Panggilan dari om dan tante Kaela tadi pagi membuat dirinya tidak dapat berpikir jernih. Kaela tidak tau bagaimana cara ia menjali semua ini kedepannya.
Ia sangat berhutang Budi dengan kedua orang itu, setelah kepergian mama dan papanya, hanya om dan tantenya lah yang merawat dan menyekolahkan Kaela sampai seperti sekarang. Kaela memang dari dulu sangat ingin membalas semua kebaikan om dan tantenya. Tapi ia sama sekali tidak terpikirkan akan membalasnya dengan cara seperti ini.
Mengorbankan perasaannya dan mungkin akan mengorbankan masa depannya juga. Kaela sangat ingin menolak permintaan dari kedua orang yang ia sayangi itu, tetapi ia tidak tega untuk melakukan hal itu. Ia tidak tega melihat raut wajah kecewa dari mereka.
Flashback
Kaela yang sedang memainkan laptop miliknya seketika tersenyum lebar melihat nomor handphone dari orang yang ia sayangi menghubunginya. Tapi perasaan Kaela seketika merasa ada yang aneh. Tidak biasanya tantenya menghubungi dirinya pagi-pagi seperti ini.
"Hai Tante.." sapa Kaela pada panggilan video ini. Ia dapat melihat om dan tantenya yang sedang menatap dirinya dengan raut wajah serius. Tidak ada sapaan ataupun senyuman yang mereka berikan untuknya. Hal ini semakin membuat Kaela merasa ada yang janggal.
"Tante.. om.. ada sesuatu yang terjadi di sana? Ada masalah apa?" Tanya Kaela langsung.
Untuk sesaat om dan tantenya saling pandang satu sama lain. Hingga helaan napas panjang dari Tante mulai terdengar.
"Sayang... Kamu tau kan, kamu udah Tante dan om anggap sebagai anak sendiri? Tante dan om sangat sayang banget sama kamu. Kami berdua sangat ingin yang terbaik untuk kamu," tutur Tante dengan lembut. Kaela menganggukkan kepalanya. Ia sangat tau hal itu.
"Lagian... Kami rasa kamu sudah saatnya untuk menjalani kehidupan pernikahan," sambung Tante.
"Sebentar.. maksudnya om sama Tante mau nyuruh Kaela nikah?" Tanya Kaela mencoba untuk memperjelas percakapan ini. Senyuman Kaela tercipta ketika melihat om dan tantenya menganggukkan kepalanya.
Jika Tante dan omnya sudah menyuruhnya, Kaela akan dengan senang hati akan memperkenalkan Nathan kepada mereka. Ini adalah kesempatan yang bagus menurut Kaela.
"Kebetulan Kaela a--"
"Om dan Tante berniat untuk menjodohkan kamu dengan anak dari sahabatnya om," potong Om.
Kaela terdiam mendengar perkataan omnya. Seperti di sambar petir, ia seketika tidak dapat berkata apapun.
"Pria ini sangat baik, nak. Bertanggung jawab dan om sangat yakin dia bisa membimbing kamu dengan baik. Dia memang lebih tua lima tahun dari kamu dan juga.. dia sudah memiliki anak perempuan. Mantan istrinya meninggal setelah melahirkan anak mereka. Tapi kamu gak usah takut, om sudah menunjukkan foto kamu ke anaknya dan dia terlihat menyukaimu. Kamu kapan bisa pulang ke Indonesia? Om mau agar kamu lebih dekat lagi sama mereka," tutur Om kepada Kaela.
Kaela masih belum bisa mengatakan apapun. Dia perlu memikirkan tentang semua ini.
"Sayang... Kami harap kamu ngerti ya. Om dan Tante ngelakuin ini demi kebaikan kamu."
"Tante.. Kaela akan menghubungi Tante dan om lagi nanti. Kaela ada urusan, Kaela tutup dulu ya panggilannya."
Setelah mendapatkan anggukan dari kedua orang itu, Kaela segera mematikan panggilan tersebut. Ia segera menutup laptopnya dan menatap foto dirinya bersama dengan Nathan yang ada di meja di sebelah dirinya.
Tidak mungkin Kaela bisa meninggalkan pria ini. Perlahan air mata Kaela menetes. Ia tidak tau harus melakukan apa sekarang. Meninggalkan Nathan atau membalaskan kebaikan om dan tantenya selama ini.
