Dia tidak berniat untuk terlibat dengan orang-orang ini, dia hanya ingin menjemput anak-anaknya.Dia tidak ingin memperhatikan siapa pun yang tidak berhubungan dengan anaknya.Dengan berpikir seperti itu, tanpa menoleh ke samping, Alya hendak langsung masuk ke dalam untuk menjemput anak-anaknya. Namun, Faisal tiba-tiba menunjuknya dan berseru, "Rizki, kenapa Alya ada di sini? Bukankah kamu sudah lama bercerai dengannya? Apa hubunganmu dengan anak yang ada di dalam itu?"Dia berteriak seperti seekor singa gila dan mencengkeram dadanya sendiri dengan sedih. "Bagaimana bisa kamu melakukan ini pada Hana?"Begitu namanya disebut, Hana seketika menggigit bibirnya dengan mata memerah.Tanpa disangka, Rizki hanya menatap Faisal dengan dingin, seolah-olah dirinya sedang melihat orang bodoh.Tatapannya membuat Faisal makin marah. Apalagi, melihat mata Hana yang memerah dan terlihat menyedihkan membuat hatinya terasa sakit.Memikirkan bagaimana wanita yang ingin dia manja dan cintai selama bertah
Faisal yang sudah marah melihat Alya yang tiba-tiba lewat di depannya. Barusan, saat dia mencoba menyentuh Rizki, Rizki menakutinya.Dia pun dibuat tunduk di depan wanita yang disukainya.Jadi saat melihat Alya lewat, Faisal pun melampiaskan amarahnya pada Alya. Akan tetapi, dia tidak menyangka tindakannya ini akan membuat Rizki gila.Melihat Rizki yang tiba-tiba bergegas menghampirinya seperti orang gila, dia pun seketika takut dan hendak melepaskan Alya.Buk!Sebuah tinju menghantam rahang Faisal, memukulnya hingga jatuh ke tanah.Sebelum Alya sempat bereaksi, Rizki sudah melingkarkan lengan di pinggangnya dan menariknya ke dalam pelukan.Aroma yang familier pun menyelimutinya.Alya menatap Rizki dengan terkejut. Dia tidak menyangka Rizki akan marah sebesar ini hanya karena Faisal mencengkeram bahunya.Setelah dipukul hingga jatuh, amarah Faisal pun berkobar. Dia langsung berdiri dan mengayunkan tinjunya pada Rizki."Demi seorang wanita, kamu sampai memukulku. Aku juga nggak akan rag
Namun, ketika dia maju dan mencoba untuk menarik tangannya, Faisal masih menolak untuk melepaskan. Dia tidak rela membiarkan masalah ini berlalu begitu saja.Akhirnya, Andi terpaksa mengalihkan tekanannya pada Hana.Merasakan tatapan Andi, Hana awalnya ingin menghindarinya, tetapi akhirnya dia masih mencolek lengan Faisal."Faisal, lepaskan dulu. Ayo kita bicarakan secara baik-baik."Dengan bimbingan dewinya, Faisal pun tidak gegabah seperti sebelumnya dan perlahan melepaskan tangannya.Namun, tatapan Rizki masih tetap dingin, dia tampak tidak berencana untuk membiarkannya begitu saja. Tangannya masih mencengkeram tinju Faisal dengan erat, bibirnya terkatup rapat dan ekspresinya terlihat galak."Rizki ...." Melihat Rizki tidak melepaskan cengkeramannya, Hana pun terpaksa membujuknya lagi, "Lepaskan dulu, lalu kita bisa duduk dan bicara, oke?"Akan tetapi, Rizki seolah-olah tidak mendengar perkataan Hana. Tatapan dinginnya masih terpaku pada Faisal."Rizki," panggil Andi. "Malam ini kam
