Mata kuliah yang Magika ambil hari ini akhirnya selesai, dan mereka kedatangan kakak tingkat yang masuk beriringan, mereka adalah anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan. Mereka datang untuk memberikan informasi akan ada ospek jurusan minggu depan, dan meminta seluruh Mahasiswa angkatan 2012 berkumpul di aula fakultas.
Sesuai arahan yang diberikan kakak tingkat, Magika dan teman-teman sekelasnya keluar untuk bergabung dengan teman-teman satu angkatannya di Aula, melihat tempat duduk jajaran paling depan masih kosong, Magika dan ketiga temannya duduk di sana.Tak pernah disangka, lelaki yang membuat Magika terpesona pagi tadi, masuk Aula. Dia sedikit terkejut mengetahui lelaki itu ternyata satu jurusan dengannya, meskipun sudah satu bulan kuliah, Magika belum tahu siapa saja teman satu angkatannya, lalu dia mengalihkan pandangannya agar tak dicurigai sedang memperhatikan lelaki tampan itu.Namun lelaki itu ternyata berjalan ke arahnya, membuat Magika bingung harus berbuat apa, karena lelaki itu tersenyum padanya, akhirnya dia pun membalas senyumnya."Kayaknya ada yang lepas dari gelang kamu." Ucap lelaki itu."Oh aku kira ilang dan gak akan ketemu lagi, makasih ya." Kata Magika senang karena bandul dari charm bracelet nya sudah ketemu sampai tak menghiraukan lagi hadirnya lelaki itu."Ok sama-sama." Kata lelaki itu seraya meninggalkan Magika dan mencari tempat duduk yang masih kosong di belakang."Ganteng juga tuh cowok, siapa sih Gee?" Tanya Vanilla."Dia? Manusia." Jawab Magika datar."Ish itu dia Gee, cowok yang aku suka, kamu kenal sama dia?" Tanya Alin.Magika menoleh ke belakang untuk melihat lelaki itu, yang kebetulan sama sedang menatapnya juga, dia membalikkan kepalanya lagi dan menghembuskan nafasnya, lagi-lagi lelaki yang Magika dan Alin suka adalah orang yang sama."Kenalin aku sama dia dong Gee." Pinta Alin."Hmm nanti ya aku tanya dulu orangnya, mau gak dia kenalan sama kamu." Kata Magika tak sungguh-sungguh, dia saja belum tahu siapa nama lelaki itu.Zea yang memperhatikan Alin memaksa Magika untuk berkenalan dengan lelaki itu merasa ikut kesal, karena Zea selalu jadi teman curhat Alin, Zea tahu bagaiman Alin begitu mengagumi sosok Rafka."Bukannya baru kemaren, kamu nge date sama Kak Rafka ya? Kok udah mau cari cowok lain lagi?" Tanya Zea heran."Play girl kita satu ini, kayaknya ngebet banget cari pacar, sampe semua cowok dia suka." Timpal Vanilla"Gak gitu Nill, tapi yang sekarang tuh beda." Sanggah Alin.Magika menyahuti dengan ragu."Nanti kalo udah gak penasaran, ditinggal lagi karena gak sesuai sama yang diinginkan."Zea mengangguk, menyetujui perkataan Magika. "Betul, nanti inilah, itulah. Manusia kan gak ada yang sempurna Lin.""Ya kamu kenalan aja sih langsung sama orangnya, kamu kan orangnya SKSD banget dan gak tahu malu Lin." Celetuk Vanilla.Alin sudah terbiasa mendengar celetukkan Vanilla tentang dirinya, yang memang kadang suka benar ucapannya. Karena itu Alin sudah tidak kaget lagi atau merasa tersinggung.Magika terkekeh mendengar ucapan Vanilla yang tak pernah disaring, kalaupun dia sudah tahu nama lelaki itu, dia tak akan pernah mengenalkan Alin padanya.Dari awal berkenalan dengan Alin saat ospek Universitas, Magika memang tidak terlalu suka dengannya begitu juga sebaliknya, karena Alin itu anaknya caper, bukan hanya dia saja yang tidak menyukai Alin, melainkan teman-teman lainnya juga, tapi seiring berjalannya waktu mereka malah jadi satu circle. Awalnya, yang sering berbarengan itu Magika, Vanilla, dan Zea saja, tanpa