Flashback end
Kaela kembali menyadarkan dirinya ke dunia nyata sekarang. Ia melambaikan tangannya ketika melihat Nathan yang mulai mendekat ke arah dirinya. Senyuman di bibir Kaela merekah. Ia tidak mau terlihat tidak baik-baik saja di depan Natha. Kaela mencoba untuk memikirkan semua hal ini terlebih dahulu.
"Mau kemana hari ini?" Tanya Nathan ketika ia sudah berada di depan Kaela.
"Terserah kamu aja. Hari ini aku akan ngikuti kemana kamu pergi," jawab Kaela santai.
Nathan berpikir sejenak. Beberapa detik berikutnya ia menganggukkan kepalanya dan menyetujui permintaan Kaela. "Oke.. ayo kita berangkat." Nathan menggenggam tangan Kalea hangat dan berjalan menuju tempat yang ingin ia datangi bersama dengan Kalea.
***
Senyum di wajah Kalea nampak jelas Nathan lihat. Ia ikut tersenyum ketika melihat pujaan hatinya ini tersenyum.
"Tempat yang udah kamu bicarain berhari-hari sama aku," ucap Nathan. Kalea menganggukkan kepalanya dengan antusias. Tempat ini memang sudah ingin ia datangi dari beberapa hari yang lalu. Ia selalu menceritakan tempat ini kepada Nathan. Tempat yang sangat ingin ku jungi.
"Makasih sayang.." Kalea mengecup pipi Nathan. Ia sangat senang Nathan mengajaknya ke tempat ini. Genggaman tangan kedua insan yang saling mencintai ini tidak pernah lepas.
Mereka mulai memasuki tempat yang ramai ini. Banyak sekali wahana dan penjual makanan di tempat ini.
"Ini kali pertama aku masuk ke pasar malam," tutur Nathan.
"Kamu gak pernah ke pasar malam di Indonesia?" Tanya Kalea dan mendapatkan gelenggan dari Nathan. Kalea kadang merasa aneh dengan Nathan. Ingin sekali Kalea mengajak Nathan untuk melakukan hal-hal kecil seperti ini nanti di Indonesia. Ia ingin mengenalkan kepada Nathan banyak hal yang belum pernah Nathan kunjungi maupun coba. Tetapi ia tidak tau apakah hal tersebut akan terjadi atau tidak.
"Nanti kapan-kapan aku ajak kamu ke pasar malam di Indonesia," ucap Kalea. Nathan dengan semangat menganggukkan kepalanya. Ia juga tidak sabar menunggu hal tersebut.
Mereka berdua akhirnya duduk di tempat yang menurut mereka nyaman. Nathan meninggalkan Kalea untuk membeli beberapa makanan dan minuman.
Sepeninggalan Nathan, Kalea kembali memikirkan permintaan dari om dan tantenya. Suasana ramai di tempat ini menjadi sunyi untuk Kalea.
Sepuluh menit Kalea termenung dengan masalahnya yang rumit, akhirnya ia tersenyum ketika melihat Nathan yang sedang membawa beberapa makanan serta minuman untuk mereka. Wajah Nathan yang penuh hangat membuat Kalea tidak tega untuk melukai perasaan Nathan. Tetapi ia juga tidak tega melukai perasaan om dan tantenya.
"Ramai banget yang ngantri makanannya. Kamu nunggu lama?" Tanya Nathan sambil meletakkan semua yang ia beli di atas meja. Kalea menggelengkan kepalanya.
Nathan duduk di bangku yang ada di depan Kalea. Ia menatap wajah Kalea dalam. Ia dapat menyadari ada yang mengusik pemikiran Kalea. Kalea tidak pernah seperti ini jika tidak ada yang ia pikirkan.
Kalea bahkan tidak terlalu senang ketika melihat makanan yang ia bawa. Pasalnya, Kalea akan dengan bersemangat membuka makanan-makanan yang Nathan beli untuknya. Tapi kalo ini, Kalea hanya diam dan menatap makanan tersebut.
"Kamu.. ada masalah?" Tanya Nathan dengan lembut.
"Aku melihat banyak masalah emangnya?" Tanya balik Kalea.