Bagaimana bisa jadi seperti ini?Alya melahirkan anak kembar? Anak laki-laki dan perempuan sekaligus?Meskipun dia punya anak kembar, 5 tahun sudah berlalu. Dia tidak mungkin membesarkan dua anak seorang diri, 'kan?Lagi pula, membesarkan dua anak seorang diri sangatlah mustahil untuk dibayangkan, itu terlalu melelahkan.Mungkin dia sudah lama menikah lagi.Setelah berspekulasi seperti itu, Hana pun menjadi lebih tenang dan mencoba untuk tidak panik.Ketika Maya muncul dan bertanya padanya, Rizki segera menarik tangannya kembali dan mundur dua langkah.Andi menyadari hal ini. Rizki tampaknya sudah mundur dan tidak ingin mempermasalahkan masalah ini lagi dengan Faisal. Sebenarnya tanpa disadari, Rizki memasukkan Alya dan anak-anaknya ke dalam perlindungannya.Ketika Satya keluar, Satya melirik semua orang, lalu berdiri bersama Maya di belakang Alya.Alya berencana untuk membawa mereka pergi dari tempat keributan ini.Namun, di sisi lain, Faisal yang belum sepenuhnya menenangkan diri lag
Rizki merapatkan bibirnya, masih tidak menjawab."Rizki, katakanlah sesuatu. Bahkan penjahat yang dihukum harus tahu kejahatan apa yang telah dilakukannya sebelum mati, 'kan?""Bisakah seenggaknya kamu memberitahuku alasannya? Mengingat aku pernah menyelamatkanmu."Ketika utang budi itu disebutkan, pria yang berdiri di depan jendela itu pun bereaksi. Dia menoleh dan menatap Hana dalam-dalam."Waktu itu, aku ingin menyimpan posisi terbaik untukmu karena aku berutang budi. Tapi setelah aku tumbuh dewasa, aku menyadari kalau aku benar-benar menyimpan posisi itu untukmu, itu nggak akan adil untuk kita berdua.""Nggak adil?" Hana memandangnya dengan bingung. "Kenapa itu nggak adil untukku?"Rizki menatapnya dengan wajah datar.Dia hampir tidak perlu mengatakan apa pun, karena ekspresinya sudah menjawab semuanya.Namun, Hana tidak berani memercayainya ....Mungkin karena dapat merasakan ketidakrelaan Hana, Rizki dengan tak acuh berkata, "Apa pernikahan tanpa cinta dapat membuatmu bahagia? Ha
Ibunya benar. Setelah dia mengatakan itu, Rizki memang menurunkan kewaspadaannya.Karena dia telah menyelamatkan nyawanya, apa pun yang terjadi, dia akan selalu memiliki tempat di hati Rizki.Pada saat itu, Alya sudah pergi jauh. Hana punya waktu 5 tahun. Asalkan dia bisa mengambil kesempatan, dia bisa sepenuhnya kembali ke sisi Rizki.Hanya saja ....Hanya saja, Hana tidak menyangka bahwa Rizki bisa mempertahankan pola pikirnya selama 5 tahun dan tetap memperlakukan dirinya sebatas teman saja.Begitu dia mencoba untuk melewati batas pertemanan itu, Rizki akan dengan tegas menghentikannya.Jadi setiap kali itu terjadi, Hana hanya bisa mundur."Hana?"Suara Faisal membangunkan Hana dari lamunannya.Begitu tersadar kembali, Hana melihat Faisal berdiri di depannya, memegang pundaknya dengan gelisah dan bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang kamu bicarakan dengan Rizki?"Mendengar ini, Hana merapatkan bibirnya. Dia menyingkirkan tangan Faisal dan tidak mengatakan apa-apa.Apa lag
Namun, siapa sangka, ketika melewati Faisal, pria itu entah kenapa gila lagi. Faisal tiba-tiba mencengkeram lengan Alya dan dengan marah berkata, "Nggak punya hubungan? Dari luar, itu terdengar sangat bagus dan mulia. Tapi kalau sungguh nggak ada hubungan, kenapa kamu bisa muncul membawa dua anak ini di sini?"Selama hidupnya, Alya paling benci difitnah.Saat ini, kata-kata yang diucapkan Faisal merupakan fitnah baginya.Raut wajahnya dalam sekejap berubah menjadi dingin, Alya mencibir, "Faisal, apa di matamu Rizki selalu ditakdirkan untuk bersama dengan Hana?"Rizki yang tadinya hendak menghampiri, seketika berhenti setelah mendengar pertanyaan ini. Dia menyipitkan matanya dan mengamati Alya.Apa yang Alya maksud dengan pertanyaan ini?"Tentu saja!" Faisal berkata melalui celah-celah giginya, "Di mataku, Hana itu seribu kali, bahkan sepuluh ribu kali lebih baik darimu. Tentu saja hanya dia yang pantas bersama Rizki.""Jadi di matamu mereka adalah pasangan, tapi kamu masih memiliki per