diundang Alin datang mendekati, mencoba memisahkan Vanilla dan Zea darinya.Karena Magika anaknya tidak ingin ambil pusing, dia tak menghiraukan diskriminasi yang dilakukan Alin.Pada akhirnya, Alin sendiri kini merasa lebih dekat dengan Magika. Meskipun Magika tetap tak merasa Alin itu teman dekatnya. Kalo bukan karena Vanilla dan Zea, dia pun enggan dekat dengan Alin.Toxic juga pertemanan Mereka.Setelah selesai berkumpul untuk mendapatkan informasi mengenai ospek yang akan diselenggerakan minggu depan oleh anggota HIMA, teman-teman satu angkatan Magika berhamburan keluar Aula.Magika melihat Daphnie bercengkerama dengan lelaki yang membuatnya terpesona, dia berpikir mungkin mereka teman satu kelas. Tadinya dia ingin memanggil Daphnie, tapi melihat temannya itu tampak membicarakan hal yang serius dengan lelaki yang disukainya, Magika mengurungkan niatnya.Sementara Zea dan Alin telah pulang, Magika dan Vanilla mencari makan siang ke kantin, sekalian mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan besok.Vanilla yang sedang fokus mengerjakan tugas sambil menyeruput jus yang dipesannya, melihat Daphnie yang sedang memesan makanan di ujung kantin, seketika itu juga dia berteriak memanggil namanya.Daphnie yang merasa terpanggil, langsung menghampiri sumber suara yang meneriaki namanya, dia sangat senang bertemu dengan Vanilla dan Magika, meskipun baru tadi pagi bertemu dengan Magika."Kalian!! Ya ampun belum pada pulang? Masih ada kelas emangnya?" Tanya Daphnie yang kini ada di hadapan Magika dan Vanilla."Belum, kita lagi ngerjain tugas, sini Daph duduk." Kata Magika."Ya ampun Daph kamu kemana aja? Semenjak beda kelas kita jarang ketemu." Seru Vanilla."Kalo kita sih tadi pagi udah ketemu ya Gee." Tukas Daphnie pada Magika.Magika meneguk minumannya sebelum merespons ucapan Daphnie."Iya, niatnya sore ini aku mau ngajakin kamu Nill ke kosan Daphnie.""Kalian sering-sering dong maen ke kosan aku, katanya mau nginep juga tapi sampe sekarang belum terlaksana." Keluh Daphnie.Vanilla yang sedang sibuk dengan tugasnya menyahut."Aku susah izinnya sama si bude kalo nginep.""Gimana kalo sekarang kita ke kosan Daphnie sambil ngerjain tugas Nill." Seru Magika."Boleh juga tuh." Ucap Vanilla.Daphnie tersenyum lemas."Tapi sekarang aku masih ada satu kelas, kalo kalian mau duluan ke sana aku kasih kuncinya.""Sampe jam berapa Daph kamu kuliah?" Tanya Vanilla yang sibuk mengunyah makanan ringan yang dibelinya."Sampe jam tiga an, aku masuk setengah jam lagi, ini juga mau makan dulu." Jawab Daphnie.Makanan yang dipesan Daphnie sudah tiba, Magika menggeser laptopnya agar Daphnie lebih leluasa, dia teringat dengan lelaki yang membuatnya terpesona tadi pagi, sepertinya lelaki itu teman sekelas Daphnie, karena tadi di Aula dia melihat lelaki itu tampak akrab dengan Daphnie."Daph, cowok di kelas kamu ada yang ganteng..." Magika menjeda ucapannya, dia berpikir sejenak, bagaimana cara menggambarkan sosok lelaki tersebut. "Yang tadi pake jaket denim.." Sambung Magika yang tidak jelas menggambarkan seseorang yang ditanyakannya."Siapa Gee? Di kelas aku cowoknya pada ganteng, tapi biasanya yang paling sering ditanyain tuh Azzrafiq." Ucap Daphnie sambil terkekeh, lalu mengambil ponsel di dalam tas nya."Yang ini bukan cowok yang kamu maksud?" Tanya Daphnie seraya menunjukkan foto lelaki itu dari media sosial f******k.Vanilla menilik foto yang ditunjukkan Daphnie pada Magika, dia menarik ponsel Daphnie ke arahnya."Nah iya, yang itu Daph, si Alin sampe kayak kerasukan kuda lumping