Terima kasih sudah membaca... Terima kasih juga yang sudah memberi dukungan (vote, komentar, dan memberi rate bintang 5) Dukung terus ya... Thank You <3
Setibanya di area parkir, Anna mengarahkan mobil dan memarkirkan mobil di tempat Orin biasa memarkirkan mobilnya tanpa Orin pinta dan itu cukup membuat Orin agak heran namun mengabaikannya saja sama seperti saat ia heran ketika bertemu Anna di tempat itu beberapa hari lalu setelah selesai mengikuti rapat dengan Jeany Wright. Sebenarnya tidak banyak yang tahu tempat Orin biasa memarkirkan mobil selain dirinya, asistennya, dan bosnya, Jessica. Setelah keluar dari mobil, barulah Orin melihat jika bagian depan dan belakang mobilnya bisa dikatakan sudah rusak parah alih-alih hanya rusak seperti yang dibayangkannya saat merasa kalau mobilnya masih bisa berjalan dengan sangat normal ketika masih dikemudikan Anna. “Jangan khawatir, aku akan menghubungi pihak asuransi,” ucap Orin sambil tersenyum kaku saat melihat Anna tampak merasa bersalah memandangi mobilnya juga. Anna tahu kalau Orin sebenarnya hanya ingin membuatnya merasa tenang. Ia tahu kalau pihak asuransi tidak akan mengganti kerusa
Anna hampir tidak bisa mengendalikan diri saat Jeany tak henti-hentinya mengatainya dengan kalimat merendahkan sampai harus menghina status keluarga Briel yang dianggapnya terlalu menyedihkan. Jeany menganggap keluarga Briel terlalu berambisi sampai sang kakak membawa masuk adiknya juga ke agensi hanya demi mengubah nasib dari kehidupan mereka. “Mengubah nasib demi kehidupan?” Anna membelalakkan mata, merasa tidak terima dengan kalimat menghina yang baru saja Jeany lontarkan padanya. Ia hampir melanjutkan protesnya saat Thomas berbicara tepat sebelum dirinya. “Anda sudah melihat videonya?” Thomas berkata dengan nada halus yang terkesan memaksa diri untuk terlihat bersabar dalam menghadapi kekonyolan Jeany dalam menilai sebuah bakat. “Aku lebih suka menonton acara komedi dibandingkan harus menonton sebuah lelucon murahan yang tak berarti.” Jawaban Jeany membuat Thomas mengernyitkan dahi, lalu menoleh pada Vinicius saat mengira sahabatnya itu mempertontonkan bagian yang salah dari pe
Walau sudah Jeany ancam, ketiga sekuriti masih bergeming. Sebenarnya bukan karena status Thomas sebagai juru bicara Anna lah yang membuat ketiga sekuriti itu ragu. Pada dasarnya mereka memang menghormati Thomas sebagai seorang pribadi daripada statusnya. Walau tampak angkuh —seperti CEO asli Wright Entertainment—, Thomas merupakan pribadi yang perhatian pada semua orang dalam agensi. Selain itu, sudah belasan tahun Thomas bekerja di Wright Entertainment dan mereka tahu pencapaian yang sudah Thomas raih hingga membantu membuat agensi semakin besar dan semakin memiliki nama baik, yang pada akhirnya berimbas pada para karyawan di sana. Nama besar Wright Entertainment membuat para karyawan merasa bangga telah menjadi bagian dalam perusahaan ternama itu. Hal itulah menjadi salah satu alasan yang cukup untuk membuat mereka segan pada Thomas. Dari desas desus yang beredar luas di dalam perusahaan, mereka juga tahu Thomas berhenti bukan karena telah melakukan sebuah kejahatan, namun hanya ka
“Sampai kapan Ayah membiarkanku dalam tekanan seperti ini? Kenapa Ayah tidak bisa menyingkirkan Rain yang hanyalah seorang asisten?” Rengek Jeany di telepon, di ruang kerjanya. Mengira Rudolf Wright akan khawatir setelah mendengar aduannya, Jeany tidak menyangka akan mendapat bentakan dari ayahnya. [“Sudah Ayah katakan untuk tidak berurusan dulu dengan mereka, kan?! Baik Elvin, Rain, atau siapapun itu yang berhubungan dengan keluarga kita. Baik sengaja atau tidak, jangan sampai kau memiliki masalah dengan mereka, Ayah sudah pernah memintamu untuk menahan diri terlebih dahulu! Kau lupa?”] Jeany langsung terdiam mendengar Rudolf yang biasanya selalu berbicara lembut padanya kali ini berbicara dengan suara keras dan nada marah yang sangat jelas didengarnya. [“Tunggu sebentar lagi sampai Simon kembali dari Eropa. Ayah sedang menyusun sebuah rencana yang akan membuat kita menguasai Wright Group.”] Rudolf Wright baru berbicara agak lembut setelah tidak mendengar tanggapan dari putrinya,