"Iya. Kamu beda hari ini. Di jalan diam aja dan sekarang kamu kayak enggak bersemangat gitu. Padahal ini tempat yang udah kamu nantikan kan? Ada apa sayang.. kamu bisa cerita sama aku, mana tau aku bisa bantu."
Kalea terdiam mendengar perkataan Nathan. Apakah Nathan akan membantu masalahnya? Kalea tidak yakin akan hal itu.
Kalea tersenyum dan menggenggam tangan Nathan. "enggak papa sayang.. aku baik-baik aja kok. Sekarang aku hanya mau kita berdua senang-senang di sini. Oke?" Tutur Kalea mencoba untuk meyakinkan Nathan jika ia baik-baik saja.
Kalea mencoba untuk terlihat bahagia agar Nathan tidak khawatir terhadap dirinya. Canda tawa diantara mereka mulai Kalea ciptakan.
Dua jam berlalu dan mereka memutuskan untuk kembali pulang. Seperti tadi, Kalea tidak banyak bicara. Ia hanya diam sambil menggenggam tangan Nathan.
Hingga Kalea berhenti berjalan dan membuat Nathan ikut berhenti. Nathan menatap Kalea dengan bingung. "Ada apa?" Tanya Nathan dengan lembut.
"Udah malam, Lea. Kamu mau kemana lagi?" Sambung Nathan. Ia pikir Kalea ingin pergi ke suatu tempat lagi.
Kalea menelan ludahnya dengan susah payah. Ia menatap Nathan lembut dan memberikan senyuman tipis untuk pria itu.
"Aku mau kita udahan."
***
Nathan tertawa mendengar perkataan Kalea yang menurutnya itu hanyalah candaan semata. Nathan memegang kedua pipi Kalea yang memerah akibat udara dingin yang masuk ke tubuhnya."Apaan sih sayang.. aku gak lagi ulang tahun loh," ucap Nathan mencoba untuk menyadarkan apa yang Kalea ucapkan. Kalea menggelengkan kepalanya sambil menurunkan tangan Nathan dari kedua pipinya. Ia mencoba untuk menahan air matanya yang sangat ingin keluar dari kelopak matanya."Aku serius, Nathan. Aku tau aku jahat banget sama ku saat ini, tapi aku enggak bisa nerusin hubungan ini. Aku harap kamu ngerti.."Kalea menundukkan kepalanya, ia tidak tahan untuk melihat wajah Nathan yang masih belum mengerti apapun."Aku gak ngerti dan gak aka
Rumah besar yang ada di depannya membuat Kalea tidak bisa berhenti tersenyum. Ia sangat merindukan kehangatan rumah yang ada di depannya ini. Sekarang ia akan kembali mendapatkan kehangatan itu. Langkah kaki Kalea mulai memasuki rumah ini. baru beberapa langkah ia berjalan, Kalea berhenti ketika melihat kedua orang yang ia rindukan sudah berdiri tepat di hadapannya.Kalea tersenyum lebar dan berlari menuju kedua orang yang sangat ia rindukan. Pelukan hangat langsung tercipta diantara mereka."Aku kangen banget sama om dan Tante," tutur Kalea disela pelukannya."Siapa suruh ngambil kuliah jauh-jauh. Padahal di Indonesia juga banyak kampus yang bagus," jawab tantenya.Kalea melepaskan pelukannya dan menatap tantenya d
Senyuman Kalea tidak berhenti ia berikan kepada tamu-tamu undangan yang silir berganti berada di hadapannya. Ingin sekali Kalea beranjak turun dari pelaminan ini dan pergi menuju kasur miliknya. Tetapi semua itu tidak mungkin terjadi. Sesekali Kalea juga menoleh ke samping kanannya. Melihat pria yang kini telah sah menjadi suaminya. Pria itu terlihat sangat menikmati perannya saat ini. Tidak terlihat wajah kelelahannya. Akhirnya Kalea bisa duduk ketika tidak ada tamu yang datang ke hadapannya. Suami Kalea juga ikut duduk di sampingnya dan menatap Kalea dengan wajah datarnya. "Kamu lelah?" tanyanya singkat. Kalea mencoba untuk tersenyum tipis. Ia mengangukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Aslan. "Kita pulang saja kalau kamu lelah." "Pulang? Acaranya bagaimana?" "Biar keluarga saja yang menangani. Lagian kita sudah lama berada di sini. Kalau kamu setuju, kita bisa langsung pulang dan istirahat," tawar Aslan. Tawaran dari Aslan memang sangat mengiurkan untuk dirinya.
