Alya tak tahu harus berkata apa.Anak ini benar-benar bisa memutarbalikkan maksud Alya."Bukan begitu. Maksud Mama, bagaimana kamu tahu kalau Paman RezekiMalam belum punya istri dan anak? Mengerti?""Oh."Maya mengangguk seakan-akan dia mengerti, tetapi dengan cepat dia berkata, "Kalau begitu Mama, besok Maya akan bertanya pada Paman RezekiMalam untuk Mama. Kalau Paman belum punya istri, bukankah Paman bisa jadi papanya Maya?"Alya terdiam.Ada apa dengan anak ini?Sebelumnya, Irfan juga memperlakukannya dengan sangat baik, tetapi Alya jarang melihat Maya meminta pria itu menjadi papanya seperti sekarang ini.Selain itu, RezekiMalam baru beberapa kali berinteraksi dengan mereka dan Maya sudah memiliki pemikiran semacam ini. Apa ini benar-benar karena roti burger?Alya sangat terkejut."Maya, katakan yang sebenarnya pada Mama. Apa Paman RezekiMalam mengatakan sesuatu padamu?"Jika tidak, kenapa Maya bisa sampai memiliki pemikiran semacam ini?"Mengatakan apa, Mama?""Hmm ... contohnya,
Satya pun menuruti perintah ibunya, dengan sungguh-sungguh dia menjaga adiknya supaya tidak bicara sembarangan.Namun, Maya memang terlalu penuh dengan semangat, sehingga dia tidak memberikan kakaknya kesempatan untuk bereaksi.Kalimat pertama yang dia ucapkan ketika bertemu RezekiMalam keesokan harinya adalah, "Paman RezekiMalam, Paman sangat tampan."Satya yang sedang mengikutinya dari belakang pun mendengarnya, seketika dia tahu bahwa ada yang tidak beres. Dia hendak maju untuk menghentikan adiknya, tetapi dia sudah terlambat.Mulut Maya bergerak dengan sangat cepat."Aku benar-benar ingin Paman menjadi papaku."Satya seketika patah semangat, dia telah gagal menjalankan tugas yang diberikan mamanya.Rizki sedang memegang sesuatu di tangannya. Begitu mendengar ucapan Maya, dia langsung membeku di tempat.Mungkin karena terlalu terkejut, Rizki pun menjatuhkan tas belanja di tangannya.Suara tas yang jatuh membuat orang-orang menoleh ke arahnya. Akan tetapi, sekolah ini hanya penuh den
Johan mendengarkan semua hal itu dengan sungguh-sungguh. Dia juga paham, bahwa sekarang keluarganya bisa hidup sebaik ini berkat paman yang tiba-tiba muncul ini.Jadi meskipun dia diabaikan, dia sama sekali tidak marah.Hari ini, Rizki tidak membawa makanan cepat saji lagi. Sebaliknya, dia meminta seorang koki untuk menyiapkan makanan di dalam kotak bekal. Makanan itu pun dia bawa kemari, lalu satu per satu dia buka dan hidangkan di meja.Rizki tidak pernah menyangka bahwa suatu hari dirinya akan menjadi seperti seorang pengasuh, membawa kotak bekal ke sekolah dan mengantarkannya pada anak-anak.Ini adalah sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya, bahkan bila disuruh pun, dia tidak akan melakukannya.Namun, sekarang ... dia merasa senang melakukannya.Terutama setelah dia menghidangkan makanannya dan melihat reaksi anak-anak. Mungkin kedua anak ini tidak menduga dia akan membawa makanan semewah ini, sehingga sekarang terdapat rasa takjub di mata mereka. Melihat ini, Rizki mera
