“Apa yang ingin kau lakukan?” tanya pria itu lagi. Kali ini ia berbicara sambil menghalangi Jessica dari tubuh aslinya, membuat Jessica yang sedang berada dalam tubuh Anna mau tak mau harus mundur menjauh.
Sebenarnya bukan karena takut maka Jessica melangkah mundur. Ia hanya merasa jijik harus berada dekat dengan pria tampan, yang merupakan satu dari tiga orang yang paling dibencinya di dunia ini. Orang yang sudah dianggapnya sebagai musuh, yang harus dimasukkannya ke dalam penjara suatu hari nanti.
‘Untuk apa si brengsek ini datang ke ruang rawat inapku?’
Bagi orang lain, sudah pasti akan terlihat normal melihat Elvin Wright datang mengunjungi Jessica Wright yang merupakan anak kandung dari mendiang kedua orang tua angkatnya. Tapi tidak bagi Jessica dan keluarga besar Wright yang tahu tentang perselisihan di antara keduanya. Di mata keluarga mereka, kedua saudara angkat itu bagai musuh yang tidak akan pernah bisa didamaikan apapun keadaannya.
Elvin ingin mengulang pertanyaan yang sama untuk ketiga kalinya, namun mengurungkan niatnya setelah melihat cara Jessica yang berada dalam tubuh Anna menatapnya.
Walau mata bulat Anna sangat berbeda jauh dengan mata upturned milik Jessica —yang selalu membuatnya kesal tiap kali mendapat tatapan tajam dari adik angkatnya itu—, namun sorot mata dan cara gadis bertubuh mungil itu menatap padanya membuat Elvin merasa jika dirinya seperti sedang berhadapan dengan Jessica, terutama saat gadis berambut hitam sepinggang itu mulai berbicara.
“Menyingkir dari hadapanku!”
Refleks Elvin menyingkir seakan memang harus melakukannya saat gadis itu memerintahnya.
Tapi, setelah menyadari tindakan tak terduganya, Elvin merasa heran dan bingung sendiri kenapa mau melakukannya —seperti otak bawah sadarnya lah yang memerintahkannya untuk menyingkir atau ia akan mendapatkan masalah besar dengan gadis itu.
‘Perasaan familiar apa ini?’ pikir Elvin, tahu jika mereka baru pertama kali ini bertemu tapi anehnya ia merasa jika mereka sudah saling mengenal cukup lama.
“Nah, harusnya kau melakukannya sejak tadi. Sekarang pergi dari sini,” ucap Jessica dengan nada kasar.
Kalimat itu terdengar seperti sebuah perintah di telinga Elvin, bukannya sebuah permintaan. Elvin mundur beberapa langkah, tertegun dengan cara gadis manis itu berbicara. Nada imut yang dihasilkan pita suaranya memang jauh berbeda dengan suara husky milik Jessica, tapi dari gaya bicara dan cara pengucapan kalimatnya yang tegas, lugas, dan —agak— kasar, Elvin merasa seakan sedang berhadapan dengan Jessica.
Barulah setelah menyadari jika dirinya melakukan kesalahan —saat melihat Anna menghampiri selang yang terhubung dengan tubuh Jessica lagi—, Elvin buru-buru meraih pergelangan tangan gadis itu dan menariknya menjauh dari ranjang di mana tubuh Jessica terbaring.
“Apa kau sedang berusaha membunuh adikku?!”
Hampir saja Jessica mengucapkan kata “Ya” karena memang itulah tujuannya datang ke sana. Untungnya ia bisa menahan diri untuk tidak menanggapi pertanyaan tersebut.
Jessica memang tidak peduli jika Elvin memergokinya membunuh tubuh aslinya sendiri. Toh dia juga tinggal melakukan bunuh diri setelahnya dan —ia pikir— keadaan pasti akan berubah setelah kematian mereka hingga ia tidak perlu repot-repot mempertanggungjawabkan apa yang diperbuatnya.
“Atau jangan-jangan kau ini…,” Elvin teringat pada komplotan penyerang adik angkatnya yang belum tertangkap —bahkan terungkap.