Mendengar ucapan Aslan seketika membuat Kalea mengingat Nathan. Dia memang tidak seharunya melakukan semua ini. Kalea tidak boleh membiarkan dirinya luluh terlalu cepat kepada Aslan. Walaupun sekarang Aslan adalah suaminya."Maaf.. aku belum siap."Aslan tersenyum tipis mendengar jawaban Kalea. Perlahan ia pun mulai menjauhkan wajahnya dari Kalea. "Baik.. saya tidak akan menyentuh kamu kalau kamu belum siap. Saya mengerti pernikahan kita ini terlalu tiba-tiba," tutur Aslan sembari menatap wajah Kalea yang sedikit merasa bersalah. Kalea sadar jika ia sudah membuat Aslan kecewa dengan keputusannya itu. Tapi mau bagaimanapun juga, Kalea memang masih belum siap menerima Aslan sepenuhnya. Saat ini, ia masih terus memikirkan Nathan. "Maaf sudah buat kamu kecewa," tutur Kalea masih dengan menundukkan wajahnya. Dia masih belum berani menatap wajah Aslan karena penolakannya itu. Aslan bangkit dari duduknya. Dia berjalan menuju sisi kasur s
Tawa Zura pecah ketika Kalea membacakan sebuah cerita lucu untuknya. Melihat tawa lebar Zura membuat Kalea ikut tertawa. Ia juga mengelus puncak kepala Zura sangking gemasnya."Sekarang waktunya Zura tidur. Mama bacain cerita lagi, tapi kali ini cerita tentang putri tidur," tutur Kalea. Azura menganggukkan kepalanya dengan semangat. Ia langsung menarik selimutnya agar menutupi sebagian tubuhnya. Tak lupa, Azura memeluk tubuh Kalea yang berada di sebelahnya. Kalea membalas pelukan Zura dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya memegang buku cerita. Suara lembut Kalea mulai terdengar. Dipertengahan cerita, Zura mulai memejamkan kedua matanya. Mata indah Azura mulai tertutup. Beberapa menit kemudian, mata Zura tertutup sempurna. Kalea pun dengan perlahan mulai melepaskan tangan Zura dari pinggangnya. Kalea berjalan menuju meja belajar Zura. Ia melihat roster pelajaran Zura untuk besok hari. Dengan perlahan, Kalea mulai mengamb
"Kenapa kamu tiba-tiba tanya mengenai hal itu?" Tanya balik Aslan. "Penasaran aja. Kita kan baru menikah, aku sadar kalau kamu pasti masih cinta sama mendiang istri kamu. Aku juga gak masalah dengan hal itu, aku sangat mentolerir akan hal itu. Tapi... Aku harap mas bisa sedikit mengurangi rasa cinta mas terhadap mendiang istri mas. Karena pernikahan ini akan kita jalani selamanya." Aslan terenyuh mendengar penjelasan Kalea. "Saya juga berharap pernikahan ini akan berjalan selamanya, Kalea. Kamu tenang saja, kita akan hidup bahagia bersama dengan Zira dan adik-adiknya nanti," ucap Aslan. Kalea mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Tatapan yang diberikan Aslan seakan mampu membuat dirinya luluh.Senyum Aslan tercipta ketika melihat semu merah di pipi Kalea. Aslan pun kembali melanjutkan makannya. Ia menghabiskan makan malam yang Kalea buat hingga habis tak tersisa. "Biar aku cuci piringnya," ucap Kalea ketika piring Aslan sudah bersih tak t
Kalea merutuki ajakan Rizky untuk bermain Timezone bersama tadi. Sebenarnya ia sudah menolak ajakan Rizky, tetapi Rizky malam memancing Zura dengan hal-hal yang menyenangkan. Tentu saja Zura tidak bisa menolak godaan Rizky. Hal hasil Kalea dan Zura sampai di rumah jam sembilan malam. Aslan sudah sedari tadi menghubungi Kalea. Alasan yang Kalea berikan yaitu jalanan macet. Kalea membawa paper bag yang banyak itu dalam genggamannya. Rizky sangat banyak memberikan Zura hadiah. Tujuan Kalea saat ini yaitu kamarnya. Ingin sekali ia meletakkan barang-barang yang sedang ia pegang ini dan segera mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sesampainya di kamar, Kalea dapat melihat Aslan yang sedang berada di meja kerjanya. Ia menatap Kalea dengan tatapan yang mematikan. Kalea sudah berusaha untuk tidak menatap mata Aslan agar ia tidak merasa takut. Tetapi sepertinya Kalea akan tetap gagal melakukannya. Pasalnya Aslan sudah bangkit dari duduknya dan mulai berjalan mendekati Kalea. "Dari mana saja ka