Meskipun dari luar Rizki sepertinya sudah sukses 50 persen, Rizki tahu betul bahwa memenangkan hati Satya tidaklah mudah.Jika dia tidak menangani 50 persen yang tersisa dengan baik, maka semuanya akan sia-sia.Walaupun masih kecil, putranya memiliki kepribadian layaknya orang dewasa. Sangat mirip dengan Rizki waktu masih kecil.Tiba-tiba, Rizki jadi menyesali kepribadiannya sendiri. Hal ini membuatnya kesulitan untuk menangani putranya sendiri.Jadi, saat Maya sudah selesai makan dan pergi bermain dengan Johan, Satya tetap tinggal dan membantu Rizki beres-beres.Anak ini sama sekali tidak mengeluh. Meskipun masih kecil, dia sangat bisa diandalkan. Rizki diam-diam mengamatinya. Setelah beberapa saat, Rizki merapatkan bibirnya dan berkata, "Sudah, biar Paman saja. Kamu mainlah dengan teman-temanmu."Satya menggeleng, lalu berkata, "Nggak usah, Mama bilang aku nggak boleh hanya numpang makan, aku juga bisa melakukan sesuatu."Mendengar ini, Rizki terkekeh."Nggak boleh hanya numpang maka
Namun, pria itu ternyata adalah Paman RezekiMalam, pria itu juga ingin menjadi papa mereka.Hal ini membuat Satya merasa aneh, juga membuatnya bertanya-tanya apakah Paman RezekiMalam sudah lama mengenal mamanya. Karena itukah Paman RezekiMalam selalu menonton siaran langsung mereka dan memberi hadiah?Setelah Satya mengucapkan pertanyaan ini, Rizki tertegun dan segera menyadarinya.Dia menatap Satya yang berdiri di sana, anak itu terlihat hanya sedikit lebih besar dari sebuah titik. Meskipun masih sekecil itu, pemahaman Satya sangat tajam.Anak itu tidak asal bertanya.Rizki melengkungkan bibirnya, menunjukkan sebuah senyum tipis. Kemudian dia balik bertanya pada Satya, "Menurutmu bagaimana, Satya?"Bibir Satya bergerak, tetapi tidak menjawab.Licik.Kata itu melintas di benak Satya, kata yang sangat cocok dengan Paman RezekiMalam yang berada di hadapannya.Satya tiba-tiba merasa, bahwa bila mamanya bersama dengan Paman RezekiMalam, mamanya pasti tidak akan bisa mengakali paman ini.Be
Selalu seperti ini.Karena lahir lebih dulu, dia secara alami menjadi seorang kakak. Ditambah dengan sifat Maya yang serakah, nakal, juga tidak bisa diam, dia pun perlahan membuat dirinya jadi pendiam.Tatapannya selalu terfokus pada adiknya, berjaga-jaga apabila adiknya bicara sembarangan, terluka dan sebagainya.Sekarang, Rizki malah berbicara seperti ini padanya.Ketika merasakan matanya menghangat, karena harga dirinya yang kuat, Satya segera menundukkan kepalanya.Seakan-akan dia takut orang lain akan melihat ekspresinya.Bagaimana mungkin Rizki tidak memahami perasaannya?Juga pada saat inilah dia mengerti, meskipun masih kecil, anak-anak juga memiliki harga diri.Dia pun harus menghormatinya.Memikirkan hal ini, Rizki dengan lembut berkata, "Ayo, cepat masuk. Maya sudah nggak sabar menunggumu.""Hm." Anak itu mengangguk, lalu berbaik dan masuk ke dalam.Akan tetapi, kali ini, setelah berjalan beberapa langkah, dia menoleh dan melirik Rizki."Paman RezekiMalam, Satya ... akan men
Alya pun menerima ponsel itu dengan tak berdaya.Melihat nomor di layar ponsel, wajah Alya menggelap.Rizki!Karena dia tidak mengangkat teleponnya, pria itu langsung menelepon karyawannya?Sebenarnya apa maksud pria itu?Alya seketika marah dan berkata, "Rizki, apa menurutmu ini lucu?"Dari ujung telepon, terdengar keheningan yang cukup panjang.Di samping, Angga yang melihat betapa marahnya Alya dalam sekejap ketakutan.Dia tahu bahwa Alya dan Rizki dulunya pernah menikah dan memiliki hubungan yang cukup dekat.Namun, tetap saja, ini adalah Rizki. Pria ini biasanya dingin, galak, juga tegas. Apalagi, sekarang Rizki adalah investor perusahaan mereka. Tak bisakah Alya berbicara dengan lebih lembut?Akan tetapi, saat ini Angga tidak berani bersuara. Dia hanya bisa menahan napasnya dan menekan aura keberadaannya.Tidak terdengar jawaban dari ujung telepon. Alya pun tidak berencana untuk menutup teleponnya seperti ini dan berkata, "Bicaralah."Setelah didesak, sebuah suara pria yang berat
