Share

Dikerjai

Penulis: Phatcute
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pov Delisa 

Hari ini kami dipulangkan lebih awal, karena guru-guru ada rapat siang ini. Aku dan teman-teman tidak langsung pulang ke rumah. Kami pergi ke toko buku yang ada di mall, mencari buku untuk referensi tugas yang diberikan oleh guru.

Setelah mendapatkan buku yang dimaksud. Sebelum pulang kami makan di foodcourt.

Selesai makan aku dan teman - teman memutuskan untuk pulang ke rumah, karena tidak nyaman berada di mall dengan seragam sekolah. 

Setelah tiga puluh menit bus yang kami tumpangi sampai di halte dekat rumah. Baru saja menginjakkan kaki di halte tiba-tiba langkahku terhenti melihat siapa yang sedang menatap tajam ke arahku. 

"Kak Erlan! seru Fina dan Wulan bersamaan kemudian menghampirinya.

"Hai," sahut Kak Erlan.

"Kakak ngapain di sini?" tanya Wulan.

"Kakak ada perlu sama Delisa," jawabnya masih dengan menatapku.

Kak Erlan melangkah ke arahku. "Bisa kita bicara?" Kak Erlan berkata dengan ekspresi yang sulit aku artikan.

Aku seperti maling yang ketahuan mencuri. Bagaimana tidak, Kak Erlan yang tahunya aku seorang mahasiswi hari ini ia melihatku pulang sekolah dengan seragam putih abu-abu.

Ria yang berdiri persisi di samping menyentuh bahuku. Seolah ia menguatkan dan menyakinkan kalau semua akan baik-baik saja.

Aku menoleh padanya. Ria mengangguk mantap sambil tersenyum.

"Kakak ada perlu sama Delisa. Kamu pulang saja duluan. Nanti biar kakak yang anter Delisa pulang," ucap Kak Erlan pada Ria.

"Aku duluan, Sha," pamit Ria singkat kemudian bergabung dengan Wulan dan Fina yang sedari tadi bingung menatap bingung pada kami.

"Duluan, Sha, Kak Erlan," pamit Fina dan Wulan bersamaan.

Kak Erlan meresponsnya dengan senyuman. Setelah teman-temanku sudah tidak terlihat lagi, Kak Erlan berjalan ke tempat motornya diparkir.

"Mau sampai besok berdiri di sana?" sindirnya sambil tersenyum miring.

Dengan perasaan tak menentu aku beranikan diri berjalan ke arahnya.

Kak Erlan sudah duduk di atas motornya, sementara aku masih mematung di sampingnya.

"Mau naik sendiri atau kakak gendong!" Mendengar ucapannya aku segera naik ke motornya.

"Kita mau ke mana?" tanyaku saat Kak Erlan sudah menghidupkan mesin motor.

Pertanyaanku dianggap angin. Entah ia tidak mendengar atau memang sengaja membuatku kesal. Ternyata Kak Erlan mengajakku ke taman kota.

Setelah memarkirkan motornya, Kak Erlan menggandeng tanganku. Kami melewati paving untuk mencari bangku taman yang kosong.

Pengunjung taman sudah agak sepi karena waktu hampir maghrib. Begitu menemukan bangku taman yang kosong Kak Erlan langsung duduk. 

Ia memindaiku dari ujung kaki sampai ujung kepala. Aku benar-benar seperti seorang pencuri yang tertangkap basah sedang menjalankan aksinya.

"Maaf," ucapku tanpa berani melihatnya.

Tiba-tiba Kak Erlan berdiri. Posisi kami sangat dekat hingga ujung sepatunya menyentuh ujung sepatuku.

"Apa kamu minta maaf dengan sepatu!" sindirnya tiba-tiba sambil mengangkat wajahku dengan tangannya.

Ditatap seperti ini membuatku tak berkutik. Mataku mulai berkaca-kaca, sekuat tenaga aku menahannya agar tidak menangis di depannya.