Kalea mulai merasa bosan berada di rumah ini sekarang. Jika pagi hari, semua orang berangkat untuk kerja dan Zura sekolah. Tinggallah Kalea sendiri di rumah yang besar ini. Jika Aslan mengizinkan Kalea untuk bekerja, mungkin Kalea tidak akan bosan seperti sekarang ini. Kalea kembali menyeruput tehnya. Pandangan taman yang ada di depannya sedikit memperbaiki mood Kalea. Semilir angin semakin membuat Kalea merasa nyaman berada di sini. Jika ada teman Kalea untuk berbicara mungkin akan lebih baik lagi. Mengalihkan rasa bosan, Kalea kembali membuka handphonenya. Ia mulai membuka Galeri dan menatap foto-foto dirinya semalam di mall bersama dengan Zura. Melihat senyuman manis dan bahagia Zura membuat Kalea ikut tersenyum. Zura memang sudah berhasil membuatnya jatuh cinta pada gadis kecil itu. Karena ketika Kalea melihat Zura, Kalea langsung teringat akan dirinya dulu. Gadis kecil yang telah kehilangan kedua orang tuanya. Tapi kisah Zura lebih beruntung dari pada diriny
Suasana antara Kalea dan Aslan seketika sunyi. Aslan tidak bisa menjawab pertanyaan yang Kalea berikan. Tentu saja hal itu semakin membuat Kalea curiga pada Aslan. Tidak biasanya Aslan diam kaku seperti ini jika ia tidak menyembunyikan apapun. "Kenapa kamu gak jawab, mas?" Kalea tidak bisa seperti ini. Jiwa penasarannya seketika menjadi. "Mama!" Teriakkan dari Zura membuat Kalea dan Aslan menoleh ke sumber suara. Zura sudah berdiri di pinggir tangga sembari menatap Kalea."Mama.. Zura udah pakai baju renangnya. Sekarang mama yang pakai biar kita berenang sekarang," ucap Zura memperjelas keinginannya. "Iya sayang.. bentar lagi mama ke sana," balas Kalea. Kalea kembali menoleh kearah Aslan, menunggu jawaban yang akan Aslan berikan padanya. "Kenapa diam aja sih, mas? Kamu kok tiba-tiba gak mau jawab pertanyaan simpel aku. Kamu hanya perlu jawab pernah atau tidak. Sesulit itu emangnya pertanyaan aku?" Kali ini Kalea mulai kesal dengan Aslan. "Mama.. ayo cepat!" Fokus Kalea seketika
Kalea menatap pemandangan pepohonan yang ada di depannya. Saat ini mereka berhenti sebentar untuk beristirahat sebelum ke villa, di sebuah tempat makan dengan pemandangan pepohonan dan udara yang sangat segar. Kalea menghirup udara segar dengan dalam. Ini kali pertamanya berada di puncak setelah ia pulang dari kuliahnya. Tidak terlalu banyak yang berubah dari terakhir ia di kesini. Benar kata Aslan, puncak tidak seramai biasanya. Mereka datang di waktu yang tepat. Suara langkah kaki membuat Kalea menoleh ke sumber suara. Ia dapat melihat Aslan sembari menggendong Zura yang sedang tertidur pulas. Aslan duduk di sebelah Kalea."Aku pesenin makan ya?" Tanya Kalea. Setelah mendapatkan anggukan dari Aslan, Kalea pun memanggil seorang pelayan dan memesan pesanannya. Tak menunggu lama, pesanan yang mereka pesan datang. "Zura gak mau makan.." Kalea tersenyum tipis mendengar perkataan Zura. Suasana hati Zura setelah bangun dari tidurnya berubah seketika. Sepertinya Zura berharap setelah ba
