Share

3. Aku Akan Memutar

"Yang   Mulai, sebentar lagi waktunya  makan siang. Ayo makan siang bersama."   Lysire bicara setelah tidak ada  siapapun di ruangan itu, yang tersisa   hanya dirinya dan Kainer.

"Ratuku, apa yang sedang coba kau lakukan sekarang?"

"Yang    Mulia, aku menyadari semua kesalahanku. Aku telah menikah denganmu,    jadi seharusnya aku tidak memikirkan pria lain lagi. Aku  benar-benar    telah sadar dan meminta maaf padamu." Lysire mengucapkan permintaan   maaf  dengan mudah, ia telah melakukan ini ribuan kali dahulu, tapi   sayangnya  Kainer tidak bisa mendengarnya sama sekali.

Kening   Kainer  berkerut, pria itu menatap Lysire seksama. Apakah istrinya   benar-benar  menyadari kesalahannya, atau wanita ini sedang bersandiwara   agar ia  tidak menghukum Xarion lagi.

"Ratuku, apakah maksudmu kau tidak akan bertemu dengan Pangeran Xarion lagi?"

"Aku tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. Bahkan jika aku berada di jalan yang sama dengannya, aku akan memutar."

"Jadi, kau rela menjauh dari Pangeran Xarion agar aku melepaskannya kali ini."

"Tidak,    Yang Mulia. Aku tidak memintamu untuk melepaskan Pangeran Xarion. Dia    berhak mendapatkan hukuman karena tidak tahu posisinya."

Kainer    benar-benar tidak tahu apakah Lysire sedang bersandiwara atau tidak    sekarang. Apakah mungkin Lysire merencanakan sesuatu di belakangnya?

Kainer    segera mengenyahkan pemikiran itu. Ia tidak boleh mencurigai istrinya    sendiri. Bahkan jika benar Lysire merencanakan sesuatu, ia pasti akan    mengetahuinya pada akhirnya.

"Kau rela Pangeran Xarion mendapatkan pukulan 20 kali?"

"Aku    sangat rela. Jika perlu Yang Mulia bisa menambah hukumannya menjadi  50   kali." Pria keji seperti Xarion pantas mendapatkan hukuman mati,   pukulan  lima puluh kali saja tidak akan cukup untuk membalas semua   kejahatan  yang dilakukan oleh pria itu di masa lalu.

Sekali lagi   Kainer  dibuat heran oleh Lysire. Bukan meminta pengampunan untuk   Xarion,  istrinya malah meminta untuk menambah hukuman Xarion.

"Jika   itu  yang kau inginkan maka aku akan mengabulkannya." Kainer menunggu    beberapa saat, tapi Lysire tampaknya tidak berubah pikiran sama  sekali.

"Ratuku, trik apa yang sedang kau mainkan sekarang?"

"Yang    Mulia, aku tidak sedang memainkan trik apapun. Saat ini aku hanya    sedang  menunjukan padamu bahwa aku benar-benar tidak memikirkan pria    lain lagi."

Lysire tahu bahwa akan sulit bagi Kainer untuk    mempercayainya, ia berubah terlalu cepat. Dulu, ia bahkan bisa mogok    makan berhari-hari agar Xarion tidak dihukum.  Ia akan terus   membuktikan  pada Kainer bahwa ia telah berubah sampai Kainer   benar-benar percaya  padanya.

"Yang Mulia mari berhenti membahas tentang Pangeran Xarion. Ayo makan siang bersama."

Perubahan    Lysire terlalu jauh. Sebelumnya Lysire tidak pernah mengajaknya makan    siang bersama. Selalu dirinya yang datang mengunjungi Lysire untuk   makan  siang, dan pada saat itu selera makan Lysire akan segera lenyap.   Wanita  itu hanya akan menemaninya seperti patung.

"Kau tidak sedang mencoba untuk meracuni makananku, bukan?"

Lysire tertawa kecil. "Yang Mulia, seluruh keluargaku akan terbunuh jika aku melakukan hal seperti itu."

