Terima kasih sudah membaca... Terima kasih juga yang sudah memberi dukungan (vote, komentar, dan memberi rate bintang 5) Dukung terus ya... Thank You <3
“Apa gambaran dari indahnya suara para malaikat yang sedang bernyanyi itu akan terdengar memesona seperti ini?” Thomas bergumam tanpa sadar setelah lagu yang She Will mainkan berakhir. Ia sering mendengar ungkapan seperti itu saat seseorang memuji keindahan suara seorang penyanyi, namun sebenarnya tidak pernah seorangpun dari mereka yang mungkin pernah mendengar malaikat bernyanyi hingga tahu seperti apa suara seorang malaikat saat sedang bernyanyi. “Ku rasa suara seperti inilah yang akan sangat cocok dengan gambaran dari suara malaikat yang sering orang-orang sebutkan tiap kali memuji seorang penyanyi yang membuat mereka terpukau,” pikir Thomas, meyakini pemikirannya sendiri. Pandangannya kemudian tertuju pada Anna, yang sedang menatap padanya sambil tersenyum sinis seolah hendak mengatakan “Aku bukan pembual”. Sebenarnya pemikiran pembual yang terbersit di benak Anna saat kebetulan bertatap mata dengan Joey tadi bukanlah pemikiran yang didapatnya dari sorot mata Joey, namun sebenar
Berjarak dua meja dari Thomas, Joey sedang menggosok ujung matanya yang berair dengan tisu setelah sebelumnya ikut bersorak bersama para penonton meminta She Will untuk memainkan lagu ketiga mereka. Sebagai orang yang terbiasa hidup dalam perkelahian dan dunia kekerasan, baru kali ini Joey merasa tersentuh dengan sebuah nyanyian bahkan sampai bisa membuatnya menangis. Rasa kasihan dan rasa ingin membantu Anna —juga adiknya— untuk kabur dari kafe yang sebelumnya menyiksa dirinya setelah melihat kemarahan para penonton yang terlihat jelas muak pada pidato singkat Anna, menganggap gadis itu terlalu percaya diri dan angkuh, kini berubah menjadi rasa takjub yang membuatnya semakin terpesona pada Anna. "Dia memang sangat memesona dan luar biasa," gumam Joey berulang kali. Ia akhirnya ingat dengan promosi berapi-api Anna saat meminjam ruang kerjanya di sasana tinju untuk membuat dokumen kontrak. “Apa yang dikatakannya terbukti benar,” pikir Joey. Tidak seperti para pengunjung kafe lain —kec
“Kalian benar-benar membuatku bangga,” puji Anna sambil menatap Sherly dan William yang duduk di kursi belakang dari kaca spion di dekat kepalanya. Mengira Sherly akan tersipu setelah mendengar pujiannya —seperti yang tampak pada William— Anna justru mendapatkan tatapan mendongkol serta penuh selidik yang membuatnya sadar kalau Sherly pasti merasa kesal karena datang ke kafe tanpa tahu akan diminta untuk tampil. Sherly baru tahu saat William —yang sudah Anna beritahu melalui pesan sebelum tidur di ruang kerja Joey— datang membawa tas gitarnya. William juga sempat bingung saat tahu kalau Anna tidak memberitahu Sherly kalau mereka akan melakukan penampilan di live music kafe. Selain itu, tatapan Sherly juga membuat Anna berpikir bahwa Sherly kini memiliki rasa curiga yang lebih dalam padanya setelah melihat kemampuannya bermain piano dan bagaimana dirinya yang sebelumnya tidak pandai bernyanyi tiba-tiba saja bisa bernyanyi dengan sangat baik. Andai Orin dan William tidak sedang berada
Anna sengaja menatap keluar jendela untuk membiarkan Orin mengobrol lebih banyak dengan Sherly, menyadari jika Orin sedang berusaha membuat Sherly yang sangat pemalu dan tertutup itu merasa nyaman berbicara dengan orang lain selain keluarganya sendiri agar Sherly terbiasa berbaur dengan masyarakat, mengingat Sherly nanti akan melakukan banyak penampilan setelah Thomas, selaku manajer She Will, mencarikan banyak pekerjaan bagi grup musiknya. Orin tidak ingin Sherly tampak kaku seperti sebelumnya saat berada di panggung. Sikap kaku tentu akan membuat simpati para penonton berkurang, sebagus apapun Sherly bernyanyi. Dari pengalamannya, Orin mengetahui hal itu. Sambil memerhatikan gedung-gedung yang mereka lewati dalam perjalanan ke sekolah, Anna teringat bagaimana terpana dan senangnya Sherly saat ia —dan Orin— dibawa melihat-lihat apartemen kemarin. Walau Sherly pada awalnya bingung dan tampak kaget dengan harga sewanya, namun Anna melihat tatapan penuh harap di wajah Sherly yang ia tah
