Terima kasih sudah membaca... Terima kasih juga yang sudah memberi dukungan (vote, komentar, dan memberi rate bintang 5) Dukung terus ya... Thank You <3
Thomas hendak membuka dan melihat isi dokumen yang baru saja Anna berikan padanya dengan tatapan penuh semangat, namun mengurungkan niatnya saat Anna mengomentari band yang sedang tampil membawakan lagu original yang merupakan lagu terakhir mereka dalam penampilan. “Lumayan juga,” puji Anna sambil mengangkat dan memindahkan makanan ringan yang sudah berada di atas meja di hadapannya ke dekat Sherly. “Kau harus coba ini. Cemilan ini sangat enak,” ucap Anna. Dari ingatan ‘Anna’, ia melihat kalau ‘Anna’ sangat menyukai camilan yang biasanya asisten koki hidangkan untuk menemani waktu bersantai para karyawan saat sedang beristirahat itu dan Anna berharap Sherly juga akan menyukainya. “Daripada lumayan, mereka bisa dikatakan cukup bagus,” sahut Thomas tampak tidak setuju dengan penilaian Anna pada grup band yang beranggotakan Robin dan Dustin itu. Sebenarnya dia hanya ingin menguji Anna, ingin tahu bagaimana penilaian Anna pada mereka. Anna tersenyum lalu menjawabnya dengan santai, “Kare
Dalam keadaannya yang sedang marah, Robin sebenarnya hendak menggertak Joey yang dianggapnya lancang karena berani mencampuri urusannya. Tapi saat melihat tubuh Joey yang lebih tinggi darinya, terutama saat melihat otot tangannya yang kencang dan dada bidangnya yang lebar di balik kemejanya, Robin akhirnya mengalah dan pergi meninggalkan meja itu dengan hati mendongkol. “Maaf sudah membuat Anda semua tidak nyaman. Tolong nikmati makanan dan minuman Anda. Permisi…,” ucap Joey pada Anna dan teman-teman semejanya setelah memastikan Robin dan teman-temannya duduk kembali di tempat mereka. “Apa kafe ini seperti klub malam? Kenapa mereka memiliki seseorang yang tampak seperti tukang pukul? Dan… kalau tidak salah dia orang yang kau ajak pergi ke seberang sana tadi, kan?” tanya Thomas sambil menatap punggung Joey yang sedang berjalan kembali ke mejanya.” “Dia pemilik kafe ini.” “Dia?” Thomas menegakkan tubuhnya, agak kaget dan takjub atas informasi yang Anna berikan. “Selain itu dia juga
Anna berdehem, memalingkan wajahnya kembali ke arah panggung sambil menggumamkan kalimat “dua kali” yang langsung membuat Orin dan Thomas hampir berteriak saking kagetnya. “Mereka pasti nekat melakukan pertunjukan setelah kau paksa, bukan?” Thomas menatap Anna dengan sorot mata marah. Tidak mendapatkan tanggapan, ia akhirnya mengeluhkan kepribadian Anna yang belakangan membuatnya kesal, dengan suara agak nyaring, “Dari sifatmu itu, ku rasa memang benar!” “Saya tidak menyangka mereka akan seperti ini,” sahut Anna tegas, bukan bermaksud membela diri. Ia memang tidak menyangka mental Sherly dan William berada di level yang berada jauh dibawah dirinya bahkan saat ia masih berusia 15 tahun. “Tidak menyangka? Setelah latihan hanya dua kali dan karena mereka bukanlah musisi profesional, tentu saja hasilnya akan seperti ini!” Thomas yang sedari tadi sudah merasa kesal akhirnya menggeram. Thomas sebenarnya tidak terlalu peduli juga akan penampilan Sherly dan William. Ia juga sudah tidak ber
Setelah berbicara pada mereka, Anna berpaling dan menaruh mikrofon yang tadi diambilnya dari tangan Sherly ke stand mic. Ia kemudian menarik napas panjang, membuang rasa kesalnya saat mendapatkan tatapan menghina dari para pengunjung kafe —terutama para musisi— yang mulai marah dan berteriak meminta mereka untuk segera turun dari atas panggung. Mereka juga berteriak meminta agar She Will memberikan sisa jatah penampilan pada grup musik yang akan tampil setelahnya. “Mereka masih siswa SMA dan baru berlatih sebanyak dua kali sebelum tampil hari ini.” Anna mulai berbicara menggunakan mikrofon. “Berikan kesempatan pada mereka untuk membawakan dua lagu yang tersisa. Saya harap Anda semua bisa tenang dan jangan sampai kehilangan kesempatan untuk melihat penampilan debut calon superstar yang akan menjadi musisi besar di masa depan,” ucap Anna dengan penuh percaya diri bercampur kesal sebelum berbalik dan pergi menuju salah satu instrumen yang tersedia di panggung dan meminta teknisi melakuka
