Home / Romansa / Kekasihku Dosenku / Pura-pura Sakit

Share

Pura-pura Sakit

Author: Phatcute
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Dek bangun udah siang," panggil Bang Reno sambil menggedor-gedor pintu kamarku.

"Iya Bang, aku udah bangun, kok," sahutku sambil mengucek-ngucek mata yang masih terasa berat. Kulirik jam di meja belajar jam 05.50, membuat mataku melotot dan langsung berlari ke kamar mandi.

"Pagi Yah, Bun," sapaku pada Ayah dan Bunda di meja makan.

"Pagi Sayang," sahut mereka bersamaan.

"Buruan sarapan, abang males nungguin kalau lama, nanti bisa telat sampai kampus!" seru Bang Reno dengan wajah masam.

"Bawel banget, sih, Bang. Baru juga mau makan," sahutku sebal.

"Makanya jangan begadang giliran dibangunin aja susah," gerutu Bang Reno.

"Sudahlah Reno kasian adikmu, biar ia sarapan dulu," ucap Bunda membelaku.

"Bunda sih, kebiasaan manjain jadi begini nih anak kesayangannya," balasnya sebal.

Aku yang mendapat pembelaan Bunda tersenyum menang, dan melanjutkan sarapan dengan tenang karena Bang Reno berhenti mengomel.

"Adek berangkat dulu Bun, Ayah," pamitku sambil mencium tangan mereka.

"Hati-hati Sayang," sahut Ayah dan Bunda bersamaan.

Di depan rumah Ria sudah menunggu, setiap pagi kami selalu  berangkat bersama ke sekolah menumpang dengan Bang Reno.

"Bang pagi-pagi udah kusut aja tuh muka," sapa Ria pada Bang Reno.

"Berisik anak kecil!" sahutnya sewot.

"Biarin anak kecil yang penting cantik Bang ," sahutku santai.

Bang Reno mendengus sebal mendengar ucapan Ria. Aku tahu Bang Reno tidak marah beneran sama kami.

"Buruan masuk nanti abang telat  gara-gara nungguin dua anak kecil nyebelin," serunya sambil masuk ke mobil.

"Kita itu bukan nyebelin Bang, tapi ngangenin," sahut Ria sambil mengajakku berhay five dan tertawa bersama. Sementara wajah Bang Reno semakin masam.

***

Sampai di kelas ponsel yang ada di saku rokku bergetar. Ternyata pesan dari Kak Erlan, kemarin seharian Ia tidak memberi kabar. Aku kira Ia sudah tidak mau berhubungan lagi denganku.

[Semangat belajarnya Dee.]

Setiap membaca pesan Kak Erlan berhasil membuat wajahku memanas.

[Iya Kak. Makasih.]

[Maaf kemarin pulsa kakak habis, jadi enggak bisa hubungin kamu.]

[Iya Kak, enggak apa-apa. Sudah dulu ya, sudah bel soalnya.]

[Oke sweety.]

Tanpa membalas lagi pesannya aku segera menonaktifkan ponselku dan menyimpannya ke dalam tas.

Hari ini aku malas mengikuti upacara. Selain capek berdiri matahari pagi bersinar cukup terik. Tiba-tiba terlintas di benakku sebuah ide biar konyol.

"Sha, kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Ria yang berdiri di barisan sebelah.

"Rahasia," jawabku singkat.

Lima belas menit upacara berlangsung, aku menegok ke belakang. Ada petugas PMR yang berjaga-jaga bila ada siswa atau siswi yang sakit.

"Aduh ...." lirihku saat salah satu dari mereka berjalan di sampingku.

"Kenapa Kak?" tanya petugas PMR itu. Yang ternyata masih adik kelasku.

"Kepala aku pusing," jawabku dengan suara pelan.

"Kakak istirahat aja di ruang UKS. Ayok saya bantu Kak," ucapnya tulus sambil mengulurkan tangan padaku.

"Makasih, ya," sahutku menerima ukuran tangannya kemudian berjalan mengikutinya.

Ria yang melihat kejadian ini langsung melotot kesal. Sebelum meninggalkan barisan, aku sempet menengok Ria sambil tersenyum menggodanya.

