Sepertinya dia sedang memperingatkanku untuk tidak melecehkan sahabatnya.Aku berpikir dalam hati, 'Nanti aku juga mau sentuh kamu, apalagi sahabatmu.'Kalian yang datang, jangan salahkan aku.Jadi, aku langsung menyentuh gadis berjaket kulit itu.Namun, aku bukan sepenuhnya ingin memanfaatkan kesempatan. Aku mengajari gadis berjaket kulit itu cara memijat dan area yang harus dipijat untuk memperbesar payudara.Meskipun dada gadis berjaket kulit itu agak kecil, rasanya cukup nikmat.Kelihatannya juga imut.Sejujurnya, aku suka.Hanya saja, aku agak khawatir. Apa gadis ini dapat memberikan ASI pada anaknya?"Ah, panas sekali. Charlene, panas sekali."Ketika memijat titik akupunktur, bagian dalam dada akan memanas.Jadi, ketika gadis berjaket kulit itu kepanasan, dia mulai berteriak.Sikap Bella masih sangat dingin, dia berkata dengan tenang, "Waktu aku pijat kamu, kamu sama sekali nggak bereaksi. Kok sekarang berubah?""Nggak sama, kamu wanita. Nggak ada yang aneh kalau kamu meremas dad
Aku tidak tahu harus bagaimana menanggapi gadis ini.Aku salah karena menolaknya?Aku ketinggalan zaman? Atau terlalu kuno?Mengapa kurasa para gadis zaman sekarang sangat terbuka. Seolah-olah cinta bukanlah apa-apa.Aku lanjut memijat Tiara. Seiring dengan pijatanku, titik akupunktur terbuka. Dada Tiara yang kenyal dan lembut pun memerah.Tiara otomatis mendesah.Orang-orang yang mendengar desahannya pun malu.Aku tidak ingin berpikiran negatif, tetapi melihat ekspresi Tiara yang menggoda, aku pasti bereaksi.Saat ini, Bella berjalan mendekat. Dia berkata padaku dengan nada dingin, "Sudah, hari ini sampai di sini saja!"Entah apa yang ingin dilakukan Bella, aku segera menarik tanganku.Namun, Tiara seolah-olah belum puas. "Kenapa? Aku lagi nikmati .... Oh, aku tahu. Charlene, kamu juga mau, 'kan? Giliran kamu."Tiara salah paham, dia mengira Bella menyuruhku berhenti karena ingin gantian.Bella memelototiku dengan galak.Aku berpikir dalam hati, "Hari ini, aku nggak singgung kamu. Ken
Bagaimana bisa kedua orang dengan kepribadian yang berbeda jauh ini berteman baik?Namun, sepertinya pria tidak akan memahami persahabatan antar wanita. Seperti Kak Nia dan Kak Lina.Salah satunya sangat terbuka dalam urusan percintaan, sedangkan yang lainnya sangat tertutup.Namun, mereka tetap berhubungan baik.Aku menghampiri Bella dan memintanya melepas pakaian.Bella mendelikku sambil melepas pakaian.Aku berpikir dalam hati, 'Sekarang, kamu butuh aku pura-pura nggak kenal kamu. Masih berani memelototiku?'Aku sengaja mencengkeram pinggangnya kuat-kuat, rasanya sangat nikmat."Ini yang nggak nyaman?"Bella menggelengkan kepalanya.Aku meremas area lain. "Ini?"Bella menggelengkan kepalanya lagi.Tanganku perlahan-lahan bergerak ke atas.Aku dapat merasakan sekujur tubuh Bella menegang, sepertinya dia sangat gugup.Melihatnya seperti ini, aku diam-diam tertawa dalam hati. Aku belum melakukan apa-apa, tubuhmu sudah tegang. Kalau aku melakukan sesuatu, apa yang terjadi padamu?Aku me
"Kamu periksa pinggangku, kenapa suruh aku angkat pantat?" Bella kembali marah. Karena dia merasa postur mengangkat pantat terlalu memalukan!Selain itu, dia mengetahui niatku. Jadi, dia merasa aku sengaja mempersulitnya.Aku mendekat ke telinganya dan tidak menyembunyikan niatku. Aku berkata sambil tersenyum, "Aku mau lihat kamu angkat pantat, kenapa? Pukul aku sini?"Hmph!Dulu, di rumah sakit pengobatan tradisional, aku selalu tunduk padamu.Namun sekarang, ini adalah wilayahku, aku yang berkuasa.Aku tidak takut dia mengetahui niatku. Memangnya kenapa kalau dia tahu, dia berani membongkar niatku?Dia tidak berani!Oleh karena itu, aku tidak menyembunyikan niatku.Mendengar ucapanku, ekspresi Bella berubah drastis. Dadanya berfluktuasi hebat, seolah-olah ingin menamparku.Akan tetapi, aku tidak takut. Karena Tiara berdiri di sampingku."Tunggu pembalasanku!" jawab Bella dengan pelan. Namun, saat dia berbicara, giginya terkatup rapat.Meskipun marah, Bella tetap mengangkat pantatnya.