Sejenak    Kainer tertegun, dunianya seolah berhenti. Sejak menikah, tidak  bahkan   sebelum mereka menikah Lysire tidak pernah tersenyum atau  tertawa   padanya. Dahulu ketika ia berkunjung ke kediaman Menteri  Pertahanan,   Lysire hanya akan memberikan pernghormatan dengan senyuman  kecil di   wajahnya.

Namun, semenjak ia meminta Menteri  Pertahanan  untuk  menikahkannya dengan Lysire, sejak saat itu Lysire  sudah tidak  pernah  tersenyum lagi padanya. Lysire bisa tersenyum dan  tertawa dengan  riang  dengan  orang lain, tapi tidak dengannya.

Dan  hari ini,  Lysire  tertawa di depannya. Sepertinya hari ini dipenuhi  oleh keanehan  demi  keanehan yang entah sampai kapan akan berhenti.

"Myrrah!"   Lysire  memanggil pelayan setianya. "Siapkan makan siang untukku dan   Yang Mulia  Raja. Kami akan makan bersama di taman Gardenia." Ia segera   memberi  perintah saat Myrrah datang menghadap.

"Baik, Yang Mulia." Myrrah mundur lalu kemudian berbalik dan pergi dari ruangan itu.

"Torian!" Kainer memanggil tangan kanannya.

Detik berikutnya pria dengan pakaian prajurit berwarna hitam datang ke hadapan Kainer. "Torian menghadap, Yang Mulia."

"Pergi ke penjara dan berikan lima puluh kali pukulan pada Pangeran Xarion."

"Baik,    Yang Mulia." Torian segera undur diri. Pria ini tidak merasa hukuman    dari rajanya berlebihan karena seharusnya Xarion tidak mengganggu  istri   dari penguasa Celestria. Hanya saja, Torian merasa bahwa Kainer  juga   perlu menghukum Lysire. Seharusnya sebagai seorang ratu Lysire  bisa   menjaga harga diri dan martabatnya.

Wanita itu berani    berpelukan dengan mantan kekasihnya padahal ia sudah menikah dan   menjadi  ratu Celestria. Tindakan Lysire bukan hanya tidak bisa menjaga   harga  dirinya, tapi juga mempermalukan Kainer sebagai seorang raja.

Namun,    Torian hanya seorang tangan kanan. Ia tidak bisa mengajari rajanya    untuk mengambil tindakan seperti apa. Selain itu ia juga mengetahui    seberapa besar kasih sayang rajanya terhadap Lysire.

Torian    sampai di penjara. "Yang  Mulia Raja memerintahkan untuk memberikan   lima  puluh kali pukulan pada Pangeran Xarion!" Torian memberi tahu   penjaga  penjara.

Jantung Xarion hampir lepas ketika ia mendengar   apa yang  dikatakan oleh Torian. Lima puluh kali pukulan? Apakah Kainer   mencoba  untuk membunuhnya?

"Jangan ada yang menyentuhku! Kirim   orang ke  paviliun ibuku, aku ingin bertemu dengannya!" Xarion mana   mungkin  menerima hukuman segila itu. Ia harus meminta tolong pada   ibunya agar  terbebas dari hukuman.

Torian menganggukan kepalanya,   tanda ia  menyetujui ucapan Xarion. Lalu seorang prajurit pergi ke   kediaman Xilya,  kakak ipar Kainer.

"Putraku, apa yang terjadi padamu? bagaimana kau bisa berada di tempat ini?" Xilya bertanya pada putranya.

"Cepat buka pintunya!" Xilya berkata dengan marah pada petugas penjaga penjara.

Kemarin    Xylia berada di tempat suci untuk mendoakan suami dan para  leluhurnya,   jadi ia tidak tahu bahwa putranya saat ini berada di  penjara. Saat ia   baru saja kembali, seorang prajurit menemuinya dan  mengatakan bahwa   Xarion berada di penjara.

Putranya adalah seorang pangeran, jadi yang bisa memenjarakannya hanyalah Kainer, adik iparnya.

"Maafkan kami, Putri Xylia. Yang Mulia Raja tidak mengizinkan Pangeran Xarion keluar dari penjara," jawab petugas.

"Bu,    tolong bebaskan aku dari sini. Paman memberikan hukuman lima puluh   kali  pukulan. Aku akan mati jika benar-benar mendapatkan hukuman itu."

