Reflek Magika membuka matanya kembali dan mendorong tubuh Azzrafiq lalu segera membalikkan badannya, Azzrafiq yang terpental akibat dorongan Magika, segera beranjak dari tempat tidur dan melangkah untuk membukakan pintu.Azzrafiq melihat door viewer untuk mengetahui siapa yang mengetuk pintu? Menganggu saja, lagi-lagi dia gagal mencium Magika, tampak para Oma berdiri di depan pintu, dia segera membukanya."Hallo Oma-oma." Sapa Azzrafiq.Oma-oma melangkah masuk kamar, dan seketika terkejut melihat tempat tidur yang berantakan, bantal berserakan di lantai, selimut yang sudah terbuka tak karuan, dan sprei tempat tidur yang sangat kusut."Ya ampun kalian ngapain aja sampai berantakan isi kamar?" Omel Oma Neswari."Kita lagi perang bantal Oma." Jelas Magika."Kalian kan sudah besar, bukan anak kecil lagi, ngapain maen perang-perangan?" Tanya Oma Ida heran sembari menggelengkan kepala menatap cucunya.Azzrafiq hanya nyengir melihat Oma Ida melototinya."Abisnya kita bosan, nunggu Oma lama b
Pagi telah tiba, langit yang semula gelap perlahan mulai kembali terang, terdengar suara burung yang berkicau.Azzrafiq membuka matanya dan terbangun dengan wajah yang tersenyum, semalam dia berhasil melakukan hal yang diinginkannya bersama Magika di dalam mimpi, meskipun hanya di dunia mimpi, cukup membuatnya bahagia.Dan berharap suatu hari nanti mimpinya jadi kenyataan, Azzrafiq beranjak dari tempat tidurnya, dilihatnya Oma Ida sudah cantik dan bersiap untuk yoga di pinggir kolam renang."Oma mau yoga aja cantik banget kayak mau ke undangan." Kata Azzrafiq."Apapun acaranya Oma harus terlihat cantik dong, biar gak malu-maluin cucu Oma.""Asraf terima Oma apa adanya kok." Ucap Azzrafiq seraya memeluk Oma Ida."Ucapanmu mirip sekali dengan mendiang Opa." Tukas Oma seraya mengusap-ngusap pipi Azzrafiq. "Oma harus pergi sekarang, kamu kalo mau sarapan tinggal ke bawah aja, jangan lupa ajak Magika.""Iya Oma, hati-hati jalannya." Sahut Azzrafiq.Magika yang masih tertidur, mencoba tak m
Suara lagu mix yang diputar menggelegar seantero Cafe, keadaan di sini semakin malam semakin ramai oleh orang-orang yang berkunjung, Magika dan teman-temannya bermain Truth or Dare, turut meramaikan suasana bingar di Cafe, dan sebagai penutup dari pertemuan terakhir mereka, sebelum akhirnya masing-masing dari mereka sibuk mempersiapkan ujian masuk ke perguruan tinggi.Botol berputar di atas meja yang telah di tempati oleh Magika dan teman-temannya, dan botol berhenti berputar, menunjuk ke arah Magika, teman-temannya bersorak riang karena sedari tadi dia selalu lolos dari permainan ini."Truth or Dare?" Tanya Nadira, Helena, Andini, dan Leonard secara bersamaan dengan sangat antusias.Magika yang sudah menghabiskan beberapa gelas minuman berkadar alkohol, mulai merasakan sensasi euforia efek dari minuman tersebut, adrenalinnya semakin terpacu untuk menyelesaikan permainan ini. Dia tahu teman-temannya pasti tak akan tanggung-tanggung jika memberikan tantangan."Dare." Jawab Magika denga
Magika merasakan sakit di kepalanya yang kian terasa selagi matanya terpejam, dia meraba-raba sprei yang terasa dingin, perlahan matanya terbuka, dia mulai sepenuhnya sadar, seketika dirinya tersentak menyadari terbangun di kamar yang terasa asing, dia tak ingat apa yang terjadi semalam.Dia meraba tubuhnya, dan merasa sedikit lega ketika mengetahui dirinya masih berpakaian dengan lengkap dan tertutup, lalu dia melihat seisi kamar, hanya dirinya saja yang berada di sini.Magika segera turun dari tempat tidur dan berjalan menuju meja untuk mengambil air putih yang tersedia di kamar ini, tenggorokannya terasa sangat kering.Ketika meminum air botol mineral, dia melihat ada tas belanjaan dari minimarket, dia memeriksa isinya dan mendapati kondom diantara makanan ringan."Shit ada kondom, udah gila apa aku? Tapi ini masih utuh dan belum kebuka, apa semalam aku masih aman?" Gumam Magika.Mendengar ada suara percikan air di dalam kamar mandi, dia dapat memastikan masih ada orang yang bersam