tadi, penasaran sama cowok itu. Emang ganteng sih anaknya." Celetuk Vanilla setelah memperhatikan fotonya."Udah gak heran sih kalo Azzrafiq, banyak yang nanyain bahkan sampe kating cewek juga." Ucap Daphnie menanggapi Vanilla.Daphnie memberitahu Magika dan Vanilla, bahwa Azzrafiq itu disukai banyak wanita, bisa dibilang dia itu idola di kalangan kaum hawa, banyak teman wanita satu angkatan yang berbeda kelas dengan Azzrafiq, bahkan kakak tingkat datang untuk mencari perhatian lelaki itu dengan memberinya hadiah-hadiah kecil. Namun tak ada satupun diantara beberapa wanita itu yang Azzrafiq tanggapi.Pantas saja radar Magika melihat lelaki tampan tidak pernah meleset padahal tadi pagi dirinya lagi buru-buru, ternyata Azzrafiq emang idaman para wanita. Mendengar hal itu, kadar ketertarikannya pada lelaki itu jadi berkurang.Rasanya malas saja harus bersaing dengan banyak wanita lainnya. Sama seperti menyukai artis tampan kesukaannya. Mustahil untuk di dekati."Kamu suka Gee?" Tanya Daphnie menggoda Magika."Si Alin yang suka." Sahut Vanilla yang mewakili jawaban Magika."Yakin nih Gee kamu gak suka? Kalo belum punya pacar, aku juga pasti bakalan suka sih sama Azzrafiq." Kata Daphnie."Jujur sih doi emang ganteng, tapi bukan selera aku, mungkin juga bukan selera Magika, tapi selera si Alin." Tukas Vanilla."Alin tukang caper?" Tanya Daphnie dengan raut wajah yang kesal, dia baru menyadari bahwa yang minta info tentang Azzrafiq itu Alin bukan Magika dan Vanilla."Caper ada tukangnya ya?" Tanya Magika sambil tertawa kecil."Ya ampun, kasian Azzrafiq disukain sama cewek jenis begitu." Cibir Daphnie."Kenapa sih perasaan semua orang pada kayak gak suka sama dia?" Tanya Vanilla heran."Banyak yang sensi juga ya sama Alin." Kata Magika."Di kelas aku gak ada satupun cewek yang suka sama dia." Ujar Daphnie seraya melototkan matanya. "Bayangin aja tuh anak emang capernya udah kelewatan. Inget kan waktu ospek Universitas? Dia yang paling so tahu segalanya, sampe semua orang dikomentarin.""Kalo aku, selama gak merugikan dan gak menyebalkan sama aku, ya gak masalah." Ucap Vanilla santai."Iya tapi kan ngeselin gitu. Males aja kalo ada dia." Pekik Daphnie seraya mengunyah makanannya. "Bilangin ke si Alin, Azzrafiq udah punya cewek, jangan ngarep." Sambung Daphnie.Magika dan Vanilla saling bertatapan ketika melihat Daphnie yang sewot membicarakan Alin."Duh udah parah berarti si Alin kalo Daphnie udah nyerocos gitu." Celetuk Vanilla."Ya begitulah dia." Ucap Magika datar dan tak ingin membahas soal Alin lagi."Kamu bilang Azzrafiq udah punya pacar itu beneran? Apa kamu kebawa kesal aja?" Tanya Vanilla memastikan, walaupun tak penting juga untuknya mengetahui hal itu.Daphnie nyengir seraya menggaruk-garukkan kepalanya. "Udah lihat aja statusnya aja bertunangan dengan Bianca Lupita, agak alay sih sebenernya, pokoknya bilangin aja gitu, biar dia gak datang dan caper ke kelas aku. Kayak anak kelas C siapa itu namanya lupa, ngejar-ngejar si Azzrafiq kayak orang kesurupan, tiap hari datang ke kelas aku, bikin risi."Mendengar status Azzrafiq yang tak lajang, semakin terkikis saja rasa sukanya, itu berarti memang sudah seharusnya Magika mengubur perasaannya itu. Lagi pula dia masih berharap akan bertemu lagi dengan Edward, meskipun kemungkinannya sangat kecil."Kira-kira kesurupan apaan tuh Daph?" Tanya Magika sambil terkekeh."Ah gak tahu deh, aneh pokoknya. Lagian kita ini cewek, masa ngejar-ngejar cowok sih kayak gak punya harga diri." Gerutu Daphnie yang resah dengan wanita-wanita yang menyukai