Laki-laki itu bernama Bagas Yudhistira. Yudhis sangat khawatir dengan keadaan Shaina. Sebab beberapa hari belakangan Shaina kerap sukar dihubungi. Yudhis berpikir, andai saja dia ada di dekat Shaina, Yudhis akan dengan senang hati membantu Shaina. Tapi saat itu Yudhis takt ahu harus berbuat apa. Hatinya tetap merasakan keresahan yang luar biasa kuat. Dia coba mengubungi orang-orang yang yang memiliki koneksi dengan Shaina semampunya. Tapi tak satu pun dari teman-teman kuliah Shaina mengetahui kabar Shaina. keadaan sepertinya mengerti apa yang sedang dirasakan oleh Yudhis. Cuaca hari itu saat dingin dengan angin yang berhembus cepat. Sepertinya malam itu akan turun hujan. Yudhis masih dalam lamunannya memikirkan Shaina. Kring kring kring suara telepon genggamnya berbunyi membangunkan Yudhis dalam pikirannya sendiri. Dengan malas Yudhis mengangkat telepon itu. Rupa-rupanya yang menelepon adalah Anya sahabatnya. “Ada apa Nya?.” Ucap Yudhis. “Dhis, aku ada berita untukmu.”. bilang Anya.
“maaf Nya aku sedang tidak tertarik.”. sergah Yudhis.“tapi ini mengenai Shaina.”. lanjut Anya. Mata Yudhis langsung memicing, sebab pikirannya sedang fokus terhadap Shaina. “cepat bertahu aku, ada apa?.”. “Ada seorang laki-laki yang menghubungiku, laki-laki itu bertanya mengenai Shaina. Katanya selama beberapa hari ini Shaina sulit sekali untuk dihubungi.”. seru Anya. Yudhis mulai bertanya-tanya siapa laki-laki yang sedang mencari Shaina. “yang membuat aku tercengang adalah. Laki-laki itu bilang bahwa dia adalah kekasihnya.”. ucap Anya lagi. Mendengar ucapan itu, membuat hati Yudhis menjadi kesal. Jelas kekesalannya itu karena laki-laki itu berkata bahwa dia adalah kekasih Shaina.“Jangan main-main Nya. Aku sedang tidak mau bercanda hari ini.”. gertak Yudhis.“Sumpah, aku tidak berbohong Dhis. Kamu kan tahu aku teman dekat Shaina. Jelas saja aku juga khawatir, sebab Shaina susah sekali di hubungi beberapa waktu belakangan.”. tegas Anya.“berarti kamu tahu Nya siapa laki-laki itu?”. “aku juga tidak tahu kalau ternyata Shaina punya kekasih lain. Tapi jangan impulsif dulu Dhis. Barang kali dia adalah orang yang mengaku-ngaku sebagai kekasih Shaina.”. lanjut Anya. “tapi itu sangat tidak lucu Nya.”.“aku tahu Dhis. Tapi setelah aku bilang kalau aku juga tidak mengetahui keadaan Shaina belakangan ini. Laki-laki itu segera pergi begitu saja sebelum aku tahu siapa Namanya.”. Ucap Anya.“apa kamu masih ingat seperti apa orangnya Nya?”.“ya. Aku ingat. Laki-laki itu memang cukup misterius. Sebab dia mengunakan jaket hingga menutupi Sebagian wajahnya. Namun laki-laki itu sepertinya bukan orang yang cukup baik. Sebab aku melihat dari cara dia menatapku dan berbicara denganku. Matanya itu seperti orang yang ingin menerkamku bulat-bulat Dhis. Lanjut Anya. Setelah mengetahui ada seseorang yang mencari Shaina, apalagi mengaku-ngaku sebagai kekasihnya. Membuat Yudhis menjadi tidak tenang. “Sial apa yang harus ku perbuat.”. kata Yudhis dalam hati. Tak terasa udara malam itu semankin dingin hingga menusuk-nusuk tulang. Sambil menyesap kopi yang sudah dingin, Yudhis membakar rokoknya. Pikirannya mulai bergerak ke berbagai arah. “Siapa dia?”. “Dari mana dia?”. “Kenapa dia mengaku sebagai kekasih Shaina?”. “apa dia yang menyebabkan Shaina pindah keluar kota?”. Beribu-ribu pertanyaan lalu-lalang di pikiran Yudhis. Tanpa sadar delapan batang rokok sudah yang Yudhis hisap. Sama seperti jumlah presiden yang sudah memimpin negeri ini. Malam sudah terlalu malam. Tapi Yudhis masih saja tak bisa diam memikirkan Shaina. Yudhis mengingat-ingat Kembali bagaimana awal mula Yudhis bertemu dengan Shaina. Barang kali ada yang luput dari Yudhis kala itu. “apa Shaina berselingkuh?”. Buru-buru Yudhis menyangkal pikiran yang tiba-tiba muncul itu.***
