Share

Bab 409

Author: Galang Damares
Aku memandang Dono sambil mencibir, berpikir kalau seekor harimau tidak menunjukkan kekuatannya, apakah kamu benar-benar mengira aku kucing yang sakit?

Aku hanya tidak ingin menimbulkan masalah, tapi bukan berarti aku mudah diajak bicara.

Aku tidak akan menyinggung siapa pun kecuali mereka menyinggungku, tapi kalau seseorang menyinggungku, aku akan membasmi mereka!

Biarpun kalimat ini mungkin terdengar agak kurang dewasa sekarang, tapi sangat berguna.

"Sudah, kalian berdiri terpisah." Pak Hasan menegur dengan sikap acuh tak acuh dan melanjutkan ceramahnya.

Dono jelas ingin membalas dendam padaku dan tetap berdiri di tempat.

Dia tidak bergerak, aku yang bergerak.

Aku langsung pindah ke sisi Pak Hasan.

Dono tidak mengikuti kali ini.

Aku tidak mengambil hati apa yang baru saja terjadi dan terus mendengarkan kelas dengan penuh perhatian.

Tapi, Dono berbeda. Sorot matanya itu jelas menandakan dia menaruh dendam padaku lagi.

Alasan Dono menaruh dendam padaku adalah karena pagi harinya dia pe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 410

    Hanya saja dia tidak pernah menyangka kalau dia tetap akan dikalahkan olehku.Hal ini membuat Dono semakin marah dan benci padaku.Akulah yang mencuri Bu Dora miliknya.Itu semua karena aku!Diam-diam Dono bersumpah dalam hatinya bahwa dia tidak akan membiarkan aku hidup damai.Sebelum Pak Hasan menyelesaikan pelajarannya, Dono pergi dengan marah.Aku melihat Dono pergi tapi aku diam saja.Apakah pria itu pergi atau tidak, tidak ada hubungannya denganku dan aku tidak peduli.Aku hanya ingin mendengarkan kelas dengan baik dan melakukan pekerjaanku dengan baik.Setelah Pak Hasan menyelesaikan ceramahnya, dia secara khusus memanggilku."Edo, aku ingin tanya, apakah Dono tadi mengincar kamu?" Pak Hasan bertanya kepadaku."Ini bukan masalah besar, Pak Hasan. Kamu nggak perlu mengkhawatirkannya. Aku bisa mengatasinya sendiri."Aku merasa bahwa aku bukan anak kecil dan aku tidak bisa mengeluh kepada Pak Hasan tentang segala hal. Itu akan sangat membosankan.Pak Hasan juga memahami apa yang ak

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 411

    Bisa dibilang kami seumuran.Menyuruhku memanggil wanita seumuran "kakak", aku merasa agak canggung."Hei, kok nggak panggil? Minta dihajar?"Sembari berbicara, Helena mulai membuka kancing kemejanya dan kulit putihnya pun terlihat.Aku sangat memahami wanita ini. Aku segera berbalik dan berkata, "Oke, Kak Helena. Jangan begini, aku sudah tahu salah.""Hehe, begitu dong. Harus kugertak, baru takut? Jawab jujur, kamu cuma modus, 'kan?"Sejujurnya, aku tidak berpikir demikian.Aku mengetahui sifat wanita ini, jadi aku tidak pernah mengincarnya.Namun, ketika digoda olehnya, aku cukup menikmati.Tentu saja, aku tidak boleh mengaku. Kalau aku mengaku, berarti aku mencelakai diri sendiri."Aku mana berani. Aku cuma orang biasa, masih mau hidup." Aku berbohong.Helena tiba-tiba berjalan ke hadapanku, aku hampir mimisan.Bagaimana bisa dia menelanjangi diri sendiri?Piyama seksi berwarna merah muda, sepertinya dia tidak memakai pakaian dalam.Gunung putih yang menjulang tinggi sangat memukau.

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 412

    Awalnya, aku memejamkan mata, tetapi aku kesulitan mengambil barang dengan mata terpejam. Jadi, aku membuka mataku dan melihat adegan yang mengejutkan."Pfft." Aku langsung menyemburkan seteguk air.Helena bertanya dengan sengaja, "Kenapa? Posturku bermasalah?"Aku berpikir dalam hati, 'Bermasalah atau nggak, kamu nggak tahu?'Dasar licik.Aku tercengang.Aku hanya bisa berkata, "Kamu duduk begini, aku nggak bisa pijat kamu. Kak Helena, tolong duduk.""Hari ini, pinggangku nggak sakit, kakiku yang sakit. Duduk macam ini, rasanya lebih nyaman. Cepat pijat aku."Aku tercengang dan berpikir, 'Aku mana bisa pijat kamu?''Aku nggak mungkin berlutut di depanmu dan menghadap ke area sensitifmu, 'kan?'Ini namanya bukan memijat.Apa ini ujian untuk menjadi makhluk suci?Aku memohon ampun. "Kak, posturmu ini sangat ambigu. Aku nggak bisa pijat kamu. Ampuni aku, aku nggak sanggup hadapi cobaan macam ini.""Hei, kamu ini tukang pijat, bahkan tukang pijat buta. Untuk apa peduli sama cara dudukku?"