"Kakak istirahat aja di sini," ucapnya sambil membantuku rebahan di kasur yang ada di ruang UKS.

"Makasih," ucapku padanya.

Akhirnya aku bisa istirahat tanpa harus berpanas-panasan. Biasanya aku senang mengikuti upacara. Tapi hari ini aku malas.

Tiba-tiba pintu ruang UKS terbuka. Aku langsung berpura-pura tertidur.

Sepertinya ada seseorang yang berjalan ke arahku. Benar saja sebuah tangan menyentuh keningku.

Kerena penasaran, perlahan kubuka mata. Ternyata Haris ketua OSIS yang gantengnya maksimal ada di hadapanku dengan ekspresi yang tidak bisa kuduga.

"Maaf kalau aku ganggu kamu istirahat," ungkapnya dengan menatap lekat padaku.

"Enggak apa-apa kok. Sudah mendingan juga," jawabku sambil bangun kemudian duduk.

"Di minum dulu teh hangetnya biar enakan," ucapnya sambil memberikan segelas teh hangat padaku.

"Makasih Ris," jawabku kemudian menyeruput teh yang diberikan padaku.

"Aku mau balik ke kelas Ris," kataku sambil turun dari kasur.

"Aku anter, sekalian mau balik ke kelas juga," sahutnya datar kemudian kami berdua meninggalkan ruang UKS.

Sampai di kelas ternyata guru belum datang. Ria menatapku dengan wajah cemberut.

"Kenapa?," tanyaku begitu menjatuhkan tubuh di kursi.

"Males aku sama kamu, Sha. Besok kalau punya rencana pura-pura sakit tuh bilang-bilang," jawabnya merajuk.

Refleks aku menutup mulutnya dengan telapak tangan. "Kamu kira ada sakit berjamaah!"

"Ngeselin, besok kalau mau ketemuan sama Kak Erlan aku enggak mau nemenin," ancamnya sambil melengos.

"Biarin aja kalau kamu enggak mau nemenin, kamu kan enggak dapat makan gratisan lagi," sahutku sambil menggodanya.

"Bodo!" ketusnya lagi sedetik kemudian kami tertawa bersama.

Aku tahu kalau ia tidak beneran marah. Sejak kecil kami memang jarang bertengkar. Kalau pun ada selisih paham hanya sebentar. Setelah itu kami akan kembali seperti biasa.

***

"Dee, lusa mau ketemuan enggak?" tanya Kak Erlan via telepon.

"Lusa?"

"Iya, lusa tanggal merah 'kan."

Lusa memang tanggal merah, yang jadi masalah aku takut tidak diberi ijin keluar oleh Ayah dan Bunda. Karena aku memang tidak biasa keluar rumah selain dengan mereka.

Walau pun sudah sebesar ini. Ayah, Bunda dan Bang Reno selalu memperlakukan aku seperti anak kecil. Mereka selalu saja mengkhawatirkan aku bila keluar rumah.

"Nanti aku kabarin lagi, Kak. Soalnya belum ijin sama orang rumah," kataku akhirnya.

"Kakak tunggu kabarnya, ya."

"Iya, Kak."

"Dee, tahu enggak?"

"Tahu apa?"

"Kakak kangen banget sama kamu. Setiap hari rasanya ingin lihat kamu."

Mendengar ucapan Kak Erlan Wajahku kembali menghangat. Untung saja ia tidak melihat langsung.

"Sudah dulu, ya, Kak." Aku memutuskan untuk mengakhir percakapan kami.

"Kamu enggak kangen ya sama Kakak?"

"Kakak apaan sih. Sudah dulu, ya." Tanpa menunggu persetujuannya aku langsung memutuskan sambungan telepon.

Debaran jantungku sedang berlomba untuk keluar. Ponselku kembali bergetar, Kak Erlan mengirimkan sebuah pesan padaku.

[I Miss you baby.] Disertai emot kiss.

Aku langsung menutup wajah dengan bantal kerena menahan malu. Entah apa yang terjadi denganku. Cuma membaca pesan saja bisa membuatku tersipu malu.

***

"Ri, besok kamu ada acara enggak?" tanyaku pada Ria.

"Besok Angga ngajakin jalan," jawabnya.