"Kakak akan maafin kamu dengan satu syarat," katanya tanpa sedikitpun mengalihkan pandangnnya dariku.

"Apa syaratnya?" Kali ini kuberanikan diri menatapnya.

"Kamu harus jadi pacar kakak!" ucapnya tanpa ekspresi.

Jantungku berdetak lebih kencang. Wajahku pasti sudah seperti kepiting rebus. Kak Erlan benar-benar puas mengerjaiku hari ini.

"Kalau aku enggak mau bagaimana?" Aku balik menantangnya.

Bukannya menjawab Kak Erlan malah memelukku. Seketika membuat kakiku lemas. Aku seperti kehilangan tenaga.

"Kak," ucapku lirih.

Bukannya melepaskan ia malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Sebentar saja," ucapanya setengah berbisik di telingaku lalu mencium pucuk kepalaku.

Ada kenyamanan yang aku rasakan. Aku bisa merasakan ketulusan darinya. Perlahan Kak Erlan mulai menguraai pelukannya.

"Sekarang kita pacaran. Kamu enggak boleh nolak!" Kak Erlan berucap sambil tersenyum menggodaku.

"Aku, kan, belum jawab. Kok Kakak yakin kalau aku mau jadi pacar Kakak," balasku sambil mendorong tubuhnya menjauh.

"Tanpa kamu jawab pun, kakak sudah tahu jawabannya."

"Percaya diri sekali anda!"

"Kalau kamu tidak mau, kenapa diam saja waktu kupeluk!" Ucapan Kak Erlan mampu membuatku malu. Sekarang pasti mukaku sudah seperti kepiting rebus.

"Dasar mesum!" ejekku, bukannya marah Kak Erlan malah tersenyum lebar.

"Kenapa kamu bohong?"

"Aku enggak bohong, tapi Kakak aja yang kurang pintar. Sehingga bisa dibohongi anak SMA," kilahku sambil menyentil hidungnya kemudian berlari ke arah parkiran.

***

"Dek, ada temanmu di depan!" teriak Bunda dari luar kamar.

"Siapa Bun," tanyaku ketika pintu sudah terbuka.

"Erlangga." Jawaban Bunda mampu membuatku terkejut. "Temui sana biar bunda yang buatkan minum," ucap Bunda sambil tersenyum melihat ekspresiku.

"Iya, Bun," sahutku kemudian beranjak ke depan.

Kak Erlan  duduk di bangku teras sambil menatap taman kecil di halaman rumah.

"Kak Erlan!" sapaku karena ia tidak menyadari kehadiranku.

"Dee," sahutnya.

"Kakak ngapain ke sini?"

"Duduk dulu bisa, kan."

Menurut aku duduk di bangku sebelahnya. "Mau kenalan sama camer," jawabnnya asal yang membuatku kesal.

Obrolan kami terhenti karena Bunda datang membawakan minuman dan cemilan untuk kami. Kak Erlan langsung berdiri melihat Bunda datang.

"Silahkan diminum, Nak. Kalau kurang minta lagi sama Adek," ucap Bunda.

"Makasih, Tante. Maaf merepotkan," sahut Kak Erlan sambil tersenyum pada Bunda.

"Kamu enggak suka kakak ke sini?" tanya Kak Erlan.

"Bukannya enggak suka, Kak. Tapi ...."

"Kakak cuma enggak suka kalau kamu harus berbohong pada keluargamu setiap kali kita ketemuan," potong Kak Erlan.

"Iya, tapi enggak secepat ini juga Kakak datang!"

"Iya kakak minta maaf," ucapnya sambil manyentuh punggung tanganku. "Sudah dong Dee, jangan cemberut terus, nanti aku khilaf gimana? ucapannya kali  membuatku kembali melotot padanya, bukannya takut Erlan tergelak geli.

