Nancy mengambil pakaian itu dengan marah dan berkata, "Bukankah kamu biasanya sendirian di rumah? Siapa sangka tiba-tiba ada seorang pria di rumahmu?"Melihat Nancy berpakaian di kamar mandi, aku mengangkat bahu ke arah Lina, mengungkapkan ketidakberdayaanku.Aku tidak bermaksud mengintipnya.Aku diam-diam mendatangi Lina dengan manja dan memintanya membantuku melepaskan tali sepatuku.Lina berkata dengan suara pelan, "Kamu buka sendiri. Kalau sahabatku melihatnya, aku nggak bisa menjelaskannya."Aku langsung memeluk kepalanya dan menciumnya dengan keras, "Buka nggak? Kalau kamu nggak buka, aku akan terus menciummu."Pipi Lina memerah saat aku menciumnya.Apalagi memikirkan sahabatnya masih di kamar mandi dan bisa keluar kapan saja.Dia merasa malu tapi terangsang.Tentu saja aku lebih gugup dan takut.Tapi, rasanya luar biasa."Kamu sangat berani."Lina tersenyum dan memelototiku, lalu berjongkok dengan patuh dan membantuku melepaskan tali sepatuku.Aku duduk di sofa, tanganku tidak m
Aku berpikir dalam hati bahwa betapapun besarnya mataku, itu tidak akan sebesar gunung di dadamu.Secara visual, itu ukuran D.Ini pertama kalinya aku melihat yang sebesar ini. Apa mungkin aku tidak melihatmu dengan melebarkan mataku?Apalagi kamu sendiri yang keluar tanpa pakaian apa pun untuk aku lihat, jadi kenapa tidak kulihat?Tapi, aku hanya berani mengkritik dalam hati, aku tidak berani mengucapkannya dengan lantang."Edo, cepat minta maaf pada Kak Nancy."Aku segera berkata, "Kak Nancy, maafkan aku, aku nggak sengaja tadi."Nancy tidak berkata apa-apa.Lina terus tersenyum dan berkata, "Nancy, teknik pijat Edo luar biasa. Bagaimana kalau biarkan dia memijatmu juga?""Aku nggak mau!""Cobalah. Bukankah kamu selalu bilang bahumu sakit? Biarkan Edo pijat, coba lihat apakah bisa membaik?"Lina mendorong Nancy untuk duduk di sofa.Lalu dia menyuruh aku memijat Nancy.Aku berjalan menghampiri dengan patuh.Setelah melihat bahu Nancy, aku dengan cepat sampai pada kesimpulan, "Kak Nanc
Tapi, aku tidak mengatakan apa pun tentang hal itu.Cukup menyenangkan bagi dua wanita yang bersembunyi satu sama lain seperti ini."Kak Nancy, apakah kamu bercanda? Kamu pasti bercanda."Nancy tiba-tiba mencubitku dan aku hampir menjerit."Ya, aku hanya bercanda," kata Nancy sambil tersenyum.Dia tiba-tiba berdiri dan menarik kerah bajuku dengan tangannya yang lembut, "Pinggang Kakak juga sedikit sakit. Ayo pergi ke kamar tidur, kamu bantu Kakak pijat."Aku sangat gembira. Aku tidak menyangka Nancy begitu pandai bersenang-senang.Tapi, aku tetap berpura-pura malu."Nggak, Kak Lina akan datang ke kamar untuk mencari kita, dia akan lihat nanti.""Kakak memintamu untuk memijat pinggang, bukan melakukan apa-apa. Biarkan dia lihat saja, apa yang kamu takutkan?""Eh ... baiklah kalau begitu."Aku mengikuti Nancy ke kamar tidur kedua.Nancy langsung naik ke ranjang.Dia memiliki sosok yang hebat.Kulitnya mulus.Kakinya tidak ramping, tapi sangat indah.Terutama sepasang telapak kakinya, san
"Kak Nancy, ssst!"Aku segera membuat isyarat agar dia merendahkan suaranya.Kalau dia terus berteriak seperti ini, musik tidak akan mampu menutupi suaranya.Nancy benar-benar emosional. Dia menatapku dengan mata kabur dan berkata, "Aku nggak berdaya, aku nggak bisa mengendalikan diri. Edo, ayo cepat, aku sangat terangsang."Aku ingin, tapi aku tidak berani.Aku belum pernah merasa canggung seperti ini.Aku mengambil sarung bantal di samping ranjang dan memasukkannya ke dalam mulut Nancy.Aku pikir suaranya akan lebih pelan.Lalu aku mulai menyerangnya.Nancy sangat sensitif, tubuhnya berputar-putar seperti ular air.Biarpun sarung bantal menutupi mulutnya, dia tetap mengeluarkan suara yang sangat menawan dan memesona.Aku agak takut dan pada saat yang sama aku menganggapnya sangat merangsang.Aku hanya ingin menaklukkan wanita ini secepat mungkin.Tapi, saat ini, ada ketukan di pintu di luar."Nancy, Edo, apa yang kalian lakukan?""Kak Nancy, nggak bisa, ketahuan Kak Lina."Aku segera