"Enggak boleh. Besok kamu harus nemenin aku ketemuan sama Kak Erlan!" seruku lagi.

"Dih, apaan sih kamu Sha. Aku tuh kangen sama Angga, sudah sebulan enggak ketemu. Emangnya kamu doang yang kangen sama Kak Erlan," protes Ria.

"Aku enggak kangen ya sama Kak Erlan." Aku mencoba membela diri.

"Iya enggak kangen cuma rindu," sahut Ria sambil tersenyum miring.

"Sama aja itu dudul," sungutku sambil mentoyor kepalanya.

"Bagaimana kalau besok kita double date aja. Aku sama Angga, kamu sama Kak Erlan," usul Ria.

"Ide bagus tuh, tumben kamu pinter, Ri," ejekku yang kembali membuatnya mengerucutkan bibir.

"Aku tuh sudah pinter dari lahir tahu!" sahutnya merengut.

"Ya sudah besok aku kabarin lagi, ya."

"Ya, aku juga mau tanya Angga jadi apa enggak ketemuannya."

Sejujurnya aku malu, kalau harus jalan bareng Angga. Ia pasti  bakalan menggodaku, karena selama ini ia tahu aku tidak pernah dekat dengan cowok. Apa lagi kalau Angga tahu aku mengenal Kak Erlan dari dunia maya.

Mungkin ini yang dinamakan cinta tumbuh tidak pernah memilih kapan dan di mana, pada siapa kita tak pernah bisa memilih.

"Bun, besok kan aku sekolahnya libur. Boleh enggak aku sama Ria main ke mall?" Aku meminta ijin Bunda terlebih dahulu. Kerena kalau Bunda sudah setuju, Ayah dan Bang Reno pasti manut.

"Memang Adek mau ngapain ke mall?" Gantian Bunda balik bertanya.

"Main aja, Bun. Mumpung libur," jawabku sambil memberesakan piring kotor bekas makan malam kami.

"Yakin cuma main?" Bunda bertanya penuh selidik.

"Iya enggak main aja, Bun. Pasti sambil makan kan pasti lapar kalau abis makan," jawabku sambil menahan senyum.

"Anak Bunda sudah besar rupanya. Sudah main rahasia-rahasiaan sama bundanya." Bunda menatap teduh padaku.

"Enggak ada rahasia kok, Bun. Tanya saja nanti sama Ria." Aku mencoba membela diri.

"Yang penting kamu hati-hati dan bisa jaga diri. Jangan pernah nodai kepercayaan ayah dan bunda."

"Siap, Bun. Makasih, ya." Refleks aku mencium pipi Bunda kemudian berlari ke kamar untuk mengabarkan Kak Erlan dan Ria kalau aku sudah mendapatkan ijin dari Bunda.

[Kak, besok jadi ketemuannya?]

Tidak biasanya Kak Erlan lambat membalas pesanku. Tidak ada notifikasi kalau ia online. Mungkin sedang di jalan.

Sambil menunggu balasan pesan dari Kak Erlan, aku menelepon Ria.

"Hallo, apaan?" terdengar suara serak Ria.

"Ri, aku sudah dapat ijin dari Bunda. Besok jadinya jam berapa?"

"Jam 1 aja, sekalian makan siang. Soalnya pagi Angga ada jadwal pemotretan," jawab Ria pelan.

"Oke. Aku tinggal nunggu kabar dari Kak Erlan. Aku kirim pesan belum dibalas," ujarku.

"Ya sudah. Aku ngantuk, Sha. Kamu ganggu aku aja." Ria protes karena sepertinya ia memang sudah tertidur.

"Ya, maaf. Ya sudah lanjutin mimpinya putri tidur," ejekku sambil terkekeh.

"Dasar rese," gerutu Ria dan langsung memutuskan sambungan telepon.

Kak Erlan belum juga membalas pesanku. Aku menaruh ponsel di nakas dan bersiap untuk tidur. Baru saja akan terpejam ponselku berdering ternyata panggilan masuk dari Kak Erlan.

"Hallo!" sapaku setelah menggeser tombol hijau di layar ponsel.

"Maaf ya, baru baca pesan kamu. Kakak baru selesai latihan."

"Iya, enggak apa-apa."

"Besok jadi 'kan?"

