"Apa kau akan membiarkanku berdiri membeku di sini?" Ariel berharap Aisyah menyuruhnya masuk ke dalam.
"Silahkan kalau mau masuk, lagi pula ini memang apartemenmu. Tapi, aku mau pergi dari sini," ujar Aisyah.
"Kau tidak serius kan?" Ariel mencekal tangan Aisyah. Ia tidak ingin perempuan itu pergi meninggalkannya. Ia memang bodoh telah membungkam bibir Marini dengan bibirnya. Saat itu ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan Marini agar tidak nyerocos terus. Bisa-bisa rahasianya selama ini terbongkar.
"Maaf, sepertinya tak ada yang perlu di perdebatkan lagi."
"Aku berdoa semoga kalian segera menikah, sehingga bukan orang lain yang jadi sasaran pertengkaran kalian," kata Aisyah berjalan tergesa-gesa meninggalkan Ariel di depan pintu kamar apartemennya.
Menyadari Aisyah sudah pergi menarik kopernya keluar. Ariel berpikir apakah dirinya memang sudah bersikap keterlaluan? Sampai Aisyah tidak mau memaafkannya.
Ia terlalu bodoh untuk memaham
Ponsel Aisyah tidak berhenti berdering. Dengan malas Aisyah mengambilnya. Nama Ariel tertera di sana, ia hanya mengambil nafas kasar lalu kembali meletakkannya. Ia bingung harus mengangkat telepon itu atau tidak. Tapi, Aisyah juga butuh ketenangan.Ia memang tidak pulang kampung, tapi tinggal di sebuah hotel yang tidak di ketahui Ariel. Mana mungkin Aisyah berani pulang kampung. Bukankah tidak lama ia baru pulang kemarin. Apa kata ibunya? Pasti ibunya akan cemas jika mengetahui putrinya pulang lagi. Membayangkannya Aisyah bertambah pusing.Bekerja sebagai make up artis sebenarnya upahnya lumayan tinggi. Aisyah bisa membantu ibunya dan juga menabung. Namun tingkah bosnya yang mudah berubah moodnya membuat Aisyah sering kelimpungan.Apalagi kejadian lamaran kemarin. Rasanya seperti mimpi, dan Aisyah berusaha untuk melupakannya. Ia tidak ingin kege-eran seolah Ariel mencintainya. Aisyah cukup tahu diri. Ciuman Ariel terhadap Marini membuktikan yang sebe
"Katakan, jika semua yang kudengar dari Marini tidaklah benar."Pertanyaan yang di lontarkan Ariel membebani Ariel. Ia khawatir Aisyah akan membencinya. Gravitasi bumi seakan berhenti, hal yang paling di takutkan Ariel terjadi juga."Aisyah, biar aku jelaskan," kata Ariel mencoba menenangkan Aisyah. Wajah Aisyah sudah merah padam, matanya sembab seperti habis menangis."Jawab!""Semua itu bohong, kan?" tanya Aisyah dengan nafas memburu."Dengar, jangan berpikiran buruk dulu ... aku tidak sengaja melakukannya," jawab Ariel."PLAK!"Ariel meringis kesakitan memegang pipinya. Aisyah menamparnya dengan keras."Mengambil kehormatan seorang gadis, kau katakan tidak sengaja!" seru Aisyah.Ariel menunduk diam, ia pasrah mendapatkan makian dari Aisyah. Karena ia akui jika dirinya adalah pria paling brengsek sedunia. Aisyah pantas meluapkan segala amarahnya."Aku pikir, yang di dalam Marini," ucap Ariel li
Di situasi yang tengah rumit, Aisyah di datangi Gilang. Wajah lelaki itu cerah tidak seperti biasanya. Ia datang membawa buket mawar putih menunggu Aisyah di depan apartemennya.Gilang memberanikan diri untuk meneruskan niatnya pada Aisyah. Terlihat wajah gadis itu tidak bisa menyembunyikan kebingungannya.Tangannya menggantung waktu akan mengetuk pintu apartemen Aisyah.Seorang cleaning servis lewat melihat Gilang menunggu untuk di bukakan pintu."Maaf, cari siapa Mas?" tanyanya.Gilang mengulas senyumnya. "Aisyah," jawabnya."Oh, Non Aisyah. Dia sedang tidak ada, kemarin aku lihat keluar buru-buru dengan wajah agak sedih, gitu," ungkap cleaning servisnya.Dahi Gilang mengkerut mendengar penjelasan cleaning servis. Ia penasaran apa yang terjadi dengan Aisyah sebenarnya. Kenapa gadis itu bersedih. Gilang mengambil ponsel di sakunya. Nama Aisyah ia ketik, lalu tombol hijau di usapnya.Di tempat lain, Aisyah