Anna baru saja tiba di lantai satu saat melihat kegaduhan yang terjadi di sana. Mengikuti penyebab kegaduhan itu dengan pandangannya, Anna kaget melihat Orin berada di sana dan tahu kalau Orin-lah penyebab kegaduhan itu. Orin sudah sangat terkenal. Sebagai asisten pribadi Jessica, Orin sering melakukan wawancara sebagai perwakilan Jessica, baik mewakilinya sebagai aktris maupun sebagai CEO Wright Entertainment. Melihat kehadiran Orin di sekolah mereka, para siswa itu tahu kalau Orin datang untuk mewakili seorang aktris muda yang agensinya miliki karena Orin biasanya datang secara khusus untuk mengurus aktris Wright Entertainment ke sekolah, tempat kerja, atau tempat kuliah untuk mendapatkan izin cuti. Dugaan para siswa memang benar dan suasana menjadi bertambah gaduh setelah Orin menatap ke sebuah titik, pada Anna yang berdiri di tengah-tengah koridor sembari memberikan tatapan malas padanya. “Astaga, kenapa dia masih di sini? Sia-sia deh aku memintanya datang saat jam pelajaran pad
“Apa dia memang sudah seperti ini sejak dulu?” tanya kepala sekolah yang juga ikut datang ke ruang klub musik setelah penasaran mendengar pembicaraan siswa-siswinya tadi. Orin menoleh dan tersenyum canggung. Ia sebenarnya ingin mengatakan “tidak”, namun akhirnya mengangguk pelan sebagai jawabannya. “Menyesal baru tahu sekarang. Andai saya tahu kemampuannya dari dulu, saya pasti akan membantunya untuk mendapatkan sponsor agar karirnya lebih mulus,” ucap kepala sekolah lagi dengan ekspresi benar-benar menyesal. Ia tahu latar belakang keluarga Anna dan tahu kalau remaja itu pasti kesulitan menyaingi para anak orang kaya Kota X yang kebetulan seprofesi dengannya. Kepala sekolah tahu betul di Kota X seseorang yang memiliki relasi kuat akan jauh lebih dihargai dan dilirik dibandingkan seseorang yang berbakat namun tidak memiliki pengaruh apapun dalam jaringan orang-orang kaya dan berpengaruh di Kota X. Orin mengerti betul apa yang sedang kepala sekolah pikirkan setelah mendengar kata-kat
Setelah beberapa usaha yang dilakukannya, Anna akhirnya berhasil membuat celah di antara dua SUV yang berada di bagian depan dan samping kanan sedan yang ia kendarai. “Akhirnya!” seru Anna, girang melihat usahanya berhasil. Walau ia tahu Rainhard dan orang-orangnya mungkin akan datang untuk menolong mereka, tapi ia juga berpikir jika melarikan diri sebelum bantuan datang akan jauh lebih baik. Anna menginjak pedal, melajukan sedan yang sudah tampak sangat berantakan itu melewati SUV untuk keluar dari kepungan, namun SUV lain kembali menghadang jalan mereka, membuatnya dengan segera menginjak rem demi menghindari benturan yang sudah pasti akan membuat dirinya, juga Orin dan Sherly, cedera. “F**k!” Melihat jalan buntu lagi, Anna sempat gusar, terutama setelah melihat para pria bersetelan jas hitam dengan senjata api di tangan turun dari dalam mobil yang baru datang mencegat. Sempat terpaku pada kehadiran mereka, Anna yang merasa tidak sempat menginjak pedal gas untuk menghentikan anc
Sambil mengancam semua orang untuk menghentikan perkelahian, sopir pribadi William —yang merupakan anggota militer yang ditugaskan ayah William untuk menjaga anaknya, selain menjadi supir pribadi— kemudian mengarahkan senjatanya ke arah beberapa pria bersetelan jas hitam yang juga sedang memegang senjata api. Melihat senjata otomatis yang pria itu pegang, yang jauh lebih unggul dari senjata manual di tangan mereka, para anggota mafia itu pun terpaksa menuruti perintahnya dan melemparkan senjata mereka ke tanah saat pria itu minta. Melihat para anggota mafia itu tampak patuh, Anna buru-buru menurunkan kaca mobil sebelum akhirnya membuka pintu mobil saat tahu jika kaca mobil itu macet, lalu berbicara dengan setengah berteriak pada Joey yang berada tak jauh dari mobil mereka, “Bisa singkirkan mobil itu dari jalan kami?” Joey sempat tertegun melihat Anna yang tampak biasa-biasa saja —yang tidak terlihat ketakutan seperti dugaannya— sebelum akhirnya menoleh pada SUV di belakangnya dan me