Terima kasih sudah membaca... Terima kasih juga yang sudah memberi dukungan (vote, komentar, dan memberi rate bintang 5) Dukung terus ya... Thank You <3
Walau sudah Jeany ancam, ketiga sekuriti masih bergeming. Sebenarnya bukan karena status Thomas sebagai juru bicara Anna lah yang membuat ketiga sekuriti itu ragu. Pada dasarnya mereka memang menghormati Thomas sebagai seorang pribadi daripada statusnya. Walau tampak angkuh —seperti CEO asli Wright Entertainment—, Thomas merupakan pribadi yang perhatian pada semua orang dalam agensi. Selain itu, sudah belasan tahun Thomas bekerja di Wright Entertainment dan mereka tahu pencapaian yang sudah Thomas raih hingga membantu membuat agensi semakin besar dan semakin memiliki nama baik, yang pada akhirnya berimbas pada para karyawan di sana. Nama besar Wright Entertainment membuat para karyawan merasa bangga telah menjadi bagian dalam perusahaan ternama itu. Hal itulah menjadi salah satu alasan yang cukup untuk membuat mereka segan pada Thomas. Dari desas desus yang beredar luas di dalam perusahaan, mereka juga tahu Thomas berhenti bukan karena telah melakukan sebuah kejahatan, namun hanya ka
“Sampai kapan Ayah membiarkanku dalam tekanan seperti ini? Kenapa Ayah tidak bisa menyingkirkan Rain yang hanyalah seorang asisten?” Rengek Jeany di telepon, di ruang kerjanya. Mengira Rudolf Wright akan khawatir setelah mendengar aduannya, Jeany tidak menyangka akan mendapat bentakan dari ayahnya. [“Sudah Ayah katakan untuk tidak berurusan dulu dengan mereka, kan?! Baik Elvin, Rain, atau siapapun itu yang berhubungan dengan keluarga kita. Baik sengaja atau tidak, jangan sampai kau memiliki masalah dengan mereka, Ayah sudah pernah memintamu untuk menahan diri terlebih dahulu! Kau lupa?”] Jeany langsung terdiam mendengar Rudolf yang biasanya selalu berbicara lembut padanya kali ini berbicara dengan suara keras dan nada marah yang sangat jelas didengarnya. [“Tunggu sebentar lagi sampai Simon kembali dari Eropa. Ayah sedang menyusun sebuah rencana yang akan membuat kita menguasai Wright Group.”] Rudolf Wright baru berbicara agak lembut setelah tidak mendengar tanggapan dari putrinya,
Anna mendapatkan sebuah peran lagi setelah mengikuti audisi. Kali ini, setelah berhasil membuat semua aktor dan aktris muda terpana di audisi pertamanya saat mendapatkan peran sebagai pengawal seorang pangeran, Anna mendapatkan banyak ucapan selamat dari para aktor dan aktris muda yang kini mulai menjadikannya panutan. Anna merasa senang dengan perubahan sikap mereka. Bukan karena pujian-pujian yang mereka lontarkan, namun karena ingat jika ‘Anna’ akan mendapatkan banyak kehangatan seperti yang kini didapatkannya saat mereka sudah kembali ke tubuh mereka masing-masing nanti. “Ku harap sikap mereka tidak berubah saat ‘Anna’ sudah kembali ke tubuh aslinya nanti,” batin Anna sambil membalas sapaan para aktor dan aktris muda yang sedang berpamitan pulang padanya. “Mau pulang bersamaku?” tanya Kiara saat bertemu Anna di depan pintu aula. Ia sebenarnya berharap jika Anna mau menerima tawarannya. Anna bisa melihat harapan itu dari sorot matanya. Anna mematikan layar ponsel setelah membaca
Saat sedang berjalan menuju tempat perhentian bus, Anna bertemu dengan Richard Lee yang sejak tadi menunggunya di sana, tahu kalau Anna akan pulang menaiki bus menurut informasi yang sudah dicarinya di agensi tadi setelah kesulitan mendekati Anna yang selalu pergi bersama Kiara Londin, wanita muda yang pernah mengancam Richard saat hendak membawa Anna secara paksa beberapa hari lalu. Awalnya Richard menyapa Anna baik-baik dan meminta maaf atas paksaannya waktu itu. Namun sikap jahat Richard akhirnya kembali terlihat saat Anna menolak ajakannya untuk pulang bersama. “Aku akan pergi bersamamu saat Tuan Thiago sudah memberikan waktu bagiku untuk menemuinya,” sahut Anna ketus sembari memberikan senyum jijik padanya. Mendapat penolakan yang bukan hanya dari kata-kata namun juga dari tatapan mata dan senyuman menghina, Richard bertambah geram. Ia hendak merangkul Anna untuk kemudian membawa paksa ke mobilnya, namun seseorang tiba-tiba muncul dan langsung memukul wajahnya. Setelah memukul