Alya menyusun proposal tersebut, lalu menelepon Rizki lagi."Emailmu apa? Aku akan mengirim proposalnya ....""Antar saja ke perusahaan."Alya tertegun, lalu mendengar pria itu berkata, "Aku akan minta Pak Cahya mengirim alamatnya padamu.""Apa aku nggak bisa mengirimnya ke emailmu saja?""Alya, uang yang aku investasikan bukanlah jumlah yang kecil, juga bukan untuk kamu main-main. Sebaiknya kamu menanggapi hal ini dengan serius."Setelah telepon ditutup, Alya menarik napas dalam-dalam untuk menekan amarahnya. Kemudian dia berdiri untuk mencetak proposalnya.Setelah selesai, Cahya juga sudah mengirimkannya alamat kantor cabang Perusahaan Saputra di Kota Juwana.Alya memasukkan proposal itu ke dalam map dan pergi.Mengikuti alamat yang diberikan Cahya, Alya pun tiba di lantai dasar perusahaan dengan cepat.Sesuai dengan nama Perusahaan Saputra, bahkan gedung perusahaannya di Kota Juwana sangat mengesankan.Pantas saja begitu mendengar bahwa Rizki berinvestasi di perusahaan kecilnya, ban
Biasanya dalam situasi seperti ini, Hana akan berbalik dan pergi.Namun, sekarang Hana tidak punya apa-apa lagi. Dia maju beberapa langkah, lalu menggigit bibirnya dan berkata, "Apa maksudmu dengan bercanda menggunakan perasaanmu? Kamu nggak berpikir kalau perasaanmu padanya tulus, 'kan? Begitu tulus sampai-sampai kamu nggak peduli kalau dia jatuh ke dalam pelukan pria lain?"Irfan melihat ke arah asistennya. "Bawa dia keluar.""Irfan, Alya akan bersama dengan Rizki. Apa kamu akan membiarkan mereka bersama begitu saja? Aku tahu bahwa selama 5 tahun ini kamu terus menemani Alya, kamu telah menunggunya selama 5 tahun. Bukankah kamu ingin bersama dengannya? Apa kamu bersedia kalau hari ini dia diambil oleh orang lain?"Hana berteriak seperti orang gila dan hampir histeris, tetapi orang di depannya masih tetap tenang."Sudah cukup bicaranya?"Hana tercengang.Apa maksudnya? Dia sudah berbicara panjang lebar, tetapi Irfan bahkan tidak peduli sedikit pun?Ini tidak masuk akal. Bukankah pria
Setelah ibunya pergi, Hana jatuh ke tempat tidur rumah sakit, menutupi pipinya yang memar dan menangis kesakitan.Jangankan ibunya, dia bahkan ingin menampar dirinya sendiri.Baru sekaranglah dia sadar, bahwa dia harusnya berhenti sejak dulu ....Namun, tampaknya, sekarang sudah terlambat untuk melakukan apa pun.Apakah ada seseorang yang bisa menolongnya?Mungkin ... ada seseorang yang bisa menolongnya.Hana terpikirkan seseorang dan melompat turun dari tempat tidur. "Nanda, cepat, bawa aku mencari taksi."Malam ini adalah malam yang sibuk.Di teras yang hening.Hasan menuangkan secangkir teh panas untuk Irfan, uap teh mengepul di udara yang dingin. Hana berdiri di hadapannya, dengan Nanda yang menopangnya di samping.Dia sudah cukup lama berdiri sana, tetapi Irfan sama sekali tidak berbicara ataupun mempersilakannya duduk.Bahkan Hasan yang berada di sisinya hanya menuangkan secangkir teh panas.Dia berlari keluar dengan terburu-buru, sehingga dia masih mengenakan gaun rumah sakit da
"Sebenarnya apa yang terjadi?"Nanda secara singkat menjelaskan apa yang dia tahu."Apa? Rizki datang?" Kegembiraan melintas di mata Tesa, dia maju dan menggenggam tangan Hana. "Hana, kenapa kamu nggak memberitahuku kalau Rizki datang? Dia datang menjengukmu, 'kan?"Sayangnya, mata Hana penuh dengan keputusasaan. Dia terlihat seperti pecundang. Tesa memanggilnya berkali-kali, tetapi dia tidak merespons."Hana? Cepat bicara!"Melihatnya yang seperti ini membuat Tesa kesal.Kemudian barulah Hana mendongak, matanya penuh dengan air mata."Ibu, dia tahu, dia sudah tahu. Selanjutnya dia nggak akan membiarkanku, dia juga nggak akan membiarkan Keluarga Adelia."Tesa mengerutkan keningnya."Tahu apa? Bicaralah yang jelas.""Alya, Alya Kartika, ingatan dia sudah kembali. Dia memberi tahu Rizki kebenarannya. Sekarang Rizki sudah tahu bahwa bukan aku yang menyelamatkannya. Dia akan membereskanku, selanjutnya dia pasti akan membereskan kita. Ibu, kita harus bagaimana?"Meskipun perkataan Hana agak