"Justru karena dia begitu jujur dan sopan, aku bosan dia hanya melakukan dua postur yang sama.""Kamu tahu aku punya gairah yang besar, dia nggak bisa memuaskanku sama sekali.""Biarpun begitu, kamu nggak bisa berselingkuh.""Aku nggak berselingkuh. Aku nggak bilang ingin menceraikannya, aku nggak bilang aku sedang mengandung anak orang lain untuk dia besarkan.""Kalau aku nggak mencari pria lain di luar dan nggak pernah puas untuk waktu yang lama. Lambat laun, aku pasti akan menceraikannya."Lina memutar matanya dengan tak berdaya, "Aku kalah berdebat, jadi lupakan saja, aku nggak akan berkomentar.""Bagaimanapun, berhati-hatilah, jangan biarkan Carmin tahu.""Aku tahu, aku tahu."Mereka keluar dari kamar tidur.Saat ini aku baru saja selesai menerima panggilan telepon Kak Nia."Kak Lina, kakak iparku suruh aku pulang.""Oke, kalau begitu pulanglah.""Oke."Dengan enggan aku melambaikan tangan pada Kak Lina.Sebenarnya aku sama sekali tidak ingin pulang, karena Kak Nia memberitahuku b
"Kak Nia, kalau aku menghasilkan uang, aku juga akan membeli baju-baju cantik untukmu." Aku mengatakan ini dari lubuk hati yang paling dalam, karena Kak Nia dan kakakku sangat baik padaku, aku ingin berterima kasih kepada mereka.Kak Nia menepuk pundakku dengan gembira, "Baiklah, kalau begitu Kak Nia menunggu hari itu tiba."Setelah aku dan Kak Nia berbenah, kami keluar.Kak Nia mengantarkanku langsung ke Rumah Sakit TCM.Lalu dia menelepon Johan.Johan bilang dia ada di atas sekarang dan meminta kami langsung ke atas.Di bawah pimpinan Kak Nia, aku langsung menuju ruang pimpinan. Tulisan "Wakil Direktur" tertulis di tanda pintu luar kantor.Johan duduk di dalam dan mengobrol seru dengan wakil direktur.Di luar dugaan, Johan ternyata mengenal wakil direktur Rumah Sakit TCM.Johan melihat kami masuk dan melambai kepada kami.Kak Nia segera mengajakku masuk."Pak Candra, inilah Edo yang aku ceritakan kepada kamu. Biarpun usianya masih muda, dia memiliki banyak pencapaian dalam TCM."Saat
Kak Nia membantuku menata pakaianku.Aku mengambil materi wawancara dan masuk poli sendirian.Poli TCM memiliki staf yang sedikit dan wawancara dilakukan langsung oleh dokter TCM.Dokternya adalah seorang lelaki tua berusia 60-an. Saat aku masuk, dia sedang melihat ponsel.Aku menyapa pihak lain dengan sopan, "Halo, aku datang untuk wawancara."Lelaki tua itu mengenakan kacamata yang tergantung di pangkal hidungnya. Dia menatapku dan berkata, "Duduklah."Aku duduk di kursi di sebelahnya dan bersiap untuk menyerahkan riwayat hidup dan ijazahku.Tapi, lelaki tua itu mengulurkan tangannya untuk menghentikanku, "Jangan terburu-buru memberikan data. Izinkan aku bertanya dulu, apakah kamu dikenalkan oleh seseorang?"Aku tidak punya pilihan selain menarik tanganku dan berkata, "Nggak, aku melihat informasi rekrutmen kalian secara online, jadi aku datang untuk wawancara.""Oh, kamu lulusan universitas mana?""Aku lulusan Universitas TCM Jimba, aku selalu juara satu di fakultas kami."Aku menga
