Udara pagi masih terasa dingin. Sebab dari semalam hujan turun dengan lebatnya. Saat itu Aku bersiap-siap membuat sarapan untuk aku dan juga nenekku. Setelahnya sarapan lantas aku segera berangkat kerja. Karena hari itu adalah hari pertama bekerja. Aku agak gugup sebenarnya. Sesampainya di tempat kerja, aku segera menuju loker untuk menyimpan tas juga telepon genggamku. Di tempat bekerja, ada aturan dilarang untuk menggunakan alat komunikasi selain di jam istirahat. Tak lupa sebelum aku menaruh telepon genggamku di loker, aku mengabari kekasihku. “beb, aku sudah di tempat kerja. Kamu pasti belum bangun kan? Dasar kerbau. Dah.”. segera aku kirim pesan ini sekaligus, tak lama kemudian menejer memanggilku, lantas aku buru-buru memasukan telepon genggamku ke dalam tas dan menyimpannya di loker. Saat aku hendak menaruh tasku, aku merasa telepon genggamku bergetar. Entah siapa yang membalas pesanku. Tapi yang aku tahu, biasanya jam segini kekasihku masih tertidur pulas di kamarnya. Setelah mengunci loker aku Segera menghampiri menejerku. “Ini hari pertama kamu bekerja ya Shaina. Tolong segera kamu bersihhkan semua meja pengunjung. Jangan sampai ada debu yang masih menempel.” Sebelum aku menjawab apa yang diperntahkan. Menejerku menambahkan “setelah selesai, langsung menghadap saya lagi.”.
“Baik Pak.”. menejerku pun berlalu untuk melihat pekerjaan pegawainya yang lain.Restoran tempatku bekerja baru buka pukul 10.00. letaknya di dalam sebuah mall yang cukup besar, di Jl. Laksda Adisucipta. Pengunjung yang datang saat itu cukup sepi. Pukul 15.00 aku baru bisa beristirahat. Aku bergegas mengambil telepon genggamku di loker. Aku melihat sebuah notifikasi dari kekasihku. “aku sudah bangun kok beb. Kalau aku kerbau, kamu mau kan makan dagingnya. Hehehe. Yasudah kerja yang rajin, biar besok diangkat jadi menejer.”. Ucapnya. Setelah itu, aku pun asyik berkirim pesan dengan kekasihku. Aku bercerita kepadanya, kalau di tempat kerja. Aku berkenalan dengan teman-teman baru. Diantaranya ada Revi, Marselina, Rafael, dan Reza. Memang beberapa diantaranya ada yang kurang bersahabat. Bahkan ada yang berlagak seperti senior. Tapi ya aku santai saja menanggapinya. Toh aku juga masih karyawan baru. Setelah asyik berkirim pesan dengan kekasihku. Aku segera bekerja Kembali karena jam sudah menunjukan pukul 16.00.
Cukup melelahkan juga pekerjaanku hari ini. Apalagi ada salah seorang pelanggan yang menggodaku. Katanya aku sangat cantik. Aku hanya bisa menyunggingkan senyum kepada pelanggan tersebut. Memang kalau dilihat-lihat, aku cukup menarik. Dengan kulit kuning langsat, mata bulat, dan rambut Panjang terurai. Aku bisa dengan mudah mendapatkan laki-laki yang aku inginkan. Sepulangnya dari tempat kerja, aku berjalan-jalan sebentar sekalian pulang kerumah. Di perjalanan, kekasihku yang Bernama Yudhis meneleponku. “hai, sambel kacang.”. Guraunya. “kamu pasti kangen kan.”. Sergahku.
