Kalea tidak pernah menyangka akan menikah dengan pria yang berstatus duda dan memiliki seorang putri. Dia mencoba untuk menerima perjodohan yang dilakukan oleh om dan tantenya sebagai balas budi karena telah merawatnya selama ini. Pada saat ia mencoba untuk menerima pernikahannya dan takdirnya, Kalea dikejutkan dengan fakta bahwa adik iparnya adalah mantan pacar Kalea yang masih ia cintai. Tinggal bersama dengan suami sekaligus mantan pacarnya membuat kehidupan pernikahan Kalea semakin diambang kehancuran. *** "Berani sekali kamu membohongi saya, Kalea! Kita sudah menikah tetapi kamu masih mencintai adik saya?!" Teriakkan Aslan membuat Kalea memejamkan kedua matanya. Dia sangat takut melihat Aslan yang marah seperti sekarang. "Kalea tidak salah, mas. Seharusnya mas tidak menerima pernikahan ini dan tolong segera ceraikan Kalea. Aku dan Kalea masih sangat mencintai," sahut Nathan tanpa rasa takut.
Lihat lebih banyakKalea tertawa melihat kelakuan Nathan yang sedang berjoget dengan pengamen jalanan. Kalea tidak pernah kehabisan tawa jika berada di dekat pria ini.
Nathan menghentikan kegiatannya dan kembali berjalan mendekati pacarnya. Ia merangkul bahu Kalea dengan hangat dan mengecup kening wanitanya.
"Aku tuh multitalenta, Lea."
Kalea menganggukkan kepalanya. Mengiyakan perkataan dari Nathan. Nathan emang serba bisa. Mungkin karena itu ia mencintai pria ini.
Mereka menyusuri jalan yang sudah sangat sering mereka lalui. Langkah mereka berhenti ketika berada di sebuah rumah yang ada di depan mereka. Nathan membuka pintu tersebut dan mempersilahkan Kalea untuk masuk terlebih dahulu.
Kalea duduk di sofa ruang tamu. Ia sudah sering berada di rumah ini dan tetap saja, ia selalu mengagumi rumah yang ditempati oleh Nathan.
"Keluarga kamu pasti kaya banget ya.. rumah di Jerman itu kan gak murah," tutur Kalea kepada Nathan yang sudah duduk di sebelahnya.
"Rumah ini kan kecil, Lea. Jadi lebih murah," jawab Nathan. Kalea memutarkan bola matanya mendengar perkataan Nathan. Kalea sangat tau jika Nathan mengatakan kebohongan.
"Kapan kamu mau ngenalin aku sama om dan tante mu, Lea?" Tanya Nathan.
"Udah hampir tiga tahun loh kita. Tapi kamu masih gak mau juga ngenalin aku sama keluarga kamu," sambung Nathan lagi. Kalea tidak tau harus menjawab apa jika sudah berhubungan dengan masalah ini. Ia terdiam untuk sesaat. Memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan kepada Nathan.
"Kamu kan tau aku sangat ingin ngenalin kamu sama keluarga aku, Nat. Tapi aku rasa belum waktunya. Setelah kita pulang ke Indo, aku akan langsung ngenalin kamu ke mereka. Aku janji," ucap Kalea.
Nathan berusaha untuk tersenyum. Ia mencoba untuk mengerti keadaan Kalea. Tetapi selama Nathan mencoba mengerti, ia sama sekali tidak mengerti mengapa Kalea tidak mau memperkenalkan dirinya ke keluarganya.
"Kalau gitu.. gimana kalau aku dulu yang ngenali kamu ke keluarga aku?" Tawar Nathan. Nathan sebenarnya sudah tau apa yang akan Kalea katakan. Tetapi ia masih tetap berusaha mempertanyakan semua ini.
"Sayang.. kita udah pernah bahas ini kan? Aku tau kamu serius sama aku, karena memang aku juga sangat serius sama kamu. Tapi aku rasa semuanya masih terlalu dini. Aku udah pernah bilang kan sama kamu, setelah kita kembali ke Indonesia aku akan memperkenalkan kamu langsung ke keluarga aku dan kamu bisa ngenalin aku ke keluarga kamu."