Barusan ....Dia sepertinya melihat kepala Alya berdarah?Dia juga ingin menendang anak kecil?Sebenarnya ... apa yang terjadi dengannya?Di tengah kebingungannya, Andi datang ke hadapannya. Tatapan temannya tampak sangat dingin."Faisal, apa barusan kamu sudah gila? Apa kamu tahu apa yang kamu lakukan?""Aku ...."Faisal ingin mengatakan bahwa dirinya tidak gila, tetapi pemandangan kepala Alya yang berdarah menghentikannya untuk mengatakan hal itu.Karena akhirnya dia sadar bahwa tingkah lakunya tidak pantas, tetapi ....Faisal hanya bisa melihat ke arah Hana, berharap dewinya akan memihaknya. Lagi pula, jika bukan karena Hana, dia tidak akan bertingkah seperti ini.Saat ini, jantung Hana berdegap kencang. Dia diam-diam berharap sesuatu akan terjadi pada Alya. Namun, setelah mendengar perkataan Andi, dia menahan pikiran jahatnya itu dan menatap Faisal dengan ekspresi kecewa."Ya, Faisal. Bicara ya bicara saja, kamu seharusnya nggak menggunakan kekerasan."Sampai di sini, Hana terdiam
Biasanya dalam situasi seperti ini, Hana akan berbalik dan pergi.Namun, sekarang Hana tidak punya apa-apa lagi. Dia maju beberapa langkah, lalu menggigit bibirnya dan berkata, "Apa maksudmu dengan bercanda menggunakan perasaanmu? Kamu nggak berpikir kalau perasaanmu padanya tulus, 'kan? Begitu tulus sampai-sampai kamu nggak peduli kalau dia jatuh ke dalam pelukan pria lain?"Irfan melihat ke arah asistennya. "Bawa dia keluar.""Irfan, Alya akan bersama dengan Rizki. Apa kamu akan membiarkan mereka bersama begitu saja? Aku tahu bahwa selama 5 tahun ini kamu terus menemani Alya, kamu telah menunggunya selama 5 tahun. Bukankah kamu ingin bersama dengannya? Apa kamu bersedia kalau hari ini dia diambil oleh orang lain?"Hana berteriak seperti orang gila dan hampir histeris, tetapi orang di depannya masih tetap tenang."Sudah cukup bicaranya?"Hana tercengang.Apa maksudnya? Dia sudah berbicara panjang lebar, tetapi Irfan bahkan tidak peduli sedikit pun?Ini tidak masuk akal. Bukankah pria
Setelah ibunya pergi, Hana jatuh ke tempat tidur rumah sakit, menutupi pipinya yang memar dan menangis kesakitan.Jangankan ibunya, dia bahkan ingin menampar dirinya sendiri.Baru sekaranglah dia sadar, bahwa dia harusnya berhenti sejak dulu ....Namun, tampaknya, sekarang sudah terlambat untuk melakukan apa pun.Apakah ada seseorang yang bisa menolongnya?Mungkin ... ada seseorang yang bisa menolongnya.Hana terpikirkan seseorang dan melompat turun dari tempat tidur. "Nanda, cepat, bawa aku mencari taksi."Malam ini adalah malam yang sibuk.Di teras yang hening.Hasan menuangkan secangkir teh panas untuk Irfan, uap teh mengepul di udara yang dingin. Hana berdiri di hadapannya, dengan Nanda yang menopangnya di samping.Dia sudah cukup lama berdiri sana, tetapi Irfan sama sekali tidak berbicara ataupun mempersilakannya duduk.Bahkan Hasan yang berada di sisinya hanya menuangkan secangkir teh panas.Dia berlari keluar dengan terburu-buru, sehingga dia masih mengenakan gaun rumah sakit da
"Sebenarnya apa yang terjadi?"Nanda secara singkat menjelaskan apa yang dia tahu."Apa? Rizki datang?" Kegembiraan melintas di mata Tesa, dia maju dan menggenggam tangan Hana. "Hana, kenapa kamu nggak memberitahuku kalau Rizki datang? Dia datang menjengukmu, 'kan?"Sayangnya, mata Hana penuh dengan keputusasaan. Dia terlihat seperti pecundang. Tesa memanggilnya berkali-kali, tetapi dia tidak merespons."Hana? Cepat bicara!"Melihatnya yang seperti ini membuat Tesa kesal.Kemudian barulah Hana mendongak, matanya penuh dengan air mata."Ibu, dia tahu, dia sudah tahu. Selanjutnya dia nggak akan membiarkanku, dia juga nggak akan membiarkan Keluarga Adelia."Tesa mengerutkan keningnya."Tahu apa? Bicaralah yang jelas.""Alya, Alya Kartika, ingatan dia sudah kembali. Dia memberi tahu Rizki kebenarannya. Sekarang Rizki sudah tahu bahwa bukan aku yang menyelamatkannya. Dia akan membereskanku, selanjutnya dia pasti akan membereskan kita. Ibu, kita harus bagaimana?"Meskipun perkataan Hana agak