“sok tahu.”.“emang. kamu masih bisa nunggu aku kan?.”. “Emang kamu angkot, aku mau cari jurusan lain saja ah.”.“Yasudah sana cari.”. belum sempat Yudhis menjawab. Segera aku Kembali berucap “emang tega kamu biarin bangku aku kosong tanpa penumpang.” Kami pun tertawa Bersama-sama. “ kamu sabar ya tunggu aku pulang. Untuk saat ini kita Cuma bisa Ldr.”. Ucapku. Cukup lama aku tak mendapatkan jawaban dari Yudhis. “mau bagaimana lagi, kamu sedang butuh pekerjaan. Ya, walaupun aku masih belum memahami … .”. "Belum paham apa, kurang jelas alasanku yang kemarin. Kamu masih mau membahasnya lagi?.”.Tiba-tiba suasana menjadi lebih serius. “Bukan begitu beb, Cuma aku masih belum puas saja sama jawaban kamu kemarin.”. tiba-tiba telepon genggamku berbunyi, dan setelahnya telepon genggamku mati karena sedang error beberapa hari belakangan. Setelah sampai di rumah Mbah. Aku makan dan beristirahat.Sudah seminggu Shaina bekerja di restoran yang dikelola oleh anak tertua dari lelaki tua yang ditemuinya di rumah makan waktu itu. Di tempat Shaina bekerja, dia selalu saja mendapat perlakuan yang buruk dari Sebagian rekan karyawan di tempat Shaina bekerja. Sebab mereka cemburu karena banyak pelanggan yang tadinya bersama mereka kemudian lebih memilih Shaina. Memang semenjak Shaina bekerja di restoran itu, tempat itu kemudian menjadi ramai kembali. Kebanyakan pengunjung di restoran itu semua adalah laki-laki. Bahkan banyak diantara mereka yang terang-terangan mengajak Shaina kencan. Pada mulanya Shaina menolak mereka secara halus, namun lama kelamaan Shaina mulai agak ragu dengan keputusannya itu. Sebab uang yang ditawarkan untuk sekali kencan cukup mengiurkan. Diantara beberapa laki-laki hidung belang itu bahkan sudah ada yang berani memegang tangan bahkan hampir memeluk Shaina tanpa sepengetahuannya. Karena itulah rekan-rekan kerja Shaina di restoran banyak yang membenci Sha
Semenjak kejadian jatuhnya Mr. Xiao, sudah tiga hari belakangan ini Shaina dan Kay mendapat hukuman dari Mr. Xiao. Sebab Mr. Xiao adalah salah satu orang yang berpengaruh di daerah tersebut dan juga memiliki sebagian besar saham di restoran itu. Oleh sebab itu menejer restoran tersebut pun tak berani untuk tidak mematuhi apa yang sudah di putuskan oleh Mr. Xiao. Sebab kalau menejer restoran itu tidak mematuhinya entah apa yang akan diterima oleh restoran yang di Kelola oleh menejer tersebut. membayangkannya saja sudah membuat bulu kuduk menejer perusahaan itu berdiri. Hukuman yang diberikan Mr. Xiao kepada Shaina dan Kay pun memang cukup membuat orang yang mendengarnya bergidik. Mr. Xiao jelas orang yang sangat kejam, dan tega terhadap siapa saja yang mengusiknya apalagi mempermainkannya. Mr. Xiao tidak akan menerima pendapat atau bahkan sanggahan. Walaupun bukan Shaina yang melakukannya. Apalagi Shaina sering menolaknya dengan halus ketika Mr. Xiao mengajak kencan. Jelas menj
Laki-laki itu bernama Bagas Yudhistira. Yudhis sangat khawatir dengan keadaan Shaina. Sebab beberapa hari belakangan Shaina kerap sukar dihubungi. Yudhis berpikir, andai saja dia ada di dekat Shaina, Yudhis akan dengan senang hati membantu Shaina. Tapi saat itu Yudhis takt ahu harus berbuat apa. Hatinya tetap merasakan keresahan yang luar biasa kuat. Dia coba mengubungi orang-orang yang yang memiliki koneksi dengan Shaina semampunya. Tapi tak satu pun dari teman-teman kuliah Shaina mengetahui kabar Shaina. keadaan sepertinya mengerti apa yang sedang dirasakan oleh Yudhis. Cuaca hari itu saat dingin dengan angin yang berhembus cepat. Sepertinya malam itu akan turun hujan. Yudhis masih dalam lamunannya memikirkan Shaina. Kring kring kring suara telepon genggamnya berbunyi membangunkan Yudhis dalam pikirannya sendiri. Dengan malas Yudhis mengangkat telepon itu. Rupa-rupanya yang menelepon adalah Anya sahabatnya. “Ada apa Nya?.” Ucap Yudhis. “Dhis, aku ada berita untukmu.”. bilang Anya.