Keadaan begitu hening dan sepi, setelah keduanya sampai di depan sebuah hotel."Kenapa kau tidak pulang ke apartemenmu?" tanya Gilang membuka suara.Aisyah menggeleng. Ia tidak mungkin pulang ke apartemen itu karena Ariel pasti akan sering datang kesana untuk mencarinya. Sementara Aisyah enggan untuk bertemu dengan Ariel. Berita di media berlangsung begitu cepat. Sejak Ariel resmi melamarnya, tak henti-hentinya akun gosip membahas hubungannya dengan Ariel. Ada yang suka dan ada yang tidak suka. Kehidupan artis dari hal sedetail apapun pasti menjadi sorotan.Lepas dari semua itu, Aisyah ingin hidup normal tanpa adanya gangguan. Ia sudah cukup pusing memikirkan hubungannya dengan Ariel. Luka hatinya belum sembuh benar, tak ingin ia menambahkannya lagi.Gilang menunjukkan senyum hangatnya, menatap ke arah Aisyah. Gadis itu menunduk menghindari tatapan Gilang. Terus terang hatinya belum siap menerima pria lain dalam hidupnya. Ia ingin menyelesaikan masalahnya
"Ma ... maaf, Bos," kata lelaki setengah wanita itu merasa bersalah."Perbaiki sekarang, atau kau ku pecat!" ancam Ariel."Ba ... baik, Bos," jawabnya gemetaran."Lakukan yang benar!" sentak Ariel lagi.Ariel kesal karena Mandy karyawan barunya itu tidak sesuai dengan ekspektasi nya. Ia pikir hanya urusan rias saja, semua orang salon pasti bisa melakukannya. Nyatanya, ia hanya sreg dengan riasan Aisyah. Apa-apa harus sama persis dengan cara kerja Aisyah. Mungkinkah Ariel memang sudah terobsesi dengan Aisyah.Dimana-mana bayangan wanita itu selalu mengikutinya. Bahkan di alam pikirannya sudah penuh untuk memikirkan Aisyah. Hubungannya yang kurang baik dengan Aisyah merusak moodnya dalam berakting."Cut!""Cut!""Apa-apaan ini, Ariel. Kau artis papan atas. Baru saja kemarin dapat penghargaan, tapi kenapa aktingmu hari ini buruk sekali," keluh sang sutradara."Aku lelah," jawab Ariel pendek. Ia ngeloyor pergi lalu dud
"Loh, kamu kok pulang lagi?" tanya Bu Marni mendapati putrinya sudah berdiri di depan pintu."Kok, ibu sepertinya tidak senang aku pulang," ujar Aisyah cemberut."Bukan begitu, hanya saja ibu pikir kamu sangat sibuk dengan pekerjaanmu, jadi tidak bisa sering pulang," kata Bu Marni."Ya, sudah masuk yuk. Kebetulan tadi ibu buat nasi gudangan kesukaanmu," ucap Bu Marni.Wajah Aisyah tampak sedikit lesu, ia membawa koper pakaiannya masuk ke dalam kamar. Bu Marni melihat ada yang tidak beres dengan putrinya. Namun, ia tidak ingin terburu-buru untuk bertanya. Karena kelihatannya Aisyah masih lelah.Selesai membersihkan tubuhnya, Aisyah menuju meja makan mendekati Bu Marni yang tengah sibuk menata makanan di atas piring sajiannya."Loh, kok ibu masak banyak hari ini?" tanya Aisyah."Iya, hari ini nanti ada tamu. Katanya sih, kangen ibu. Makanya datang kesini," tutur Bu Marni."Kangen ibu?" Dahi Aisyah mengernyit heran men
