Niko acuh tak acuh, membiarkan pria brengsek itu mengurus istrinya. Sudah sejak awal dia memperingatkan kakaknya, agar mau mendengarkan pendapatnya. Dan kini, kakaknya harus menerima juga resiko menerima pinangan pria yang tak tahu asal usulnya yang tak jelas seperti ini.Niko berlalu dan masuk ke kamarnya. Sementara Bram membopong tubuh istrinya turun dari tangga dan segera masuk ke dalam mobil. Tentu Bram akan membawa istrinya masuk ke rumah sakit lagi dan lagi. Tinggal menunggu waktu untuk melihat hasil kerja obat pemberian Bram selama ini. Sengaja Niko tak perduli, dia ingin kakaknya membuka matanya lebar-lebar melihat kebusukan hati suami dan keluarganya dalam rumah milik kakaknya itu. Tapi kakaknya selama ini seakan dibutakan oleh cinta palsu dari Bram. Sedang ibu mertua dan ipar kakaknya itu menikmati hidup tanpa beban menjadi benalu dalam rumah tangga Bram.Bram dengan tergesa-gesa menggendong tubuh nyonya Greta ke dalam mobil. Dia terus berteriak pada adik dan ibunya agar me
Mobil mewah milik ibu Victoria memasuki halaman rumah yang sangat besar. Kira-kira lebih dari lima puluh meter perjalanan hingga masuk ke pelataran rumah. Hani terkesima, sepertinya rumah ibu Victoria lebih besar dari rumah nyonya Greta. Halamannya saja saja sangat besar, apa lagi rumahnya begitu megah berdiri. Dengan pilar yang menjulang tinggi, sudah seperti rumah kerajaan Italia yang dilihat Hani di buku Sejarah dahulu sewaktu masih sekolah dasar."Tolong bangunkan ibu," pinta sang supir pada Hani, terdengar sopan.Syukurlah ternyata tampang serem supir ibu Victoria, dia memiliki sikap yang sopan bila berbicara. Membuat hati Hani merasa lega, ada terbesit rasa bersalah pada dirinya. Sudah berpikiran buruk pada pria tadi."Bangun bu," ucap Hani pelan, sambil menggoyangkan tubuh Ibu Victoria.Hani khawatir jika akan membuat ibu Victoria tak suka diganggu.Sedang ibu Victoria mengerjapkan matanya berulang kali. Sepertinya dia sangat kelelahan, hingga tertidur dalam mobil. Menurut ceri
Hani tak bisa memejamkan matanya lagi. Sejak tadi dia tak merasa nyaman, meski ranjang yang dia gunakan sangatlah empuk. Sejak tadi dia hanya tidur dengan berganti banyak posisi. Hingga pukul 03.00, Hani masih saja belum bisa tertidur. Pikirannya terus saja melayang, merasa ada sesuatu yang kurang.Sayang tadi pagi, ponselnya diambil oleh Nita."Kamu tak berhak menggunakan ponsel. Kembalikan pada pemiliknya, mas Niko," ucap Nita dengan angkuh sambil merampas ponsel Hani.Hatinya terus merasa tak tenang. Kembali dia mengingat kediaman mewah milih nyonya Greta. Pasti kini mereka telah bahagia dengan kehidupan mereka tanpa diganggu oleh orang-orang lain. Lalu bagaimana jika bukti rekaman itu sudah dihapus, apakah nyonya Greta memaafkan suaminya, entahlah. Apa nyonya Greta mempercayai tuan Niko. Hani menggelengkan kepalanya. Tak tahu lagi apa yang harus dia pikirkan.Ingin menghubungi tuan Niko, tapi sayang Hani tak menghafal nomor ponselnya. Semakin Hani memikirkannya, semakin sakit kepal
"Tidak bu, saya sangat senang di tempat ini. Terima kasih sudah memberi kesempatan pada saya bekerja di sini."Hani sangat bersyukur ibu Victoria sangat baik padanya."Sudah sore, saya akan kembali pulang Hani. Kamu akan tinggal di kamar ruang atas khusus karyawan," ucap ibu Victoria.Sambil melihat jarum jam di pergelangan tangannya.Hani mengangguk sambil menundukkan kepalanya. "Terima kasih, bu.""Hani, kamu bisa kan mengurus semuanya?"Tanya ibu Victoria, yang mempercayakan Hani untuk posisi yang kosong di butiknya.Sebab bukan tak mungkin, ibu Victoria menginginkan kebaikkan untuk butiknya."Tenang saja bu, saya akan mengurus semuanya, ibu tak usah khawatir," jawab Hani sambil tersenyum."Baiklah, jangan lupa tutup butiknya tepat waktu.""Baik bu."Sedetik kemudian ibu Victoria pun berlalu meninggalkan butik."Ayo Hani kita selesaikan pekerjaan kita."Ajak Ratih meminta Hani dan seluruh karyawan bertanggung jawab dalam pekerjaaanya masing-masing.Mereka lalu mengerjakan semua