"Ya sudah aku pulang," ucapnya sambil berdiri memakai jaket. "Bisa panggilkan bunda, kakak mau pamit."

Dengan malas aku masuk ke dalam menemui Bunda yang sedang menonton televisi di ruang tengah. "Bun, Kak Erlan mau pamit."

"Kok sebentar, Dek mainnya?" tanya Bunda.

"Enggak tahu Bun," jawabku singkat sambil mengangkat bahu. Bunda tersenyum kemudian berjalan ke depan menemui Kak Erlan.

"Pamit dulu, Tante. Makasih jamuannya, maaf merepotkan," ucap Erlan sopan pada Bunda.

"Iya,  Nak Erlan. Hati-hati, jangan suka ngebut kalau naik motor," pesan Bunda.

Kak Erlan mengangguk patuh. Kemudian mengulurkan tangan pada Bunda. Aku kira ia hanya menjabat tangan Bunda ternyata ia mencium punggung  tangan Bunda dengan sangat sopan.

Bunda memberikan kode agar aku mengantar Erlan sampai depan.

"Kakak pulang, Dee. Sudah dong jangan marah terus. Kalau cemberut begitu terus lama-lama kakak bisa khilaf."

Refleks aku mencubit pinggangnya, ia meringis sambil tertawa, "Aku pulang, ya," pamitnya lagi sambil mengacak-acak rambutku.

"Hati-hati, ya," sahutku.

Ia tersenyum lalu mengangguk kemudian menjalankan motornya. Setelah punggung Kak Erlan menghilang di tikungan jalan aku baru masuk ke dalam rumah.

"Kenal di mana sama Kak Erlan, Dek?" tanya Bunda saat aku baru saja akan masuk ke kamar.

Aku kembali menutup pintu kamar, berjalan menghampiri Bunda di ruang tengah.

"Bunda enggak marah, kan. Kalau temen aku main ke sini?" tanyaku hati-hati.

Bunda menoleh lalu tersenyum. "Bunda suka, kok," jawab Bunda sambil mengusap kepalaku.

"Bunda suka sama Kak Erlan?" Tanpa kuduga pertanyaanku membuat Bunda terkekeh geli.

"Bukan itu maksud bunda, Dek. Bunda lebih senang lihat temanmu main ke rumah. Dari pada kamu ketemuan di luar rumah tanpa sepengetahuan kami," ujar wanita yang masih terlihat cantik di usia yang sudah tidak muda lagi.

"Makasih, Bun," sahutku sambil memeluk Bunda.

Ternyata benar kata Kak Erlan. Tidak pantas seorang lelaki baik-baik mengantarkan wanita tidak sampai ke rumahnya. 

Bagaimana pun laki-laki itu yang dinilai tanggung jawabnya pada wanita. Bagaimana cara ia menyayangi, menghormati serta melindungi wanitanya. Bukannya hanya ingin bersenang-senang. 

Apa mungkin Kak Erlan tipe laki-laki yang baik. Semoga saja aku tidak bertemu dengan orang yang salah. 

Bab terkait

  • Kekasihku Dosenku   Dijemput

    Setelah makan malam siap, aku memanggil ayah dan Bang Reno yang sedang mengobrol di ruang tengah."Dek, kata bunda tadi ada teman Adek main ke sini?" tanya Ayah di tengah makan malam."Iya, Yah namanya Kak Erlan," jawabku tanpa berani menatap Ayah."Wih, Adek abang sudah ada yang ngapelin rupanya," ucap Bang Reno sambil tersenyum jahil padaku."Apaan, sih, Bang. Emang enggak boleh temen aku main!" sahutku sebal."Ayah dan Bunda enggak larang Adek buat temenan dengan siapa pun. Yang penting Adek tahu batasannya dan bisa jaga diri," sambung Ayah sambil menatapku penuh kasih."Iya, Yah, aku enggak akan menghancurkan kepercayaan yang Ayah dan Bunda berikan," jawabku yakin."Ini adeknya Reno, bukan, ya?" tanya Bang Reno sambil mengacak-acak rambutku."Tapi Bunda suka, Yah," timpal Bunda yang membuat kami menatap heran padanya. "Maksud bunda, Nak Erlan itu anaknya sopan. Bunda enggam keberatan kalau dia main ke sini lagi,