“Ingin menuduhku sebagai orang yang sudah membuatnya seperti ini? Yang benar saja!” Jessica bisa menebak apa yang sedang Elvin pikirkan dan buru-buru membantahnya.
“Kalau benar bukan kau pelakunya, bagaimana kalau kita pergi ke Kantor Polisi? Kau bisa membuktikannya di sana,” sahut Elvin sambil memberikan tatapan penuh curiga yang mengintimidasi. “Lagian aku melihatmu sedang berusaha mencabut alat penunjang kehidupan adikku!”
Cara bicara disertai tatapan permusuhan yang sudah menyatu dengan kebiasaan Elvin saat menegur orang yang berani bersinggungan dengannya itu sebenarnya akan membuat orang dewasa yang tinggal di negara mereka akan langsung kehilangan nyali.
Sebagai CEO dari Wright Automotive —perusahaan otomotif terbesar di Asia— Elvin sebenarnya tidak kalah terkenal dengan adik angkatnya, Jessica. Orang dewasa biasanya akan langsung mengenalnya dan berusaha untuk tidak bersinggungan dengannya jika tidak ingin mengalami kesulitan di sisa hidup mereka, takut akan pengaruh kuat yang Elvin miliki di negara mereka.
Orang-orang tahu Elvin memiliki pendukung hebat di belakangnya yang berasal dari nama besar keluarga Wright, salah satu keluarga paling berpengaruh di Asia.
Tapi, apa yang normalnya akan orang rasakan saat berhadapan dengan Elvin sama sekali tidak berpengaruh pada Anna yang dirasuki roh Jessica. Tentu saja karena dia adalah Jessica Wright, cucu kandung tertua dari pemimpin Wright Group yang sudah pasti memiliki status lebih tinggi dari Elvin yang hanya cucu angkat.
Karena itu juga Jessica sadar kalau ia harus kembali ke tubuh aslinya jika ingin membalas dendam pada tunangannya. Ia akan dengan mudah melakukannya saat memiliki dukungan nama besar keluarga Wright, juga nama besarnya sendiri sebagai aktris terbaik di Asia.
Jessica yang berada dalam tubuh Anna menatap Elvin dengan berani, menghentakkan tangannya untuk melepaskan genggaman Elvin, juga membentaknya, “Lepaskan, brengsek! Kau sudah sembarangan menuduh!”
“Kau terlalu berani!” Elvin menghardik balik.
Elvin sebenarnya sedang berusaha menahan diri agar tidak menangkap Anna lagi dan menyeretnya keluar ruangan dengan kasar, mengingat gadis berparas manis, namun memiliki tatapan penuh kebencian, yang berdiri di hadapannya ini masih terlihat seperti anak sekolahan.
“Kenapa aku tidak berani? Kau pikir bisa menakut-nakutiku seperti menakuti orang-orang di luaran sana?!”
Melihat Elvin kini menatapnya dengan ekspresi bingung —setelah mendengar ucapannya yang mirip dengan cara Jessica berbicara tiap kali mereka kebetulan bertemu dan bertengkar—, Jessica kembali berbicara dengan suara lantang, “Justru kau lah yang sudah lancang berani masuk ke sini tanpa meminta izin dariku!”