Jauh sebelum aku mengenal Yudhis. Seperti yang kalian ketahui, Yudhis adalah kekasihku saat ini. Aku sudah lama menjalin hubungan dengan seorang laki-laki yang sangat kaya. Dia bernama Reynard. Reynard adalah laki-laki yang glamor. Memang dari segi fisik, wajahnya sangat tampan, dengan tubuh yang tinggi menjulang, dan hidung mancung. Dia mampu menaklukan Wanita manapun yang dia inginkan. Awal pertemuan kami kala itu aku sedang hang out Bersama dengan teman sekolahku ke sebuah club. Aku pergi bersama Iwona, Fira, juga Varelin. Kami pergi ke club menaiki mobil Iwona. Di sepanjang jalan kami ngobrol mengenai banyak hal, menurut Iwona akan ada pesta di club itu. “Orang-orang kaya akan banyak berdatangan kesana.”. ucap Iwona. “Kita harus memiliki salah satu diantara mereka menjadi kekasih kita.”. lanjutnya. “Setuju”. Serempak kami mengiyakan ucapan dari Iwona. Sesampainya di club. Mereka segera masuk, dan bergegas ke lantai yang di tuju. *Ting* pintu lift segera terbuka dan mereka
Entah ada pikiran buruk apa yang terlintas, Yudhis merasa bahwa Shaina sedang menghadapi masalah yang cukup besar. Apalagi setelah Yudhis mendapat kabar dari Anya kalau ada seorang pria yang mencari-cari Shaina. Sepanjang hari Yudhis hanya bisa mengutuk-ngutuk dirinya sendiri karena tidak berdaya menghadapi kenyataan yang dihadapi. Apalagi itu menyangkut hubungannya dengan Shaina, kekasihnya sendiri. “aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.”. Gumamnya dalam hati. Sesegera mungkin dia mencari informasi sebanyak mungkin mengenai Shaina. Tak lupa dia juga smencari tahu kediaman dari orang tua Shaina sendiri. Setelah menghubungi kerabat dekat dari Shaina. Kemudia memutuskan untuk mendatangi orang tua Shaina. Yudhis berharap dia mendapatkan angin segar melalui orang tua Shaina. Sesampainya di kediaman tersebut. Yudhis mengetuk pintu rumah yang terbuat dari kayu jati. Rumah itu terlihat sangat tua dan agak kusam. Timbul perasaan menyesal di diri Yudhis,
Selepas pulang kerja, aku bersandar di depan pintu untuk merefleksikan lagi kegiatanku beberapa hari ini. Aku mengingat lagi satu per satu kegiatanku sepanjang waktu. “Tak ada yang mengembirakan.”. pikirku dalam hati. Yang terjadi malah sebaliknya. Aku semakin terpuruk dalam lubang hitam yang tak berujung, sepertinya kebahagiaan enggak untuk menampakkan wujud aslinya kepada diriku. Tanpa sadar air mata mengalir deras di pipiku. Tiba-tiba terdengar ketukan dari luar kamar. Tok tok tok “Shaina, apa yang terjadi. Kamu kenapa?”. Ucap Mbah cemas. Aku baru sadar ternyata aku menangis cukup kencang dan tentu saja si Mbah dapat mendengarnya. “tidak apa-apa Mbah.”. ucapku sambil menghapus air mata. Tapi walaupun begitu Mbahku dapat melihatku dengan jelas sesunggukan sambil aku membukakkan pintu untuknya. Mbah melihatku dengan teliti, jelas sekali dari tatapannya kalau ia menghawatirkan kondisiku saat ini. Apalagi beberapa hari yang lalu Mbah menerima telepon dari orang tuaku kalau ternyata a
Dalam kurun waktu seminggu sudah lebih dari tiga kali keluarga Shaina mendapatkan terror dari orang yang tidak mereka kenal. Salah satu orang misterius itu berbadan besar dengan tatapan matanya yang dingin, juga nada bicaranya tegas. Siapa saja yang berhadapan dengannya pasti akan merasa teriintimidasi olehnya. Alasan mereka datang adalah ingin bertemu dengan Shaina, namun karena menurut orang orang tua Shaina anaknya tidak ada di rumah, mereka mengancam akan sering datang kemari untuk menemui Shaina. Pria misterius itu juga mengatakan kalau maksud kedatangan mereka adalah untuk menagih hutang yang sudah lebih dari satu tahun menunggak. Kalau di total berikut dengan bunganya Shaina harus membayar kurang lebih lima ratus juta rupiah. Seperti tersambar petir di siang bolong, orang tua Shaina kaget bukan main. Tidak menyangka kalau ternyata Shaina memiliki hutang yang begitu banyak. Yang timbul di pikiran Orang tua Shaina adalah untuk apa anaknya berhutang, dan kenapa bisa sampai
Sepulang dari rumah orang tua Shaina, Yudhis mampir ke kafetaria yang berada di dekat kampusnya. Di sana Yudhis segera duduk di kursi dan memanggil pramusaji. Yudhis memesan kopi. Sambil mencecap kopi yang sudah dihidangkan. Yudhis segera menghubungi Ghai, salah satu teman indekos untuk menemaninya. Sembari menunggu kedatangan Ghai, Yudhis mencoba menghubungi telepon genggam Shaina. Kring kring kring Yudhis gembira bukan main, “sambungannya masuk.”. kata Yudhis dalam hati. Terdengar suara lembut dari suatu tempat. “halo beb.”. suaranya terdengar renyah di telinga Yudhis. Tiba-tiba Jantung Yudhis deg degan untuk melepas rindu yang menggebu-gebu. Tak terasa sudah lebih dari dua jam mereka berbicara, juga melepas rindu. “Beb, aku sudah memutuskan untuk membantu meringankan bebanmu.”. ucap Shaina. Yudhis juga mengatakan bahwa dia tidak jadi untuk mengunjungi Shaina. Mendengar ucapan itu dari Yudhis membuat Shaina menjadi kecewa, sebab setelah be