"Iya, jam 1, tadi aku sudah tanya Ria."

"Kok tanya Ria?"

"Iya, aku enggak berani pergi sendiri, lagian Bunda juga enggak akan kasih ijin kalau aku pergi sendiri."

"Oke, baiklah. Tunggu di lobby jam 1 ya."

"Oke. Sudah dulu Kak. Aku ngantuk."

"Sampai besok, ya. Met istirahat sweety."

Lagi-lagi aku kembali tersipu mendengar ucapan manis Kak Erlan. Dan refleks kuputuskan sambungan teleponnya. Malam ini aku tertidur ditemani kupu-kupu yang mengitariku. Membuat hatiku berbunga-bunga.

Related chapters

  • Kekasihku Dosenku   Ketemu Lagi

    Hari ini tanggal merah bertepatan dengan hari raya nyepi. Siang nanti aku dan Kak Erlan janjian ketemuan di mall."Pagi Bun," sapaku menghampiri Bunda yang sedang sibuk di dapur."Pagi, Sayang. Tumben anak bunda hari libur sudah bangun," sahut Bunda melihat sekilas padaku."Biasanya juga bangun pagi, Bun," kataku sembari menuangkan air yang ada di teko ke gelas."Bangun pagi, tapi tidur lagi!" sela Bang Reno yang baru saja muncul di dapur."Dih, apaan kali Abang. Nyamber aja kek pletasan," ucapku sambil menatap sebal padanya.Bang Reno malah terkekeh sambil mengacak rambutku."Jadi pergi jam berapa, Dek?" tanya Bunda setelah meletakkan dua piring roti bakar di meja."Jam satu, Bun," jawabku."Mau kemana emang anak manja ini, Bun?" tanya Bang Reno sambil mencomot roti bakar."Dih, kepo sekali abangku ini!" Gantian aku yang menggodanya."Awas aja, besok enggak abang anterin ke sekolah, baru tahu rasa kamu!" ancam Bang R

  • Kekasihku Dosenku   Nyatakan Cinta

    Kak Erlan kembali menanyakan apakah aku mau jadi pacarnya? Aku bingung dan tak tahu harus jawab apa."Kok diam, Dee?" tanyanya sambil mengelus punggung tanganku.Refleks aku melihat padanya. Kak Erlan mengunci pandanganku. Seperti mencari jawaban dari manik hitamku."Shasa!" Aku langsung menarik tanganku yang dari tadi dielus-elus Kak Erlan.Saat aku menoleh ternyata Fina dan Wulan, teman sekelas dan satu komplek dengan."Hao Fin, Lan," sahutku sambil tersenyum.Mereka berdua pasti akan mengintrogasiku habis-habisan karena melihat aku berdua dengan cowok di halte seperti ini."Kamu ngapain di sini, Sha?" tanya Fina kemudian."Tumben banget nongkrong di halte," Wulan ikutan bertanya."Aku —" Belum sempet menjawab pertanyaannya, Wulan dan Fina langsung beralih pada Kak Erlan yang duduk di sebelahku."Ini siapa Sha?" tanya Wulan dengan memasang senyum manis."Iya, Shasa enggak asik nih, punya temen ganteng engg

  • Kekasihku Dosenku   Ketahuan

    Pov Erlangga"Lan!" panggil Budi sesaat setelah aku keluar dari kelas."Ada apa, Bro!" sahutku menghampirinya."Dicariin sama Mita. Sepertinya masih penasaran sama kamu," tutur Budi."Biarin aja, enggak usah diurusin," jawabku. "Ngopi, yuk!" Aku dan Budi berjalan ke arah kantin."Setiap ketemu pasti yang ditanyain kamu. Enggak pernah gitu nanyain kabarku," canda Budi membuatku menyungging senyum."Besok aku kasih tahu Mita. Suruh nanya kabar kamu," balasku membuat Budi memukul pelan tanganku."Ada-ada aja kamu ini, Lan. Makanya jangan tebar pesona terus. Kasihan 'kan, anak orang pada potek hatinya!""Aku enggak pernah tebar pesona, Mas Bro. Mereka aja yang baperan. Dikasih perhatian dikit bilang sayang, bilang cinta."Budi tertawa mendengar ocehanku. Suasana di kantin tidak terlalu ramai. Setelah memesan kopi kami mencari tempat duduk."Masa enggak tertarik sama Mita, Lan. Mita itukan cantik, seksi, ta