Azzrafiq."Kan emansipasi wanita." Ucap Magika mencoba netral."Udah deh gak usah bahas mereka, keenakan banget kayak artis aja diomongin." Celetuk Vanilla."Iya bener juga, oh iya aku harus ke kelas dulu, gak kerasa udah jam segini, kita lanjut ngobrol ya nanti di kosan, kalian mau duluan ke sana?" Tukas Daphnie seraya mengeluarkan kunci kost-nya."Kita nunggu aja di sini deh Daph, gak enak kan kalo gak ada pemilik kamarnya." Sahut Magika."Iya kita nunggu di sini aja Daph, kamu kuliah aja dulu." Seru Vanilla yang setuju dengan perkataan Magika.Daphnie memasukan lagi kuncinya, lalu dia beranjak dari kursinya."Ya udah aku tinggal dulu ya, sampai ketemu nanti."Azzrafiq point of viewAzzrafiq, Yudhistira beserta keempat teman SMA nya berkunjung ke Kota Bandung untuk melihat calon kampus impian mereka, yang dimana nanti mereka akan menempuh pendidikan setelah lulus dari SMA di sana, hingga malam akhirnya tiba, mereka melanjutkan perjalanan ke sebuah Cafe yang makin malam makin ramai.Azzrafiq yang sedang kalut dengan hubungannya bersama Bianca, memutuskan untuk ikut minum bersama teman-temannya, dia melihat seorang wanita ceria yang memiliki rambut warna stroberi pirang, di meja seberangnya, nampaknya tawa dari wanita itu sedikit menarik hatinya.Setelah beberapa gelas dia meneguk minumannya, efeknya mulai terasa, Azzrafiq merasa sangat rileks dan pikiran mengenai hubungannya dengan Bianca seolah kabur begitu saja."Fiq ayo kita ke area dance floor." Ajak Yudhistira."Kita ajojing Fiq, Ayo!!" Seru teman-teman lainnya yang terlihat sangat antusias."Ya kalian duluan aja, nanti gue nyusul." Sahut Azzrafiq sembari kembali meneguk minumannya.Tib
Setelah melewati beberapa tahapan menuju perguruan tinggi, Azzrafiq akhirnya diterima di Kampus yang dia inginkan, bersama sahabatnya sejak kecil Yudhistira, mereka juga tinggal di kost-an yang sama, satu bulan sudah dirinya kuliah di Kampus kesayangannya.Azzrafiq terbangun dari tidurnya dengan keadaan sekujur tubuh yang basah oleh keringat, namun kali ini dia tidak memimpikan lagi hal buruk, mimpinya selama satu tahun terkahir ini tentang Graha, sahabatnya yang telah meninggal karena over dosis satu tahun lalu, kepergian Graha membuat Azzrafiq sangat terpukul hingga membuatnya terus dihantui rasa bersalah karena terlambat menolong sahabatnya itu.Setelah pertemuannya dengan Bella empat bulan yang lalu, mimpi buruk itu hilang dengan sendirinya, namun anehnya lagi kini dia terus memimpikan Bella, dan mimpinya terus berulang. Seperti pagi ini, dia bermimpi bertemu dengan Bella dan kali ini dia berhasil menaklukkannya, tapi wajah Bella tampak buram, sampai saat ini dia masih belum menge
Dosen yang mengajar di kelas menutup laptopnya, pertanda jam kuliah telah berakhir, Azzrafiq melihat langit yang tertutupi awan kelabu, mengisyaratkan akan hujan sore ini, dia segera memasukkan buku tulisnya ke dalam tas ranselnya.Sesekali Azzrafiq mengecek ponselnya, menunggu pesan dari Bianca yang tak kunjung datang, dia berdecak kesal lalu memasukkan lagi ponselnya ke dalam tas, dan beranjak dari tempat duduknya.Lagi-lagi Nisrina sudah menunggunya di depan kelas, melihat Nisrina yang seperti itu membuat mood Azzrafiq semakin buruk. Dia sedang tak ingin menyapa siapa pun yang berlagak so kenal padanya.Azzrafiq keluar kelas dengan wajah yang kecut, Nisrina siap menyambutnya dengan senyuman manisnya, tapi kali ini Azzrafiq sama sekali tak menanggapinya, dia melewatinya begitu saja.Ketika dipanggil pun, dia tak menyahut. Teman-teman wanita sekelasnya seolah merasa puas dengan sikap Azzrafiq yang mengabaikan Nisrina."Gak tahu malu banget sumpah, masa hampir tiap kelar mata kuliah d