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 413

    "Lebih kuat, lebih kuat lagi. Aku suka yang kasar macam kamu."Sembari berbicara, dia menjambak rambutku.Aku sungguh kesakitan.Aku berteriak, "Ah, jangan seperti ini. Rambutku bisa patah."Helena seolah-olah tidak mendengar ucapanku, dia mempererat cengkeramannya.Aku terpaksa berhenti memijatnya.Helena tiba-tiba menatapku dengan galak. "Siapa suruh kamu berhenti? Lanjutkan!Aku terpaksa lanjut memijatnya.Helena kembali menunjukkan ekspresi nikmat. Dia menjambak rambutku sambil menggerakkan tangannya.Aku curiga wanita ini suka menyiksa orang.Kulit kepalaku hampir robek."Ah, aku benar-benar kesakitan. Tenagamu kuat sekali, rambutku sudah mau putus."Aku tidak bisa menahan diri lagi dan langsung bangkit.Melihat rambutku berdiri tegak, Helena tertawa terbahak-bahak.Dia tidak menyangka dirinya begitu ganas dan menjambak rambutku hingga seperti ini.Aku mengusap kulit kepalaku sambil berkata dengan tertekan, "Masih tertawa, aku sudah kesakitan."Helena menyuruhku mendekat. "Sini, b

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 414

    "Main apaan? Aku nggak main-main sama kamu. Jawab dengan jujur, nikmat nggak?" tanya Helena.Aku sangat kesal.Amahku membara, tetapi tidak bisa dilampiaskan dan harus mendengar godaan Helena. Bagaimana mungkin aku tidak kesal?Namun, aku harus sabar.Aku menuruti keinginan Helena. "Nikmat, nikmat sekali. Puas?""Kamu nikmat, aku belum nikmat. Sini, biar aku nikmat juga." Helena tidak berencana untuk melepaskanku.Aku tidak bisa berkata-kata."Gimana caranya? Biarkan kamu jambak aku lagi? Aku takut botak."Mengingat adegan Helena menjambak rambutku, aku sungguh takut.Tak disangka, wanita secantik Helena memiliki kebiasaan buruk seperti itu.Sangat aneh."Aku nggak jambak kamu lagi. Sini, pijat aku.""Cuma itu?""Kalau nggak? Kusuruh kamu tiduri aku?" tanya Helena.Dilihat dari penampilannya, seharusnya dia tahu batas.Kalau tidak, bagaimana mungkin dia membujukku? Buang-buang waktu saja.Selama dia tidak memaksaku melakukan hal yang keterlaluan, aku akan bersabar.Bagaimanapun, aku ti

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 415

    Bagaimanapun, wanita ini sangat cantik. Aku bahkan tidak berani berpikir untuk menggenggam dengannya.Apalagi melakukan hal seperti itu dengannya.Namun, aku tidak boleh gegabah.Wanita ini bukan wanita biasa. Orang sepertiku tidak pantas menyentuhnya.Meskipun kebahagiaan sesaat menyenangkan, nyawa lebih berharga.Aku masih muda, belum menikah dan belum mempunyai keturunan, aku tidak ingin meninggal dini."Aku serius. Kalau kamu bantu aku, aku pasti bantu kamu." Helena masih tidak menyerah, dia mencoba untuk membujukku.Aku berkata dalam hati, 'Jangan dengarkan, ini jebakan!'Aku terus melafalkan kalimat ini. Akhirnya, aku terbebas dari sihir Helena.Melihatku begitu gigih, Helena mulai berulah.Dia tiba-tiba berbalik, dia berbaring telungkup sambil menggoyangkan pantatnya."Kak, begini bisa?"Aku mengabaikannya.Helena terus mengganti postur tubuhnya.Aku tetap mengabaikannya.Helena melepas kacamata hitamku dan menyadari mataku tertutup rapat."Buka matamu!" seru Helena dengan nada