Sekarang Hana pun gelisah.Namun, sekarang dia sudah menenangkan dirinya. Malam ini Rizki datang untuk mempermainkannya.Selama dia menolak untuk mengakuinya, tidak ada yang bisa melakukan apa pun padanya.Memikirkan hal ini, Hana menatap Rizki dan berkata, "Bukankah kamu nggak tahu terima kasih? Apa kamu ke sini untuk mempermainkanku dan memberikan bukti pada Alya? Rizki, biar kuberi tahu kamu, aku nggak akan memberimu apa yang kamu mau. Kamu diselamatkan olehku yang telah mempertaruhkan nyawa. Waktu itu, aku hampir tenggelam di sungai demi menyelamatkanmu. Sementara mengenai Alya, dia bukan urusanku. Tapi, nggak ada satu pun orang yang bisa merebut jasaku. Kalau kamu mau menjadi orang yang nggak tahu terima kasih, silakan. Tapi jangan harap kamu bisa memaksa atau menyogokku untuk mendapatkan bukti apa pun."Setelah mengatakan itu, Hana langsung berbalik dan berjalan ke tepi tempat tidur, dia melepaskan sepatunya, lalu naik ke tempat tidur."Selama belasan tahun ini, akulah yang telah
Jawaban ini membuat Hana benar-benar panik.Tadinya, dia kira Rizki menanyakan hal ini karena ingin mendengarnya menceritakan ulang kejadiannya. Namun, ternyata ....Begitu menyadari betapa buruknya nasib yang harus dia hadapi bila Rizki sampai mengetahui kebenarannya, Hana pun seketika menjadi panik dan mulai berbicara dengan tidak jelas."Rizki, waktu itu benar-benar aku yang menyelamatkanmu. Jangan dengarkan omong kosong Alya, dia hanya ingin membohongimu dan membuatmu membuangku."Dari ucapannya ini, Rizki akhirnya mendapatkan kata kunci yang dia cari-cari. Matanya menyipit dengan mengancam, suaranya juga menjadi sangat dingin."Memangnya aku sudah bilang siapa yang mengatakannya?"Hana pun tercengang."Waktu itu, bukankah hanya ada aku dan kamu di tepi sungai? Kenapa kamu mengira Alya yang mengatakan sesuatu padaku? Kalau dia nggak di sana, apa perkataannya itu penting?"Sampai di sini, nada bicara Rizki seketika berubah menjadi tajam."Atau maksudmu, waktu itu bukan hanya ada kit
Hana tertegun oleh pertanyaannya dan membeku di tempat, dia menatap Rizki dengan bingung.Setelah waktu yang lama, barulah dia menyadari sesuatu.Mungkinkah Rizki sudah mengetahui kebohongannya?Tidak, itu tidak mungkin.Saat diselamatkan, Rizki masih tidak sadarkan diri. Alya juga telah kehilangan ingatannya. Rizki tidak mungkin mengetahuinya, kecuali Alya mendapatkan ingatannya kembali.Namun, bertahun-tahun telah berlalu, jika Alya ingin mendapatkan kembali ingatannya dia pasti sudah lama melakukannya, kenapa harus menunggu sampai sekarang?Apalagi, jika Alya benar-benar telah mendapatkan kembali ingatannya, apakah dia bisa menahan diri untuk tidak segera datang ke sini dan menemuinya? Dia mungkin sudah memberi tahu seluruh dunia bahwa dialah yang menyelamatkan Rizki.Setelah memikirkan hal ini, Hana merasa bahwa dirinya mungkin hanya terlalu sensitif dan curiga karena mimpinya.Rizki yang sekarang menanyakan hal-hal ini, sebenarnya memberikan kesempatan yang sangat bagus untuknya.