  • Kekasihku Dosenku   Rindu

    Pov ErlanggaHampir saja aku melakukan kesalahan. Melihat wajah Delisa yang cantik, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang merah merona. Namun, aku sadar gadisku masih di bawah umur dan tidak sepantasnya aku melakukannya.Saat aku mulai mendekat padanya, ia langsung memejamkan mata. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Saat aku tersadar kalau Delisa berbeda dengan mantan pacarku yang lain. Kuurungkan niat untuk menciumnya.Terkadang aku bingung, perasaanku padanya berbeda dengan mantan-mantanku yang lain. Apa rasa sayang ini lebih mirip sayang ke adik sendiri?Waktu aku tahu Delisa berbohong, karena ternyata ia masih anak SMA tidak membuatku marah. Justru aku merasa lucu karena tidak menyadari hal itu."Erlan!" Terdengar suara manja itu memanggilku."Ada apa?" tanyaku begitu ia sudah berdiri di sampingku."Ini buat kamu," jawabnya seraya menyerahkan sebuah undangan. "Jangan sampai enggak datang, ya," ucapnya lagi.

  • Kekasihku Dosenku   Ketemu Mantan

    Pov DelisaHari ini Kak Erlan mengajakku menemani ia bertanding. Untuk pertama kalinya aku melihatnya bermain basket.Sampai di kampus Kak Erlan memperkenalkan aku dengan teman-temannya yang tanpa sengaja bertemu di depan ruang ganti pakaian.Mereka seperti tidak percaya kalau aku dan Kak Erlan berhubungan. Aku tahu mereka memandang aneh padaku. Entah apa yang mereka pikirkan tentang kami.Selama pertandingan mataku tak lepas dari melihatnya yang dengan lincahnya berlari sambil mendribble bola.Di sebrang lapangan kulihat ada seorang wanita yang selalu tersenyum pada Kak Erlan dan sesekali memberi semangat sambil meneriaki namanya.Ternyata Kak Erlan memang populer di kampusnya. Terbukti namanya paling banyak diteriaki oleh para penonton.Setiap habis memasukkan bola Kak Erlan selalu melihat padaku sambil tersenyum manis. Senyum yang selalu aku rindukan.Tim basket Kak Erlan memenangkan pertandingan kali ini, dengan skor

  • Kekasihku Dosenku   Hari Kelulusan

    Hari pengumuman kelulusan akhirnya tiba juga. Semua murid SMA Nusa Bangsa dikumpulkan di lapangan pagi ini.Semua rasa jadi satu. Bahagia karena kami naik ke jenjang pendidikan yang tinggi. Sedih karena harus berpisah dengan teman-teman setelah kami menuntut ilmu selama tiga bersama.Aku, Ria, Wulan, dan Fina saling bergandengan tangan. Memberi kekuatan satu sama lain karena kami takut ada yang tidak lulus.Saat Kepala sekolah naik ke mimbar seketika suasana manjadi hening. Beliau memberikan sedikit wejangan untuk kami. Agar kami bisa menjaga dan mengharumkan nama sekolah di mana pun nantinya kami berada.Alhamdulillah semua murid SMA Nusa Bangsa dinyatakan lulus. Kami semua bersorak gembira mendengar pengumuman iniAku dan sahabatku saling berpelukan. Kami menangis bahagia sekaligus beredih. Karena itu artinya kami tidak bisa bersama-sama lagi.Wulan akan melanjutkan kuliah di Kota Padang Sumatera Barat karena papanya dipindah t