Sekarang Hana pun gelisah.Namun, sekarang dia sudah menenangkan dirinya. Malam ini Rizki datang untuk mempermainkannya.Selama dia menolak untuk mengakuinya, tidak ada yang bisa melakukan apa pun padanya.Memikirkan hal ini, Hana menatap Rizki dan berkata, "Bukankah kamu nggak tahu terima kasih? Apa kamu ke sini untuk mempermainkanku dan memberikan bukti pada Alya? Rizki, biar kuberi tahu kamu, aku nggak akan memberimu apa yang kamu mau. Kamu diselamatkan olehku yang telah mempertaruhkan nyawa. Waktu itu, aku hampir tenggelam di sungai demi menyelamatkanmu. Sementara mengenai Alya, dia bukan urusanku. Tapi, nggak ada satu pun orang yang bisa merebut jasaku. Kalau kamu mau menjadi orang yang nggak tahu terima kasih, silakan. Tapi jangan harap kamu bisa memaksa atau menyogokku untuk mendapatkan bukti apa pun."Setelah mengatakan itu, Hana langsung berbalik dan berjalan ke tepi tempat tidur, dia melepaskan sepatunya, lalu naik ke tempat tidur."Selama belasan tahun ini, akulah yang telah
Jawaban ini membuat Hana benar-benar panik.Tadinya, dia kira Rizki menanyakan hal ini karena ingin mendengarnya menceritakan ulang kejadiannya. Namun, ternyata ....Begitu menyadari betapa buruknya nasib yang harus dia hadapi bila Rizki sampai mengetahui kebenarannya, Hana pun seketika menjadi panik dan mulai berbicara dengan tidak jelas."Rizki, waktu itu benar-benar aku yang menyelamatkanmu. Jangan dengarkan omong kosong Alya, dia hanya ingin membohongimu dan membuatmu membuangku."Dari ucapannya ini, Rizki akhirnya mendapatkan kata kunci yang dia cari-cari. Matanya menyipit dengan mengancam, suaranya juga menjadi sangat dingin."Memangnya aku sudah bilang siapa yang mengatakannya?"Hana pun tercengang."Waktu itu, bukankah hanya ada aku dan kamu di tepi sungai? Kenapa kamu mengira Alya yang mengatakan sesuatu padaku? Kalau dia nggak di sana, apa perkataannya itu penting?"Sampai di sini, nada bicara Rizki seketika berubah menjadi tajam."Atau maksudmu, waktu itu bukan hanya ada kit
Hana tertegun oleh pertanyaannya dan membeku di tempat, dia menatap Rizki dengan bingung.Setelah waktu yang lama, barulah dia menyadari sesuatu.Mungkinkah Rizki sudah mengetahui kebohongannya?Tidak, itu tidak mungkin.Saat diselamatkan, Rizki masih tidak sadarkan diri. Alya juga telah kehilangan ingatannya. Rizki tidak mungkin mengetahuinya, kecuali Alya mendapatkan ingatannya kembali.Namun, bertahun-tahun telah berlalu, jika Alya ingin mendapatkan kembali ingatannya dia pasti sudah lama melakukannya, kenapa harus menunggu sampai sekarang?Apalagi, jika Alya benar-benar telah mendapatkan kembali ingatannya, apakah dia bisa menahan diri untuk tidak segera datang ke sini dan menemuinya? Dia mungkin sudah memberi tahu seluruh dunia bahwa dialah yang menyelamatkan Rizki.Setelah memikirkan hal ini, Hana merasa bahwa dirinya mungkin hanya terlalu sensitif dan curiga karena mimpinya.Rizki yang sekarang menanyakan hal-hal ini, sebenarnya memberikan kesempatan yang sangat bagus untuknya.