  • Kekasihku Dosenku   Dikerjai

    Pov DelisaHari ini kami dipulangkan lebih awal, karena guru-guru ada rapat siang ini. Aku dan teman-teman tidak langsung pulang ke rumah. Kami pergi ke toko buku yang ada di mall, mencari buku untuk referensi tugas yang diberikan oleh guru.Setelah mendapatkan buku yang dimaksud. Sebelum pulang kami makan di foodcourt.Selesai makan aku dan teman - teman memutuskan untuk pulang ke rumah, karena tidak nyaman berada di mall dengan seragam sekolah.Setelah tiga puluh menit bus yang kami tumpangi sampai di halte dekat rumah. Baru saja menginjakkan kaki di halte tiba-tiba langkahku terhenti melihat siapa yang sedang menatap tajam ke arahku."Kak Erlan! seru Fina dan Wulan bersamaan kemudian menghampirinya."Hai," sahut Kak Erlan."Kakak ngapain di sini?" tanya Wulan."Kakak ada perlu sama Delisa," jawabnya masih dengan menatapku.Kak Erlan melangkah ke arahku. "Bisa kita bicara?" Kak Erlan berkata den

  • Kekasihku Dosenku   Dijemput

    Setelah makan malam siap, aku memanggil ayah dan Bang Reno yang sedang mengobrol di ruang tengah."Dek, kata bunda tadi ada teman Adek main ke sini?" tanya Ayah di tengah makan malam."Iya, Yah namanya Kak Erlan," jawabku tanpa berani menatap Ayah."Wih, Adek abang sudah ada yang ngapelin rupanya," ucap Bang Reno sambil tersenyum jahil padaku."Apaan, sih, Bang. Emang enggak boleh temen aku main!" sahutku sebal."Ayah dan Bunda enggak larang Adek buat temenan dengan siapa pun. Yang penting Adek tahu batasannya dan bisa jaga diri," sambung Ayah sambil menatapku penuh kasih."Iya, Yah, aku enggak akan menghancurkan kepercayaan yang Ayah dan Bunda berikan," jawabku yakin."Ini adeknya Reno, bukan, ya?" tanya Bang Reno sambil mengacak-acak rambutku."Tapi Bunda suka, Yah," timpal Bunda yang membuat kami menatap heran padanya. "Maksud bunda, Nak Erlan itu anaknya sopan. Bunda enggam keberatan kalau dia main ke sini lagi,

  • Kekasihku Dosenku   Rindu

    Pov ErlanggaHampir saja aku melakukan kesalahan. Melihat wajah Delisa yang cantik, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang merah merona. Namun, aku sadar gadisku masih di bawah umur dan tidak sepantasnya aku melakukannya.Saat aku mulai mendekat padanya, ia langsung memejamkan mata. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Saat aku tersadar kalau Delisa berbeda dengan mantan pacarku yang lain. Kuurungkan niat untuk menciumnya.Terkadang aku bingung, perasaanku padanya berbeda dengan mantan-mantanku yang lain. Apa rasa sayang ini lebih mirip sayang ke adik sendiri?Waktu aku tahu Delisa berbohong, karena ternyata ia masih anak SMA tidak membuatku marah. Justru aku merasa lucu karena tidak menyadari hal itu."Erlan!" Terdengar suara manja itu memanggilku."Ada apa?" tanyaku begitu ia sudah berdiri di sampingku."Ini buat kamu," jawabnya seraya menyerahkan sebuah undangan. "Jangan sampai enggak datang, ya," ucapnya lagi.