Anna mendapatkan sebuah peran lagi setelah mengikuti audisi. Kali ini, setelah berhasil membuat semua aktor dan aktris muda terpana di audisi pertamanya saat mendapatkan peran sebagai pengawal seorang pangeran, Anna mendapatkan banyak ucapan selamat dari para aktor dan aktris muda yang kini mulai menjadikannya panutan. Anna merasa senang dengan perubahan sikap mereka. Bukan karena pujian-pujian yang mereka lontarkan, namun karena ingat jika ‘Anna’ akan mendapatkan banyak kehangatan seperti yang kini didapatkannya saat mereka sudah kembali ke tubuh mereka masing-masing nanti. “Ku harap sikap mereka tidak berubah saat ‘Anna’ sudah kembali ke tubuh aslinya nanti,” batin Anna sambil membalas sapaan para aktor dan aktris muda yang sedang berpamitan pulang padanya. “Mau pulang bersamaku?” tanya Kiara saat bertemu Anna di depan pintu aula. Ia sebenarnya berharap jika Anna mau menerima tawarannya. Anna bisa melihat harapan itu dari sorot matanya. Anna mematikan layar ponsel setelah membaca
Saat sedang berjalan menuju tempat perhentian bus, Anna bertemu dengan Richard Lee yang sejak tadi menunggunya di sana, tahu kalau Anna akan pulang menaiki bus menurut informasi yang sudah dicarinya di agensi tadi setelah kesulitan mendekati Anna yang selalu pergi bersama Kiara Londin, wanita muda yang pernah mengancam Richard saat hendak membawa Anna secara paksa beberapa hari lalu. Awalnya Richard menyapa Anna baik-baik dan meminta maaf atas paksaannya waktu itu. Namun sikap jahat Richard akhirnya kembali terlihat saat Anna menolak ajakannya untuk pulang bersama. “Aku akan pergi bersamamu saat Tuan Thiago sudah memberikan waktu bagiku untuk menemuinya,” sahut Anna ketus sembari memberikan senyum jijik padanya. Mendapat penolakan yang bukan hanya dari kata-kata namun juga dari tatapan mata dan senyuman menghina, Richard bertambah geram. Ia hendak merangkul Anna untuk kemudian membawa paksa ke mobilnya, namun seseorang tiba-tiba muncul dan langsung memukul wajahnya. Setelah memukul
“Kau sudah tidak memiliki orang tua lagi?” Joey menoleh dan menatap Anna dengan mulut terbuka lebar sampai akhirnya menanyakan ulang apa yang baru saja Anna tanyakan padanya. Ia merasa tidak percaya dengan pertanyaan yang sedikit terdengar lancang itu. “Apa ini? Ke mana arah pertanyaan itu?” pikir Joey. Setelah Anna mengulangi pertanyaan yang sama persis seperti yang tadi Joey dengar dan mengatakan sumbernya juga —informasi dari adik sepupu Joey, Cecilia Davies—, Joey menyadari kalau Anna adalah tipe orang yang tidak suka berbasa-basi, juga tidak merasa sungkan untuk langsung bertanya saat ingin mengetahui sesuatu. “Ya,” sahut Joey singkat dengan ekspresi wajah yang tidak berubah walau pertanyaan itu membuatnya terkenang kembali akan masa lalunya yang sangat pahit. Andai seseorang bertanya seperti itu padanya di antara tiga atau empat tahun lalu, ia pasti akan merasa sedih karena telah dibuat teringat masa sulit setelah kehilangan kedua orang tuanya. Tapi saat ia sudah berdamai deng
Anna menarik napas panjang, menghirup aroma segar dari bunga-bunga yang baru bermekaran di taman rumah sakit yang langsung memenuhi paru-parunya, membuatnya tambah bersemangat untuk menghadapi hari baru yang sudah dinantikannya sejak pertama kali berada dalam tubuh Anna Briel. Hari di mana ia akhirnya akan memulai lagi hari-hari sibuknya sebagai aktris yang ia yakini akan sama berhasilnya seperti dalam kehidupannya yang lalu. Setelah menunjukkan sebuah kontrak baru yang tadi malam didapatkannya lagi usai mengikuti audisi pada ibu dan adiknya, Anna membuat mereka lebih bersemangat lagi setelah berjanji akan membawa Rosana dan Sherly Briel pergi ke apartemen baru begitu Rosana diizinkan keluar dari rumah sakit. Mengingat kenangan indah itu, Anna tersenyum puas, merasa jika satu janjinya pada ‘Anna’ akan segera terpenuhi. “Sekarang tinggal menjalani kehidupan sebagai aktris sebelum membalaskan dendamku pada Joseph.” Anna menganggukkan kepala, membalas sapaan orang-orang yang kebetulan