Siang itu di kampus mereka tercinta. Kampus yang menjadi saksi bisu bagaiman pertama kalinya Yudhis bertemu dengan Shaina. Sebulan yang lalu. Di sudut kantin. Saat jam istirahat, Yudhis dan teman-temannya sedang duduk-duduk di sana. Yudhis melihat seorang perempuan cantik yang sedang duduk sendiri di bangku Panjang dekat dengan penjual batagor. Perempuan cantik itu sedang menunggu teman-temannya yang sedang memesan makan siang. Yudhis terpana melihat sungging dari bibir Shaina yang sangat manis. Melihat itu membuat hati Yudhis merasa deg-degan. Yudhis seperti melihat Sang Hyang samara ratih. Seorang dewi yang sangat ayu. “siapa dia?”. Ucap Yudhis dalam hati. Yudhis benar-benar terpana melihat perempuan yang duduk di dekat penjual batagor itu. “ heh, liatin siapa Dhis?”. Ucap Mario sambil terkekeh.“Oh, tidak. Aku Cuma sedang melamun.”. ujar yudhis. Tapi tanpa sepengetahuannya, Adit memanggil Anya, teman yang baru saja Adit kenal seminggu belakangan ini. Anya dan teman-temannya pun menghampiri Adit, Yudhis, juga Mario yang duduk di salah satu sudut di kantin itu tak terkecuali Shaina. “kenalkan ini teman-temanku, dari jurusan Ekonomi.”. ucap Anya. Setelah mereka semua saling berkenalan. Yudhis akhirnya mengetahui siapa nama perempuan cantik itu. Mereka pun ngobrol dengan riangnya. Tak terasa waktu menunjukan pukul 15.00. Shaina dan teman-teman Anya yang lain segera bergegas masuk Kembali, karena ada kelas yang harus mereka hadiri. Namun sebelum itu, mereka semua saling bertukar no. telepon.Tiga hari berselang, Adit, Mario, dan Ghai mendapat infomasi dari Anya, kalau Yudhis dan Shaina sedang dekat. Grup watsap mereka pun ramai membicarakan tentang kedekatan Yudhis dan Shaina. Di tempat lain, Yudhis sedang berada di sebuah museum bersama Shaina di bilangan pusat kota. Yudhis dan Shaina sedang asyik melihat-lihat koleksi yang dimiliki oleh museum tersebut. Yudhis menceritakan sedikit info yang dia tahu mengenai lukisan-lukisan yang ada di museum itu. Sebagai orang yang cukup pintar, dan juga memiliki minat terhadap seni Lukis. Jelas Yudhis memiliki cukup pengetahuan mengenai berbagai lukisan yang ada di sana. Mata Shaina berbinar mendengar penjelasan yang sangat detail dari yudhis. Shaina mengira bahwa laki-laki yang ada di sebelahnya ini benar-benar menarik. Terbersit jelas dipikiran Shaina untuk menjadikan Yudhis kekasih hatinya. Maju tiga hari kemudian, Yudhis dan Shaina pun sepakat untuk menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Namun saat keduanya sedang asyik menikmati makanan di meja mereka. Telepon genggam milik Shaina berdering. Setelah melihat siapa yang meneleponnya, Nampak wajahnya menjadi kecut. “angkat saja beb, memang siapa yang menelepon?”. Ujar Yudhis dengan halus. Dengan sedikit tergagap-gagap Shaina mengatakan kalau yang menelepon adalah saudaranya yang tinggal di luar kota. Mendengar itu tidak ada sedikitpun curiga di pikiran Yudhis. Selesai menjawab telepon itu, Shaina tiba-tiba mengajak Yudhis pulang. Sebab Shaina merasa tiba-tiba tidak enak badan. Memang Yudhis adalah seorang laki-lai yang cukup terkenal di kampus karena perangainya yang cuek, suka meledak-ledak, dan juga pintar. Tapi dalam urusan menjalin hubungan, jelas itu bukan bidang yang Yudhis kuasai. Mendengar ucapan dari kekasihnya itu, segera mereka bergegas untuk pulang. Sepanjang perjalanan Shaina diam saja. Pikirannya seperti sedang berada di tempat lain. Sesampainya di rumah. Shaina segera turun, dan segera masuk ke dalam rumah. Terlihat jelas dari wajahnya Shaina sedang mengalami suatu masalah, tapi Shaina tidak memberitahukannya kepada Yudhis.