Terima kasih sudah membaca... Terima kasih juga yang sudah memberi dukungan (vote, komentar, dan memberi rate bintang 5) Dukung terus ya... Thank You <3 Kalau berkenan follow I6 author ya : @_meowmoe_
Zlarrrrr…!!!Suara ledakan disertai cahaya kilat —yang terdengar sangat nyaring dan menyilaukan saat menyambar dan menghancurkan seluruh dinding ruangan— menghentikan keributan di antara Jessica dan Elvin.Jessica yang awalnya mengira sebuah bom telah jatuh ke rumah sakit itu sempat berpikir untuk melarikan diri, tapi tidak dapat menggerakkan tubuhnya sama sekali hingga sempat mengira jika dirinya ikut meledak dan mati bersama dengan suara ledakan tadi.“Apa aku mati lagi?” pikir Jessica, ingat kalau ia juga merasakan guncangan hebat menghantam tubuhnya.Mengira hanya rohnya saja yang tersisa dan hidup dengan melayang-layang di udara —setelah melihat lantai yang dipijaknya juga ikut hancur lebur oleh ledakan—, Jessica merasa heran menemukan tubuhnya —tubuh Anna— masih utuh setelah merasakan ledakan yang begitu dahsyat menimpanya.Ia juga melihat tubuh Elvin yang masih tetap utuh sedang melayang-layang di hadapannya. Tubuh pria itu diam membeku bagai sebuah manekin dengan mata terbuka y
“Apa kau tidak pernah merasa kalau dirimu itu terlalu angkuh dan suka bersikap seenaknya?” Dewa memulai pembicaraan mereka lagi dengan mengajukan sebuah pertanyaan.Pertanyaan yang tentu saja langsung dibantah Jessica, “Aku angkuh? Bagaimana kau bisa menyimpulkan tentang diriku dengan seenaknya saja?”“Karena aku Dewa. Aku bisa tahu dan melihat apa yang sudah kau lakukan sepanjang hidupmu dan itu membuatku muak.”“Muak? Apa itu sebuah kejahatan? Aku hanya bersikap sesuai isi hatiku, juga sesuai dengan keadaan yang terjadi di sekitarku. Apa kau ingin aku bersikap palsu seperti saat aku sedang berperan dalam sebuah film?” bantah Jessica.“Berani membantah Dewa? Kalau kau bisa menahan diri, kau pikir Anna Briel akan mengakhiri hidupnya?”“...”“Kau menyadarinya?”“Hah? Siapa yang menyadarinya? Bukankah kau ingin agar aku tidak membantahmu? Kalau Dewa berkata seperti itu, apa aku punya hak untuk membantah lagi? Aku diam karena mematuhimu.”“...”“Betul, kan?”“...Dasar anak nakal. Sudahlah
“Anna! Apa yang kau lakukan? Ingin melompat ke bawah sana? Jangan bodoh!” seru Jessica memanggil Anna yang sedang memanjat pagar balkonnya.Tidak mendapat jawaban dari remaja itu, terutama setelah melihat Anna sudah berhasil duduk di atas pagar balkon, Jessica yang saat itu tidak berani datang mendekat takut Anna malah melompat saat ia dekati akhirnya berlari tergesa setelah melihat Anna menurunkan satu kakinya ke sisi luar bangunan.Jessica memang selalu merasa kesal pada Anna tiap kali melihat akting buruk gadis itu dalam semua kesempatan casting yang perusahaan mereka berikan. Ia juga sangat marah setelah melihat Joseph merangkul Anna di atas ranjangnya. Tapi dia juga tidak ingin Anna sampai mengakhiri hidupnya karena semua hal itu.Jessica sebenarnya sangat menyayangi Anna yang dianggapnya memiliki potensi besar untuk menjadi seorang aktris top. Hanya saja gadis itu masih belum menemukan kepercayaan diri tiap kali berdiri di depan kamera, hingga membuatnya selalu terlihat lesu tiap
