya telah rusak, tapi istrimu! Dia yang menggoda Pangeran Xarion."
"Kakak ipar, aku rasa kau salah dalam bagian ini. Pangeran Xarion yang datang ke tempat ini lalu memelukku tanpa mengatakan apapun. Pangeran Xarion berkata bahwa ia sangat merindukanku dan akan membawaku keluar dari istana agar kami bisa bersama. Kakak ipar, daripada marah-marah di sini, aku rasa lebih baik Kakak ipar menasehati Pangeran Xarion untuk tidak lagi menggangguku. Dia harus tahu bahwa aku adalah bibinya." Lysire membalas ucapan Xylia.
Xylia sangat ingin mencabik-cabik mulut Lysire, jika bukan karena Lysire apakah putranya akan di penjara dan mendapatkan hukuman dari Kainer. Namun, ada yang salah di sini. Biasanya Lysire akan memohon pada Kainer agar membebaskan Xarion dari hukuman seperti sebelumnya, tapi kenapa kali ini Lysire mendukung Xarion mendapatkan hukuman? Apakah mungkin saat ini Lysire sudah berpihak pada Kainer?
tbc
"Yang Mulia Ratu, kau benar-benar menjijikan. Kau mencampakan putraku setelah kau mendapatkan pria yang jauh lebih mampu membawamu ke atas." Xylia menatap Lysire dengan bengis."Tidak heran jika Pangeran Xarion memiliki moral yang rusak, rupanya itu berasal darimu, Kakak ipar. Aku adalah wanita yang bersuami jadi tentu saja aku harus memutuskan hubunganku dengan Pangeran Xarion," balas Lysire. "Kakak ipar kau sudah cukup lama mengganggu makan siangku. Kau hanya memiliki dua pilihan, sekarang pergilah!" Kainer kembali bicara setelah ia membiarkan Lysire membalas ucapan Xylia."Yang Mulia Raja, mendiang kakakmu pasti akan mengutukmu dari langit sana!" Setelahnya Xylia berbalik. Wanita itu pergi dengan marah. Ia bukan hanya tidak mampu membebaskan anaknya, tapi juga mendapatkan penghinaan dari Lysire. "Lanjutkan makan siangmu." Kainer menatap Lysire lembut. Pria ini masih sangat heran dengan sikap Lysire, apakah mungkin Lysire
Pagi ini Kainer dan Lysire sarapan bersama lagi. Setelah selesai sarapan Kainer hendak pergi ke ruang pemerintahan, tapi Lysire menghentikannya. "Beri aku ciuman."Kainer memandangi Lysire sejenak, istrinya semakin aneh, tapi ia masih menuruti ucapan Lysire. Memberikannya ciuman yang lembut dan panjang.Senyuman manis tampak di wajah Lysire. "Yang Mulia, mari makan siang bersama.""Ya."Setelahnya Kainer pergi ke aula pemerintahan, di perjalanan pria itu menanyakan tentang bagaimana kondisi Xarion. "Pangeran Xarion tidak sadarkan diri setelah menerima lima puluh pukulan. Pagi ini saya mendapatkan kabar bahwa Pangeran Xarion sudah siuman.""Aku harap setelah ini dia menyadari posisinya." Kainer berkata singkat."Yang Mulia, semalam Yang Mulia Ratu tidak meminum obat pencegah kehamilan," seru Torian.Kainer tahu semua yang dilakukan oleh Lysire di kediamannya, termasuk tentang meminum obat pencegah kehamilan. Ia tidak marah karena Lysire ti
Sore harinya saat Lysire sedang menikmati waktu dengan meminum teh di taman, ia mendapatkan kunjungan lagi, tapi kali ini bukan dari keluarganya melainkan dari Amarise, sahabat terbaiknya yang pada akhirnya menusuknya dari belakang."Salam Yang Mulia Ratu." Amarise memberikan salam pada Lysire disertai dengan sedikit membungkuk.Lysire membalas dengan anggukan kecil. Wanita itu meletakan cangkir porselen yang tadi ia pegang kembali ke meja. "Yang Mulia bagaimana kabarmu sore ini?" Amarise bertanya dengan penuh perhatian."Seperti yang kau lihat, aku sangat baik," balas Lysire. Ia benar-benar ingin menyiramkan teh hangat ke wajah Amarise. Ia sangat muak melihat wajah munafik Amarise.Amarise merasa bahwa Lysire tampaknya tidak terlalu senang bertemu dengannya. Biasanya jika ia berkunjung Lysire akan segera menyambutnya. Wanita itu kemudian akan mulai mengungkapkan apa yang ada di hatinya, kesedihan dan kemarahannya. "Syukurlah kalau begitu, aku senang mendengarnya." Amarise terseny
Lysire melihat punggung Amarise yang menjauh. Sekarang ia mengerti, semua tindakan Amarise di masa lalu bukan karena wanita itu ingin membantu Xarion, tapi karena Amarise menginginkan suaminya dan posisinya sebagai ratu. Amarise terus-terusan memanas-manasinya, membuatnya terus menyalahkan Kainer karena telah memisahkannya dengan Xarion. Lalu kemudian Amarise akan mulai menyebut Kainer pria yang kejam karena telah menghukum Xarion dengan keras.Amarise juga menyarankan agar ia meminum pencegah kehamilan, wanita itu beralasan agar Xarion tidak sakit hati, tapi yang sebenarnya adalah Amarise tidak ingin ia dan Kainer memiliki anak bersama.Jika bertahun-tahun ia tidak kunjung hamil dan melahirkan anak untuk Kainer maka Kainer pasti akan didesak untuk memiliki selir agar memiliki keturunan yang bisa meneruskan tahta kerajaan. Dan saat itu terjadi, Amarise pasti akan menawarkan dirinya untuk menjadi selir. Selain itu ayah Amarise juga seorang perdana menteri, tidak akan ada yang lebih c
