Semenjak kejadian jatuhnya Mr. Xiao, sudah tiga hari belakangan ini Shaina dan Kay mendapat hukuman dari Mr. Xiao. Sebab Mr. Xiao adalah salah satu orang yang berpengaruh di daerah tersebut dan juga memiliki sebagian besar saham di restoran itu. Oleh sebab itu menejer restoran tersebut pun tak berani untuk tidak mematuhi apa yang sudah di putuskan oleh Mr. Xiao. Sebab kalau menejer restoran itu tidak mematuhinya entah apa yang akan diterima oleh restoran yang di Kelola oleh menejer tersebut. membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk menejer perusahaan itu berdiri. Hukuman yang diberikan Mr. Xiao kepada Shaina dan Kay pun memang cukup membuat orang yang mendengarnya bergidik. Mr. Xiao jelas orang yang sangat kejam, dan tega terhadap siapa saja yang mengusiknya apalagi mempermainkannya. Mr. Xiao tidak akan menerima pendapat atau bahkan sanggahan. Walaupun bukan Shaina yang melakukannya. Apalagi Shaina sering menolaknya dengan halus ketika Mr. Xiao mengajak kencan. Jelas menj
Laki-laki itu bernama Bagas Yudhistira. Yudhis sangat khawatir dengan keadaan Shaina. Sebab beberapa hari belakangan Shaina kerap sukar dihubungi. Yudhis berpikir, andai saja dia ada di dekat Shaina, Yudhis akan dengan senang hati membantu Shaina. Tapi saat itu Yudhis takt ahu harus berbuat apa. Hatinya tetap merasakan keresahan yang luar biasa kuat. Dia coba mengubungi orang-orang yang yang memiliki koneksi dengan Shaina semampunya. Tapi tak satu pun dari teman-teman kuliah Shaina mengetahui kabar Shaina. keadaan sepertinya mengerti apa yang sedang dirasakan oleh Yudhis. Cuaca hari itu saat dingin dengan angin yang berhembus cepat. Sepertinya malam itu akan turun hujan. Yudhis masih dalam lamunannya memikirkan Shaina. Kring kring kring suara telepon genggamnya berbunyi membangunkan Yudhis dalam pikirannya sendiri. Dengan malas Yudhis mengangkat telepon itu. Rupa-rupanya yang menelepon adalah Anya sahabatnya. “Ada apa Nya?.” Ucap Yudhis. “Dhis, aku ada berita untukmu.”. bilang Anya.
Jauh sebelum aku mengenal Yudhis. Seperti yang kalian ketahui, Yudhis adalah kekasihku saat ini. Aku sudah lama menjalin hubungan dengan seorang laki-laki yang sangat kaya. Dia bernama Reynard. Reynard adalah laki-laki yang glamor. Memang dari segi fisik, wajahnya sangat tampan, dengan tubuh yang tinggi menjulang, dan hidung mancung. Dia mampu menaklukan Wanita manapun yang dia inginkan. Awal pertemuan kami kala itu aku sedang hang out Bersama dengan teman sekolahku ke sebuah club. Aku pergi bersama Iwona, Fira, juga Varelin. Kami pergi ke club menaiki mobil Iwona. Di sepanjang jalan kami ngobrol mengenai banyak hal, menurut Iwona akan ada pesta di club itu. “Orang-orang kaya akan banyak berdatangan kesana.”. ucap Iwona. “Kita harus memiliki salah satu diantara mereka menjadi kekasih kita.”. lanjutnya. “Setuju”. Serempak kami mengiyakan ucapan dari Iwona. Sesampainya di club. Mereka segera masuk, dan bergegas ke lantai yang di tuju. *Ting* pintu lift segera terbuka dan mereka
Entah ada pikiran buruk apa yang terlintas, Yudhis merasa bahwa Shaina sedang menghadapi masalah yang cukup besar. Apalagi setelah Yudhis mendapat kabar dari Anya kalau ada seorang pria yang mencari-cari Shaina. Sepanjang hari Yudhis hanya bisa mengutuk-ngutuk dirinya sendiri karena tidak berdaya menghadapi kenyataan yang dihadapi. Apalagi itu menyangkut hubungannya dengan Shaina, kekasihnya sendiri. “aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.”. Gumamnya dalam hati. Sesegera mungkin dia mencari informasi sebanyak mungkin mengenai Shaina. Tak lupa dia juga smencari tahu kediaman dari orang tua Shaina sendiri. Setelah menghubungi kerabat dekat dari Shaina. Kemudia memutuskan untuk mendatangi orang tua Shaina. Yudhis berharap dia mendapatkan angin segar melalui orang tua Shaina. Sesampainya di kediaman tersebut. Yudhis mengetuk pintu rumah yang terbuat dari kayu jati. Rumah itu terlihat sangat tua dan agak kusam. Timbul perasaan menyesal di diri Yudhis,