Sembari berbicara, Tiara mengulurkan tangan untuk melepas kacamataku.Aku segera menghindar.Gerakanku inilah yang membongkar kebohonganku."Sialan, bukannya kamu buta? Kok begitu cepat menghindarnya?" tanya Tiara sambil menatapku.Aku mempunyai firasat buruk. Gawat, aku ketahuan."Kamu pura-pura, 'kan? Tadi, kamu suruh aku telanjang, kamu lihat semuanya?"Makin dipikirkan, Tiara makin marah dan menerjang untuk melepas kacamataku.Karena tidak bisa berbohong lagi, aku pun menghindarinya sambil berkata, "Aku bukan sengaja pura-pura buta, ini syarat buat kerja di sini.""Kujamin, waktu aku pijat kamu, aku nggak buka mata.""Kamu kira aku anak-anak? Aku nggak percaya! Cepat lepas kacamatamu. Kalau nggak, kuhabisi kamu!"Tiara sangat ganas!Tak disangka, wanita sekurus dan sekecil ini akan begitu kuat.Aku terus menghindar. Dia tidak berhasil menangkapku dan hendak memecahkan barangku.Barang-barang ini disediakan oleh klinik, semuanya bermerek dan berharga.Kalau rusak, aku perlu ganti ru
Karena ini adalah wilayahku, aku yang berkuasa.Pendatang tidak akan bisa mengalahkan penduduk lokal.Kamu datang ke wilayahku, ingin menggertakku?Kamu bercanda?Namun, aku tahu wanita ini sedang memakiku di dalam hati.Tidak masalah. Lagi pula, aku tidak mendengar umpatannya.Dia boleh mengumpatku sesuka hati.Bella kembali berbaring, aku mulai memijatnya.Aku mengusilinya, bukan berarti aku tidak akan mengobatinya.Aku tukang pijat, masih memiliki etika kerja."Kamu duduk terlalu lama, nggak olahraga. Otot pinggangmu tegang. Selain itu, pinggangmu nggak sengaja terkilir.""Aku penasaran, kok pinggangmu bisa terkilir?"Aku bertanya dengan penuh maksud.Sebenarnya, aku ingin bertanya apakah dia terkilir saat berhubungan?Bella memahami maksudku, dia berkata dengan kesal, "Aku terjatuh waktu menuruni tangga. Kenapa? Nggak boleh?"Mendengar ucapan Bella, entah mengapa aku agak bahagia.Baguslah kalau pinggangnya bukan terkilir karena berhubungan dengan pria lain.Semua pria posesif, ter
Ketika aku memijatnya, dia tiba-tiba berkata dengan emosional, "Aku nggak mau dipijat lagi, pergi sana.""Aku baru mulai, belum apa-apa ...."Sebelum aku selesai berbicara, Bella sudah menyelaku dengan galak, "Sudah kubilang nggak mau dipijat lagi."Aku dikejutkan oleh teguran Bella.Aku mulai berpikir bahwa diriku keterlaluan.Aku merasa bersalah.Aku hanya ingin mengusilinya, tidak bermaksud lain.Namun, melihat Bella begitu emosional, aku tidak lanjut mengusilinya."Kalau begitu kamu istirahat sebentar, nanti panggil aku."Aku memakai kacamata hitam dan hendak pergi.Tanpa sengaja, aku menemukan ada yang aneh dengan Bella.Aku berpikir, 'Ada apa dengan Bella?'Tiba-tiba, suatu jawaban muncul di benakku.Aku tercengang.Aku sontak memandang Bella.Bella duduk di meja pijat dengan canggung.Aku yakin tebakanku benar.Ekspresinya dan gaya duduknya aneh.Aku berpikir, 'Masa, sih? Pijatanku tadi membuat Bella terangsang dan langsung ....'Jangan-jangan setelah kami berpisah, dia tidak pe
"Nggak apa-apa. Tiara, kamu boleh keluar sebentar?"Bella ingin menyuruh Tiara keluar. Dengan begitu, dia bisa diam-diam membersihkan area yang basah.Namun, Tiara menolak. Dia bahkan berlari ke sisi Bella dan bertanya dengan prihatin, "Ada apa denganmu? Nggak enak badan? Mana yang nggak nyaman? Kasih tahu aku."Area yang basah itu membuat Bella sangat tertekan.Dia berharap sahabatnya tidak begitu perhatian.Namun, Tiara tidak menyadari ada yang aneh dan menolak untuk keluar.Dia bahkan mengguncangkan tangan Bella. Kalau terus seperti ini, Bella khawatir rok pendeknya akan ikut ternodai.Namun, dia tidak sanggup memberi tahu sahabatnya.Dia terpaksa memakai jaketnya untuk menutupi rasa malunya."Sampai di sini dulu, kita pergi." Bella tidak sabar ingin meninggalkan tempat ini."Hah? Kamu nggak mau dipijat lagi? Pinggangmu masih sakit, nggak?""Nggak, ayo pergi."Bella memakai jaket, topi dan masker, lalu berbalik pergi.Tekadnya sangat kuat.Tiara pun ikut keluar.Ketika mereka keluar