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 416

    Kalau pukulannya pelan, aku akan membiarkannya memukulku. Kalau pukulannya kuat, aku akan menghindar.Perlahan-lahan, kita seperti pasangan yang sedang bertengkar.Amarah Helena mereda dan aku tidak terlalu takut padanya.Aku membujuknya. "Kak Helena, jangan seperti ini. Nggak ada pria yang mau diselingkuhi. Kalau Tiano tahu, kamu bisa celaka."Akhirnya, Helena kembali normal. Dia tidak lagi memukulku atau menggodaku.Sebaliknya, dia berkata dengan serius, "Ya sudah kalau celaka, daripada harus jadi mumi."Aku berpikir dalam hati, 'Kamu mana macam mumi?''Hidupmu begitu menyenangkan!'"Apa maksud tatapanmu ini? Kamu nggak percaya?"Aku segera menggelengkan kepala. "Tentu aku percaya.""Hmph. Kamu nggak percaya, matamu nggak bisa bohong.""Kamu macam orang lain. Kira aku hidup mewah, jadi pacar Tiano, nggak perlu khawatirkan apa pun, bisa foya-foya.""Kamu nggak tahu betapa banyaknya orang yang katai aku dari belakang."Aku menjawab, "Mana mungkin. Siapa begitu berani? Paling-paling mer

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 417

    Kalau dipikir-pikir, aku sangat hebat!Aku diam-diam mengembuskan napas lega.Bagaimanapun, akhirnya aku berhasil meyakinkan wanita ini."Edo." Helena tiba-tiba memanggil namaku.Aku segera menjawab, "Ya, Kak Helena, ada apa?""Tapi, aku tetap menginginkanmu, aku harus gimana?"Jantungku kembali bergedup. Aku segera berkata, "Kak Helena, singkirkan pikiran ini. Aku ini adikmu, kakak mana boleh punya pemikiran macam ini pada adiknya?""Tapi, kamu bukan adik kandungku, cuma adik angkatku.""Kakak dan adik angkat, bukannya lebih asyik?"Melihat Helena akan lanjut berulah, aku segera berkata, "Asyik sih asyik. Tapi, nggak baik. Ingat, ini klinik. Kemarin, waktu aku pijat kamu, kamu teriak lebih kuat, orang di luar bisa dengar.""Jadi, maksudmu, kamu mau kalau pergi ke tempat sepi?" tanya Helena sambil mengedipkan mata padaku.Setelah berbicara panjang lebar, kenapa kembali ke topik ini lagi?Sialan!Apa aku begitu karismatik?Sampai membuatnya begitu menginginkanku?"Nggak mau. Aku harus p

Latest chapter

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1172

    Kata-kata Xander membuatku terdiam.Yah, bagi bos besar seperti Xander, ratusan juta bukanlah uang yang banyak sama sekali.Jika dia mau berunding denganku, aku khawatir dia tidak akan berminat sekalipun aku memberinya semua tabunganku.Namun, aku tidak akan menyerah begitu saja.Aku memikirkannya, lalu berkata, "Apa yang kamu inginkan. Pak Xander, bagaimana agar kamu menjual buku medis itu padaku?""Sudah aku bilang buku medis itu sangat berguna bagiku. Aku nggak akan menjualnya!"Xander selalu enggan mengambil inisiatif untuk menjual apa yang diinginkannya.Hal ini membuatku sangat pasif. Aku hanya bisa mengikuti ide-idenya."Pak Xander ingin menggunakan buku medis itu untuk bernegosiasi denganku, 'kan?"Aku tidak dapat menahan amarah, lalu bertanya.Xander tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas anggur merah untuk dirinya sendiri.Tindakannya itu telah menunjukkan bahwa tebakanku benar.Namun, dia tidak pernah memberiku jawaban yang akurat. Hal ini membuatku merasa sangat tidak yak

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1171

    "Ah. Yah, kamu mau masuk dan duduk sebentar?""Oke."Xander hanya ingin bersikap sopan padaku. Namun, dia tidak menyangka aku benar-benar akan masuk.Wanita itu duduk di sofa dengan acuh tak acuh. Tubuhnya bahkan hampir terekspos.Terlihat jelas bahwa wanita seperti ini sering datang ke tempat-tempat seperti itu.Xander melemparkan setumpuk uang pada wanita itu, lalu membiarkannya pergi.Wanita itu tidak berkata apa-apa. Dia mengambil uang dan pakaian, lalu pergi ke kamar mandi. Tidak lama kemudian, dia keluar setelah berganti pakaian dan pergi dengan tubuh gemulai.Xander menuangkan segelas anggur merah untukku."Kebetulan sekali! Bukankah kamu tinggal di Kota Jimba? Apa kamu juga menginap di hotel?"Aku tahu ini Xander sedang mengujiku.Aku menjawab dengan sangat tenang, "Sekarang, aku menjalankan bisnis sendiri dan perlu banyak bepergian. Menginap di hotel adalah hal yang nggak bisa dihindari. Aku malah jarang sekali pulang ke rumah.""Aku hanya nggak menyangka akan bertemu dengan P