“Apa gambaran dari indahnya suara para malaikat yang sedang bernyanyi itu akan terdengar memesona seperti ini?” Thomas bergumam tanpa sadar setelah lagu yang She Will mainkan berakhir. Ia sering mendengar ungkapan seperti itu saat seseorang memuji keindahan suara seorang penyanyi, namun sebenarnya tidak pernah seorangpun dari mereka yang mungkin pernah mendengar malaikat bernyanyi hingga tahu seperti apa suara seorang malaikat saat sedang bernyanyi. “Ku rasa suara seperti inilah yang akan sangat cocok dengan gambaran dari suara malaikat yang sering orang-orang sebutkan tiap kali memuji seorang penyanyi yang membuat mereka terpukau,” pikir Thomas, meyakini pemikirannya sendiri. Pandangannya kemudian tertuju pada Anna, yang sedang menatap padanya sambil tersenyum sinis seolah hendak mengatakan “Aku bukan pembual”. Sebenarnya pemikiran pembual yang terbersit di benak Anna saat kebetulan bertatap mata dengan Joey tadi bukanlah pemikiran yang didapatnya dari sorot mata Joey, namun sebenar
Berjarak dua meja dari Thomas, Joey sedang menggosok ujung matanya yang berair dengan tisu setelah sebelumnya ikut bersorak bersama para penonton meminta She Will untuk memainkan lagu ketiga mereka. Sebagai orang yang terbiasa hidup dalam perkelahian dan dunia kekerasan, baru kali ini Joey merasa tersentuh dengan sebuah nyanyian bahkan sampai bisa membuatnya menangis. Rasa kasihan dan rasa ingin membantu Anna —juga adiknya— untuk kabur dari kafe yang sebelumnya menyiksa dirinya setelah melihat kemarahan para penonton yang terlihat jelas muak pada pidato singkat Anna, menganggap gadis itu terlalu percaya diri dan angkuh, kini berubah menjadi rasa takjub yang membuatnya semakin terpesona pada Anna. "Dia memang sangat memesona dan luar biasa," gumam Joey berulang kali. Ia akhirnya ingat dengan promosi berapi-api Anna saat meminjam ruang kerjanya di sasana tinju untuk membuat dokumen kontrak. “Apa yang dikatakannya terbukti benar,” pikir Joey. Tidak seperti para pengunjung kafe lain —kec
“Kalian benar-benar membuatku bangga,” puji Anna sambil menatap Sherly dan William yang duduk di kursi belakang dari kaca spion di dekat kepalanya. Mengira Sherly akan tersipu setelah mendengar pujiannya —seperti yang tampak pada William— Anna justru mendapatkan tatapan mendongkol serta penuh selidik yang membuatnya sadar kalau Sherly pasti merasa kesal karena datang ke kafe tanpa tahu akan diminta untuk tampil. Sherly baru tahu saat William —yang sudah Anna beritahu melalui pesan sebelum tidur di ruang kerja Joey— datang membawa tas gitarnya. William juga sempat bingung saat tahu kalau Anna tidak memberitahu Sherly kalau mereka akan melakukan penampilan di live music kafe. Selain itu, tatapan Sherly juga membuat Anna berpikir bahwa Sherly kini memiliki rasa curiga yang lebih dalam padanya setelah melihat kemampuannya bermain piano dan bagaimana dirinya yang sebelumnya tidak pandai bernyanyi tiba-tiba saja bisa bernyanyi dengan sangat baik. Andai Orin dan William tidak sedang berada
Anna sengaja menatap keluar jendela untuk membiarkan Orin mengobrol lebih banyak dengan Sherly, menyadari jika Orin sedang berusaha membuat Sherly yang sangat pemalu dan tertutup itu merasa nyaman berbicara dengan orang lain selain keluarganya sendiri agar Sherly terbiasa berbaur dengan masyarakat, mengingat Sherly nanti akan melakukan banyak penampilan setelah Thomas, selaku manajer She Will, mencarikan banyak pekerjaan bagi grup musiknya. Orin tidak ingin Sherly tampak kaku seperti sebelumnya saat berada di panggung. Sikap kaku tentu akan membuat simpati para penonton berkurang, sebagus apapun Sherly bernyanyi. Dari pengalamannya, Orin mengetahui hal itu. Sambil memerhatikan gedung-gedung yang mereka lewati dalam perjalanan ke sekolah, Anna teringat bagaimana terpana dan senangnya Sherly saat ia —dan Orin— dibawa melihat-lihat apartemen kemarin. Walau Sherly pada awalnya bingung dan tampak kaget dengan harga sewanya, namun Anna melihat tatapan penuh harap di wajah Sherly yang ia tah