"Maaf, Bu. Aisyah masih lelah, belum berpikir ke arah sana," tutur Aisyah. "Aisy, pamit istirahat di kamar Bu," ucap Aisyah. Bu Marni sedikit bingung melihat sikap Aisyah yang tidak seperti biasanya. Hampir saja ia mencegah Aisyah, namun Gilang memberi isyarat berupa gelengan. "Sudah, Bu. Tidak apa-apa. Saya akan menunggu," kata Gilang selepas Aisyah pergi ke kamarnya. Sepeninggal Gilang, Aisyah mengurung diri di kamar. Kata-kata Gilang masih terngiang-ngiang di telinganya. Aisyah mengambil nafas berat, ia melamun matanya nanar menatap langit-langit. Persoalan dirinya dan Ariel belum kelar mengapa ada masalah baru lagi. Aisyah tidak bisa melupakan wajah ibunya yang terlihat begitu bahagia ketika Gilang melamarnya. "Jika ditanya, aku ingin membahagiakan ibu. Tapi, sebelum kebahagiaan itu datang kau sudah menghancurkannya." Aisyah berbicara sendiri, ia merasa tidak punya pilihan. Ariel sudah merusak semua masa depannya. Ia juga tidak tahu sekarang perasaan dan hatinya untuk siap
Kepergian Aisyah membuat Ariel merasa kesepian luar biasa. Tak ada lagi wajah polos yang menghiasi hari-harinya. Aisyah adalah satu-satunya wanita yang berhasil membuat hari-hari Ariel terasa berwarna.Tak ada cara lain lagi, Ariel nekat mengendarai mobil sportnya menuju ke rumah Aisyah. Semua jadwal syuting ia cancel demi menemui Aisyah. Entah sejak kapan dirinya bisa segila itu. Meninggalkan pekerjaannya hanya demi seorang wanita.Panggilan telepon berulang kali di reject Aisyah. Ariel bertambah gelisah, ia tidak menyangka jika Aisyah semarah itu. Ia semakin mempercepat kemudi setirnya, tak sabar rasanya agar cepat bertemu dengan pujaan hatinya.Bu Marni yang tengah membereskan meja tamu, terkejut dengan suara mobil menderu masuk ke pekarangannya. Ia melongok keluar, mobil itu tak asing baginya. Tidak seperti biasanya Bu Marni mengacuhkan tamu yang datang. Ia lebih memilih masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya.Ariel kaget melihat pintu rumah Bu Marni di tutup waktu dia datang.
Marni mengajak Aisyah masuk ke dalam rumahnya. Ia tidak menyangka setelah sekian lama, Aisyah akhirnya pulang ke kampung menjenguknya. "Kebetulan, ibu masak tadi. Syukurlah kamu pulang, Nak. Ibu kangen padamu," tutur Marni. Aisyah masuk ke kamar mandi sebentar untuk membersihkan diri. Tak lama kemudian dia keluar sudah dalam keadaan segar. Aisyah duduk di kursi menunggui ibunya yang tengah sibuk membuatkan minuman hangat untuknya. "Minumlah dulu, karena bisa menghilangkan rasa letihmu." Marni menyodorkan secangkir teh hangat. "Hemm, teh buatan ibu selalu yang terbaik," puji Aisyah. Mereka berdua lalu makan bersama, hanya lauk sederhana tapi bagi Aisyah sudah membuatnya merasa nyaman. Karena baginya, masakan ibunya mengandung cinta dan kasih sayang. "Bu, ikan asin sama sambalnya enak," kata Aisyah. "Tadi, ibu hanya buat ini. Lah, makan sendirian terkadang tidak semangat Nduk," tutur Marni. Mendengar pernyataan ibunya Aisyah menjadi kasihan. Selama ini ibunya tinggal sendirian da
"Bukan tempat tongkrongan, tapi tempat makan," balas Aisyah sembari tersenyum. "Nanti gak laku dong jualanku, kalau buat nongkrong saja," imbuh Aisyah. "Duh Aisyah, tenang saja nanti teman-teman kantorku aku ajak makan di sini. Biar makin terkenal restoranmu," kata Daniel. "Makasih, ya. Aku seneng deh punya kakak seperti kamu," kata Aisyah. "Hemm, kakak ya." Daniel garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal, ternyata Aisyah hanya menganggapnya seperti kakaknya. Padahal ia sudah berharap lebih dari Aisyah. Setelah cerai dari Ariel, Daniel berharap menjadi pengganti suaminya. Daniel sudah merasa cocok dengan karakter Aisyah. Baginya Aisyah adalah wanita pujaan nya. ** Keluarga Devon tengah berkumpul dan bercerita, termasuk Mariska di sana. Setelah adanya Aisyah di rumah mereka, Mariska lebih semangat. Ia merasa punya anak perempuan. Aisyah yang ramah dan suka tersenyum membuat Mariska menyayanginya. Ia berharap Aisyah menikah dengan Daniel, putra kandungnya Mariska. Aisyah datang dar