  • Kekasihku Dosenku   Keinginan Papa

    Pov ErlanggaSebelum kepergian Mama kami adalah keluarga yang harmonis. Hidupku begitu sempurna memiliki kedua orang tua yang amat sangat menyayangiku.Namun, semua berubah saat kami harus kehilangan jantung dalam keluarga. Mama meninggal setelah berjuang melawan penyakit kanker.Aku seperti anak ayam kehilangan induknya. Setiap hari hanya ditemani asisten rumah tangga. Papa menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Mungkin itu salah satu cara yang beliau lakukan untuk menutupi rasa kehilangan atas Mama.Tiga tahun setelah Mama meninggal. Papa menikah lagi dengan Tante Lisa, salah satu staf di perusahaannya. Bukannya membaik hubungan kami justru semakin buruk.Sejujurnya aku belum ikhlas ada yang menggantikan posisi Mama di rumah ini. Rasanya terlalu menyakitkan bila mengingat semua kenangan yang pernah kami lalui bersama.Sikap Papa padaku semakin buruk. Hampir setiap hari kami bertengkar. Karena aku tidak betah di rumah. Aku lebih memilih meng

  • Kekasihku Dosenku   Pamit

    Malam ini Kak Erlan menjemputku, setelah mendapat ijin dari Ayah dan Bunda, ia mengajakku ke taman kota.Aku melihat Kak Erlan tidak seperti biasanya. Tampaknya ada sesuatu yang ia sembunyikan. Dari tadi kami hanya duduk di bangku taman, tangannya menggenggam erat tanganku."Ada apa?" tanyaku sambil menatapnya."Ada kamu di hatiku," jawabnya sambil tersenyum jahil membuatku mendengus sebal."Gombal!""Tapi suka kan digombalin," ucapnya sambil meletakkan tanganku ke dadanya. Kami saling diam entah apa yang ada sedang ia pikirkan. karena tidak seperti biasanya ia begini.CupAku mencium pipinya. Kak Erlan sempat terkejut tapi kemudian tersenyum. "Jangan mancing," ucapnya menggodaku.Aku memukul pelan tangannya, ia malah menangkapnya dan menatapku intens."Dee, kakak ada kerjaan di Surabaya," ungkapnya tanpa sedikit pun berpaling dari menatapku.Entah aku harus senang atau sedih mendengar kabar ini. Aku senang karena

  • Kekasihku Dosenku   Rindu

    Sudah tiga bulan Kak Erlan pergi tanpa memberi kabar. Aku sangat merindukannya, senyumnya, tawanya, dan kekonyolannya. Semua yang ada padanya aku rindu. Entah bagaimana kabarnya Kak Erlan. Aku hanya bisa berdoa semoga di sana ia baik-baik saja dan segera kembali untukku dan cinta kami. Hari ini aku dan Ria pergi ke sebuah Mall. Sudah lama sekali kita tidak jalan bareng, karena kesibukan kuliah kami masing-masing. Rencananya Ria mau cari kado untuk Angga yang akan berulang tahun. "Sha, sudah ada kabar dari Kak Erlan?" tanya Ria pada saat kami sedang menikmati makan siang. Aku hanya menggelengkan kepala dan tersenyum kecil. "Sabar, Sha. Aku yakin Kak Erlan baik-baik aja di sana. Dan aku juga yakin Kak Erlan enggak akan macam-macam," ucapnya sambil mengusap punggung tanganku. "Iya, Ri. Aku pun berharap begitu, meskipun Kak Erlan enggak pernah kasih kabar," sahutku. "Delisa!" sapa seseorang di depan meja kami membuat