Kalea menatap wajah Nathan yang sudah tersirat kekecewaan di dalamnya. Ia sebenarnya tau gimana rasanya. Tetapi Kalea tidak mau terlalu terburu-buru dengan semua ini. Ia tidak mau membuat om dan tantenya terkejut dengan kelakuannya. Karena Kalea tidak ingin membuat om dan tantenya kecewa dengannya.
"Kamu sabar ya sayang.." sambung Kalea sembari memegang pipi Nathan dengan lembut.
Nathan menganggukkan kepalanya dan berusaha untuk tersenyum kepada Kalea. Ia memegang tangan Kalea yang sedang memegang pipinya.
"Aku akan tunggu janji kamu itu!" Seru Nathan dengan serius. Kalea tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Tetapi di balik itu semua, sebenarnya Kalea sangat takut. Ia takut tidak dapat menepati janjinya kepada pria yang ia cintai ini.
Detik berikutnya, Nathan membawa Kalea kedalam pelukannya dan mengelus lembut punggung Kalea. Nathan tidak akan pernah bisa melihat Kalea berada di pelukan pria lain. Ia tidak mau hal itu terjadi, karena itu Nathan selalu mempertanyakan hal yang membosankan ini.
Dering handphone Nathan membuat dirinya harus melepaskan pelukannya dengan Kalea. Ia mengambil ponselnya dari saku jaketnya dan melihat nama orang yang ia sayangi berada di layar handphonenya.
"Mas aku video call," tutur Nathan kepada Kalea. Kalea ikut tersenyum. Nathan sering cerita tentang saudara satu-satunya yang ia miliki. Pria yang sudah memiliki anak perempuan berusia empat tahun. Istri dari pria itu sudah meninggal tepat setelah melahirkan putrinya.
Saat pertama kali Kalea mendengar itu, ia merasa iba dengan keluarga tersebut. Bahkan sampai sekarang, saudara Nathan masih belum bisa menemukan pengganti istrinya. Kalea sangat mengerti mengapa pria itu masih belum bisa melupakan almarhumah istrinya itu.
"Hai mas.. gimana Indonesia?" Tanya Nathan dengan semangat. Kalea sedikit menyingkir agar ia tidak masuk ke dalam video call tersebut.
"Baik. Kamu kapan pulang? Udah selesai kan kuliahnya? Mama sama papa nanyain kamu terus."
"Sabar dong mas.. bulan depan atau tahun depan mungkin. Lagian aku lagi bujuk adik ipar kamu ini, biar mau aku kenalin ke kalian di sana."
Nathan memegang tangan Kalea yang menunjukkan tangan itu ke saudaranya. Hanya jari-jari Kalea saja yang terlihat. Kalea segera menarik tangannya menjauh. Ia menatap Nathan dengan kesal karena tindakan Nathan tersebut.
"Sama. Mas juga mau ngenalin kakak ipar kamu. Makannya segera pulang," sahurnya yang langsung membuat Nathan melebarkan matanya.
"Ha?! Beneran? Siapa? Kok bisa?"
"Akan mas ceritakan semuanya kalau kamu pulang ke Indonesia." Setelah mengatakan itu, saudara Nathan segera mematikan panggilan tersebut.
Wajah terkejut dari Nathan berhasil membuat Kalea tertawa kecil. Ia sangat suka ketika melihat wajah syok Nathan seperti ini.
"Harusnya kamu tuh senang. Bentar lagi keponakan kamu mau punya ibu sambung," ucap Kalea menyadari Nathan dari terkejutnya.
"Iya aku senang.. tapi kenapa aku baru tau? Tega banget!"
Kecupan hangat mendarat di pipi Nathan dan membuat Nathan sedikit melupakan apa yang baru ia dengar.
"Sekarang kita masak aja. Aku udah laper," tutur Kalea.
Nathan segera berdiri dari duduknya dengan semangat. "Ayo princess... Saya akan membantu princess memotong sayuran."
Nathan mengulurkan tangannya ke hadapan Kalea. Kalea pun meraih tangan tersebut dan bangkit dari duduknya.
"Bantu kok cuman motong sayuran sih.." dumel Kalea.