Ibu Victoria menatap wajah Hani. Membuat hati Hani semakin khawatir. Mungkin saja dia sudah melakukan kesalahan yang membuat mata semua orang tertuju kepadanya.Banyak sekali pengunjung di sini menambah kegugupan Hani."Hani kemarilah, dan ikuti aku," ucap ibu Victoria dengan serius.Hani mengikuti langkah ibu Victoria menuju ke ruangan miliknya.Para pengunjung tadi semakin riuh, meminta apa yang mereka inginkan. Ibu Victoria malah membiarkan mereka terus berdiri di sana.Setelah ibu Victoria duduk di meja kerja miliknya, dia kembali menatap Hani."Hani, jelaskan padaku. Siapa yang membuat gaun peach di luar itu."Hani menundukkan kepalanya, tangannya meremas rok panjang miliknya. Berpikir dia harus menguatkan hatinya menerima kemarahan ibu Victoria. "Maafkan saya ibu," ucap Hani pelan.Hani merasa bodoh sekali. Kenapa dia tak meminta ijin dahulu, untuk berbuat sesuatu di butik ini. Andai dia meminta ijin terlebih dahulu, nyatanya dia terlalu bersemangat, mengira bahan-bahan sisa i
"Bagaimana kalau kamu mulai bekerja mulai sekarang Hani, maksudku jangan membuang waktu hanya untuk satu menit saja."Ucap Ibu Victoria, setelah makan siang mereka selesai.Sepertinya dia menginginkan Hani melakukan pekerjaannya dengan cepat. Tadi sebelum gaun itu laku terjual, ibu Victoria sempat melihat detail kain dan jahitan tangan Hani yang begitu sangat rapi. Jadi saat ini dia menginginkan Hani membuatnya menjadi lebih bagus lagi mengejar waktu."Baiklah bu, akan saya kerjakan."Hani mulai mengambil pensil dan menggambar pola, mencocokkan kain-kain yang akan digunakan olehnya. Sementara para karyawan lainnya mulai kembali ke tempat mereka semula. Sesekali Hani memanggil mereka untuk membantunya.Pekerjaan yang tak mudah bagi Hani. Sebuah tantangan yang membuat dia berkarya dengan bakat yang dia miliki. Seharusnya pekerjaan ini menyenangkan, akan tetapi Hani dihantui rasa khawatir, bagaimana jika gaun buatannya akan mengecewakan para pelanggannya dan terutama ibi Victoria.Seharu
Pekerjaan Hani mulai sibuk. Para karyawan butik juga ikut membantu. Hani membuat pola dan teman-temannya menggunting kain seperti yang diinginkan oleh Hani. Dan yang lainnya memasangakan payet dan mutiara menambah kesan mewah di gaun yang dirancang oleh Hani. Sebisa mungkin gaun pesanan para pelanggan bisa diselesaikan tepat waktu.Kepuasan para pelanggan menjadi prioritas utama Hani. Detail jahitan yang rapi, buat kesan elegan terlihat jelas. "Apa? Sudah selesai?"Tanya ibu Victoria tak percaya.Hanya dua belas hari proses penjahitan yang dilakukan oleh Hani sudah selesai. Jumlahnya ada dua puluh lima gaun, persis seperti apa yang diminta oleh para pelanggannya.Hani hanya terdiam di tempatnya, saat semua rekan kerjanya memuji hasil pekerjaannya. Hani sudah melakukan yang terbaik, karyanya memang patut dipuji."Kamu hebat sekali Hani, aku tak menyangka akan secepat ini selesainya."Ujar ibu Victoria, tak berhenti mengagumi karya Hani. Gaun-gaun yang sangat indah simple tapi kelihat
Gaun yang sangat indah dalam benak Hani. Lengan dan dadanya agak sedikit terbuka, tapi bagian yang terbuka ditutupi kristal-kristal putih. Hingga aksen mewahnya masih bisa ditonjolkan. Bagian bawahnya bergaya mermaid, dengan ekornya menjuntai ke belakang, payet dan mutiaranya di buat motif kupu-kupu menambah kesan mewah di gaun yang dia biat siang dan malam tanpa istirahat. Kadang-kadang hingga lupa makan.Kini gaun itu telah sobek di bagian bawahannya yang berbentuk mermaid. Hani mendekati gaun buatannya, yang baru saja malam tadi diselesaikan olehnya. Dengan tangan gemetar dia memeriksa gaun hasil karyanya. Tak sadar air matanya menetes di pipi.Ada rasa sesak di dada. Bagaimana bisa gaunnya semalam baik-baik saja. Sudah dijahit sempurna, tinggal Monika datang untuk mencobanya. Pagi ini Hani harus menelan pil pahit. Rusak sudah gaun buatannya. Siapa pelakunya, kenapa dia begitu tega melakukan ini pada Hani."Tante, bagaimana ini. Gaun ini akan aku pakai tiga hari lagi. Haruskah aku m