Jauh sebelum aku mengenal Yudhis. Seperti yang kalian ketahui, Yudhis adalah kekasihku saat ini. Aku sudah lama menjalin hubungan dengan seorang laki-laki yang sangat kaya. Dia bernama Reynard. Reynard adalah laki-laki yang glamor. Memang dari segi fisik, wajahnya sangat tampan, dengan tubuh yang tinggi menjulang, dan hidung mancung. Dia mampu menaklukan Wanita manapun yang dia inginkan. Awal pertemuan kami kala itu aku sedang hang out Bersama dengan teman sekolahku ke sebuah club. Aku pergi bersama Iwona, Fira, juga Varelin. Kami pergi ke club menaiki mobil Iwona. Di sepanjang jalan kami ngobrol mengenai banyak hal, menurut Iwona akan ada pesta di club itu. “Orang-orang kaya akan banyak berdatangan kesana.”. ucap Iwona. “Kita harus memiliki salah satu diantara mereka menjadi kekasih kita.”. lanjutnya. “Setuju”. Serempak kami mengiyakan ucapan dari Iwona. Sesampainya di club. Mereka segera masuk, dan bergegas ke lantai yang di tuju. *Ting* pintu lift segera terbuka dan mereka
Entah ada pikiran buruk apa yang terlintas, Yudhis merasa bahwa Shaina sedang menghadapi masalah yang cukup besar. Apalagi setelah Yudhis mendapat kabar dari Anya kalau ada seorang pria yang mencari-cari Shaina. Sepanjang hari Yudhis hanya bisa mengutuk-ngutuk dirinya sendiri karena tidak berdaya menghadapi kenyataan yang dihadapi. Apalagi itu menyangkut hubungannya dengan Shaina, kekasihnya sendiri. “aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.”. Gumamnya dalam hati. Sesegera mungkin dia mencari informasi sebanyak mungkin mengenai Shaina. Tak lupa dia juga smencari tahu kediaman dari orang tua Shaina sendiri. Setelah menghubungi kerabat dekat dari Shaina. Kemudia memutuskan untuk mendatangi orang tua Shaina. Yudhis berharap dia mendapatkan angin segar melalui orang tua Shaina. Sesampainya di kediaman tersebut. Yudhis mengetuk pintu rumah yang terbuat dari kayu jati. Rumah itu terlihat sangat tua dan agak kusam. Timbul perasaan menyesal di diri Yudhis,
Selepas pulang kerja, aku bersandar di depan pintu untuk merefleksikan lagi kegiatanku beberapa hari ini. Aku mengingat lagi satu per satu kegiatanku sepanjang waktu. “Tak ada yang mengembirakan.”. pikirku dalam hati. Yang terjadi malah sebaliknya. Aku semakin terpuruk dalam lubang hitam yang tak berujung, sepertinya kebahagiaan enggak untuk menampakkan wujud aslinya kepada diriku. Tanpa sadar air mata mengalir deras di pipiku. Tiba-tiba terdengar ketukan dari luar kamar. Tok tok tok “Shaina, apa yang terjadi. Kamu kenapa?”. Ucap Mbah cemas. Aku baru sadar ternyata aku menangis cukup kencang dan tentu saja si Mbah dapat mendengarnya. “tidak apa-apa Mbah.”. ucapku sambil menghapus air mata. Tapi walaupun begitu Mbahku dapat melihatku dengan jelas sesunggukan sambil aku membukakkan pintu untuknya. Mbah melihatku dengan teliti, jelas sekali dari tatapannya kalau ia menghawatirkan kondisiku saat ini. Apalagi beberapa hari yang lalu Mbah menerima telepon dari orang tuaku kalau ternyata a
Dalam kurun waktu seminggu sudah lebih dari tiga kali keluarga Shaina mendapatkan terror dari orang yang tidak mereka kenal. Salah satu orang misterius itu berbadan besar dengan tatapan matanya yang dingin, juga nada bicaranya tegas. Siapa saja yang berhadapan dengannya pasti akan merasa teriintimidasi olehnya. Alasan mereka datang adalah ingin bertemu dengan Shaina, namun karena menurut orang orang tua Shaina anaknya tidak ada di rumah, mereka mengancam akan sering datang kemari untuk menemui Shaina. Pria misterius itu juga mengatakan kalau maksud kedatangan mereka adalah untuk menagih hutang yang sudah lebih dari satu tahun menunggak. Kalau di total berikut dengan bunganya Shaina harus membayar kurang lebih lima ratus juta rupiah. Seperti tersambar petir di siang bolong, orang tua Shaina kaget bukan main. Tidak menyangka kalau ternyata Shaina memiliki hutang yang begitu banyak. Yang timbul di pikiran Orang tua Shaina adalah untuk apa anaknya berhutang, dan kenapa bisa sampai