  • Kekasihku Dosenku   Kesal

    Jam pelajaran sudah selesai, Aku segera merapihkan buku dan peralatan tulisku."Sha, bareng enggak?" tanya Haris yang sudah berdiri di samping mejaku."Iya Ris, tapi aku mau ke toilet dulu, ya," jawabku."Aku tunggu di parkiran, ya, Sha," ucap Harus lagi."Oke," sahutku kemudian.Setiap hari aku selalu bareng sama Haris. Meski cuma sampai halte dekat kampus. Kemudian aku naik bus menuju rumah.Haris sering menawarkan untuk mengantarku sampai ke rumah, tetapi aku selalu menolaknya, karena tak mau merepotkan, sebab rumahku berlawanan arah dengan rumahnya.Keluar dari toilet ada Jelita dan teman-temanya. Kampus sudah mulai sepi karena hari sudah hampir sore."Permisi, Kak," ucapku saat hendak melewati mereka.BrukTiba-tiba salah satu dari mereka mendorongku hingga terjatuh."Udah aku peringatin, kamu jangan pernah deketin Rio. Kamu budek atau bodoh, sih!" maki Jelita sambil menarik rambut dan menatap ta

Bab terbaru

  • Kekasihku Dosenku   Tamu Tak Diundang

    TokTok ."Dek!" panggil Bunda dari luar sambil mengetok pintu kamarku."Iya Bun, sebentar," sahutku yang sedang merapikan buku pelajaran."Ada temanmu di depan," ucap Bunda saat aku muncul di balik pintu"Siapa Bun?" tanyaku penasaran."Rio kalau enggak salah namanya," jawab Bunda."Makasih, Bun. Nanti adik temuin," ujarku.Bunda mengangguk kemudian melangkah ke dapur. Sementara aku beranjak ke depan untuk menemui Kak Rio."Kak," sapaku begitu sampai di teras."Hai, Dek?" balasnya membuatku keheranan."Kok panggil adek?" tanyaku."Abis tadi Bunda panggil kamu Adek. Boleh kan, kalau aku juga panggilkamu Adek," jawabnya.Aku sempat berpikir sebentar kemudian mengangguk ragu. "Kakak ada apa ke sini?""Mau main aja emang enggak boleh, ya?""Boleh aja, kok. Tapi kenapa enggak telepon dulu?""Kalau telepon dulu pasti kamu akan cari alasan untuk mel

  • Kekasihku Dosenku   Kesal

    Jam pelajaran sudah selesai, Aku segera merapihkan buku dan peralatan tulisku."Sha, bareng enggak?" tanya Haris yang sudah berdiri di samping mejaku."Iya Ris, tapi aku mau ke toilet dulu, ya," jawabku."Aku tunggu di parkiran, ya, Sha," ucap Harus lagi."Oke," sahutku kemudian.Setiap hari aku selalu bareng sama Haris. Meski cuma sampai halte dekat kampus. Kemudian aku naik bus menuju rumah.Haris sering menawarkan untuk mengantarku sampai ke rumah, tetapi aku selalu menolaknya, karena tak mau merepotkan, sebab rumahku berlawanan arah dengan rumahnya.Keluar dari toilet ada Jelita dan teman-temanya. Kampus sudah mulai sepi karena hari sudah hampir sore."Permisi, Kak," ucapku saat hendak melewati mereka.BrukTiba-tiba salah satu dari mereka mendorongku hingga terjatuh."Udah aku peringatin, kamu jangan pernah deketin Rio. Kamu budek atau bodoh, sih!" maki Jelita sambil menarik rambut dan menatap ta