Ketika dokter TCM tua itu melihat aku masuk lagi, dia berkata dengan marah, "Bukankah aku sudah menyuruh kamu untuk menunggu panggilan? Kenapa kamu masuk lagi?"Aku benar-benar tidak senang, jadi aku langsung bertanya, "Kamu bahkan nggak meminta nomor teleponku, bagaimana caranya kamu menelepon untuk memberitahuku?"Dokter TCM tua itu tersedak dan menjadi marah."Aku pikir kamu nggak cocok untuk rumah sakit kami, silakan pergi."Aku menjadi semakin marah dan berkata, "Aku lulusan Universitas TCM Jimba. Aku jauh lebih baik daripada lulusan universitas nggak terkenal tadi. Dia saja diterima, kenapa aku nggak?"Dokter TCM tua itu juga sangat marah kepadaku dan wajahnya berubah, "Pokoknya nggak bisa, kenapa banyak sekali pertanyaannya? Cepat keluar dari sini.""Aku nggak akan keluar, aku datang untuk wawancara ulang.""Kamu sudah nggak memenuhi syarat, keluar!""Aku memenuhi syarat! Aku kenal Pak Candra."Ketika dokter TCM tua itu mendengar aku menyebut Pak Candra, ekspresinya tiba-tiba be
"Aku sedikit depresi? Apa kamu nggak malu bilang aku sedikit depresi?""Kalau aku benar-benar depresi, apa aku akan melakukan itu padamu?"Saat Bella mendengar apa yang Edo katakan, dia benar-benar marah.Edo segera menjelaskan, "Bukan itu maksudku. Aduh .... Lupakan saja, aku nggak akan menjelaskannya lagi. Semakin aku jelaskan, masalah menjadi semakin runyam.""Nggak, kamu harus menjelaskannya padaku. Apa maksudmu?"Bella mengatakan hal itu dengan agresif.Edo juga bingung bagaimana cara menjelaskannya?Saat Bella tidak memperhatikannya, Edo ingin segera melarikan diri.Jika tidak, siapa yang tahu berapa lama dia akan dikurung olehnya?Edo bergerak diam-diam menuju pintu.Sementara Bella, saat ini dia sangat bersemangat. Tampaknya, Bella tidak memperhatikan tingkah laku Edo.Tanpa sadar, akhirnya Edo tiba di depan pintu.Edo melihat ke luar pintu. Kedua pengawal itu menjaga pintu. Mungkin Edo bisa menggunakan pengetahuannya tentang pengobatan tradisional untuk mengalahkan mereka.Saa
Apakah Edo perlu meninggalkan surat wasiat?Hal ini karena Edo menyimpan banyak penyesalan di hatinya. Meski penyesalan kecil ini tidak bisa Edo kabulkan, dia berharap ada yang bisa mengabulkannya.Edo memikirkan sebagian besar kata-kata surat wasiat di benaknya. Jika Bella benar-benar ingin membunuhnya, Edo berharap dapat meyakinkannya untuk menyampaikan wasiatnya pada Lina dan Nia.Pada akhirnya, Edo memikirkan orang tuanya lagi. Tiba-tiba, dia merasa kasihan pada mereka.Bagaimana mereka bisa menerima jika mereka kehilangan putranya yang masih muda itu?Selain itu, Edo adalah anak tunggal di keluarganya. Jika Edo mati, bagaimana dengan orang tuanya?Memikirkan hal itu, Edo hanya bisa menitikkan air matanya.Saat ini, terdengar suara sepatu hak tinggi yang menghantam lantai di luar pintu.Kemudian, Edo mendengar dua pengawal berkata dengan penuh hormat, "Nona!"Bella sudah datang!Akhirnya, wanita itu datang!Edo segera duduk.Saat Bella melihat penampilan Edo, dia mencibir dan berka
Bella memandang dengan acuh tak acuh dan tidak berkata apa-apa.Setelah menonton rekaman CCTV, kedua petugas polisi memutuskan bahwa tempat terakhir Edo muncul adalah ruang pijat.Kemudian, dia berkata, "Ayo, kita ke ruang pijat."Rombongan itu segera menuju ke ruang pijat.Bella mengikuti di belakang dalam diam. Dia hanya menunggu semua orang pergi, kemudian dia menelepon seseorang."Pindahkan orang itu ke tempat lain. Polisi akan segera sampai."Setelah menelepon, Bella mengikuti semua orang ke ruang pijat seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Edo dikurung di sini sepanjang malam. Jadi, dia tidak tahu apa-apa tentang dunia luar.Edo hanya tahu kedua pria kekar itu tiba-tiba membawanya pergi.Kemudian, Edo dibawa ke tempat yang tidak dia ketahui.Edo kembali dikurung.Mereka menyiapkan makanan dan minuman untuk Edo. Selain itu, semua itu adalah makanan kualitas terbaik.Namun, mereka tidak membiarkan Edo pergi.Akan tetapi, Edo merasa ketakutan. Dia tidak tahu sampai kapan Bella akan men