Di sebuah gedung 20 lantai.Elvin duduk di belakang meja kerjanya, membiarkan komputer menyala sementara ia termenung mengenang kembali kejadian aneh yang dialaminya di ruang perawatan Jessica.Sikap dan cara berbicara remaja bernama Anna Briel yang sempat berdebat dengannya di sana —sebelum akhirnya kejang-kejang dan jatuh pingsan— membuat konsentrasinya dalam bekerja menurun drastis selama beberapa jam belakangan. Elvin bahkan masih duduk termenung di kantornya walau hampir seluruh karyawannya telah pulang.“Kakek juga merasakan sesuatu yang janggal dari dirinya, bukan?” Elvin mengingat Norman Wright yang biasanya tidak pernah tertarik berinteraksi apalagi berhubungan dengan orang asing —kecuali sedang bertransaksi bisnis— malah meminta tetap tinggal untuk melihat kondisi Anna sementara ia kembali ke kantornya.Sewaktu kejadian, Norman sebenarnya berada tepat di belakang Elvin ketika mereka memergoki Anna hendak melakukan sesuatu pada peralatan penunjang hidup Jessica, tapi Anna tida
Karena sudah menjadi kebiasaan sejak masih berada di tubuh aslinya, Jessica —mulai sekarang akan disebut sebagai Anna— terbangun sebelum fajar menyingsing. Saat itu masih pukul 4 pagi dan dia tidak melihat Sherly lagi di sampingnya.“Dia bangun lebih pagi dariku?”Saat sedang bertanya-tanya, ingatan Anna muncul begitu saja dalam benaknya —seperti biasanya—, menggambarkan rutinitas Sherly yang memang sudah terbiasa bangun di pagi hari untuk pergi bekerja sambilan dan baru akan kembali lagi pada pukul 5.30 pagi.“Dia bekerja sebagai penyapu jalan setiap hari? Astaga, apa dia tidak akan terkena masalah karena bekerja seperti itu di bawah umur?”Ingatan berikutnya adalah ingatan mengenai kebiasaan Anna. Di pagi hari, Anna biasanya akan mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti mencuci, memasak untuk sarapannya, sarapan ayahnya, juga sarapan Sherly. Sementara ibunya —sama seperti Sherly— sudah berangkat sejak jam 4 pagi untuk bekerja sebagai asisten di beberapa rumah tangga.“Jadi di pagi h
“Astaga! Bikin kaget saja!” umpat Anna kesal, melihat Dewa sudah berdiri di depan pintu rumah keluarga Briel.“Mau pergi ke mana sepagi ini? Bukannya kau harus pergi ke sekolah?”“Kau sendiri, apa yang kau lakukan sepagi ini di depan rumah orang? Apa kau tidak sibuk? Bukannya kau Dewa?” Anna yang merasa kesal setelah dikejutkan sang Dewa, balik bertanya dengan tatapan marah.“Kau tidak berhak mengetahui pekerjaanku.”“Kau juga tidak ber— Aaaaaahhhhh…! Kau f**k! Aaaaaaahhhh…”Anna jatuh terduduk mendapat sengatan listrik kecil dari dalam tubuhnya. Tahu penyebabnya, ia pun dengan sangat terpaksa menahan diri untuk tidak mengucapkan kalimat kasar lagi walau sebenarnya sangat ingin menghamburkan semua kalimat kasar yang ada dalam benaknya pada sosok yang sangat dibencinya itu.“Masih berani berbicara kasar padaku?”“...T-tentu saja tidak.”“Cuma itu?”“Apa lagi yang harus kukatakan?!”“Belajarlah meminta maaf setelah melakukan kesalahan.”“Salah? Apa itu salah? Aku cuma berbicara sesuai de
Tidak seperti yang Silvia harapkan, Anna justru tertawa terkekeh. Ekspresi cerah dan tenangnya masih tidak berubah.“Kau menanyakan pertanyaan aneh. Sekarang aku akan bertanya padamu. Kalau aku diam dan tidak menanggapi dirimu yang sedang berbicara padaku, apa kau tidak akan marah? Bukankah itu tidak sopan?”“Kau—”“Kalau aku salah, tolong katakan di mana kesalahanku. Ayo kita membahasnya baik-baik.”Merasa jika Anna sedang membuatnya terlihat bodoh, Silvia yang tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu sepanjang hidupnya, secara refleks maju mendekat, berniat untuk menyerang Anna secara fisik.“Duduk semua. Kelas akan segera dimulai,” suara berat seorang pria menghentikan niat Silvia, juga anggota gengnya yang sudah merapat mengelilingi Anna di sekitar mejanya.Pria berusia akhir 30an itu, yang merupakan guru kelas pagi mereka, kemudian menatap ke arah kerumunan di mana Silvia dan para gengnya sedang mengepung meja Anna, lalu mengernyitkan alis dan menegur mereka, “Apa yang kalia