  • Kekasihku Dosenku   Rindu

    Sudah tiga bulan Kak Erlan pergi tanpa memberi kabar. Aku sangat merindukannya, senyumnya, tawanya, dan kekonyolannya. Semua yang ada padanya aku rindu. Entah bagaimana kabarnya Kak Erlan. Aku hanya bisa berdoa semoga di sana ia baik-baik saja dan segera kembali untukku dan cinta kami. Hari ini aku dan Ria pergi ke sebuah Mall. Sudah lama sekali kita tidak jalan bareng, karena kesibukan kuliah kami masing-masing. Rencananya Ria mau cari kado untuk Angga yang akan berulang tahun. "Sha, sudah ada kabar dari Kak Erlan?" tanya Ria pada saat kami sedang menikmati makan siang. Aku hanya menggelengkan kepala dan tersenyum kecil. "Sabar, Sha. Aku yakin Kak Erlan baik-baik aja di sana. Dan aku juga yakin Kak Erlan enggak akan macam-macam," ucapnya sambil mengusap punggung tanganku. "Iya, Ri. Aku pun berharap begitu, meskipun Kak Erlan enggak pernah kasih kabar," sahutku. "Delisa!" sapa seseorang di depan meja kami membuat

  • Kekasihku Dosenku   Pamit

    Malam ini Kak Erlan menjemputku, setelah mendapat ijin dari Ayah dan Bunda, ia mengajakku ke taman kota.Aku melihat Kak Erlan tidak seperti biasanya. Tampaknya ada sesuatu yang ia sembunyikan. Dari tadi kami hanya duduk di bangku taman, tangannya menggenggam erat tanganku."Ada apa?" tanyaku sambil menatapnya."Ada kamu di hatiku," jawabnya sambil tersenyum jahil membuatku mendengus sebal."Gombal!""Tapi suka kan digombalin," ucapnya sambil meletakkan tanganku ke dadanya. Kami saling diam entah apa yang ada sedang ia pikirkan. karena tidak seperti biasanya ia begini.CupAku mencium pipinya. Kak Erlan sempat terkejut tapi kemudian tersenyum. "Jangan mancing," ucapnya menggodaku.Aku memukul pelan tangannya, ia malah menangkapnya dan menatapku intens."Dee, kakak ada kerjaan di Surabaya," ungkapnya tanpa sedikit pun berpaling dari menatapku.Entah aku harus senang atau sedih mendengar kabar ini. Aku senang karena

  • Kekasihku Dosenku   Keinginan Papa

    Pov ErlanggaSebelum kepergian Mama kami adalah keluarga yang harmonis. Hidupku begitu sempurna memiliki kedua orang tua yang amat sangat menyayangiku.Namun, semua berubah saat kami harus kehilangan jantung dalam keluarga. Mama meninggal setelah berjuang melawan penyakit kanker.Aku seperti anak ayam kehilangan induknya. Setiap hari hanya ditemani asisten rumah tangga. Papa menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Mungkin itu salah satu cara yang beliau lakukan untuk menutupi rasa kehilangan atas Mama.Tiga tahun setelah Mama meninggal. Papa menikah lagi dengan Tante Lisa, salah satu staf di perusahaannya. Bukannya membaik hubungan kami justru semakin buruk.Sejujurnya aku belum ikhlas ada yang menggantikan posisi Mama di rumah ini. Rasanya terlalu menyakitkan bila mengingat semua kenangan yang pernah kami lalui bersama.Sikap Papa padaku semakin buruk. Hampir setiap hari kami bertengkar. Karena aku tidak betah di rumah. Aku lebih memilih meng

  • Kekasihku Dosenku   Hari Kelulusan

    Hari pengumuman kelulusan akhirnya tiba juga. Semua murid SMA Nusa Bangsa dikumpulkan di lapangan pagi ini.Semua rasa jadi satu. Bahagia karena kami naik ke jenjang pendidikan yang tinggi. Sedih karena harus berpisah dengan teman-teman setelah kami menuntut ilmu selama tiga bersama.Aku, Ria, Wulan, dan Fina saling bergandengan tangan. Memberi kekuatan satu sama lain karena kami takut ada yang tidak lulus.Saat Kepala sekolah naik ke mimbar seketika suasana manjadi hening. Beliau memberikan sedikit wejangan untuk kami. Agar kami bisa menjaga dan mengharumkan nama sekolah di mana pun nantinya kami berada.Alhamdulillah semua murid SMA Nusa Bangsa dinyatakan lulus. Kami semua bersorak gembira mendengar pengumuman iniAku dan sahabatku saling berpelukan. Kami menangis bahagia sekaligus beredih. Karena itu artinya kami tidak bisa bersama-sama lagi.Wulan akan melanjutkan kuliah di Kota Padang Sumatera Barat karena papanya dipindah t