  • Kekasihku Dosenku   Ketemu Mantan

    Pov DelisaHari ini Kak Erlan mengajakku menemani ia bertanding. Untuk pertama kalinya aku melihatnya bermain basket.Sampai di kampus Kak Erlan memperkenalkan aku dengan teman-temannya yang tanpa sengaja bertemu di depan ruang ganti pakaian.Mereka seperti tidak percaya kalau aku dan Kak Erlan berhubungan. Aku tahu mereka memandang aneh padaku. Entah apa yang mereka pikirkan tentang kami.Selama pertandingan mataku tak lepas dari melihatnya yang dengan lincahnya berlari sambil mendribble bola.Di sebrang lapangan kulihat ada seorang wanita yang selalu tersenyum pada Kak Erlan dan sesekali memberi semangat sambil meneriaki namanya.Ternyata Kak Erlan memang populer di kampusnya. Terbukti namanya paling banyak diteriaki oleh para penonton.Setiap habis memasukkan bola Kak Erlan selalu melihat padaku sambil tersenyum manis. Senyum yang selalu aku rindukan.Tim basket Kak Erlan memenangkan pertandingan kali ini, dengan skor

  • Kekasihku Dosenku   Hari Kelulusan

    Hari pengumuman kelulusan akhirnya tiba juga. Semua murid SMA Nusa Bangsa dikumpulkan di lapangan pagi ini.Semua rasa jadi satu. Bahagia karena kami naik ke jenjang pendidikan yang tinggi. Sedih karena harus berpisah dengan teman-teman setelah kami menuntut ilmu selama tiga bersama.Aku, Ria, Wulan, dan Fina saling bergandengan tangan. Memberi kekuatan satu sama lain karena kami takut ada yang tidak lulus.Saat Kepala sekolah naik ke mimbar seketika suasana manjadi hening. Beliau memberikan sedikit wejangan untuk kami. Agar kami bisa menjaga dan mengharumkan nama sekolah di mana pun nantinya kami berada.Alhamdulillah semua murid SMA Nusa Bangsa dinyatakan lulus. Kami semua bersorak gembira mendengar pengumuman iniAku dan sahabatku saling berpelukan. Kami menangis bahagia sekaligus beredih. Karena itu artinya kami tidak bisa bersama-sama lagi.Wulan akan melanjutkan kuliah di Kota Padang Sumatera Barat karena papanya dipindah t

Latest chapter

  • Kekasihku Dosenku   Tamu Tak Diundang

    TokTok ."Dek!" panggil Bunda dari luar sambil mengetok pintu kamarku."Iya Bun, sebentar," sahutku yang sedang merapikan buku pelajaran."Ada temanmu di depan," ucap Bunda saat aku muncul di balik pintu"Siapa Bun?" tanyaku penasaran."Rio kalau enggak salah namanya," jawab Bunda."Makasih, Bun. Nanti adik temuin," ujarku.Bunda mengangguk kemudian melangkah ke dapur. Sementara aku beranjak ke depan untuk menemui Kak Rio."Kak," sapaku begitu sampai di teras."Hai, Dek?" balasnya membuatku keheranan."Kok panggil adek?" tanyaku."Abis tadi Bunda panggil kamu Adek. Boleh kan, kalau aku juga panggilkamu Adek," jawabnya.Aku sempat berpikir sebentar kemudian mengangguk ragu. "Kakak ada apa ke sini?""Mau main aja emang enggak boleh, ya?""Boleh aja, kok. Tapi kenapa enggak telepon dulu?""Kalau telepon dulu pasti kamu akan cari alasan untuk mel

  • Kekasihku Dosenku   Kesal

    Jam pelajaran sudah selesai, Aku segera merapihkan buku dan peralatan tulisku."Sha, bareng enggak?" tanya Haris yang sudah berdiri di samping mejaku."Iya Ris, tapi aku mau ke toilet dulu, ya," jawabku."Aku tunggu di parkiran, ya, Sha," ucap Harus lagi."Oke," sahutku kemudian.Setiap hari aku selalu bareng sama Haris. Meski cuma sampai halte dekat kampus. Kemudian aku naik bus menuju rumah.Haris sering menawarkan untuk mengantarku sampai ke rumah, tetapi aku selalu menolaknya, karena tak mau merepotkan, sebab rumahku berlawanan arah dengan rumahnya.Keluar dari toilet ada Jelita dan teman-temanya. Kampus sudah mulai sepi karena hari sudah hampir sore."Permisi, Kak," ucapku saat hendak melewati mereka.BrukTiba-tiba salah satu dari mereka mendorongku hingga terjatuh."Udah aku peringatin, kamu jangan pernah deketin Rio. Kamu budek atau bodoh, sih!" maki Jelita sambil menarik rambut dan menatap ta