Mengikuti kebiasaan ‘Anna’ sepulang sekolah, Anna langsung pergi ke gedung yang dikhususkan untuk para anggota klub yang menjalani kegiatan ekstrakurikuler. Karena jam pelajaran murid-murid kelas dua biasanya selalu berakhir lebih cepat 45 menit dibandingkan kelas tiga, Sherly yang sudah dibiayai ibu mereka untuk ikut salah satu klub biasanya akan berada di sana sambil menunggu jam pelajaran Anna berakhir sebelum pulang bersama ke rumah mereka. Tapi Sherly bukan sekedar mengikuti kegiatan klub musik hanya untuk mengisi waktu luang atau memanfaatkan kesempatan bersosialisasi yang ibunya berikan. Sherly sebenarnya sangat berbakat dalam bernyanyi dan sangat menyukai musik hingga ia tidak pernah absen sekalipun dari kegiatan klub, walau ia sebenarnya merasa tidak nyaman berada di antara para murid yang tergabung dalam klub musiknya, hanya karena statusnya yang berasal dari keluarga miskin. Kembali pada bakat bernyanyi Sherly tadi, karena itu juga ‘Anna’ rela menyisihkan sebagian besar p
Anna masih diam terpaku menatap Joseph dengan ekspresi tak percaya. Wajah terkejutnya baru berangsur normal setelah menebak kalau Dewa memang tidak menghapus ingatan mereka bertiga, hanya mengubah keadaan ‘Anna’ saja.“Apa yang kau lakukan? Cepat bawa dia masuk!”Teriakan marah terdengar dari dalam bangunan. Sosok pria berekspresi dingin yang menjadi orang kepercayaan Simon untuk memimpin pasukan penculik menodongkan senjata api ke arah mereka.Takut dengan ancamannya, Joseph buru-buru menarik lengan Anna, membawanya pergi memasuki bangunan.Begitu masuk ke dalam bangunan, Anna langsung melihat Sherly yang spontan meronta-ronta begitu melihatnya muncul di pintu. Menggeleng pelan pada Sherly, Anna berbicara penuh percaya diri berusaha menenangkan Sherly dan berjanji akan menyelamatkannya tanpa memedulikan ejekan para penculik pada perkataannya.Setelah memastikan ketiga sandera baik-baik saja—selain hanya diikat di kursi—Anna mengalihkan pandangan pada Richard Lee yang berdiri mematung
Pukul 7.55 malam di Cross X Cafe.Sudah hampir jam 8 malam namun Sherly, William, dan Ivy Lee—manajer She Will—tak kunjung tiba di Cross X Cafe padahal para tamu undangan sudah berkumpul.Orin dan Anna baru tahu ponsel ketiganya tidak aktif setelah mencoba menghubungi untuk menanyakan posisi mereka.Merasa ada yang mencurigakan, Anna mencoba menghubungi Rosana untuk menanyakan apakah Sherly singgah di rumah pantai untuk menjemput, namun Rosana mengatakan Sherly tidak singgah dan hanya meneleponnya untuk datang ke Cross X Cafe bersama pengawal yang Elvin tugaskan untuk menjaga mereka. Rosana juga sedang dalam perjalanan, malah sudah hampir tiba.“Elvin juga belum datang. Tumben sekali dia terlambat?” pikir Anna, ingat kalau Sherly juga mengundang Elvin datang ke pesta namun Elvin tak kunjung muncul setelah hampir satu jam berlalu.Kejutan lain Anna dapat ketika mengetahui nomor telepon Elvin juga sedang tidak aktif.Merasa ada yang tidak beres, ia pun menghubungi Rainhard dan untungnya