Kepulangan Kalea disambut hangat oleh mama dan papa Aslan. Sedangkan Nathan, Kalea dapat melihat pria itu menatapnya dengan pandangan penuh kebencian. Kalea sama sekali tidak mengerti mengapa Nathan bisa begitu berubah seperti ini. Nathan yang dia kenal dulu sangat manis dan lembut kepadanya. Pelukan hangat Kalea dapat dari mama mertunya. Kecupan singkat di kening juga ia dapatkan. Kalea hanya bisa tersenyum kikuk sekarang. Pasalnya ia pergi dengan kemauannya sendiri dan sekarang ia kembali dengan Aslan yang menjemputnya."Rumah ini sepi tanpa kamu," ucap papa mertua Kalea ketika memeluk Kalea. Setelah selesai berpelukan dan menerima kata-kata manis dari mertuanya, Kalea menatap mertuanya dengan sungkan. "Ma.. Pa.. Maaf ya aku pergi tanpa pamit. Maaf juga karena udah buat kegaduhan seperti ini," ucap Kalea tulus. "Enggak sayang kamu gak perlu minta maaf. Ini semua ujian rumah tangga. Tapi lain kali mama minta untuk tidak bersikap gegabah. Ingat.. Zura butuh kamu."Anggukkan dari Ka
Suara kecil itu seketika mengalihkan Kalea. Dengan cepat ia menoleh ke sumber suara dan mendapati Azura yang sudah berdiri di depannya. Tanpa menunggu lagi, Kalea menghampiri Zura dan memeluk tubuh kecil putrinya itu.Suara tawa Zura terdengar ketika ia dipeluk oleh Kalea. "Mama kangen banget sama Zura," ucap Kalea di tengah pelukannya."Zura juga kangen sama mama," balas Zura. Pandangan Kalea teralihkan ketika melihat Aslan yang juga sudah berada di dalam kamarnya. Aslan tersenyum tipis melihat pemandangan yang ada di depannya.Setelah puas memeluk tubuh Zura, Kalea akhirnya melepasnya dan mengusap pipi Zura dengan kedua tangannya. Ia dapat merasakan suhu tubu Zura yang sedikit hangat. "Zura sakit?" tanya Kalea."Tadi Zura sakit ma.. tetapi setelah ketemu mama, sakitnya Zura udah pergi." Kalea tersenyum sembari khawatir dengan keadaan Zura. Ia sangat yakin keadaan Zura seperti ini dikarenakan dirinya yang pergi meninggalkan Zura."Malam ini Zura tidur sama mama ya. Papa pulang dulu,"
Pandangan pertama yang Kalea lihat ketika memasuki kamarnya ialah Riska dan Rizky yang sedang duduk di sofa kamarnya. Mereka berdua seketika berdiri ketika melihat kehadiran Kalea. Terutama Riska, Ia segera mendekati Kalea yang terlihat lemah itu. "Gue gak tahu apa yang udah suami lo bilang ke lo, tapi tolong jangan dengerin apapun itu. Lo akan semakin sakit kalo lo mikirin apa yang dia katakan," ucap Riska sembari mengelus lembut bahu Kalea. Kalea yang mendengar itu malah kembali meneteskan air matanya. Melihat Kalea yang mulai menangis, dengan sigap Riska membawanya kedalam pelukannya. "Lo kan tahu gimana suami lo... udah gak usah dipikirin.""Dia sepertinya benar-benar akan ceraikan gue, Ris." "Lo gak usah khawatir, Lea. Gue siap kok gantiin posisi suami lo kalau dia minta cerai," tutur Rizky dengan serius. Tangisan Kalea semakin menjadi ketika mendengar penuturan Rizky. Melihat itu, Riska langsung memberikan tatapan mautnya kepada Rizky."Gak usah dengarin dia. Gue yakin seratu