Jessy bertanya-tanya, "Aneh sekali, bukankah Edo menginap di sini tadi malam?"Jessy menelepon Edo.Namun, Bella telah menyita ponsel Edo.Selain itu, Bella mematikan ponsel Edo.Saat dia tidak bisa menghubungi Edo, Jessy semakin bingung.Dia berlari kembali, lalu bertanya pada Yuna, "Yuna, Yuna. Apa kamu tahu ke mana Edo pergi?"Yuna baru saja bangun tidur. Saat ini, dia sedang melakukan yoga."Aku nggak tahu. Dia nggak ada di kamarnya?""Nggak ada. Saat aku pergi ke kamarnya tadi, ranjangnya sangat rapi. Artinya, dia nggak tidur di kamar tadi malam." Jessy memberi tahu Yuna apa yang dia temukan.Yuna menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Kalau begitu, aku juga nggak tahu apa yang terjadi. Bagaimana kalau kita bertanya pada staf hotel?"Jessy berlari untuk bertanya lagi kepada staf hotel, tetapi staf itu mengatakan mereka tidak tahu.Jessy meminta pihak hotel untuk memeriksa rekaman CCTV. Namun, penanggung jawab hotel mengatakan jika tidak terjadi situasi darurat, rekaman CCTV tida
Dua pengawal yang menjagaku dengan ketat. Tubuh mereka sangat kekar hingga tubuhku tampak kecil seperti tauge.Edo sangat ketakutan sehingga dia tidak berani bertindak gegabah.Sementara Bella?Setelah Bella keluar dari ruang pijat, amarahnya masih tersisa. Selain mengurungnya beberapa hari, Dia pasti tidak akan membiarkan Edo keluar.Saat Bella berada di ruang pijat tadi, ponselnya berdering beberapa saat, tapi dia mengabaikannya.Sekarang, dia baru melihat ponselnya. Ternyata sahabatnya, Yuna yang meneleponnya.Bella menenangkan amarahnya, lalu menelepon Yuna kembali, "Yuna, ada apa?""Aku juga ingin bertanya kenapa? Apa yang terjadi padamu dan Jessy barusan? Kenapa kamu pergi begitu saja?" tanya Yuna dengan prihatin.Saat menyebut nama Jessy, Bella tidak bisa menahan kekesalannya.Dia tahu wanita itu suka bermain-main. Dia tidak mempermasalahkannya. Pria dapat bermain-main dengan banyak wanita, kenapa wanita tidak?Namun, masalahnya Jessy tidur dengan Edo. Sementara Edo memiliki hub
Seketika, Edo tercengang lagi.Menginginkan sepasang tangannya?Bukankah Edo akan menjadi cacat?"Aku mengandalkan tangan ini untuk menghidupiku. Kalau kamu ingin menghancurkan tanganku, bagaimana aku akan hidup di masa depan?"Ekspresi Bella kembali masam. "Kamu nggak ingin aku mengebirimu. Kamu juga nggak ingin aku mengulitimu. Kamu juga nggak ingin aku melumpuhkan tanganmu. Kamu telah memanfaatkan segalanya. Kenapa kamu nggak mati saja?"Edo memikirkannya dengan hati-hati. Sepertinya, inilah masalahnya.Namun, Edo benar-benar tidak bisa melakukan apa yang dia minta."Aku salah. Aku salah, ya?" mohon Edo dengan sedih.Bella sangat marah hingga dia menusukkan pisau di tangannya ke meja di depan Edo. "Kamu ingin dimaafkan begitu saja. Apa aku begitu murahan?"Saat itu, Edo tidak tahu kenapa, dia tanpa sadar menjawab, "Kalau begitu, mantan pacarmu berselingkuh. Kenapa kamu melepaskannya?"Saat Edo menyebut mantan pacarnya, wajah Bella tiba-tiba terlihat seperti ingin memakan seseorang.
