Share

Mengagumkan, Melemahkan Aku Melihat Tatap Matanya

Setelah melewati beberapa tahapan menuju perguruan tinggi, Azzrafiq akhirnya diterima di Kampus yang dia inginkan, bersama sahabatnya sejak kecil Yudhistira, mereka juga tinggal di kost-an yang sama, satu bulan sudah dirinya kuliah di Kampus kesayangannya.

Azzrafiq terbangun dari tidurnya dengan keadaan sekujur tubuh yang basah oleh keringat, namun kali ini dia tidak memimpikan lagi hal buruk, mimpinya selama satu tahun terkahir ini tentang Graha, sahabatnya yang telah meninggal karena over dosis satu tahun lalu, kepergian Graha membuat Azzrafiq sangat terpukul hingga membuatnya terus dihantui rasa bersalah karena terlambat menolong sahabatnya itu.

Setelah pertemuannya dengan Bella empat bulan yang lalu, mimpi buruk itu hilang dengan sendirinya, namun anehnya lagi kini dia terus memimpikan Bella, dan mimpinya terus berulang. Seperti pagi ini, dia bermimpi bertemu dengan Bella dan kali ini dia berhasil menaklukkannya, tapi wajah Bella tampak buram, sampai saat ini dia masih belum mengetahui keberadaan Bella.

"Tiap hari gue mimpi yang sama tentang Bella, kali ini mimpi itu sangat memuaskan, tapi kenapa wajah Bella masih belum jelas? Gue harus cari lo kemana lagi Bell?" Tanya Azzrafiq tak mengerti.

Selama beberapa bulan ini Azzrafiq mencari tahu siapa Bella sebenarnya, namun tak pernah ada lagi kabar tentang wanita itu, seolah hilang bagaikan di telan Bumi, hubungannya bersama Bianca mulai terasa jenuh, dan semakin menjauh, hatinya saat ini malah tertuju pada Bella. Dia selalu berharap bertemu dengan wanita itu apapun keadaannya.

Azzrafiq mengecek ponselnya yang berada di bawah bantal, tak ada notifikasi pesan dari Bianca, kekasih yang telah dia pacari hampir dua tahun lamanya.

"Kemana lagi tuh anak? Ngilang terus, giliran diputusin langsung muncul beserta khodamnya." Gerutu Azzrafiq.

Lagi-lagi Bianca mengabaikannya, perasaan tidak karuan menemaninya pagi ini, bukan karena Bianca, tetapi karena dia masih belum bisa mengingat wajah Bella ketika memimpikannya berkali-kali selama beberapa bulan ini. Dengan malas Azzrafiq turun dari tempat tidurnya dan melangkah menuju kamar mandi.

Dia berkaca melihat wajahnya yang tampak berantakan, dia membasuh wajahnya dengan facial wash yang diberikan oleh Bianca. dia selalu menuruti perkataan Bianca mengenai perawatan wajahnya.

Selesai mandi, Azzrafiq berpakaian seadanya, dia memakai kaos oblong yang dibalut dengan jaket jeans dan celana jeans yang sobek di lututnya, peraturan kampus mengharuskan untuk memakai pakaian rapi, jika ingin menggunakan kaos pun harus yang berkerah, tapi dia tak memedulikan aturan yang satu itu.

"Yakin lo ke Kampus pake baju gituan?" Tanya Yoga teman satu kost Azzrafiq.

"Palingan juga kalo Dosen ngeliat gue langsung diusir." Jawab Azzrafiq pasrah.

"Niat gak sih lo kuliah?"

"Kagak, gue berangkat dulu."

"Kenapa sih tuh anak? Mendung muluk mukanya." Gumam Yoga.

Azzrafiq keluar dari kost nya, dan berjalan menuju kampus, beberapa orang yang mengenalnya menyapanya sepanjang jalan. Begitu juga para wanita yang mengagumi ketampanannya tak terlewat menyapanya.

"Azzrafiq." Sapa seorang wanita ketika Azzrafiq berjalan menuju Gedung perkuliahan.

Lelaki yang memiliki paras tampan ini mendongakkan kepalanya barangkali saja dia mengenali orang yang menyapanya. Ternyata dia tak kenal, wanita itu mendekatinya dan memberikan sebuah papper bag padanya.

Azzrafiq bingung, apakah harus menerimanya? Rasanya seperti ditodong, bahkan dia saja lupa siapa wanita yang ada di hadapannya ini, tak mungkin juga dapat menolaknya.

"Itu makanan buat sarapan kamu dan bikinan aku sendiri loh, dimakan ya." Ucap wanita itu dengan nada sedikit menekan.

Dengan sungkan dicampur bingung Azzrafiq menerimanya. "Kamu jualan?"

Wanita itu terkekeh. "Bukan, ini untuk kamu."

"Oh.. makasih, tapi lain kali gak usah repot-repot begini, saya duluan ya." Ucap Azzrafiq seraya akan meninggalkan wanita itu.

"Oh ya Azzrafiq..." Tahan wanita itu.