Bertemu lagi dengan hari Senin, Magika terbangun dari tidurnya. Aneh, malam ini Edward tak menghampirinya di dalam mimpi, setelah berjumpa dengan Azzrafiq, Edward seakan lenyap dalam hidupnya, padahal kemarin-kemarin hampir tiap hari dia memimpikannya."Edward kemana lagi? Kenapa gak muncul terus sih? Kan kangen jadinya." Gerutu Magika seraya beranjak dari tempat tidurnya.Pagi masih tampak gelap, matahari belum memancarkan sinarnya, Magika segera bergegas ke kamar mandi, dia harus berangkat lebih awal dari biasanya, karena sekarang dia berangkat dari rumah orang tuanya yang berada di Bandung Barat, perjalanannya menuju Kampus tercinta bagaikan mencari kitab suci dari ujung ke ujung. Sampainya di daerah Bandung Timur, laju mobilnya mulai lamban, jalanan sudah dipadati oleh beberapa kendaraan, dia sudah terbiasa dengan keadaan jalanan di sini yang memang setiap harinya selalu macet, Magika tahu akan telat lag sampai ke Kampus, maka dari itu ketimbang stress di jalan, dia menambahkan v
Di kelas, Azzrafiq melihat teman-temannya masih berkerumun membicarakan topik mengenai kelompok yang telah dibagikan oleh anggota HIMA. Belum ada habisnya mereka membicarakan ospek jurusan yang akan diselenggarakan minggu depan."Ya masa cuma saya cowoknya di kelompok." Gerutu Azka yang tak terima karena teman-teman sekelompoknya perempuan semua. "Kalo gue sih seneng, berasa jadi juragan minyak." Seru Dean. "Lah itu mah kamu, masih mending kalo pada cantik semua." Tukas Azka."Ah kayak lo ganteng aja." Cibir Dean."Emang saya ganteng kok, btw pas ngumpul kemaren, ada cewek yang ok, gak nyangka aja punya temen sejurusan yang kece, anak kelas B kayaknya." Seru Azka."Magika kan? Cantik tapi jutek gitu siapa yang mau deketin?" Ucap Agung."Jutek karena belum kenal aja, gue perhatiin sih kalo sama temen-temennya, dia kelihatan asyik anaknya." Ujar Dean.Mendengar nama Magika disebut, membuat Azzrafiq tertarik dengan obrolan teman-temannya. Ternyata bukan hanya dirinya saja yang menyukai
Magika melihat Edward pergi meninggalkannya, dia terus mengejar lelaki itu, namun semakin didekati bayangan lelaki itu semakin jauh dan kabur. "Edward!!" Teriak Magika seraya terbangun dari tidurnya. Kali ini mimpinya sangat berbeda dari biasanya, setelah satu minggu lebih tak memimpikan Edward. "Giliran mimpiin dia, malah begini, apa suatu pertanda Edward gak akan pernah balik lagi ke mimpi aku?" Alarm di ponsel nya baru berbunyi, Magika segera mematikannya dan beranjak dari tempat tidurnya untuk bergegas pergi ospek jurusan. Dia memakai kemeja putih seperti saat Ospek Universitas. Sampainya depan Gedung Rektorat, keadaan kampus masih sepi, baru suara air mancur dan suara sapu lidi yang menyapu halaman yang terdengar. Zea teman sekelas Magika yang sedang duduk di trotoar, memanggil Magika dari jauh, dia melambaikan tangannya, Magika langsung menghampirinya. Zea terlihat bingung menatap temannya yang kini ada di hadapannya. "Gee, kan harusnya pake baju warna hitam bukan putih, s