“Ya, Sherly?” sahut Anna riang menjawab panggilan telepon Sherly.Anna memang ingin segera kembali ke tubuh aslinya, namun merasa sedikit tidak rela jika harus terpisah dari Sherly dan Rosana yang sudah dianggapnya sebagai adik dan ibunya sendiri.Sejak hidup bersama mereka, ia seperti merasa berada di dalam keluarganya sendiri seperti di masa kanak-kanak sewaktu keluarganya masih lengkap. Memiliki ayah, ibu, dan saudara untuk berbagi cerita kesehariannya.Karena itulah tiap kali berbicara dengan salah satu dari mereka—termasuk Roman Briel—hatinya selalu merasa nyaman seakan mereka adalah keluarga kandungnya sendiri.“Apa Kakak ada kesibukan malam ini?”“Pengambilan gambar mungkin sudah berakhir di sore hari. Kakak akan meluangkan waktu untukmu kalau kau ingin bersama Kakak,” sahut Anna.Sherly tidak langsung menanggapi. Ia tersenyum gembira, senang karena Anna selalu mau meluangkan waktu untuknya saat dibutuhkan.“Sherly? Apa ada masalah?”“Oh… tidak… Itu…, Sherly mau mengundang Kakak
Di sebuah bangunan terbengkalai berlantai dua, di pinggiran Kota X…Richard Lee mengorek-ngorek tungku perapian menggunakan ranting yang biasa dipakainya untuk memperbaiki posisi kayu bakar dan arang dalam tungku tersebut.Sudah selama 3 minggu lebih sejak pelariannya dari kejaran orang-orang Rainhard Rover, Richard yang terbiasa hidup berdampingan dengan peralatan modern harus hidup dalam keadaan yang disebutnya sebagai dunia primitif.Tidak bisa menggunakan internet takut pihak pencari jejak Rainhard bisa mengendus keberadaannya, membuat Richard yang tidak pernah lepas dari internet dan perlengkapan modern sudah hampir gila.Selain itu ia juga harus bersembunyi di bangunan terbengkalai tersebut tanpa berani menyalakan listrik, takut drone pencari menemukan lokasi persembunyiannya di malam hari.Semenakutkan itulah tim pemburu Rainhard Rover, juga Leon yang bisa melacak keberadaan seseorang melalui sinyal SIM card.Richard menghentikan kegiatan memperbesar bara api untuk merebus air s
“Nona Green! Kenapa tidak melakukan pergerakan sesuai dengan koreografi yang sudah dilatih?!” teriak Lucas dari depan monitor pemantaunya.Terlihat jelas Lucas tidak repot-repot menyembunyikan kemarahannya. Ia merasa sangat frustrasi karena kesalahan yang Sharon lakukan telah merusak suasana bagus di gelanggang buatan itu, dan mungkin akan susah untuk didapatkan kembali apabila adegannya sampai diulangi.“M-maaf, Tuan Rose. S-saya…”“Tidak apa-apa, Tuan Rose. Kita bisa mengulanginya,” Anna menyela sembari berjalan menghampiri Sharon. “Ayo kita ulangi dari awal, Sharon,” Anna berdiri di hadapan Sharon sembari mengulurkan tangan, kemudian membantu Sharon berdiri dengan mengaitkan lengannya ke lengan Sharon.“Astaga… kau ini…” Sharon langsung membungkukkan badan begitu berdiri, menopang tubuhnya yang gemetar dengan kedua tangan di atas paha. “Sial… aku benar-benar ketakutan serasa sedang berhadapan dengan Sasha asli,” ucap Sharon sembari mendongak, menatap Anna yang kini sedang tidak bera
Mengikuti kebiasaan Sasha Volkova dalam tiap pertandingan, Anna berjalan menuju ring dengan langkah lebar, seperti terburu-buru ingin segera menyelesaikan pertarungan lalu pulang setelahnya. Itulah kesan yang selalu Sasha tinggalkan pada para penggemar.Seperti kebiasaan Sasha juga, Anna tidak menoleh sekalipun pada para penonton yang bersorak menyemangati, ia terus berjalan dengan kepala menunduk menyembunyikan wajah, memberikan kesan misterius sekaligus memengaruhi mental lawan.Tidak ada gaya mengepalkan tinju di depan dada seperti yang sering terlihat dari para petinju yang suka berjalan sembari meninju udara. Anna hanya berjalan dengan langkah cepat bagai pembunuh berdarah dingin yang ingin segera menghabisi lawan.Untuk apa yang dilakukannya sedari muncul dari balik tirai, Anna sudah benar-benar berhasil membuat dirinya terlihat seperti Sasha asli, membuat Dimitri yang melihatnya merasa bernostalgia dan mulai berkaca-kaca teringat pada mendiang putrinya.Bahkan atlet yang berpera