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1170

    Terlihat jelas mereka khawatir dan prihatin terhadapku, jadi mereka datang menemaniku.Inti masalahnya adalah kali ini musuhku adalah Tiano, seorang tiran yang berkuasa di ibu kota. Dia memiliki banyak sekali penjahat di bawah komandonya.Kami hanya melihat orang-orang seperti itu dalam novel dan di TV. Kami belum pernah bertemu mereka dalam kehidupan nyata.Bagi kami yang baru lulus kuliah, orang-orang seperti ini begitu jauh dan menakutkan.Namun, mereka tidak takut. Sebaliknya, mereka bersedia tinggal bersamaku.Hal ini bukan hanya sekadar momen yang menyentuh. Melainkan adalah persahabatan seumur hidup.Aku tidak berkata apa-apa. Bagiku, tidak ada kata yang dapat menggambarkan persahabatan kami.Aku membiarkan mereka tidur di kamar. Sementara aku berbaring di ruang tamu.Aku merasa sangat emosional.Ada kegembiraan, emosi, ketakutan dan rasa takut ....Hal ini mungkin proses tumbuh dewasa dengan suka dan duka.Aku tertidur tanpa sadar.Keesokan harinya, kami pergi ke klinik bersama

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1169

    "Tapi, kamu harus berjanji untuk menyembuhkan kakakku."Aku hanya berbalik dan pergi.Naila segera menghentikannya dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan?""Penyakit kakakku adalah penyakit mental. Aku bukan psikiater. Bagaimana aku bisa menjamin bahwa aku bisa menyembuhkannya?"Bukankah dia mempersulitku?Naila juga tahu bahwa permintaannya agak berlebihan, jadi dia mengalah dan berkata, "Kalau begitu, kamu bicaralah dengan kakakku. Beri dia pencerahan agar dia nggak terlalu keras kepala dan berhenti mencoba bunuh diri.""Baguslah."Bagiku, ini juga tantangan besar.Aku belajar pengobatan tradisional, bukan psikologi. Selain itu, aku bukan konselor cinta. Aku tidak tahu bagaimana cara menasihatinya.Aku hanya berusaha semampunya.Demi mengurus urusanku, Naila secara khusus membeli beberapa suplemen sebelum pergi.Namun, setelah seharian bekerja keras, waktu sudah menunjukkan lewat pukul tujuh malam.Hari ini, aku melakukan banyak hal yang tidak berarti. Untungnya, Kiki dan Zudith tidak

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1168

    "Meski hanya ngobrol biasa, pasti ada yang kalian bicarakan. Apa yang kamu bicarakan dengan kakakku?" tanya Naila.Aku memikirkannya, tetapi aku tidak dapat mengingat apa pun."Itu semua adalah kata-kata yang nggak penting. Bagaimana aku bisa mengingatnya?"Naila merasa cemas sejenak. Dia tanpa sadar meraih lenganku, "Pikirkan baik-baik, ini sangat penting bagiku. Kakakku biasanya nggak berkomunikasi dengan siapa pun. Setiap kali kami menanyakan sesuatu padanya, dia nggak mau mengatakan sepatah kata pun.""Kamu bisa ngobrol dengannya. Ini sangat luar biasa. Edo, bagaimana kalau kamu membantu kakakku?"Aku menggelengkan kepalaku dengan cepat. "Lupakan saja. Keluarga Isabell adalah keluarga besar di ibu kota. Kalian kaya dan berkuasa. Kalian bisa menemukan dokter terkenal mana pun. Jangan coba-coba menipuku."Aku tidak ingin terlibat dalam kekacauan ini.Jika Tiano tahu tentang ini, itu akan menjadi masalah lain.Naila berkata dengan cemas, "Kalau begitu, kamu hanya akan melihat kakak ja