Terpaksa Azzrafiq menolehkan kepalanya lagi pada wanita itu. "Ya kenapa?"

"Boleh minta nomor handphone nya?"

Azzrafiq menaikkan sebelah alisnya, dia menggaruk rambutnya sambil mencari alasan untuk tidak memberikannya.

"Saya gak hafal nomor saya, hp nya ada di tas, Saya lagi buru-buru, maaf ya." Ucap Azzrafiq seraya melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Keadaan kelas masih belum terlalu ramai, hanya ada beberapa teman-temannya yang baru datang, Azzrafiq duduk paling depan, dia membuka papper bag yang diberikan oleh wanita tadi, dan mengeluarkan wadah yang ada di dalamnya, isinya onigiri terlihat sangat menarik, kebetulan juga dia belum sarapan.

"Tumben bawa bekal." Seru Dean yang baru datang.

Azzrafiq menawarkannya pada Dean sambil melahap onigiri. "Lumayan nih rasanya."

"Jangan bilang ada yang ngasih lagi, enak banget jadi lo." Seru Dean seraya mengambil onigiri yang diberikan Azzrafiq.

"Biasalah, namanya juga rezeki anak sholeh."

"Hati-hati ada peletnya." Celetuk Dean sambil tertawa.

Baru terpikirkan olehnya, sudah setengah dimakan, Azzrafiq tak melanjutkan makannya lagi. Tiba-tiba rasa laparnya hilang ketika mendengar celetukkan Dean.

"Buat lo aja semuanya, sama tempat-tempatnya juga tuh." Kata Azzrafiq.

"Hahaha gitu doang juga langsung terpengaruh, gue cuma bercanda Fiq."

"Males, selera makan gue jadi hilang." Ucap Azzrafiq ketus.

"Jangan sampe kambuh lagi tuh sakit maag." Dean memperingati.

Tetap saja tak mempengaruhi Azzrafiq yang sudah kadung tak nafsu makan, dia terlalu was-was, bisa saja makanan itu memang ada apa-apanya. Walaupun terkesan konyol, dia bertekad mulai saat ini, tak akan sembarangan menerima pemberian dari orang yang belum dia kenal.

Azzrafiq bergeming di tempat duduknya dan memperhatikan coretan yang ada di papan tulis, sambil menunggu kedatangan Dosen yang akan mengisi mata kuliahnya pagi ini.

Mata kuliah pertama selesai, teman-teman Azzrafiq satu-persatu berhamburan keluar untuk masuk mata kuliah selanjutnya. Dengan malas dia bangkit dari kursinya dan menghampiri teman-temannya yang sedang menunggu kelas yang akan dimasuki.

Azzrafiq menyandarkan tubuhnya pada dinding, ketika sedang asyik melihat recent updates di blackberry messenger, dia tersentak dengan suara benda yang terjatuh, dia melihat gelang di dekat sepatunya, lalu berjongkok untuk mengambilnya.

Dia melihat ada wanita yang berdiri di hadapannya, mungkin itu pemilik gelang yang jatuh ini, gelang itu mengingatkannya pada Bella, karena modelnya sama seperti gelang Bella yang tertinggal di Hotel, dia mendekati wanita itu untuk mengembalikan gelangnya.

Wanita itu sibuk mengusap-ngusap bahunya, ketika wanita itu menoleh padanya, Azzrafiq seketika terperangkap oleh kedua mata wanita yang memiliki rambut panjang bergelombang itu. Seketika dia langsung jatuh hati, wanita itu terlihat sangat mempesona bagi dirinya.

Ketika menatap matanya yang indah, Azzrafiq merasa dirinya membeku, melihat seorang wanita yang di hadapannya, dia merasa familiar, apakah mungkin itu Bella?

Azzrafiq menepiskan pikirannya, yang mempunyai dan menyukai gelang seperti ini pasti bukan hanya Bella, dia segera tersadarkan dan mengembalikan gelang yang terjatuh tadi pada pemiliknya, dia khawatir wanita itu malah risi diperhatikan olehnya.

Wanita itu mengucapkan terima kasih sambil tersenyum yang memperlihatkan lesung pipi di wajahnya, dan membuatnya tampak semakin manis, Azzrafiq kian terpikat olehnya, lalu wanita itu lanjut pergi dan meninggalkan jejak wangi parfum aroma baby powder, wangi yang sangat menarik dan unik bagi Azzrafiq.

"Wangi parfum bayi? Unik juga tuh cewek." Gumam Azzrafiq sambil memandang wanita tadi.

Azzrafiq menginjak sesuatu yang keras di bawah sepatunya, dia memundurkan kakinya dan mendapati bagian dari gelang wanita tadi yang tertinggal, lantas dia mengambilnya untuk dikembalikan pada pemiliknya, memberikan kesempatan padanya untuk bertemu lagi dengan wanita yang berhasil mengalihkan dunianya.

"Bentuknya kayak topi seleksi di Harry Potter." Ucap Azzrafiq sambil tersenyum.