“Kau sudah tidak memiliki orang tua lagi?” Joey menoleh dan menatap Anna dengan mulut terbuka lebar sampai akhirnya menanyakan ulang apa yang baru saja Anna tanyakan padanya. Ia merasa tidak percaya dengan pertanyaan yang sedikit terdengar lancang itu. “Apa ini? Ke mana arah pertanyaan itu?” pikir Joey. Setelah Anna mengulangi pertanyaan yang sama persis seperti yang tadi Joey dengar dan mengatakan sumbernya juga —informasi dari adik sepupu Joey, Cecilia Davies—, Joey menyadari kalau Anna adalah tipe orang yang tidak suka berbasa-basi, juga tidak merasa sungkan untuk langsung bertanya saat ingin mengetahui sesuatu. “Ya,” sahut Joey singkat dengan ekspresi wajah yang tidak berubah walau pertanyaan itu membuatnya terkenang kembali akan masa lalunya yang sangat pahit. Andai seseorang bertanya seperti itu padanya di antara tiga atau empat tahun lalu, ia pasti akan merasa sedih karena telah dibuat teringat masa sulit setelah kehilangan kedua orang tuanya. Tapi saat ia sudah berdamai deng
Anna menarik napas panjang, menghirup aroma segar dari bunga-bunga yang baru bermekaran di taman rumah sakit yang langsung memenuhi paru-parunya, membuatnya tambah bersemangat untuk menghadapi hari baru yang sudah dinantikannya sejak pertama kali berada dalam tubuh Anna Briel. Hari di mana ia akhirnya akan memulai lagi hari-hari sibuknya sebagai aktris yang ia yakini akan sama berhasilnya seperti dalam kehidupannya yang lalu. Setelah menunjukkan sebuah kontrak baru yang tadi malam didapatkannya lagi usai mengikuti audisi pada ibu dan adiknya, Anna membuat mereka lebih bersemangat lagi setelah berjanji akan membawa Rosana dan Sherly Briel pergi ke apartemen baru begitu Rosana diizinkan keluar dari rumah sakit. Mengingat kenangan indah itu, Anna tersenyum puas, merasa jika satu janjinya pada ‘Anna’ akan segera terpenuhi. “Sekarang tinggal menjalani kehidupan sebagai aktris sebelum membalaskan dendamku pada Joseph.” Anna menganggukkan kepala, membalas sapaan orang-orang yang kebetulan
Anna baru melangkahkan kakinya lagi untuk menuruni tangga gedung saat Thomas sudah tiba dan akhirnya berjalan mendahuluinya. Sepanjang perjalanan ke parkiran hingga akhirnya pergi dengan mobil Thomas dari lokasi rumah produksi itu, tidak satupun kata yang terucap dari keduanya. Tanpa bertanya pun Anna sudah bisa menebak apa yang telah terjadi. Merasa jika ia akan mengumpatkan sumpah serapah yang tentu saja tidak akan membuatnya menjadi lebih baik ketika membicarakannya di saat hatinya masih mendongkol, Anna mencoba untuk mengendalikan kemarahannya terlebih dahulu sebelum membicarakan masalah yang terjadi dengan Thomas. Hal berbeda terjadi pada Thomas yang juga sedang berusaha menahan kemarahannya. Ia mengira Anna belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, mengira jika sutradara yang tadi berbicara pada Anna hanya sekedar memberitahukan jika Lovely akan menggantikan Anna dalam peran sebagai pengawal pangeran saja. Menduga jika Anna hanya mengetahui sebatas itu, Thomas yang mengan
Roxy Finks, pria yang selama beberapa malam belakangan kesulitan tidur karena selalu terbayang wajah manis Anna, terkejut saat melihat ekspresi dingin gadis pujaannya itu setelah mengakhiri panggilan dan mengembalikan ponsel yang tadi direbutnya itu pada Thomas Wong. Walau sangat penasaran, Roxy berusaha untuk tidak menanyakan masalah yang terjadi, yang membuat ekspresi membunuh itu terpancar jelas dari gadis manis yang dipujanya. Barulah setelah ia mendengar pembicaraan antara Anna dan Thomas, Roxy pun akhirnya ikut berbicara untuk menawarkan bantuan. “Maaf menyela,” ucap Roxy di antara jeda pembicaraan yang terjadi antara Anna dan Thomas yang sedang berdebat untuk mendatangi Jeany Wright ke kantornya, sementara yang lain berusaha mencegahnya. Setelah perhatian Anna dan Thomas tertuju padanya, Roxy pun berbicara, “Daripada bingung, bagaimana kalau Anda pindah ke agensi saya saja, Nona Briel?” Ekspresi Thomas langsung berubah agak lembut setelah Roxy menyampaikan niat baiknya, seme