Kedua tangan Xylia mengepal, bagaimana bisa Kainer begitu kejam. Nampaknya, Kainer benar-benar ingin menyingkirkan Xarion.

"Ibu akan segera menemui pamanmu. Tenanglah, kau akan segera bebas dari sini." Xylia kemudian pergi.

Saat    ia mendatangi paviliun raja, ia mengetahui bahwa Kainer sedang makan    siang bersama dengan Lysire. Kainer ini benar-benar berdarah dingin,   dia  memberikan hukuman mengerikan pada putranya, tapi di sini pria itu    malah menikmati makan siangnya. Xylia menjadi semakin marah.

"Yang    Mulia, Putri Xylia ingin bertemu dengan Anda. Saya telah mengatakan    bahwa Anda tidak bisa diganggu, tapi Putri Xylia berkeras untuk masuk.    Saya tidak bisa menghentikannya." Riona melapor pada Kainer.

Di    belakang Riona, ada Xylia yang melangkah dengan marah. Kainer tahu   bahwa  kakak iparnya pasti akan mengamuk karena hukuman yang ia berikan   pada  Xarion.

"Yang Mulia Raja, bebaskan Pangeran Xarion dari penjara!" Xylia berkata dengan marah.

"Kakak    ipar, aku rasa kau perlu memberi salam terlebih dahulu. Kau memang    kakak iparku, tapi aku adalah raja Celetria. Kau perlu menghormatiku."    Kainer bicara dengan santai, hal ini  membuat kemarahan Xylia semakin    meningkat.

"Yang Mulia Raja, jangan terlalu sombong. Jika suamiku    masih hidup, dia yang akan menjadi raja bukan kau! Cepat bebaskan    Pangeran Xarion!" Xylia tidak bisa mengatur emosinya lagi.

"Pangeran Xarion telah merayu istriku, jadi ia pantas mendapatkan hukuman itu."

"Kau jelas-jelas ingin membunuh Pangeran Xarion!" geram Xylia.

"Baik,    aku akan memberikan hukuman lain. Pangeran Xarion tidak diizinkan   untuk  memasuki wilayah ibu kota Celestria, jika Pangeran Xarion berani    melakukannya maka dia akan dibunuh saat itu juga."

"Yang Mulia Raja!" raung Xylia.

"Kakak    ipar kau hanya perlu memilih, membiarkan putramu didisiplinkan agar   dia  tahu posisinya dan tidak mengganggu bibinya lagi, atau kemasi    barnag-barang putramu dan antar dia keluar dari ibu kota."

"Yang    Mulia Raja, Pangeran Xarion adalah keponakanmu, hanya karena seorang    wanita kau mengusir keponakanmu sendiri. Apakah kau tidak merasa    bersalah pada mendiang kakakmu?"

"Tidak, aku akan lebih merasa bersalah jika aku tidak mendisiplinkan keponakanku yang moralnya telah rusak."

"Bukan Pangeran Xarion yang moralnya telah rusak, tapi istrimu! Dia yang menggoda Pangeran Xarion."

"Kakak    ipar, aku rasa kau salah dalam bagian ini. Pangeran Xarion yang  datang   ke tempat ini lalu memelukku tanpa mengatakan apapun. Pangeran  Xarion   berkata bahwa ia sangat merindukanku dan akan membawaku keluar  dari   istana agar kami bisa bersama. Kakak ipar, daripada marah-marah  di  sini,  aku rasa lebih baik Kakak ipar menasehati Pangeran Xarion  untuk  tidak  lagi menggangguku. Dia harus tahu bahwa aku adalah  bibinya."  Lysire  membalas ucapan Xylia.

Xylia sangat ingin   mencabik-cabik  mulut Lysire, jika bukan karena Lysire apakah putranya   akan di penjara  dan mendapatkan hukuman dari Kainer. Namun, ada yang   salah di sini.  Biasanya Lysire akan memohon pada Kainer agar   membebaskan Xarion dari  hukuman seperti sebelumnya, tapi kenapa kali   ini Lysire mendukung Xarion  mendapatkan hukuman? Apakah mungkin saat   ini Lysire sudah berpihak pada  Kainer?

tbc

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status