"Belikan aku baju baru, semua bajuku sudah tidak muat kupakai," keluh Marini.Ariel hanya meletakkan kartu atmnya di meja. Ia malas banyak bicara melayani permintaan Marini yang ini itu. Ia merasa Marini memang sengaja menjadikan kehamilannya sebagai alat untuk meminta banyak hal padanya."Kok hanya kartu, aku kan juga ingin di temenin beli bajunya. Biar kamu bisa milihin yang sesuai seleramu, Mas," bujuk Marini.Ariel yang hendak pergi berangkat ke lokasi syuting menghentikan langkahnya sejenak, ia lalu berbalik menghadap ke arah Marini."Dengar ya, pernikahan ini terjadi agar anak ini memiliki status di mata hukum. Jadi, kau jangan menganggap pernikahan ini seperti orang-orang lainnya yang bisa berumah tangga dengan bahagia.""Karena akal licikmu, kau memisahkan ku dari Aisyah. Kau mungkin memiliki tubuhku tapi tidak dengan hatiku," tandas Ariel.Setelah mengatakan hal itu, ia pun berlalu pergi meninggalkan Marini yang masih terbengong-bengong. Wanita itu tidak percaya Ariel tega me
Aisyah pergi menjauh dari Ariel untuk selamanya. Ia tidak lagi ada kabar beritanya, seperti hilang tertelan bumi. Dan Ariel kelimpungan mencari Aisyah kemanapun tapi tidak juga di temukannya. Semenjak kejadian itu, Marini makin gencar-gencarnya mendekati Ariel. Perutnya makin membesar, dan rasanya tidak ada alasan lagi bagi Ariel selain mempertanggung jawabkan perbuatannya.Kini Marini boleh bangga karena Ariel mempersuntingnya, meski semua itu di lakukan Ariel dengan rasa terpaksa. Di hati Ariel hanya ada Aisyah saja yang bertahta.Pernikahan mereka di gelar secara sederhana, karena Ariel sejak awal memang tidak menginginkan pernikahan itu berlangsung. Ia membuat kesepakatan pada Marini kalau bayi itu sudah lahir maka mereka akan bercerai. Pernikahan itu di buat untuk status anaknya yang akan lahir kelak. Kasihan kalau tidak memiliki status kejelasan."Mas, aku pingin makan rujak. Beliin dong," pinta Marini."Kamu kan bisa menyuruh pelayan. Aku m
"Tolong, jangan pergi!" seru Ariel. Bersamaan itu pula, hujan mengguyur bumi. Hujan begitu deras, membuat baju Aisyah basah kuyup seketika.Ariel berlari berniat melindungi Aisyah dari hujan dengan memberikannya jaket miliknya."Berhenti, tolong jangan mendekat," kata Aisyah. Matanya basah dengan air mata, basah juga dengan tetesan air hujan yang mengguyur kepalanya."Aisyh, maafkan aku...""Tolong berhenti, jangan melangkah lebih dekat lagi!""Atau aku akan membencimu selamanya!" ancam Aisyah. Wanita itu berdiri tegak di bawah derasnya air hujan yang membasahi langit. Air matanya bercampur dengan air hujan. "Aisyah, tolong jangan seperti ini. Aku bisa jelaskan semuanya," kata Ariel."Tidak ada yang perlu di jelaskan, kau menuduhku buta? Aku melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri!" tegas Aisyah. Ia tidak ingin hatinya rapuh dengan bujuk rayu Ariel."Cukup sudah, dari awal aku memang sudah salah melangkah. Kau sudah pernah menikahiku, dan bertanggung jawab atas pemerkosaan wakt