Magika dan Acha berjalan keluar Gedung Fakultas, hari semakin terang, matahari sudah naik, cahayanya menyinari wajah Magika dan membuatnya silau, hingga dia menyipitkan matanya. Teman-teman seangkatannya sudah banyak yang berkumpul, tidak seperti sebelumnya yang masih bisa dihitung jari keberadaannya.Ketika melihat Magika mendekat, teman -teman kelompoknya terpana melihat tampilan baru dirinya, jangankan teman lelaki, teman wanitanya pun memuji penampilan Magika yang semakin elegan. Azzrafiq dan Maulana tak lepas memandangi wanita yang sudah tidak lagi salah kostum itu."Stunning Gee, mau pake baju apa pun juga, emang udah bakatnya kamu keren." Puji Maulana."Gila Gee, padahal kita tiap hari ketemu tapi aku baru sadar, kamu Ok juga." Timpal Endy teman sekelasnya Magika.Magika merasa tidak terlalu nyaman karena pujian yang berlebihan dari teman-temannya, dia menyunggingkan senyum paksa yang tampak dari raut wajahnya."Jadi gak kelihatan itu baju cowok." Ujar Azzrafiq."Oh ya? Bagus g
Suara lagu We Are Young dari Fun berkumandang di dalam Aula, menyambut kedatangan Mahasiswa angkatan 2012, terlihat beberapa tulisan sambutan di atas stage, meja beserta kursi untuk peserta ospek sudah berjajar rapi.Randy sebagai MC, terlihat sudah berada di atas stage dan bersiap untuk memandu jalannya acara pembukaan ospek pagi ini. Randy memberi arahan pada peserta ospek untuk duduk, di mulai dari kelompok satu, yang mengisi jajaran kursi paling depan, dan kursi kedua diisi oleh kelompok dua, begitu seterusnya.Azzrafiq yang menyadari keberadaan Alin tampak risi, Alin bahkan duduk di sampingnya, padahal tadi dia sudah bersikap sinis tapi tetap saja Alin kukuh untuk berdekatan dengannya.Azzrafiq mencari Magika dan tak menganggap Alin yang ada di sampingnya, akhirnya dia menemukan keberadaan Magika yang terlahalang oleh teman-teman kelompoknya."Gee sini, masih ada bangku kosong." Panggil Azzrafiq seraya melambaikan tangannya."Kosong gimana?" Tanya Alin heran, karena dirinya sudah
Pagi telah tiba, langit yang semula gelap perlahan mulai kembali terang, terdengar suara burung yang berkicau.Azzrafiq membuka matanya dan terbangun dengan wajah yang tersenyum, semalam dia berhasil melakukan hal yang diinginkannya bersama Magika di dalam mimpi, meskipun hanya di dunia mimpi, cukup membuatnya bahagia.Dan berharap suatu hari nanti mimpinya jadi kenyataan, Azzrafiq beranjak dari tempat tidurnya, dilihatnya Oma Ida sudah cantik dan bersiap untuk yoga di pinggir kolam renang."Oma mau yoga aja cantik banget kayak mau ke undangan." Kata Azzrafiq."Apapun acaranya Oma harus terlihat cantik dong, biar gak malu-maluin cucu Oma.""Asraf terima Oma apa adanya kok." Ucap Azzrafiq seraya memeluk Oma Ida."Ucapanmu mirip sekali dengan mendiang Opa." Tukas Oma seraya mengusap-ngusap pipi Azzrafiq. "Oma harus pergi sekarang, kamu kalo mau sarapan tinggal ke bawah aja, jangan lupa ajak Magika.""Iya Oma, hati-hati jalannya." Sahut Azzrafiq.Magika yang masih tertidur, mencoba tak m
Reflek Magika membuka matanya kembali dan mendorong tubuh Azzrafiq lalu segera membalikkan badannya, Azzrafiq yang terpental akibat dorongan Magika, segera beranjak dari tempat tidur dan melangkah untuk membukakan pintu.Azzrafiq melihat door viewer untuk mengetahui siapa yang mengetuk pintu? Menganggu saja, lagi-lagi dia gagal mencium Magika, tampak para Oma berdiri di depan pintu, dia segera membukanya."Hallo Oma-oma." Sapa Azzrafiq.Oma-oma melangkah masuk kamar, dan seketika terkejut melihat tempat tidur yang berantakan, bantal berserakan di lantai, selimut yang sudah terbuka tak karuan, dan sprei tempat tidur yang sangat kusut."Ya ampun kalian ngapain aja sampai berantakan isi kamar?" Omel Oma Neswari."Kita lagi perang bantal Oma." Jelas Magika."Kalian kan sudah besar, bukan anak kecil lagi, ngapain maen perang-perangan?" Tanya Oma Ida heran sembari menggelengkan kepala menatap cucunya.Azzrafiq hanya nyengir melihat Oma Ida melototinya."Abisnya kita bosan, nunggu Oma lama b