Karena di depan Rizki, dia selalu tampil ramah dan lembut, tidak pernah bertingkah seperti perempuan jahat seperti sekarang.Hana panik, dia segera menyibakkan selimutnya dan turun dari tempat tidur."Rizki, kenapa kamu ke sini?"Sebelum Hana selesai bicara, air mata sudah mengalir di pipinya. Dia menangis dan bergegas menghampiri Rizki."Aku kira kamu nggak mau berbicara denganku lagi."Rizki menurunkan matanya, memandang pergelangan tangan Hana."Kenapa kamu marah sekali?"Mendengar ini, Hana buru-buru menjelaskan, "A ... aku kira kamu mengabaikanku, jadi suasana hatiku sangat jelek. Maaf ... aku nggak bermaksud begitu. Nanda, apa kamu baik-baik saja?"Nanda menggeleng. Sambil melangkah mundur, dia membenci Hana yang bermuka dua ini di dalam hatinya. "Kalau begitu aku keluar dulu, kalian berdua silakan mengobrol."Dia segera pergi, bahkan menutup pintu kamar tersebut untuk Hana.Hana tidak tahu sekarang pukul berapa, tetapi seharusnya sudah malam sekali. Dia tidak menyangka Rizki aka
Setelah Rizki pergi, Alya berdiri seorang diri di depan pintu, berusaha menenangkan napas dan perasaannya.Beberapa waktu kemudian, dia mengangkat tangan dan menyentuh pipinya.Masih hangat ....Jelas-jelas tadi hanya sebuah pelukan.Akan tetapi, dia tidak menyangka Rizki benar-benar memercayainya dan sama sekali tidak mempertanyakannya.Bukankah ini artinya, hati Rizki selalu lebih condong kepadanya?"Mama?"Tiba-tiba, terdengar suara anak kecil dari belakangnya.Alya kaget dan berbalik, menemukan bahwa Satya sudah bangun entah sejak kapan dan sedang berdiri di sana menatapnya.Melihat putranya, Alya pun terkejut."Satya, kenapa kamu bangun?"Bukankah dia sudah tidur?Mata Alya menghindari putranya. Sudah berapa lama Satya berdiri di sana? Barusan dia tidak melihatnya, 'kan?Sambil memikirkan hal itu, Alya berjalan menghampiri Satya, lalu berjongkok di depannya dan menggendongnya. "Kamu keluar tanpa pakai baju tebal, bagaimana kalau nanti kamu sakit?"Setelah digendong, Satya memeluk
"Ya sudahlah." Alya berbalik. "Lagi pula kejadian itu sudah sangat lama berlalu. Kalau aku nggak mengingatnya, siapa pun pasti akan mengira dia yang menyelamatkanmu."Melihat punggungnya, Rizki merapatkan bibir."Kamu tenang saja, aku nggak akan membiarkan pencapaianmu dicuri oleh orang lain tanpa alasan."Alya tertawa dengan dingin."Apa gunanya kamu mengatakan itu sekarang? Semua orang sudah mengira dia yang menyelamatkanmu, kejadiannya juga terjadi bertahun-tahun yang lalu. Apa sekarang kamu akan keluar dan berkata bahwa yang menyelamatkanmu adalah aku dan bukan dia? Apa kamu punya bukti?""Nggak.""Jadi ...."Bahunya terasa berat, Rizki tiba-tiba memegang bahunya dan menariknya, membuatnya bertatap muka dengan pria itu."Bukti adalah sesuatu yang, selama aku inginkan, pasti ada."Alya tertegun. "Apa?"Rizki berkata, "Tadinya, aku hanya ingin memutus hubungan dengannya, lagi pula dia telah menyelamatkanku. Tapi sekarang karena dia nggak menyelamatkanku, ini bukan lagi hanya tentang