Karena di depan Rizki, dia selalu tampil ramah dan lembut, tidak pernah bertingkah seperti perempuan jahat seperti sekarang.Hana panik, dia segera menyibakkan selimutnya dan turun dari tempat tidur."Rizki, kenapa kamu ke sini?"Sebelum Hana selesai bicara, air mata sudah mengalir di pipinya. Dia menangis dan bergegas menghampiri Rizki."Aku kira kamu nggak mau berbicara denganku lagi."Rizki menurunkan matanya, memandang pergelangan tangan Hana."Kenapa kamu marah sekali?"Mendengar ini, Hana buru-buru menjelaskan, "A ... aku kira kamu mengabaikanku, jadi suasana hatiku sangat jelek. Maaf ... aku nggak bermaksud begitu. Nanda, apa kamu baik-baik saja?"Nanda menggeleng. Sambil melangkah mundur, dia membenci Hana yang bermuka dua ini di dalam hatinya. "Kalau begitu aku keluar dulu, kalian berdua silakan mengobrol."Dia segera pergi, bahkan menutup pintu kamar tersebut untuk Hana.Hana tidak tahu sekarang pukul berapa, tetapi seharusnya sudah malam sekali. Dia tidak menyangka Rizki aka
Setelah Rizki pergi, Alya berdiri seorang diri di depan pintu, berusaha menenangkan napas dan perasaannya.Beberapa waktu kemudian, dia mengangkat tangan dan menyentuh pipinya.Masih hangat ....Jelas-jelas tadi hanya sebuah pelukan.Akan tetapi, dia tidak menyangka Rizki benar-benar memercayainya dan sama sekali tidak mempertanyakannya.Bukankah ini artinya, hati Rizki selalu lebih condong kepadanya?"Mama?"Tiba-tiba, terdengar suara anak kecil dari belakangnya.Alya kaget dan berbalik, menemukan bahwa Satya sudah bangun entah sejak kapan dan sedang berdiri di sana menatapnya.Melihat putranya, Alya pun terkejut."Satya, kenapa kamu bangun?"Bukankah dia sudah tidur?Mata Alya menghindari putranya. Sudah berapa lama Satya berdiri di sana? Barusan dia tidak melihatnya, 'kan?Sambil memikirkan hal itu, Alya berjalan menghampiri Satya, lalu berjongkok di depannya dan menggendongnya. "Kamu keluar tanpa pakai baju tebal, bagaimana kalau nanti kamu sakit?"Setelah digendong, Satya memeluk
"Ya sudahlah." Alya berbalik. "Lagi pula kejadian itu sudah sangat lama berlalu. Kalau aku nggak mengingatnya, siapa pun pasti akan mengira dia yang menyelamatkanmu."Melihat punggungnya, Rizki merapatkan bibir."Kamu tenang saja, aku nggak akan membiarkan pencapaianmu dicuri oleh orang lain tanpa alasan."Alya tertawa dengan dingin."Apa gunanya kamu mengatakan itu sekarang? Semua orang sudah mengira dia yang menyelamatkanmu, kejadiannya juga terjadi bertahun-tahun yang lalu. Apa sekarang kamu akan keluar dan berkata bahwa yang menyelamatkanmu adalah aku dan bukan dia? Apa kamu punya bukti?""Nggak.""Jadi ...."Bahunya terasa berat, Rizki tiba-tiba memegang bahunya dan menariknya, membuatnya bertatap muka dengan pria itu."Bukti adalah sesuatu yang, selama aku inginkan, pasti ada."Alya tertegun. "Apa?"Rizki berkata, "Tadinya, aku hanya ingin memutus hubungan dengannya, lagi pula dia telah menyelamatkanku. Tapi sekarang karena dia nggak menyelamatkanku, ini bukan lagi hanya tentang