Selesai makan malam di balkon, Magika dan Azzrafiq kembali ke dalam kamar, Magika mendapati film yang ingin dia tonton malam ini Friends with Benefits sudah mulai, dia segera naik ke atas tempat tidur untuk menontonnya.Azzrafiq mengikuti Magika naik ke atas tempat tidur, dia duduk di sampingnya l yang tengah bersandar pada bantal."Nonton film apa nih Gee?" Tanya Azzrafiq."Friends with Benefits, seru kayaknya, kamu udah nonton belum?"Azzrafiq mengubah posisinya agar lebih nyaman."Belum, film romantis?""Udah pasti film romantis, mau nonton film lain?" Tanya Magika memberikan opsi.Azzrafiq menggelengkan kepalanya."Gak, nonton ini aja, aku pengen tahu friends with benefits tuh kayak apa?""Kalo kamu pernah nonton film No Strings Attached pasti tahu deh jalan ceritanya.""Aku juga belum nonton yang itu."Magika menoleh pada Azzrafiq. "Pemainnya pasangan asli Mila Kunis yang main film ini, ya emang sih agak garing ceritanya, cowok gak akan suka film romantis, padahal filmnya..""Kenap
Sampainya di kolam renang, Magika melihat Oma dan teman-temannya duduk santai di lounger pinggir kolam, mereka berdua menghampirinya dan menyapanya.Magika mendekati Omanya yang tengah bersantai, "Oma mau berenang?""Engga Oma takut rematik, Oma cuma mau rebahan aja." Jawab Oma Neswari sambil menyeruput jeruk panasnya."Kan masih sore Oma." Kata Magika."Tetep aja airnya dingin.""Air panas, ya ampun Oma." Timpal Magika ketika melihat sayup asap keluar dari air kolam."Oma lagi mager." Celetuk Oma Neswari."Ada jacuzzi Oma, siapa tahu mau relaksasi." Seru Azzrafiq."Kalian aja yang main air, kami gak mau basah-basahan." Jawab Oma Ida."Yaudah Asraf pinjem cardlock nya, mau masuk kamar tadi gak bisa, Asraf mau ganti baju." Pinta Azzrafiq pada Oma Ida."Bareng aja, Oma juga mau mandi dulu, yuk kita ke kamar." Ajak Oma Ida seraya beranjak dari lounger, Azzrafiq membantunya berdiri.Azzrafiq dan Magika beserta para Oma kembali ke kamar, kaki Magika terasa sangat pegal karena sudah naik da
Setelah berbincang dengan Oma mengenai isi hatinya, Azzrafiq kembali memainkan gamesnya, di tengah permainan yang seru dia mendengar ponselnya berbunyi, tampak Magika telah membalas pesannya. Seketika dia langsung berhenti memainkan gamesnya.Magika Keandra AdribrataIya Azz? \( ˆ▽ˆ )/Azzrafiq AlfathanendraMain yuk bosen di kamar terusMagika Keandra AdribrataIde bagus, aku malahan ketiduranAyo kita nikmati fasilitas HotelAzzrafiq AlfathanendraOk, sekarang aku ke kamar kamu yaMagika Keandra AdribrataTunggu duluTanpa menunggu waktu lama dia langsung bergegas keluar kamar untuk menemui wanita itu, sebelum pergi dia berpamitan pada Oma Ida yang tengah menikmati pemandangan di balkon."Oma, Asraf tinggal keluar dulu ya, Asraf mau ajak Magika keliling hotel." Azzrafiq meminta izin."Iya, selamat bersenang-senang anak muda."Membaca pesan dari Azzrafiq yang akan menghampiri kamarnya, Magika segera beranjak dari tempat tidurnya, dia berlari ke kamar mandi untuk cuci muka, dan touch u
