Kak Nia bertanya padaku dengan kaget, "Apa yang adikku katakan padamu?"Aku menjelaskan secara singkat apa yang terjadi tadi.Kak Nia menghela napas lega, "Cindy si gila ini, apa yang ingin dia lakukan? Edo, untung kamu nggak membocorkan rahasianya. Kalau dia meneleponmu lagi nanti, jangan jawab."AKU, "Aku tahu, Kak Nia, apa yang akan kamu dengan masalah kakakku?"Kak Nia berpikir sejenak dan menjawabku, "Jangan khawatirkan urusan kami, aku akan menghubunginya."Aku teringat analisa Kak Nancy dan dengan ragu bertanya, "Kak Nia, apakah kamu akan menceraikan kakakku?"Kak Nia menjawab, "Kenapa aku harus bercerai? Aku mempunyai makanan, minuman, tempat tinggal dan uang untuk dibelanjakan, kenapa harus bercerai? Kalau Wiki nggak bisa memuaskanku, aku bisa mencari orang lain. Sedangkan dia, dia bisa melakukan apa pun yang dia mau, asalkan dia memberiku uang setiap bulan."Aku, "Jadi bukankah ini pernikahan terbuka? Kak Nia, apa kamu yakin ingin menjalani kehidupan seperti ini bersama kakak
Harmin mengingatkan Dono untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukannya.Suami Bu Dora bukanlah orang yang bisa dianggap enteng dan yang terpenting Bu Dora jelas tidak senang saat pergi kemarin.Harmin tahu Dono mengincar Bu Dora, jadi dia harus mengingatkan Dono.Dia boleh saja kalau ingin mengandalkan orang kaya, tapi harus juga memperhatikan kesopanan.Hati Dono sudah terlanjur berdetak kencang menuju rumah Bu Dora, dia mengangguk berkali-kali, lalu mengemasi barang-barangnya dan pergi.Melihat Dono pergi, aku merasa jauh lebih santai.Yang penting aku bisa melakukan apa pun yang aku mau tanpa Dono mencari masalah untukku.Pagi harinya, banyak pelanggan mulai datang ke kamarku.Aku adalah orang yang berperilaku baik dan melakukan apa pun yang perlu aku lakukan untuk pelanggan. Semua pelanggan memujiku.Beberapa kakak muda bahkan menambahkanku di WhatsApp dan mengatakan mereka akan kembali mencariku di masa depan.Aku merasa kakak-kakak muda ini benar-benar mengangg
Aku memandang Dono sambil mencibir, berpikir kalau seekor harimau tidak menunjukkan kekuatannya, apakah kamu benar-benar mengira aku kucing yang sakit?Aku hanya tidak ingin menimbulkan masalah, tapi bukan berarti aku mudah diajak bicara.Aku tidak akan menyinggung siapa pun kecuali mereka menyinggungku, tapi kalau seseorang menyinggungku, aku akan membasmi mereka!Biarpun kalimat ini mungkin terdengar agak kurang dewasa sekarang, tapi sangat berguna."Sudah, kalian berdiri terpisah." Pak Hasan menegur dengan sikap acuh tak acuh dan melanjutkan ceramahnya.Dono jelas ingin membalas dendam padaku dan tetap berdiri di tempat.Dia tidak bergerak, aku yang bergerak.Aku langsung pindah ke sisi Pak Hasan.Dono tidak mengikuti kali ini.Aku tidak mengambil hati apa yang baru saja terjadi dan terus mendengarkan kelas dengan penuh perhatian.Tapi, Dono berbeda. Sorot matanya itu jelas menandakan dia menaruh dendam padaku lagi.Alasan Dono menaruh dendam padaku adalah karena pagi harinya dia pe
Hanya saja dia tidak pernah menyangka kalau dia tetap akan dikalahkan olehku.Hal ini membuat Dono semakin marah dan benci padaku.Akulah yang mencuri Bu Dora miliknya.Itu semua karena aku!Diam-diam Dono bersumpah dalam hatinya bahwa dia tidak akan membiarkan aku hidup damai.Sebelum Pak Hasan menyelesaikan pelajarannya, Dono pergi dengan marah.Aku melihat Dono pergi tapi aku diam saja.Apakah pria itu pergi atau tidak, tidak ada hubungannya denganku dan aku tidak peduli.Aku hanya ingin mendengarkan kelas dengan baik dan melakukan pekerjaanku dengan baik.Setelah Pak Hasan menyelesaikan ceramahnya, dia secara khusus memanggilku."Edo, aku ingin tanya, apakah Dono tadi mengincar kamu?" Pak Hasan bertanya kepadaku."Ini bukan masalah besar, Pak Hasan. Kamu nggak perlu mengkhawatirkannya. Aku bisa mengatasinya sendiri."Aku merasa bahwa aku bukan anak kecil dan aku tidak bisa mengeluh kepada Pak Hasan tentang segala hal. Itu akan sangat membosankan.Pak Hasan juga memahami apa yang ak
Bisa dibilang kami seumuran.Menyuruhku memanggil wanita seumuran "kakak", aku merasa agak canggung."Hei, kok nggak panggil? Minta dihajar?"Sembari berbicara, Helena mulai membuka kancing kemejanya dan kulit putihnya pun terlihat.Aku sangat memahami wanita ini. Aku segera berbalik dan berkata, "Oke, Kak Helena. Jangan begini, aku sudah tahu salah.""Hehe, begitu dong. Harus kugertak, baru takut? Jawab jujur, kamu cuma modus, 'kan?"Sejujurnya, aku tidak berpikir demikian.Aku mengetahui sifat wanita ini, jadi aku tidak pernah mengincarnya.Namun, ketika digoda olehnya, aku cukup menikmati.Tentu saja, aku tidak boleh mengaku. Kalau aku mengaku, berarti aku mencelakai diri sendiri."Aku mana berani. Aku cuma orang biasa, masih mau hidup." Aku berbohong.Helena tiba-tiba berjalan ke hadapanku, aku hampir mimisan.Bagaimana bisa dia menelanjangi diri sendiri?Piyama seksi berwarna merah muda, sepertinya dia tidak memakai pakaian dalam.Gunung putih yang menjulang tinggi sangat memukau.