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1167

    Aku diam-diam mendesah. Betapa sialnya nasibku ini, tetapi aku tetap berjalan keluar.Naila melipat tangannya di dada sambil menatapku. "Apa kamu pernah ke ibu kota?""Yah.""Apa yang kamu lakukan di sana?""Aku mencairkan cek.""Kamu bohong! Kamu bertemu dengan kakakku di ibu kota.""Aku bertemu dengan kakakmu, tapi ini nggak berbenturan dengan penagihan utangku, 'kan?" kataku dengan jujur, tetapi wanita ini tidak memercayaiku.Naila menatapku dengan tatapan tajam. "Huh, aku nggak percaya kata-katamu. Aku rasa kamu hanya ingin mencari tahu tentang kakakku."Aku benar-benar merasa sangat tidak berdaya. "Kenapa aku harus mencari tahu tentang kakakmu? Apa hubungannya dia denganku?""Dia nggak ada hubungannya denganmu, tapi dia ada hubungannya dengan Helena. Katakan yang sebenarnya. Apa Helena memintamu untuk menyelidiki kakakku?"Wanita ini terlalu pandai berimajinasi.Aku marah hingga tertawa."Apa kamu punya bukti? Apa kamu punya bukti yang membuktikan Nona Helena memintaku untuk menye

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1166

    Tampaknya, aku tidak mudah untuk menemukan keberadaan Xander.Dalam masalah ini, aku masih membutuhkan bantuan Dora.Aku pergi ke kantor detektif lagi.Setelah Dora kembali dari Kota Jimba, dia tidur nyenyak. Sampai aku tiba, dia baru bangun dari tempat tidur dengan malas.Aku bahkan tidak mengganti pakaianku. Aku hanya mengenakan piyama tipis.Aku terdiam seribu bahasa. "Bu Dora, bisakah kamu memperhatikan penampilanmu?"Dora menguap, lalu berkata, "Mereka semua sibuk di luar, kamu satu-satunya orang di sini. Bukankah kamu sudah pernah melihatnya, apa yang perlu aku perhatikan?""Kamu juga harus memperhatikan penampilanmu. Bagaimanapun, kamu itu bosku," kataku mengingatkannya.Dora mengambil mantel dan memakainya dengan santai. "Oke, oke, oke. Aku mengerti. Kenapa kamu mencariku? Ada masalah apa?""Aku ingin memintamu menyelidiki seseorang." Aku langsung menyatakan tujuanku.Dora menatapku dengan mata terbelalak. "Kamu bercanda? Aku bosmu. Kamu memintaku untuk membantumu?""Aku akan m

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1165

    Aku tidak mengetahui hal ini.Setelah meninggalkan rumah Bella, aku hendak langsung kembali ke klinik. Namun, aku melihat sosok yang familier berjalan melewatiku.Orang itu adalah Xander!Dia telah tiba di Kota Jimba.Sebelumnya, aku mengetahui dari Tommy dari Klinik Medika bahwa buku medis yang dijual Wiki pada Tommy itu, dijual oleh Tommy pada Xander.Aku menelepon Xander. Aku mengatakan padanya bahwa ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengannya. Xander juga berjanji setelah dia kembali ke Kota Jimba, dia akan menghubungiku.Namun, aku malah bertemu dengannya.Aku tidak ingin berpikiran buruk tentang orang lain. Xander mungkin sangat sibuk akhir-akhir ini, jadi dia tidak punya waktu untuk meneleponku. Jika seperti itu, aku akan berinisiatif untuk meneleponnya.Tak lama kemudian, Xander menjawab panggilannya.Aku mencoba untuk tetap tenang, lalu bertanya, "Pak Xander, apa saja kesibukanmu akhir-akhir ini?""Apa yang bisa aku lakukan? Aku pedagang obat, tentu saja aku sibuk dengan bi

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1164

    Bella mengendusnya. Ekspresinya masih tampak jijik. "Nggak, nggak. Baunya terlalu kuat. Aku nggak tahan.""Jepit hidungmu, pejamkan matamu, minumlah dalam satu tarikan napas," bujukku seperti membujuk anak kecil.Bella tidak bersedia.Aku menarik kursi, lalu duduk. "Kalau kamu nggak mau minum, aku nggak akan pergi. Kita buang-buang waktu saja seperti ini.""Kamu memaksaku. Aku pasien. Sebagai dokter, bagaimana kamu bisa memperlakukan pasienmu seperti ini?""Siapa yang menyuruh kamu nggak patuh? Nggak kooperatif? Biasanya, saat aku bertemu pasien sepertimu, aku akan mengganti metode pengobatannya."Hanya ada beberapa jenis perawatan dalam pengobatan tradisional yaitu obat, akupunktur dan pijat.Jika Bella bersikeras tidak minum obat tradisional, aku hanya bisa memberinya akupunktur.Memikirkan akupunktur, wajah Bella yang cantik tanpa sadar memerah.Sepertinya dia memikirkan sesuatu yang memalukan.Tiba-tiba, dia mengambil mangkuk obat, menjepit hidung dan meminum obatnya.Aku tidak men

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status