Azzrafiq mencium parfum aroma baby powder seperti wangi ciri khas Magika di sekitarnya, dia penasaran apakah mungkin wanita itu ada di sini? Atau mungkin ada orang lain juga yang memakai aroma parfum yang sama?Dia menoleh ke kiri dan ke kanan mencari tahu siapa yang menggunakan parfum aroma baby powder ini, karena masih penasaran dia menolehkan kepalanya ke belakang.Magika terbelalak tak menyangka bisa bertemu dengan Azzrafiq, dari sekian banyak tempat di Bandung mereka bertemu di sini. Benar dugaannya tadi, hanya saja masih ragu untuk menyapa Azzrafiq."Azzrafiq?" Sapa Magika akhirnya."Magika?" Ucap Azzrafiq dengan riang."Kebetulan kita ketemu di sini." Magika berseru antusias."Atau emang takdir?"Magika tertawa."Berat banget gitu ya kesannya kalo disebut takdir.""Ya terima aja lah ya, kalo kita tuh emang ditakdirkan selalu bersama." Ucap Azzrafiq seraya mengambil makanan yang tersaji di meja stand. "Pantas aja aku kenal aroma wangi parfum kamu, benar aja ada orangnya.""Yang pa
Matahari sore menyinari kamar Azzrafiq, cahayanya menembus jendela, udara Bandung hari ini terasa sangat panas tidak seperti biasanya, padahal sekarang sudah musim penghujan namun panasnya tak tertahankan.Azzrafiq menutup gorden kamarnya dan berniat menyalakan AC, dia mencari remot AC di laci meja belajarnya, di dalamnya dia melihat charm bracelet milik Bella yang beberapa bulan lalu dia ambil.Benda itu selalu Azzrafiq bawa kemana pun dirinya pergi, dia mengambil charm bracelet itu dari dalam laci, dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil menilik bandul-bandul dari gelang itu yang bertemakan world traveller, ada yang berbentuk menara eiffel, kompas, pesawat dan lainnya."Masa benda ini bakalan gue simpen selamanya?" Kata Azzrafiq berbicara sendiri.Dia membaca tulisan kecil yang ada di charm gelang itu, ketika melihat charm berbentuk paspor tertulis sebuah nama berukuran sangat kecil di belakangnya. Dia mengernyitkan matanya ketika membaca tulisan kecil itu."Magika?" Gum
Magika masuk ke dalam kamar seraya membanting tasnya ke atas tempat tidur, dia terduduk di samping tempat tidurnya, dia masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya, Randy yang baru saja mulai dia cintai setega itu menghancurkan hatinya.Magika merasa sangat bodoh, mengingat dirinya sedari pagi terus menerus mengabari Randy yang tak membalasnya sama sekali, bisa-bisanya dia mempermalukan dirinya sendiri seperti itu.Kini air matanya terjatuh lagi membasahi kedua pipinya, terpikir olehnya selama ini Randy bersikap manis padanya hanya untuk menyakitinya, mengingat ciuman kemarin malam yang dilakukannya bersama Randy membuat Magika semakin sedih dan terluka.Bagaimana bisa ciuman yang menurut Magika sangat istimewa hanya menjadi sebatas pelarian semata bagi Randy?"Kenapa aku memilih Kak Randy? Kenapa aku memilih hati yang salah?" Sesal Magika dalam tangisannya.Malam minggu yang kelabu.***Hari senin kembali menyapa, pagi-pagi Magika bangun saatnya bersiap untuk kuliah, rasanya kepala
Malam ini acara ngopi bareng Hukum Ekonomi akan di laksanakan, Magika tengah bersiap-siap, namun dia merasa aneh, sejak pagi Randy masih belum mengabarinya, pesan darinya tak ada balasan, bahkan dia sudah menelpon berkali-kali namun tetap tak ada jawaban, dia tahu Randy panitia dari acara itu, tapi apakah sampai sesibuk itu? Sampai tak mengabarinya sama sekali.Magika melihat bayangannya di cermin, malam ini dia tampil sangat out, terlihat sangat elegant namun masih tampak natural, sudah berkali-kali, dia berganti warna lipstik agar lebih pas untuk datang ke acara kampus."Apa gak berlebihan ya? Udah kayak mau dugem aja terlalu terang gini" Gumam Magika lalu menghapus lagi lipstik yang telah diaplikasikannya.Magika mengecek ponselnya dan melihat waktu telah menunjukkan pukul 17.00, dan pesan yang dia tunggu masih belum kunjung datang, hatinya mulai resah dan merasa sedikit kesal."Kak Randy kemana sih? Aneh banget gak biasanya dia ngilang, ternyata gini ya rasanya nunggu kabar dari o