Selepas pulang kerja, aku bersandar di depan pintu untuk merefleksikan lagi kegiatanku beberapa hari ini. Aku mengingat lagi satu per satu kegiatanku sepanjang waktu. “Tak ada yang mengembirakan.”. pikirku dalam hati. Yang terjadi malah sebaliknya. Aku semakin terpuruk dalam lubang hitam yang tak berujung, sepertinya kebahagiaan enggak untuk menampakkan wujud aslinya kepada diriku. Tanpa sadar air mata mengalir deras di pipiku. Tiba-tiba terdengar ketukan dari luar kamar. Tok tok tok “Shaina, apa yang terjadi. Kamu kenapa?”. Ucap Mbah cemas. Aku baru sadar ternyata aku menangis cukup kencang dan tentu saja si Mbah dapat mendengarnya. “tidak apa-apa Mbah.”. ucapku sambil menghapus air mata. Tapi walaupun begitu Mbahku dapat melihatku dengan jelas sesunggukan sambil aku membukakkan pintu untuknya. Mbah melihatku dengan teliti, jelas sekali dari tatapannya kalau ia menghawatirkan kondisiku saat ini. Apalagi beberapa hari yang lalu Mbah menerima telepon dari orang tuaku kalau ternyata a
Dalam kurun waktu seminggu sudah lebih dari tiga kali keluarga Shaina mendapatkan terror dari orang yang tidak mereka kenal. Salah satu orang misterius itu berbadan besar dengan tatapan matanya yang dingin, juga nada bicaranya tegas. Siapa saja yang berhadapan dengannya pasti akan merasa teriintimidasi olehnya. Alasan mereka datang adalah ingin bertemu dengan Shaina, namun karena menurut orang orang tua Shaina anaknya tidak ada di rumah, mereka mengancam akan sering datang kemari untuk menemui Shaina. Pria misterius itu juga mengatakan kalau maksud kedatangan mereka adalah untuk menagih hutang yang sudah lebih dari satu tahun menunggak. Kalau di total berikut dengan bunganya Shaina harus membayar kurang lebih lima ratus juta rupiah. Seperti tersambar petir di siang bolong, orang tua Shaina kaget bukan main. Tidak menyangka kalau ternyata Shaina memiliki hutang yang begitu banyak. Yang timbul di pikiran Orang tua Shaina adalah untuk apa anaknya berhutang, dan kenapa bisa sampai
Sepulang dari rumah orang tua Shaina, Yudhis mampir ke kafetaria yang berada di dekat kampusnya. Di sana Yudhis segera duduk di kursi dan memanggil pramusaji. Yudhis memesan kopi. Sambil mencecap kopi yang sudah dihidangkan. Yudhis segera menghubungi Ghai, salah satu teman indekos untuk menemaninya. Sembari menunggu kedatangan Ghai, Yudhis mencoba menghubungi telepon genggam Shaina. Kring kring kring Yudhis gembira bukan main, “sambungannya masuk.”. kata Yudhis dalam hati. Terdengar suara lembut dari suatu tempat. “halo beb.”. suaranya terdengar renyah di telinga Yudhis. Tiba-tiba Jantung Yudhis deg degan untuk melepas rindu yang menggebu-gebu. Tak terasa sudah lebih dari dua jam mereka berbicara, juga melepas rindu. “Beb, aku sudah memutuskan untuk membantu meringankan bebanmu.”. ucap Shaina. Yudhis juga mengatakan bahwa dia tidak jadi untuk mengunjungi Shaina. Mendengar ucapan itu dari Yudhis membuat Shaina menjadi kecewa, sebab setelah be
Setelah berbicara dengan Ghai, Yudhis memutuskan untuk bekerja paruh waktu demi membantu Shaina melunasi hutangnya. Dia membuka aplikasi yang memuat info lowongan pekerjaan. banyak sudah surat lamaran kerja yang Yudhis kirim. Satu bulan berlalu semenjak kekasihnya pindah ke luar kota. Yudhis pun mendapat panggilan interview di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pencari berita untuk bekerja paruh waktu. Sebagai seorang mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra, menjadi seorang pewarta bukan hal yang asing bagi Yudhis. Seminggu pertama Yudhis di sibukkan dengan tulisan-tulisan yang banyak di revisi oleh editor tempat Yudhis bekerja. Hubungannya dengan Shaina pun terbilang baik-baik saja. Di tempat Yudhis bekerja tak ada hal-hal menarik yang Yudhis lakukan, selain bekerja dan sesekali mengunjungi kediaman orang tua Shaina. Di sana Yudhis dan kedua orang tua Shaina banyak mengobrol dan bercerita. Yang menarik perhatian Yudhis kekita kedua orang tua Shaina menceritakan masa kecil Shaina