Awalnya, aku memejamkan mata, tetapi aku kesulitan mengambil barang dengan mata terpejam. Jadi, aku membuka mataku dan melihat adegan yang mengejutkan."Pfft." Aku langsung menyemburkan seteguk air.Helena bertanya dengan sengaja, "Kenapa? Posturku bermasalah?"Aku berpikir dalam hati, 'Bermasalah atau nggak, kamu nggak tahu?'Dasar licik.Aku tercengang.Aku hanya bisa berkata, "Kamu duduk begini, aku nggak bisa pijat kamu. Kak Helena, tolong duduk.""Hari ini, pinggangku nggak sakit, kakiku yang sakit. Duduk macam ini, rasanya lebih nyaman. Cepat pijat aku."Aku tercengang dan berpikir, 'Aku mana bisa pijat kamu?''Aku nggak mungkin berlutut di depanmu dan menghadap ke area sensitifmu, 'kan?'Ini namanya bukan memijat.Apa ini ujian untuk menjadi makhluk suci?Aku memohon ampun. "Kak, posturmu ini sangat ambigu. Aku nggak bisa pijat kamu. Ampuni aku, aku nggak sanggup hadapi cobaan macam ini.""Hei, kamu ini tukang pijat, bahkan tukang pijat buta. Untuk apa peduli sama cara dudukku?"
"Lebih kuat, lebih kuat lagi. Aku suka yang kasar macam kamu."Sembari berbicara, dia menjambak rambutku.Aku sungguh kesakitan.Aku berteriak, "Ah, jangan seperti ini. Rambutku bisa patah."Helena seolah-olah tidak mendengar ucapanku, dia mempererat cengkeramannya.Aku terpaksa berhenti memijatnya.Helena tiba-tiba menatapku dengan galak. "Siapa suruh kamu berhenti? Lanjutkan!Aku terpaksa lanjut memijatnya.Helena kembali menunjukkan ekspresi nikmat. Dia menjambak rambutku sambil menggerakkan tangannya.Aku curiga wanita ini suka menyiksa orang.Kulit kepalaku hampir robek."Ah, aku benar-benar kesakitan. Tenagamu kuat sekali, rambutku sudah mau putus."Aku tidak bisa menahan diri lagi dan langsung bangkit.Melihat rambutku berdiri tegak, Helena tertawa terbahak-bahak.Dia tidak menyangka dirinya begitu ganas dan menjambak rambutku hingga seperti ini.Aku mengusap kulit kepalaku sambil berkata dengan tertekan, "Masih tertawa, aku sudah kesakitan."Helena menyuruhku mendekat. "Sini, b
"Main apaan? Aku nggak main-main sama kamu. Jawab dengan jujur, nikmat nggak?" tanya Helena.Aku sangat kesal.Amahku membara, tetapi tidak bisa dilampiaskan dan harus mendengar godaan Helena. Bagaimana mungkin aku tidak kesal?Namun, aku harus sabar.Aku menuruti keinginan Helena. "Nikmat, nikmat sekali. Puas?""Kamu nikmat, aku belum nikmat. Sini, biar aku nikmat juga." Helena tidak berencana untuk melepaskanku.Aku tidak bisa berkata-kata."Gimana caranya? Biarkan kamu jambak aku lagi? Aku takut botak."Mengingat adegan Helena menjambak rambutku, aku sungguh takut.Tak disangka, wanita secantik Helena memiliki kebiasaan buruk seperti itu.Sangat aneh."Aku nggak jambak kamu lagi. Sini, pijat aku.""Cuma itu?""Kalau nggak? Kusuruh kamu tiduri aku?" tanya Helena.Dilihat dari penampilannya, seharusnya dia tahu batas.Kalau tidak, bagaimana mungkin dia membujukku? Buang-buang waktu saja.Selama dia tidak memaksaku melakukan hal yang keterlaluan, aku akan bersabar.Bagaimanapun, aku ti