Surat dari Utara telah tiba. Kainer memberikan penghargaan pada istrinya yang telah membantu mengatasi masalah yang terjadi di Utara."Yang Mulia, ini adalah tugasku sebagai seorang ratu. Aku harus berbagi beban denganmu."Kainer merasa tersentuh dengan kata-kata yang diucapkan oleh Lysire. Ia senang karena Lysire bersedia memikirkan rakyat mereka bersama dengannya. Sekarang Kainer tidak peduli apakah Lysire sedang memainkan sandiwara atau tidak, yang terpenting baginya adalah Lysire masih tetap berada di sisinya. "Aku senang karena kau bersedia berbagi beban denganku." Kainer menggenggam tangan Lysire dengan lembut. "Baiklah, sekarang aku harus pergi ke aula pemerintahan. Aku akan kembali saat makan siang.""Ya, Yang Mulia."Kainer mengecup kening Lysire lalu kemudian pergi meninggalkan istrinya. Beberapa menit setelah Kainer pergi, Lysire mendapatkan pemberitahuan dari Myrrah bahwa Xarion meminta untuk bertemu.Lysire mendengkus sinis, rupanya pria itu sudah sembuh. Ckck, harusnya
Titah Kainer segera sampai di paviliun Xarion. Petugas yang dikirim Kainer menyebutkan isi dalam dekrit raja yang memerintahkan Xarion untuk pergi ke Utara.Wajah Xarion memucat. Pamannya benar-benar kejam, pria itu ingin menyingkirkannya dengan mengirimnya ke tempat yang terkena wabah penyakit misterius."Pangeran Xarion, Anda akan pergi ke Utara dalam waktu sepuluh hari lagi," ujar petugas yang menyampaikan dekrit dari Kainer.Suka atau tidak suka Xarion harus menerima dekrit itu. Saat petugas pergi, Xarion segera bergegas menemui ibunya yang saat ini sedang minum teh sendirian di taman."Ibu." Xarion bergegas mendekati ibunya dengan kakinya sedikit pincang."Pangeran Xarion, ada apa?" Xylia sangat mengenal putranya, dari wajahnya yang gelisah ia sudah bisa menebak bahwa telah terjadi sesuatu."Ibu, Paman ingin menyingkirkanku secara tidak langsung.""Apa maksudmu?""Paman mengeluarkan perintah agar aku pergi ke Utara untuk membantu di sana.""Apa? Ke Utara?""Ya, Bu. Bu, tolong aku
"Sampai kapan kau akan berselisih dengan keponakanmu karena seorang wanita? Putraku, darah lebih kental dari air." Ibu suri bicara dengan lembut pada putranya.Wanita ini tidak tahu bahwa di kehidupan sebelumnya Xarion lah yang tidak menghargai hubungan darah di antara mereka."Pangeran Xarion seharusnya menerima kenyataan, Bu. Dia masih datang menemui istriku hari ini.""Putraku, keponakanmu masih muda, ia masih belum bisa berpikir dengan benar.""Bu, diusia seusia Pangeran Xarion aku sudah mengambil banyak keputusan penting. Beberapa kali berperang dengan musuh dan pemberontak. Ini bukan tentang usia, tapi tentang adab dan kepribadian. Lysire adalah bibinya, ia seharusnya tidak menginginkan istri pamannya lagi.""Putraku, jika ada pria lain yang mengambil istrimu darimu apakah kau akan menerimanya begitu saja?"Kainer diam, tentu saja ia tidak akan menerimanya. Ia akan mengambil kembali miliknya."Pangeran Xarion juga seperti dirimu, dia belum bisa merelakan Lysire.""Bu, aku tidak
"Kau sudah kembali." Lysire mendekati Kainer.Namun, sikap Kainer terhadapnya agak dingin. Sepertinya ini karena yang terjadi pagi tadi."Yang Mulia, apakah kau sudah makan malam?"Kainer memilih untuk mengabaikan Lysire. Selama tiga bulan ini ia terus memaklumi sikap Lysire. Bukankah seharusnya ia lebih tegas agar Lysire bisa menjaga martabatnya sendiri.Akan sangat baik jika Lysire mengetahui batasannya, maka ia dan Xarion tidak perlu terus berselisih.Lysire memandangi Kainer yang melangkah melewatinya. Sepertinya Kainer marah padanya."Yang Mulia, apakah kau marah padaku?" Lysire mengejar Kainer lalu menghadang pria itu.Kainer menatap Lysire dengan tatapan acuh tak acuh.Lysire tahu bahwa suaminya marah, tidak perlu menunggu jawaban darinya. "Aku minta maaf jika aku membuatmu marah. Maukah Yang Mulia memaafkanku?" Ia bertanya dengan lembut.Tipe kecantikan yang dimiliki oleh Lysire bukan terletak pada kelembutan dan kehalusan, tapi ceria dengan watak yang kuat. Ia bukan tipe wani