  • Kekasihku Dosenku   Rindu

    Sudah tiga bulan Kak Erlan pergi tanpa memberi kabar. Aku sangat merindukannya, senyumnya, tawanya, dan kekonyolannya. Semua yang ada padanya aku rindu. Entah bagaimana kabarnya Kak Erlan. Aku hanya bisa berdoa semoga di sana ia baik-baik saja dan segera kembali untukku dan cinta kami. Hari ini aku dan Ria pergi ke sebuah Mall. Sudah lama sekali kita tidak jalan bareng, karena kesibukan kuliah kami masing-masing. Rencananya Ria mau cari kado untuk Angga yang akan berulang tahun. "Sha, sudah ada kabar dari Kak Erlan?" tanya Ria pada saat kami sedang menikmati makan siang. Aku hanya menggelengkan kepala dan tersenyum kecil. "Sabar, Sha. Aku yakin Kak Erlan baik-baik aja di sana. Dan aku juga yakin Kak Erlan enggak akan macam-macam," ucapnya sambil mengusap punggung tanganku. "Iya, Ri. Aku pun berharap begitu, meskipun Kak Erlan enggak pernah kasih kabar," sahutku. "Delisa!" sapa seseorang di depan meja kami membuat

  • Kekasihku Dosenku   Pamit

    Malam ini Kak Erlan menjemputku, setelah mendapat ijin dari Ayah dan Bunda, ia mengajakku ke taman kota.Aku melihat Kak Erlan tidak seperti biasanya. Tampaknya ada sesuatu yang ia sembunyikan. Dari tadi kami hanya duduk di bangku taman, tangannya menggenggam erat tanganku."Ada apa?" tanyaku sambil menatapnya."Ada kamu di hatiku," jawabnya sambil tersenyum jahil membuatku mendengus sebal."Gombal!""Tapi suka kan digombalin," ucapnya sambil meletakkan tanganku ke dadanya. Kami saling diam entah apa yang ada sedang ia pikirkan. karena tidak seperti biasanya ia begini.CupAku mencium pipinya. Kak Erlan sempat terkejut tapi kemudian tersenyum. "Jangan mancing," ucapnya menggodaku.Aku memukul pelan tangannya, ia malah menangkapnya dan menatapku intens."Dee, kakak ada kerjaan di Surabaya," ungkapnya tanpa sedikit pun berpaling dari menatapku.Entah aku harus senang atau sedih mendengar kabar ini. Aku senang karena

  • Kekasihku Dosenku   Keinginan Papa

    Pov ErlanggaSebelum kepergian Mama kami adalah keluarga yang harmonis. Hidupku begitu sempurna memiliki kedua orang tua yang amat sangat menyayangiku.Namun, semua berubah saat kami harus kehilangan jantung dalam keluarga. Mama meninggal setelah berjuang melawan penyakit kanker.Aku seperti anak ayam kehilangan induknya. Setiap hari hanya ditemani asisten rumah tangga. Papa menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Mungkin itu salah satu cara yang beliau lakukan untuk menutupi rasa kehilangan atas Mama.Tiga tahun setelah Mama meninggal. Papa menikah lagi dengan Tante Lisa, salah satu staf di perusahaannya. Bukannya membaik hubungan kami justru semakin buruk.Sejujurnya aku belum ikhlas ada yang menggantikan posisi Mama di rumah ini. Rasanya terlalu menyakitkan bila mengingat semua kenangan yang pernah kami lalui bersama.Sikap Papa padaku semakin buruk. Hampir setiap hari kami bertengkar. Karena aku tidak betah di rumah. Aku lebih memilih meng