"Aku kan gak jago masak, sayang."
"Belajar makannya!"
Nathan hanya bisa menggaruk kepalanya mendengar perkataan Kalea. Ia dari dulu sangat tidak tertarik belajar memasak. Jika Nathan lapar, ia lebih memilih untuk memesan makanan atau makan di restoran yang ia inginkan.
Sesampainya di dapur, Kalea langsung menuju kulkas untuk melihat apa yang akan ia masak untuk mereka makan.
Kalea mengeluarkan sayur brokoli yang mereka beli tiga hari yang lalu. Sama seperti tiga hari yang lalu, kulkas Nathan tidak ada yang berubah.
"Kamu tuh harus belajar masak, Nathan. Nanti kalau tiba-tiba semua restoran tutup, kamu mau makan apa?" Tanya Kalea sembari mengeluarkan bahan-bahan yang akan ia olah menjadi masakan.
"Kan ada kamu, sayang. Nanti kamu yang masak dan aku yang cuci piringnya," jawab Nathan dengan santai. Kalea hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar jawaban itu.
Ia kembali fokus dengan bahan-bahan masakan yang ada di depannya dan mengabaikan jawaban dari Nathan yang akan membuatnya semakin kesal nantinya.
***
Suasana antara Kalea dan Aslan seketika sunyi. Aslan tidak bisa menjawab pertanyaan yang Kalea berikan. Tentu saja hal itu semakin membuat Kalea curiga pada Aslan. Tidak biasanya Aslan diam kaku seperti ini jika ia tidak menyembunyikan apapun. "Kenapa kamu gak jawab, mas?" Kalea tidak bisa seperti ini. Jiwa penasarannya seketika menjadi. "Mama!" Teriakkan dari Zura membuat Kalea dan Aslan menoleh ke sumber suara. Zura sudah berdiri di pinggir tangga sembari menatap Kalea."Mama.. Zura udah pakai baju renangnya. Sekarang mama yang pakai biar kita berenang sekarang," ucap Zura memperjelas keinginannya. "Iya sayang.. bentar lagi mama ke sana," balas Kalea. Kalea kembali menoleh kearah Aslan, menunggu jawaban yang akan Aslan berikan padanya. "Kenapa diam aja sih, mas? Kamu kok tiba-tiba gak mau jawab pertanyaan simpel aku. Kamu hanya perlu jawab pernah atau tidak. Sesulit itu emangnya pertanyaan aku?" Kali ini Kalea mulai kesal dengan Aslan. "Mama.. ayo cepat!" Fokus Kalea seketika
Kalea menatap pemandangan pepohonan yang ada di depannya. Saat ini mereka berhenti sebentar untuk beristirahat sebelum ke villa, di sebuah tempat makan dengan pemandangan pepohonan dan udara yang sangat segar. Kalea menghirup udara segar dengan dalam. Ini kali pertamanya berada di puncak setelah ia pulang dari kuliahnya. Tidak terlalu banyak yang berubah dari terakhir ia di kesini. Benar kata Aslan, puncak tidak seramai biasanya. Mereka datang di waktu yang tepat. Suara langkah kaki membuat Kalea menoleh ke sumber suara. Ia dapat melihat Aslan sembari menggendong Zura yang sedang tertidur pulas. Aslan duduk di sebelah Kalea."Aku pesenin makan ya?" Tanya Kalea. Setelah mendapatkan anggukan dari Aslan, Kalea pun memanggil seorang pelayan dan memesan pesanannya. Tak menunggu lama, pesanan yang mereka pesan datang. "Zura gak mau makan.." Kalea tersenyum tipis mendengar perkataan Zura. Suasana hati Zura setelah bangun dari tidurnya berubah seketika. Sepertinya Zura berharap setelah ba