Pagi ini tidak seperti biasanya, pasalnya banyak yang mengantri membeli gado-gado Aisyah. Baru pukul sembilan pagi, gado-gado Aisyah sudah terjual habis. Ia juga heran berasal darimana para pelanggannya itu, soalnya beberapa di antara mereka bukan pelanggan tetapnya. Ada yang minta berswa foto bersama, mereka tampak bangga bisa foto dengan Aisyah. Aisyah tidak sadar kalau dirinya saat ini makin terkenal di sosial media. Ia memang jarang membuka ponselnya karena takut Ariel menghubunginya. Ponselnya ia biarkan mati begitu saja. Aisyah menjalani hidup tanpa ponsel.Sementara Ariel yang tengah istirahat sehabis syuting iseng-iseng membuka ponselnya. Ia kaget melihat berita viral di sosmed yang menunjukkan gambar Aisyah sebagai penjual gado-gado cantik.Ariel langsung beranjak dari tempat duduknya, ia sudah tidak mau berpikir panjang. Tekadnya sudah bulat untuk bertemu dengan Aisyah. "Mau kemana?" tanya sutradara."Aku ada perlu," jawab Ariel."Syuting sebentar lagi di lanjutkan, ingat
"Dimana kau Aisyah," gumam Ariel.Pria berwajah tampan itu akhir-akhir ini sulit untuk tidur. Ia sering memikirkan isterinya yang pergi entah kemana. Ariel sudah membayar orang untuk mencari Aisyah, tapi belum ada kabar yang menggembirakan dari orang suruhannya.Di sela-sela jadwal syutingnya yang padat, dia juga sering menyempatkan diri untuk mencari keberadaan Aisyah. Baginya, Aisyah seperti di telan bumi. Hilang tanpa jejak.Hal itu membuat Ariel kurang bersemangat, ia menjalankan ritinitas pekerjaannya serasa membosankan tanpa kehadiran Aisyah. Aisyah adalah penghilang dahaganya di oase. Tapi penghilang dahaga itu telah pergi meninggalkannya. Rasa bersalah terus saja menghantui hatinya. Ia sadar sudah melukai hati Aisyah terlalu dalam. Lamunan Ariel buyar manakala ponselnya menyala. Bukan telepon yang masuk melainkan notifikasi pesan dari Marini. Ia kesal mengapa wanita itu terus mengganggunya. Dengan malas ia membuka pesan dari Marini. Wanita itu mengirimkan gambar tespek bergar
"Akhirnya kau datang juga," kata Marini. Ariel tidak menggubris perkataan Marini. Ia langsung membuka pintu mobilnya tanpa banyak kata."Masuk!"Marini berjalan melanggang masuk ke dalam mobil Ariel. Lelaki itu mulai menyetir mobilnya, entah kemana Ariel membawa Marini pergi. Marini tersenyum melihat wajah tampan pria yang duduk di sampingnya. Pria yang selalu membuatnya jatuh cinta sepanjang waktu."Apa kita mau ke hotel?" tanya Marini percaya diri. "Tidak, ke neraka!" Ariel semakin mempercepat laju mobilnya membuat wajah Marini pias. Ia takut kalau Ariel akan membuktikan ucapannya."Jangan main-main, aku tidak mau mati sekarang!" teriak Marini. "Kau sudah membuatku terpisah dengan orang yang aku cintai, apa bedanya kematian bagiku," ancam Ariel."Tidak, aku tidak mau mati!""Tolong hentikan mobilnya! Aku tidak mau mati bersamamu!" teriak Marini."Hahaha, kau takut mati juga!""Katamu, kau cinta mati padaku. Tapi tidak mau mati bersamaku. Cintamu omong kosong!" ledek Ariel."Sekara
Ariel melihat Wildan di lokasi syuting sendirian tanpa Aisyah. Itu berarti Aisyah kemarin tidak pergi bersama Wildan. Lalu kemana Aisyah sebenarnya, mengapa pergi tiba-tiba tanpa meninggalkan pesan. Apakah ada sesuatu yang terjadi dengan ibunya sehingga dia buru-buru pulang? Berbagai spekulasi muncul dalam benak Ariel. Namun ia belum menemukan jawaban yang benar, semua itu hanya perkiraannya saja.Syuting berjalan agak alot tidak seperti biasanya, karena Ariel selalu saja salah memerankan adegan tokohnya. Ia cenderung suka melamun tidak seperti biasanya. Hingga Sang Sutradara sering marah dan tidak sabaran dengan ulah Ariel."Kita sedang kejar tayang, kalau kamu punya masalah pribadi aku harap tidak usah kamu bawa-bawa dalam peranmu," kata Sutradara lirih sembari menepuk pundak Ariel. Wildan juga terlihat galau, ia penasaran apa yang terjadi dengan Aisyah mengapa tiba-tiba tidak mau bekerja padanya lagi. Apakah ada kesalahan yang pernah di perbuatnya hingga Aisyah tidak kerasan beker