  • Kekasihku Dosenku   Hari Kelulusan

    Hari pengumuman kelulusan akhirnya tiba juga. Semua murid SMA Nusa Bangsa dikumpulkan di lapangan pagi ini.Semua rasa jadi satu. Bahagia karena kami naik ke jenjang pendidikan yang tinggi. Sedih karena harus berpisah dengan teman-teman setelah kami menuntut ilmu selama tiga bersama.Aku, Ria, Wulan, dan Fina saling bergandengan tangan. Memberi kekuatan satu sama lain karena kami takut ada yang tidak lulus.Saat Kepala sekolah naik ke mimbar seketika suasana manjadi hening. Beliau memberikan sedikit wejangan untuk kami. Agar kami bisa menjaga dan mengharumkan nama sekolah di mana pun nantinya kami berada.Alhamdulillah semua murid SMA Nusa Bangsa dinyatakan lulus. Kami semua bersorak gembira mendengar pengumuman iniAku dan sahabatku saling berpelukan. Kami menangis bahagia sekaligus beredih. Karena itu artinya kami tidak bisa bersama-sama lagi.Wulan akan melanjutkan kuliah di Kota Padang Sumatera Barat karena papanya dipindah t

  • Kekasihku Dosenku   Ketemu Mantan

    Pov DelisaHari ini Kak Erlan mengajakku menemani ia bertanding. Untuk pertama kalinya aku melihatnya bermain basket.Sampai di kampus Kak Erlan memperkenalkan aku dengan teman-temannya yang tanpa sengaja bertemu di depan ruang ganti pakaian.Mereka seperti tidak percaya kalau aku dan Kak Erlan berhubungan. Aku tahu mereka memandang aneh padaku. Entah apa yang mereka pikirkan tentang kami.Selama pertandingan mataku tak lepas dari melihatnya yang dengan lincahnya berlari sambil mendribble bola.Di sebrang lapangan kulihat ada seorang wanita yang selalu tersenyum pada Kak Erlan dan sesekali memberi semangat sambil meneriaki namanya.Ternyata Kak Erlan memang populer di kampusnya. Terbukti namanya paling banyak diteriaki oleh para penonton.Setiap habis memasukkan bola Kak Erlan selalu melihat padaku sambil tersenyum manis. Senyum yang selalu aku rindukan.Tim basket Kak Erlan memenangkan pertandingan kali ini, dengan skor

  • Kekasihku Dosenku   Rindu

    Pov ErlanggaHampir saja aku melakukan kesalahan. Melihat wajah Delisa yang cantik, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang merah merona. Namun, aku sadar gadisku masih di bawah umur dan tidak sepantasnya aku melakukannya.Saat aku mulai mendekat padanya, ia langsung memejamkan mata. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Saat aku tersadar kalau Delisa berbeda dengan mantan pacarku yang lain. Kuurungkan niat untuk menciumnya.Terkadang aku bingung, perasaanku padanya berbeda dengan mantan-mantanku yang lain. Apa rasa sayang ini lebih mirip sayang ke adik sendiri?Waktu aku tahu Delisa berbohong, karena ternyata ia masih anak SMA tidak membuatku marah. Justru aku merasa lucu karena tidak menyadari hal itu."Erlan!" Terdengar suara manja itu memanggilku."Ada apa?" tanyaku begitu ia sudah berdiri di sampingku."Ini buat kamu," jawabnya seraya menyerahkan sebuah undangan. "Jangan sampai enggak datang, ya," ucapnya lagi.

  • Kekasihku Dosenku   Dijemput

    Setelah makan malam siap, aku memanggil ayah dan Bang Reno yang sedang mengobrol di ruang tengah."Dek, kata bunda tadi ada teman Adek main ke sini?" tanya Ayah di tengah makan malam."Iya, Yah namanya Kak Erlan," jawabku tanpa berani menatap Ayah."Wih, Adek abang sudah ada yang ngapelin rupanya," ucap Bang Reno sambil tersenyum jahil padaku."Apaan, sih, Bang. Emang enggak boleh temen aku main!" sahutku sebal."Ayah dan Bunda enggak larang Adek buat temenan dengan siapa pun. Yang penting Adek tahu batasannya dan bisa jaga diri," sambung Ayah sambil menatapku penuh kasih."Iya, Yah, aku enggak akan menghancurkan kepercayaan yang Ayah dan Bunda berikan," jawabku yakin."Ini adeknya Reno, bukan, ya?" tanya Bang Reno sambil mengacak-acak rambutku."Tapi Bunda suka, Yah," timpal Bunda yang membuat kami menatap heran padanya. "Maksud bunda, Nak Erlan itu anaknya sopan. Bunda enggam keberatan kalau dia main ke sini lagi,

DMCA.com Protection Status