Kepulangan Kalea disambut hangat oleh mama dan papa Aslan. Sedangkan Nathan, Kalea dapat melihat pria itu menatapnya dengan pandangan penuh kebencian. Kalea sama sekali tidak mengerti mengapa Nathan bisa begitu berubah seperti ini. Nathan yang dia kenal dulu sangat manis dan lembut kepadanya. Pelukan hangat Kalea dapat dari mama mertunya. Kecupan singkat di kening juga ia dapatkan. Kalea hanya bisa tersenyum kikuk sekarang. Pasalnya ia pergi dengan kemauannya sendiri dan sekarang ia kembali dengan Aslan yang menjemputnya."Rumah ini sepi tanpa kamu," ucap papa mertua Kalea ketika memeluk Kalea. Setelah selesai berpelukan dan menerima kata-kata manis dari mertuanya, Kalea menatap mertuanya dengan sungkan. "Ma.. Pa.. Maaf ya aku pergi tanpa pamit. Maaf juga karena udah buat kegaduhan seperti ini," ucap Kalea tulus. "Enggak sayang kamu gak perlu minta maaf. Ini semua ujian rumah tangga. Tapi lain kali mama minta untuk tidak bersikap gegabah. Ingat.. Zura butuh kamu."Anggukkan dari Ka
Suara kecil itu seketika mengalihkan Kalea. Dengan cepat ia menoleh ke sumber suara dan mendapati Azura yang sudah berdiri di depannya. Tanpa menunggu lagi, Kalea menghampiri Zura dan memeluk tubuh kecil putrinya itu.Suara tawa Zura terdengar ketika ia dipeluk oleh Kalea. "Mama kangen banget sama Zura," ucap Kalea di tengah pelukannya."Zura juga kangen sama mama," balas Zura. Pandangan Kalea teralihkan ketika melihat Aslan yang juga sudah berada di dalam kamarnya. Aslan tersenyum tipis melihat pemandangan yang ada di depannya.Setelah puas memeluk tubuh Zura, Kalea akhirnya melepasnya dan mengusap pipi Zura dengan kedua tangannya. Ia dapat merasakan suhu tubu Zura yang sedikit hangat. "Zura sakit?" tanya Kalea."Tadi Zura sakit ma.. tetapi setelah ketemu mama, sakitnya Zura udah pergi." Kalea tersenyum sembari khawatir dengan keadaan Zura. Ia sangat yakin keadaan Zura seperti ini dikarenakan dirinya yang pergi meninggalkan Zura."Malam ini Zura tidur sama mama ya. Papa pulang dulu,"
Pandangan pertama yang Kalea lihat ketika memasuki kamarnya ialah Riska dan Rizky yang sedang duduk di sofa kamarnya. Mereka berdua seketika berdiri ketika melihat kehadiran Kalea. Terutama Riska, Ia segera mendekati Kalea yang terlihat lemah itu. "Gue gak tahu apa yang udah suami lo bilang ke lo, tapi tolong jangan dengerin apapun itu. Lo akan semakin sakit kalo lo mikirin apa yang dia katakan," ucap Riska sembari mengelus lembut bahu Kalea. Kalea yang mendengar itu malah kembali meneteskan air matanya. Melihat Kalea yang mulai menangis, dengan sigap Riska membawanya kedalam pelukannya. "Lo kan tahu gimana suami lo... udah gak usah dipikirin.""Dia sepertinya benar-benar akan ceraikan gue, Ris." "Lo gak usah khawatir, Lea. Gue siap kok gantiin posisi suami lo kalau dia minta cerai," tutur Rizky dengan serius. Tangisan Kalea semakin menjadi ketika mendengar penuturan Rizky. Melihat itu, Riska langsung memberikan tatapan mautnya kepada Rizky."Gak usah dengarin dia. Gue yakin seratu
Langkah lebar Aslan berjalan mendekat kearah Kalea dan Rizky. Melihat Aslan yang semakin mendekat kearahnya, entah kenapa jantung Kalea seketika berdegup kencang. Ia sangat takut Aslan akan kembali salah paham lagi kepadanya. Pasalnya, masalahnya dan Aslan masih belum selesai dan sekarang mereka berdua bertemu di waktu yang sangat tidak tepat.Kalea dapat melihat raut wajah Aslan yang menahan amarahnya. Ingin sekali rasanya ia menghilang dari tempat ini sekarang, tetapi sayangnya Kalea sama sekali tidak memiliki kekuatan seperti itu. Alhasil ia harus menghadapi Aslan sekarang."Mas.. kamu apa kabar?" Kalea merutuki pertanyaan bodohnya itu. Entah kenapa pertanyaan itu yang keluar dari mulutnya sekarang."Bisa kita bicara sekarang?" tanya balik Aslan tanpa menjawab pertanyaan Kalea. Aslan meraih tanggan Kalea. Ia hendak membawa Kalea pergi bersamanya. Tetapi langkah Kalea tertahan ketika Rizky ikut memegang tangan Kalea yang lain. "Rizky.." Kalea mencoba untuk memperingati Rizky agar