  • Kekasihku Dosenku   Ketemu Mantan

    Pov DelisaHari ini Kak Erlan mengajakku menemani ia bertanding. Untuk pertama kalinya aku melihatnya bermain basket.Sampai di kampus Kak Erlan memperkenalkan aku dengan teman-temannya yang tanpa sengaja bertemu di depan ruang ganti pakaian.Mereka seperti tidak percaya kalau aku dan Kak Erlan berhubungan. Aku tahu mereka memandang aneh padaku. Entah apa yang mereka pikirkan tentang kami.Selama pertandingan mataku tak lepas dari melihatnya yang dengan lincahnya berlari sambil mendribble bola.Di sebrang lapangan kulihat ada seorang wanita yang selalu tersenyum pada Kak Erlan dan sesekali memberi semangat sambil meneriaki namanya.Ternyata Kak Erlan memang populer di kampusnya. Terbukti namanya paling banyak diteriaki oleh para penonton.Setiap habis memasukkan bola Kak Erlan selalu melihat padaku sambil tersenyum manis. Senyum yang selalu aku rindukan.Tim basket Kak Erlan memenangkan pertandingan kali ini, dengan skor

  • Kekasihku Dosenku   Rindu

    Pov ErlanggaHampir saja aku melakukan kesalahan. Melihat wajah Delisa yang cantik, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang merah merona. Namun, aku sadar gadisku masih di bawah umur dan tidak sepantasnya aku melakukannya.Saat aku mulai mendekat padanya, ia langsung memejamkan mata. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Saat aku tersadar kalau Delisa berbeda dengan mantan pacarku yang lain. Kuurungkan niat untuk menciumnya.Terkadang aku bingung, perasaanku padanya berbeda dengan mantan-mantanku yang lain. Apa rasa sayang ini lebih mirip sayang ke adik sendiri?Waktu aku tahu Delisa berbohong, karena ternyata ia masih anak SMA tidak membuatku marah. Justru aku merasa lucu karena tidak menyadari hal itu."Erlan!" Terdengar suara manja itu memanggilku."Ada apa?" tanyaku begitu ia sudah berdiri di sampingku."Ini buat kamu," jawabnya seraya menyerahkan sebuah undangan. "Jangan sampai enggak datang, ya," ucapnya lagi.

  • Kekasihku Dosenku   Dijemput

    Setelah makan malam siap, aku memanggil ayah dan Bang Reno yang sedang mengobrol di ruang tengah."Dek, kata bunda tadi ada teman Adek main ke sini?" tanya Ayah di tengah makan malam."Iya, Yah namanya Kak Erlan," jawabku tanpa berani menatap Ayah."Wih, Adek abang sudah ada yang ngapelin rupanya," ucap Bang Reno sambil tersenyum jahil padaku."Apaan, sih, Bang. Emang enggak boleh temen aku main!" sahutku sebal."Ayah dan Bunda enggak larang Adek buat temenan dengan siapa pun. Yang penting Adek tahu batasannya dan bisa jaga diri," sambung Ayah sambil menatapku penuh kasih."Iya, Yah, aku enggak akan menghancurkan kepercayaan yang Ayah dan Bunda berikan," jawabku yakin."Ini adeknya Reno, bukan, ya?" tanya Bang Reno sambil mengacak-acak rambutku."Tapi Bunda suka, Yah," timpal Bunda yang membuat kami menatap heran padanya. "Maksud bunda, Nak Erlan itu anaknya sopan. Bunda enggam keberatan kalau dia main ke sini lagi,

DMCA.com Protection Status