Langkah lebar Aslan berjalan mendekat kearah Kalea dan Rizky. Melihat Aslan yang semakin mendekat kearahnya, entah kenapa jantung Kalea seketika berdegup kencang. Ia sangat takut Aslan akan kembali salah paham lagi kepadanya. Pasalnya, masalahnya dan Aslan masih belum selesai dan sekarang mereka berdua bertemu di waktu yang sangat tidak tepat.Kalea dapat melihat raut wajah Aslan yang menahan amarahnya. Ingin sekali rasanya ia menghilang dari tempat ini sekarang, tetapi sayangnya Kalea sama sekali tidak memiliki kekuatan seperti itu. Alhasil ia harus menghadapi Aslan sekarang."Mas.. kamu apa kabar?" Kalea merutuki pertanyaan bodohnya itu. Entah kenapa pertanyaan itu yang keluar dari mulutnya sekarang."Bisa kita bicara sekarang?" tanya balik Aslan tanpa menjawab pertanyaan Kalea. Aslan meraih tanggan Kalea. Ia hendak membawa Kalea pergi bersamanya. Tetapi langkah Kalea tertahan ketika Rizky ikut memegang tangan Kalea yang lain. "Rizky.." Kalea mencoba untuk memperingati Rizky agar
Kalea menyantap sarapannya sendirian pagi ini. Om dan tante sudah pergi bekerja sedari tadi, karena kebetulan ia hari ini telat bangun. Kali ini Kalea tidak terlalu banyak mengambil sarapan. Ia hanya mengisi perutnya sedikit, setelah itu ia akan kembali menuju kamar dan memikirkan nasibnya. Sebenarnya Kalea sangat ingin bertemu dengan Zura. Ia sudah sangat merindukan Zura. Ingin sekali ia bertemu dengan Zura dan memeluk tubuh kecil putrinya itu. Tetapi Kalea tidak berani untuk bertemu dengan Zura. Ia takut Aslan akan semakin marah padanya jika ia bertemu dengan Zura tanpa sepengetahuan Aslan."Selamat pagi!"Lamunan Kalea terbuyarkan ketika melihat sosok Rizky yang sudah berada di depannya. Rizky berjalan mendekati Kalea dan duduk di kursi yang berada di depan Kalea. "Lo ngapain di sini?" tanya Kalea langsung ketika melihat wajah Rizky di depannya. "Sapa dulu kenapa sih? Pagi Kalea!" sapa ulang Rizky. "Pagi. Lo kenapa bisa
Kalea menghela napas panjang ketika melihat Riska yang sudah berdiri tepat di pintu kamarnya. Kalea pun merubah posisinya dari tidur menjadi duduk. Sedangkan Riska, dia menatap Kalea dengan pandangan yang sulit diartikan. "Lo berantakkan," ucap Riska pada Kalea.Mata sembab, wajah sayu dan rambut berantakan Kalea membuat Riska berkata demikian. Kalea tidak membalas ucapan Riska Ia hanya tersenyum tipis. "Lo tahu dari mana gue ada di sini?" tanya Kalea. Pasalnya Kalea tidak pernah membetahu kepada Riska tentang kondisinya saat ini.Riska berjalan mendekat kearah Kalea. Ia duduk di pinggir ranjang tepat di samping Kalea. "Tante yang ngasih tahu tentang keadaan lo. Tante pikir dengan kedatangan gue, keadaan lo akan menjadi lebih baik. Walaupun gue sedikit tidak yakin tentang hal itu," jelas Riska. Mendengar itu Kalea hanya bisa menganggukkan kepalanya."Lo gimana sekarang? baik-baik aja?" tanya Riska sembari mengenggam tangan Kalea. Kalea tersenyum pada Riska, ia juga membalas genggaman
Pelukan hangat di dapat oleh Kalea ketika ia menginjakkan kakinya kembali ke rumah om dan tantenya. Tante Kalea tanpa bertanya apapun langsung memeluk keponakannya itu yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri. Tepukkan pelan dan menenangkan yang diberikan oleh tantenya di punggung Kalea membuat dirinya kembali meneteskan air matanya. Melihat air mata Kalea, seolah mengerti om Kalea berjalan mendekat kearah Kalea dan mengelus lembut puncak kepala Kalea. Kalea sangat beruntung memiliki om dan tante sebagai pengganti kedua orang tuanya."Mau istirahat dulu atau mau tante masakin makanan kesukaan kamu?" tanya tante Kalea ketika ia sudah melepaskan pelukan mereka. Kalea menghapus air matanya dan menatap tantenya dengan senyuman. "Kalea mau istirahat dulu tante," jawab Kalea. Tante menganggukkan kepalanya tanda mengerti. "Ya udah kamu istirahat aja dulu. Nanti malam kita makan sama-sama ya." Kalea menganggukkan kepala kepada tante. Setelah itu,