Sepulang dari rumah orang tua Shaina, Yudhis mampir ke kafetaria yang berada di dekat kampusnya. Di sana Yudhis segera duduk di kursi dan memanggil pramusaji. Yudhis memesan kopi. Sambil mencecap kopi yang sudah dihidangkan. Yudhis segera menghubungi Ghai, salah satu teman indekos untuk menemaninya. Sembari menunggu kedatangan Ghai, Yudhis mencoba menghubungi telepon genggam Shaina. Kring kring kring Yudhis gembira bukan main, “sambungannya masuk.”. kata Yudhis dalam hati. Terdengar suara lembut dari suatu tempat. “halo beb.”. suaranya terdengar renyah di telinga Yudhis. Tiba-tiba Jantung Yudhis deg degan untuk melepas rindu yang menggebu-gebu. Tak terasa sudah lebih dari dua jam mereka berbicara, juga melepas rindu. “Beb, aku sudah memutuskan untuk membantu meringankan bebanmu.”. ucap Shaina. Yudhis juga mengatakan bahwa dia tidak jadi untuk mengunjungi Shaina. Mendengar ucapan itu dari Yudhis membuat Shaina menjadi kecewa, sebab setelah be
Setelah berbicara dengan Ghai, Yudhis memutuskan untuk bekerja paruh waktu demi membantu Shaina melunasi hutangnya. Dia membuka aplikasi yang memuat info lowongan pekerjaan. banyak sudah surat lamaran kerja yang Yudhis kirim. Satu bulan berlalu semenjak kekasihnya pindah ke luar kota. Yudhis pun mendapat panggilan interview di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pencari berita untuk bekerja paruh waktu. Sebagai seorang mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra, menjadi seorang pewarta bukan hal yang asing bagi Yudhis. Seminggu pertama Yudhis di sibukkan dengan tulisan-tulisan yang banyak di revisi oleh editor tempat Yudhis bekerja. Hubungannya dengan Shaina pun terbilang baik-baik saja. Di tempat Yudhis bekerja tak ada hal-hal menarik yang Yudhis lakukan, selain bekerja dan sesekali mengunjungi kediaman orang tua Shaina. Di sana Yudhis dan kedua orang tua Shaina banyak mengobrol dan bercerita. Yang menarik perhatian Yudhis kekita kedua orang tua Shaina menceritakan masa kecil Shaina
Malam ini kamu jangan pulang dulu Shaina, kamu harus menemani Mr. Xiao. Dia akan sampai beberapa saat lagi. “ucap menejer restoran. Wajah Shaina berubah menjadi kecut, Shaina tidak bisa menolak permintaan tersebut.Di kejauhan terdengar suara kendaraan berhenti tepat di depan pintu restoran tempat Shaina bekerja. Samar-samar Shaina melihat bahwa yang datang tidak lain adalah Mr. Xiao. Setelah Mr. Xiao memasuki restoran, dia langsung disambut oleh menejer restoran. Tak berapa lama kemudian suara menejer restoran terdengar memanggil Shaina. Segera Shaina menghampiri sumber suara dengan dandanan yang sangat aduhai. Kalau kamu sudah siap. Segera berangkat. Mr. Xiao sudah menunggu. “Baik Pak.”. pungkas Shaina. Setelah itu kendaraan yang membawa Mr. Xiao dan Shaina pergi meninggalkan restoran. Kendaraan tersebut menuju sebuah villa besar yang terletak di atas bukit. Di villa tersebut sedang berlangsung sebuah pesta yang sangat megah. Hampir semua yang
Jatuh Cinta Bangun dari siumannya, Shaina merasa sudah bukan lagi berada di rumah nenknya. “Mbah, kita di rumah sakit?”. Pungkas Shaina, setelah memperhatikan dengan seksama apa yang ada di sekitarnya. “Iya. Setelah kamu pingsan semalam, atasanmu membawamu ke mari.”. jawab Mbah. Mendengar itu Shaina merasa agak sedikit merasa tidak enak terhadap Mr. Xiao. Jadi Shaina memutuskan untuk mengucapkan terima kasih kepada Mr. Xiao jika Shaina sudah pulih. Namun sebelum Shaina menyelesaikan apa yang semenjak tadi terlintas di pikirannya. Pintu kamar Shaina berderit. Seorang lelaki tampan masuk setelah membuka pintu kamar. Dia tidak lain adalah Mr. Xiao.Semenjak Shaina pingsan semalam, Mr. Xiao tidak bisa tidak khawatir terhadap Shaina. Karena sebelum meninggalkan pesta Shaina sudah mabuk berat. Ditambah Shaina mendapat kabar yang kurang baik mengenai orang tuanya yang berada di Jakarta. Jadi mau tidak mau Mr. Xiao secara tidak langsung bertanggung jawab juga atas pingsanny