Akhirnya, Bella berhenti.Akhirnya, Edo bisa bernapas lega. Jika Bella terus mengejarnya seperti ini, Edo benar-benar tidak tahu apakah dia bisa bertahan?Edo melihat Bella menatapnya dengan tatapan dingin. Untuk sesaat, dia tidak tahu apa yang Bella pikirkan?"Apa kamu berkata jujur?" tanya Bella.Edo berkata dengan rasa bersalah, "Yah.""Yah apanya?""Yah, itu berarti aku membenarkan." Edo tidak yakin dengan apa yang dia bicarakan. Dia merasa seakan otaknya bukan miliknya lagi.Wajah Bella tiba-tiba menjadi masam. "Beri aku penjelasan yang jelas, jangan membodohiku seperti ini!"Edo melihat Bella marah lagi, jadi dia segera menjelaskan, "Maksudku, kalau aku harus bertanggung jawab, aku bersedia bertanggungjawab untukmu.""Benarkah? Bagaimana dengan pacarmu?" tanya Bella sambil menyilangkan tangan di dadanya dan menatap Edo.Edo memikirkan Lina, Nia ....Sejujurnya, Edo tidak pernah berpikir untuk bertanggung jawab atas Bella. Namun, sekarang situasi memaksanya. Edo harus melindungi d
Bella menatap Edo dengan tatapan aneh sehingga sekujur tubuhnya merinding.Edo hanya bisa menjelaskan, "Tentu saja, masalah terbesar ada padaku. Aku tahu identitasmu. Aku menyamar dan membuat janji berkencan denganmu. Ini memang salahku.""Tapi, yang ingin aku katakan adalah nggak peduli Edo atau Gary, bukankah kita sangat bahagia?""Karena kita bahagia, jangan memperpanjang masalah ini, oke?"Bella mencibir.Senyuman itu sangat menakutkan.Dalam situasi seperti ini, kenapa dia tertawa?Keringat dingin mengucur di sekujur tubuh Edo.Edo lebih memilih Bella langsung menusuknya."Kak, jangan tertawa lagi. Tawamu membuat aku semakin takut."Edo juga menyesalinya. Seharusnya dia tidak boleh terlena dengan kecantikannya.Sekarang, kebohongannya telah terbongkar.Hal yang terpenting adalah dia tahu hal ini akan tiba. Namun, Edo masih melakukannya.Edo memang pantas berakhir seperti ini.Edp tidak berharap Bella akan langsung memaafkannya. Dia hanya berharap Bella tidak terlalu kejam.Contohn
Pada saat itu, Edo ketakutan setengah mati.Edo buru-buru menundukkan kepalanya. Dia tidak ingin Bella melihatnya."Angkat kepalamu!" kata Bella dengan nada memerintah.Bagaimana mungkin Edo berani mengangkat kepalanya?Edo bahkan berharap ada celah di lantai untuk bersembunyi.Melihat Edo menolak bekerja sama, Bella berkata langsung kepada kedua pria kekar itu, "Angkat kepalanya."Dua pria kekar itu dengan paksa memegang kepala Edo dan mengangkatnya.Edo merasa kepalanya seakan dijepit. Dia merasa sakit dan tidak bisa bergerak.Hal yang lebih menakutkan lagi adalah ketika Edo mengangkat kepalanya, dia harus berhadapan langsung dengan Bella."Gary, Edo!""Aku benar-benar nggak menyangka kedua orang ini adalah kamu."Edo tidak berani mengakuinya. Jika dia mengakuinya, dia pasti akan mati dengan tragis.Jadi, Edo tertawa tanpa malu-malu dan berkata, "Siapa Gary? Aku nggak mengerti apa yang kamu bicarakan?""Kamu nggak mengerti? Lalu, kenapa kamu ada di sini?""Bukankah ini pertama kaliny