Setelah Anna pergi, Thomas mengajak Lucas mengobrol, membahas tentang lokasi pengambilan gambar yang ia rasa kurang terasa seperti di sebuah arena tinju. Walau kru film berhasil mendekorasi sasana tinju dan menyulapnya mirip seperti arena tinju sungguhan, tetap saja —menurut Thomas— akan jauh lebih baik lagi jika pengambilan gambar dilakukan di arena tinju yang sebenarnya. Akan lebih hidup.Lucas mengangguk setuju. Sangat disayangkan Kota X tidak memiliki gelanggang tinju besar. Kota X memang sangat maju, namun hanya ada aula-aula bisnis dan gedung pertunjukan saja di sana. Luasnya pun hanya sedikit lebih besar dari sasana tinju Cross X. Karena itulah Lucas lebih memilih untuk menggunakan sasana tinju milik Joey itu saja dibandingkan harus menyewa sebuah gedung pertunjukkan walau dana yang mereka miliki —setelah disponsori Wright Entertainment— cukup besar.Awalnya, Lucas juga merasakan hal yang sama setelah melihat lokasi pengambilan gambar itu. Namun demikian Lucas tetap optimis film
Seluruh persiapan untuk memulai proyek film Sasha Volkova sudah mencapai tahap final. Pemeran Sasha dan Vernon remaja sudah di audisi. She Will juga sudah memulai rekaman untuk lagu tema film.Baik Anna, Carmen, dan 3 atlet tinju wanita yang akan memerankan tokoh pendukung —sebagai 3 lawan berat Sasha sebelum bertemu Sabrina Witch— juga rutin berlatih di sasana tinju Cross X, milik Joey, yang RHP sewa sebagai pusat pelatihan para aktris, juga akan menjadi tempat pengambilan gambar untuk 3 pertandingan awal.Setelah pesta yang Felix Quil dan Chen Feng Yu —produser— adakan untuk menciptakan chemistry di antara para aktor, aktris, dan seluruh kru film yang bekerja sama dalam film Sasha Volkova, hari di mana pengambilan gambar perdana film Sasha Volkova pun akhirnya tiba.William dan Sherly adalah aktor dan aktris pemula yang pertama kali melakukan pengambilan gambar. Sebagai cameo pemeran Vernon dan Sasha, siapa sangka Sherly memiliki bakat akting yang cukup baik jika harus dibandingkan d
Melihat bagaimana manis dan lembutnya profil wajah Anna yang menurutnya jauh lebih cocok sebagai seorang idol dibandingkan aktris seni peran, Dimitri tidak begitu antusias saat mengetahui bahwa Anna lah yang akan memerankan Sasha. Hanya karena Anna putri sahabatnya saja pria itu memilih diam dan setuju menggunakan Anna sebagai pemeran utama.Awalnya Lucas pernah menyodorkan profil Jessica pada Dimitri. Melihat bagaimana ketegasan wajah Jessica yang mirip dengan Sasha, Dimitri menyetujui untuk mengangkat kisah mendiang putrinya itu ke layar lebar. Namun setelah tahu Jessica sedang mendapatkan musibah, ia pun pasrah karena tidak bisa meminta Lucas untuk memakai jasa Jessica lagi —mereka sudah menandatangani kontrak, dan Dimitri sudah menghabiskan sebagian besar uangnya.Baru setelah Roman meminta Anna untuk menunjukkan aksi bertinjunya, Dimitri akhirnya bersemangat kembali. Walau Anna masih belum menunjukkan gaya bertarung yang serupa dengan Sasha, namun semua gerakan dan teknik tinju da