Siangnya, setelah mendengar ada pengumuman ospek jurusan dari kakak tingkat, dan mengharuskan kelasnya berkumpul di Aula, Azzrafiq dan teman-teman sekelasnya bergegas masuk ke Aula, dimana Mahasiswa Angkatan 2012 telah berkumpul, tentu saja ada perasaan was-was dalam hatinya karena pasti akan bertemu Nisrina, wanita yang selalu mengejarnya.

Ketika melangkahkan kakinya, Azzrafiq bertemu lagi dengan wanita yang membuatnya terpikat tadi pagi, ternyata wanita berlesung pipi itu teman satu jurusannya, kabar yang sangat baik untuknya, dia langsung merogoh saku jaketnya, untuk mengambil benda kecil berbentuk topi penyihir bagian dari gelang yang dimiliki wanita itu.

"Jadi kita satu jurusan?" Gumam Azzrafiq sambil tersenyum.

Azzrafiq berjalan menghampiri wanita itu yang tengah duduk di kursi barisan paling depan, wanita berparas manis itu tersenyum ketika Azzrafiq mengembalikan bagian dari gelangnya.

Tampaknya wanita itu sangat senang menerima bagian dari gelangnya yang sempat hilang, dan tak memedulikan kehadiran Azzrafiq, karena perhatiannya hanya tertuju pada benda kecil itu, sepertinya benda itu sesuatu yang berharga untuknya.

Melihat wanita itu mengabaikannya, Azzrafiq meninggalkannya dan mencari tempat duduk yang masih kosong. Tampak ada kursi yang masih kosong di belakang, dia langsung tertuju ke sana, dia memperhatikan wanita itu dari tempatnya. Azzrafiq benar-benar terpesona olehnya.

Ketika Azzrafiq sedang asyik memperhatikan wanita itu, tiba-tiba saja wanita itu menoleh ke arahnya dan menatapnya dingin dengan wajah yang datar, dia yang sudah terlanjur menatapnya sedari tadi tak sempat berkutik, ketika tertangkap basah sedang memperhatikannya. Lalu wanita itu membalikkan lagi kepalanya, Azzrafiq tersenyum ketika melihat gerak-geriknya.

Perfect!! Siapa sih dia? Baru tahu punya teman satu jurusan yang semenarik itu. Batin Azzrafiq.

"Lo kenapa sih senyum-senyum gak jelas?" Tanya Dean yang sedari tadi memperhatikan Azzrafiq.

"Gak boleh gue kelihatan senang?" Azzrafiq malah balik bertanya.

"Gue cuma khawatir aja sama lo, apa gara-gara onigiri tadi pagi, lo jadi aneh." Celetuk Dean usil.

Azzrafiq berdecak. "Seaneh apa sih gue?"

"Aneh kayak orang kena pelet."

"Ngaco amat lo ngomong." Pekik Azzrafiq.

Dean tersenyum miring. "Lo lagi ngincer cewek ya? Yang mana? Yang duduk di depan ya? Yang pake outter biru navy?"

"Berisik amat sih lo." Gerutu Azzrafiq.

Dean tertawa."Emang manis sih tuh cewek, banyak yang ngincer dia tuh termasuk gue."

Azzrafiq tak menanggapi ocehan temannya itu, selama di Aula dia hanya memandangi wanita itu, walau hanya dari belakang saja, sosok wanita itu mampu membuatnya tak berhenti memperhatikan gelagatnya, dan tak fokus dengan apa yang dibicarakan kakak tingkat di depan.

Hingga akhirnya semua Mahasiswa bubar dari kelas ini, wanita itu benar-benar menghipnotisnya, dan tak sadar bahwa informasi yang diberikan kakak tingkat telah usai.

"Udah selesai lagi?" Tanya Azzrafiq pada Dean.

"Emangnya mau berapa lama sih? Yuk ah cabut." Seru Dean.

"Fiq, kemarin aku udah ngerjain sebagian makalah tugas bahasa Indonesia, sebagiannya kamu lanjutin ya." Kata Daphnie yang tiba-tiba menghampirinya.

"Ok, nanti aku kerjain, minta datanya aja." Sahut Azzrafiq.

Daphnie memberikan flashdisk pada Azzrafiq."Aku simpen di folder TUGAS, jangan buka folder-folder lainnya ya."

"Larangan sama dengan perintah, jadi penasaran sama isi folder yang lain."

"Ish rese, ya udah terserah kamu aja, pokoknya kalo kamu nyari ada di folder TUGAS, pake capslock tulisannya."

"Iya iya." Ucap Azzrafiq tak bersemangat.

Azzrafiq bangkit dari kursinya dan memakaikan ranselnya lagi di punggung, sembari masih memperhatikan wanita itu, di depan pintu Aula dia menghentikan langkahnya sejenak dan menolehkan kepalanya untuk melihat sang dara lagi. Lalu melanjutkan langkahnya menuju kelas selanjutnya, seketika hatinya terasa kembali hampa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status