Empat bulan berlalu, setelah kejadian malam syahdu itu, Magika tak pernah bertemu lagi dengan Edward, dan yang tak habis pikir setiap malam lelaki itu selalu menghantuinya melalui mimpi, seakan kejadian malam itu terus berulang setiap harinya ketika Magika tertidur.Masih sangat terasa jelas ciumannya bersama Edward, namun sayangnya Magika tak pernah ingat dengan wajah lelaki itu, sekuat apapun dia berusaha mengingatnya.Dia sangat salut pada Edward karena masih menghormatinya, lelaki itu tak menyentuhnya selama dirinya tak sadarkan diri, zaman sekarang mana ada lelaki yang seperti itu, padahal begitu banyak kesempatan untuk Edward berbuat sesuka hati padanya, tapi apa yang dilakukannya benar-benar sesuatu yang patut diacungi jempol."Seandainya hp aku gak ilang aku pasti bakalan cari kamu Edward, sampai ketemu di dalam mimpi." Gumam Magika yang sudah terbiasa dan tahu akan didatangi Edward dalam mimpinya.Esok paginya Magika terbangun, hari ini senin, tanggal 01 Oktober 2012 dia masu
Mata kuliah yang Magika ambil hari ini akhirnya selesai, dan mereka kedatangan kakak tingkat yang masuk beriringan, mereka adalah anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan. Mereka datang untuk memberikan informasi akan ada ospek jurusan minggu depan, dan meminta seluruh Mahasiswa angkatan 2012 berkumpul di aula fakultas.Sesuai arahan yang diberikan kakak tingkat, Magika dan teman-teman sekelasnya keluar untuk bergabung dengan teman-teman satu angkatannya di Aula, melihat tempat duduk jajaran paling depan masih kosong, Magika dan ketiga temannya duduk di sana.Tak pernah disangka, lelaki yang membuat Magika terpesona pagi tadi, masuk Aula. Dia sedikit terkejut mengetahui lelaki itu ternyata satu jurusan dengannya, meskipun sudah satu bulan kuliah, Magika belum tahu siapa saja teman satu angkatannya, lalu dia mengalihkan pandangannya agar tak dicurigai sedang memperhatikan lelaki tampan itu.Namun lelaki itu ternyata berjalan ke arahnya, membuat Magika bingung harus berbuat apa, karena lelaki
Azzrafiq point of viewAzzrafiq, Yudhistira beserta keempat teman SMA nya berkunjung ke Kota Bandung untuk melihat calon kampus impian mereka, yang dimana nanti mereka akan menempuh pendidikan setelah lulus dari SMA di sana, hingga malam akhirnya tiba, mereka melanjutkan perjalanan ke sebuah Cafe yang makin malam makin ramai.Azzrafiq yang sedang kalut dengan hubungannya bersama Bianca, memutuskan untuk ikut minum bersama teman-temannya, dia melihat seorang wanita ceria yang memiliki rambut warna stroberi pirang, di meja seberangnya, nampaknya tawa dari wanita itu sedikit menarik hatinya.Setelah beberapa gelas dia meneguk minumannya, efeknya mulai terasa, Azzrafiq merasa sangat rileks dan pikiran mengenai hubungannya dengan Bianca seolah kabur begitu saja."Fiq ayo kita ke area dance floor." Ajak Yudhistira."Kita ajojing Fiq, Ayo!!" Seru teman-teman lainnya yang terlihat sangat antusias."Ya kalian duluan aja, nanti gue nyusul." Sahut Azzrafiq sembari kembali meneguk minumannya.Tib
Setelah melewati beberapa tahapan menuju perguruan tinggi, Azzrafiq akhirnya diterima di Kampus yang dia inginkan, bersama sahabatnya sejak kecil Yudhistira, mereka juga tinggal di kost-an yang sama, satu bulan sudah dirinya kuliah di Kampus kesayangannya.Azzrafiq terbangun dari tidurnya dengan keadaan sekujur tubuh yang basah oleh keringat, namun kali ini dia tidak memimpikan lagi hal buruk, mimpinya selama satu tahun terkahir ini tentang Graha, sahabatnya yang telah meninggal karena over dosis satu tahun lalu, kepergian Graha membuat Azzrafiq sangat terpukul hingga membuatnya terus dihantui rasa bersalah karena terlambat menolong sahabatnya itu.Setelah pertemuannya dengan Bella empat bulan yang lalu, mimpi buruk itu hilang dengan sendirinya, namun anehnya lagi kini dia terus memimpikan Bella, dan mimpinya terus berulang. Seperti pagi ini, dia bermimpi bertemu dengan Bella dan kali ini dia berhasil menaklukkannya, tapi wajah Bella tampak buram, sampai saat ini dia masih belum menge