Kalea menyantap sarapannya sendirian pagi ini. Om dan tante sudah pergi bekerja sedari tadi, karena kebetulan ia hari ini telat bangun. Kali ini Kalea tidak terlalu banyak mengambil sarapan. Ia hanya mengisi perutnya sedikit, setelah itu ia akan kembali menuju kamar dan memikirkan nasibnya. Sebenarnya Kalea sangat ingin bertemu dengan Zura. Ia sudah sangat merindukan Zura. Ingin sekali ia bertemu dengan Zura dan memeluk tubuh kecil putrinya itu. Tetapi Kalea tidak berani untuk bertemu dengan Zura. Ia takut Aslan akan semakin marah padanya jika ia bertemu dengan Zura tanpa sepengetahuan Aslan."Selamat pagi!"Lamunan Kalea terbuyarkan ketika melihat sosok Rizky yang sudah berada di depannya. Rizky berjalan mendekati Kalea dan duduk di kursi yang berada di depan Kalea. "Lo ngapain di sini?" tanya Kalea langsung ketika melihat wajah Rizky di depannya. "Sapa dulu kenapa sih? Pagi Kalea!" sapa ulang Rizky. "Pagi. Lo kenapa bisa
Kalea menghela napas panjang ketika melihat Riska yang sudah berdiri tepat di pintu kamarnya. Kalea pun merubah posisinya dari tidur menjadi duduk. Sedangkan Riska, dia menatap Kalea dengan pandangan yang sulit diartikan. "Lo berantakkan," ucap Riska pada Kalea.Mata sembab, wajah sayu dan rambut berantakan Kalea membuat Riska berkata demikian. Kalea tidak membalas ucapan Riska Ia hanya tersenyum tipis. "Lo tahu dari mana gue ada di sini?" tanya Kalea. Pasalnya Kalea tidak pernah membetahu kepada Riska tentang kondisinya saat ini.Riska berjalan mendekat kearah Kalea. Ia duduk di pinggir ranjang tepat di samping Kalea. "Tante yang ngasih tahu tentang keadaan lo. Tante pikir dengan kedatangan gue, keadaan lo akan menjadi lebih baik. Walaupun gue sedikit tidak yakin tentang hal itu," jelas Riska. Mendengar itu Kalea hanya bisa menganggukkan kepalanya."Lo gimana sekarang? baik-baik aja?" tanya Riska sembari mengenggam tangan Kalea. Kalea tersenyum pada Riska, ia juga membalas genggaman
Pelukan hangat di dapat oleh Kalea ketika ia menginjakkan kakinya kembali ke rumah om dan tantenya. Tante Kalea tanpa bertanya apapun langsung memeluk keponakannya itu yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri. Tepukkan pelan dan menenangkan yang diberikan oleh tantenya di punggung Kalea membuat dirinya kembali meneteskan air matanya. Melihat air mata Kalea, seolah mengerti om Kalea berjalan mendekat kearah Kalea dan mengelus lembut puncak kepala Kalea. Kalea sangat beruntung memiliki om dan tante sebagai pengganti kedua orang tuanya."Mau istirahat dulu atau mau tante masakin makanan kesukaan kamu?" tanya tante Kalea ketika ia sudah melepaskan pelukan mereka. Kalea menghapus air matanya dan menatap tantenya dengan senyuman. "Kalea mau istirahat dulu tante," jawab Kalea. Tante menganggukkan kepalanya tanda mengerti. "Ya udah kamu istirahat aja dulu. Nanti malam kita makan sama-sama ya." Kalea menganggukkan kepala kepada tante. Setelah itu,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen