"Ya, pamannya Johan membeli makanan dan mampir untuk menemui Johan, Maya dan Satya juga ikut bersama mereka. Karena dia adalah paman dari anak itu, sekolah pun membolehkannya dan nggak mengatakan apa-apa."Setelah itu, Alya mencoba untuk mengumpulkan beberapa informasi, tetapi dia tidak dapat menemukan banyak dan terpaksa untuk menyerah dulu.Semuanya tampak berjalan dengan normal.Namun, entah kenapa, dia masih merasa gelisah. Ada yang mencurigakan dengan pamannya Johan ini, semuanya terasa tidak beres.Dalam perjalanan ke kantor, Alya membicarakan masalah ini dengan Citra. Setelah mendengarkannya, Citra memiliki pendapat yang berbeda."Mungkin kamu hanya berpikir berlebihan?""Begitukah?""Tapi meskipun dia menyelidikimu, mungkinkah dia melakukannya karena hal yang terjadi pada kalian ini terlalu kebetulan? Karena itulah dia jadi tertarik padamu dan menyelidikimu?"Alya tak tahu harus berkata apa.Setelah terdiam sejenak, Alya akhirnya tak dapat menahan diri untuk mengejek temannya,
Mungkin karena menyadari dirinya salah, Maya segera menundukkan kepalanya saat ditanyai oleh Alya. Jari-jari kecilnya bergerak dengan gelisah."Maaf, Mama. Maya serakah."Satya juga terlibat dalam masalah ini, jadi saat ini pun dia tidak bisa mengatakan apa-apa.Melihat Satya yang seperti ini, Alya hampir tertawa di tengah amarahnya."Satya, apa kamu juga serakah?"Begitu mendengar kata "serakah", wajah tampan Satya seketika memerah. "Bu-Bukan begitu, Mama ....""Huf."Alya menghela napas dan dengan lembut berkata, "Ada apa dengan kalian berdua? Bukankah Mama selalu bilang pada kalian untuk nggak makan makanan dari orang asing?""Ta-Tapi Mama, kemarin Mama bilang kami dan Jojo berteman. Mama juga memberikan Jojo permen."Alya terdiam.Dia kehabisan kata-kata setelah dibalas oleh putrinya.Benar, jika dia menganggap pamannya Johan sebagai orang asing untuk Maya dan Satya, maka bukankah dia adalah orang asing untuk Johan?Setelah berpikir sejenak, Alya terpaksa berkata, "Mama salah menje
Alya tak tahu harus berkata apa.Anak ini benar-benar bisa memutarbalikkan maksud Alya."Bukan begitu. Maksud Mama, bagaimana kamu tahu kalau Paman RezekiMalam belum punya istri dan anak? Mengerti?""Oh."Maya mengangguk seakan-akan dia mengerti, tetapi dengan cepat dia berkata, "Kalau begitu Mama, besok Maya akan bertanya pada Paman RezekiMalam untuk Mama. Kalau Paman belum punya istri, bukankah Paman bisa jadi papanya Maya?"Alya terdiam.Ada apa dengan anak ini?Sebelumnya, Irfan juga memperlakukannya dengan sangat baik, tetapi Alya jarang melihat Maya meminta pria itu menjadi papanya seperti sekarang ini.Selain itu, RezekiMalam baru beberapa kali berinteraksi dengan mereka dan Maya sudah memiliki pemikiran semacam ini. Apa ini benar-benar karena roti burger?Alya sangat terkejut."Maya, katakan yang sebenarnya pada Mama. Apa Paman RezekiMalam mengatakan sesuatu padamu?"Jika tidak, kenapa Maya bisa sampai memiliki pemikiran semacam ini?"Mengatakan apa, Mama?""Hmm ... contohnya,
Satya pun menuruti perintah ibunya, dengan sungguh-sungguh dia menjaga adiknya supaya tidak bicara sembarangan.Namun, Maya memang terlalu penuh dengan semangat, sehingga dia tidak memberikan kakaknya kesempatan untuk bereaksi.Kalimat pertama yang dia ucapkan ketika bertemu RezekiMalam keesokan harinya adalah, "Paman RezekiMalam, Paman sangat tampan."Satya yang sedang mengikutinya dari belakang pun mendengarnya, seketika dia tahu bahwa ada yang tidak beres. Dia hendak maju untuk menghentikan adiknya, tetapi dia sudah terlambat.Mulut Maya bergerak dengan sangat cepat."Aku benar-benar ingin Paman menjadi papaku."Satya seketika patah semangat, dia telah gagal menjalankan tugas yang diberikan mamanya.Rizki sedang memegang sesuatu di tangannya. Begitu mendengar ucapan Maya, dia langsung membeku di tempat.Mungkin karena terlalu terkejut, Rizki pun menjatuhkan tas belanja di tangannya.Suara tas yang jatuh membuat orang-orang menoleh ke arahnya. Akan tetapi, sekolah ini hanya penuh den
Johan mendengarkan semua hal itu dengan sungguh-sungguh. Dia juga paham, bahwa sekarang keluarganya bisa hidup sebaik ini berkat paman yang tiba-tiba muncul ini.Jadi meskipun dia diabaikan, dia sama sekali tidak marah.Hari ini, Rizki tidak membawa makanan cepat saji lagi. Sebaliknya, dia meminta seorang koki untuk menyiapkan makanan di dalam kotak bekal. Makanan itu pun dia bawa kemari, lalu satu per satu dia buka dan hidangkan di meja.Rizki tidak pernah menyangka bahwa suatu hari dirinya akan menjadi seperti seorang pengasuh, membawa kotak bekal ke sekolah dan mengantarkannya pada anak-anak.Ini adalah sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya, bahkan bila disuruh pun, dia tidak akan melakukannya.Namun, sekarang ... dia merasa senang melakukannya.Terutama setelah dia menghidangkan makanannya dan melihat reaksi anak-anak. Mungkin kedua anak ini tidak menduga dia akan membawa makanan semewah ini, sehingga sekarang terdapat rasa takjub di mata mereka. Melihat ini, Rizki mera
Meskipun dari luar Rizki sepertinya sudah sukses 50 persen, Rizki tahu betul bahwa memenangkan hati Satya tidaklah mudah.Jika dia tidak menangani 50 persen yang tersisa dengan baik, maka semuanya akan sia-sia.Walaupun masih kecil, putranya memiliki kepribadian layaknya orang dewasa. Sangat mirip dengan Rizki waktu masih kecil.Tiba-tiba, Rizki jadi menyesali kepribadiannya sendiri. Hal ini membuatnya kesulitan untuk menangani putranya sendiri.Jadi, saat Maya sudah selesai makan dan pergi bermain dengan Johan, Satya tetap tinggal dan membantu Rizki beres-beres.Anak ini sama sekali tidak mengeluh. Meskipun masih kecil, dia sangat bisa diandalkan. Rizki diam-diam mengamatinya. Setelah beberapa saat, Rizki merapatkan bibirnya dan berkata, "Sudah, biar Paman saja. Kamu mainlah dengan teman-temanmu."Satya menggeleng, lalu berkata, "Nggak usah, Mama bilang aku nggak boleh hanya numpang makan, aku juga bisa melakukan sesuatu."Mendengar ini, Rizki terkekeh."Nggak boleh hanya numpang maka
Namun, pria itu ternyata adalah Paman RezekiMalam, pria itu juga ingin menjadi papa mereka.Hal ini membuat Satya merasa aneh, juga membuatnya bertanya-tanya apakah Paman RezekiMalam sudah lama mengenal mamanya. Karena itukah Paman RezekiMalam selalu menonton siaran langsung mereka dan memberi hadiah?Setelah Satya mengucapkan pertanyaan ini, Rizki tertegun dan segera menyadarinya.Dia menatap Satya yang berdiri di sana, anak itu terlihat hanya sedikit lebih besar dari sebuah titik. Meskipun masih sekecil itu, pemahaman Satya sangat tajam.Anak itu tidak asal bertanya.Rizki melengkungkan bibirnya, menunjukkan sebuah senyum tipis. Kemudian dia balik bertanya pada Satya, "Menurutmu bagaimana, Satya?"Bibir Satya bergerak, tetapi tidak menjawab.Licik.Kata itu melintas di benak Satya, kata yang sangat cocok dengan Paman RezekiMalam yang berada di hadapannya.Satya tiba-tiba merasa, bahwa bila mamanya bersama dengan Paman RezekiMalam, mamanya pasti tidak akan bisa mengakali paman ini.Be
Selalu seperti ini.Karena lahir lebih dulu, dia secara alami menjadi seorang kakak. Ditambah dengan sifat Maya yang serakah, nakal, juga tidak bisa diam, dia pun perlahan membuat dirinya jadi pendiam.Tatapannya selalu terfokus pada adiknya, berjaga-jaga apabila adiknya bicara sembarangan, terluka dan sebagainya.Sekarang, Rizki malah berbicara seperti ini padanya.Ketika merasakan matanya menghangat, karena harga dirinya yang kuat, Satya segera menundukkan kepalanya.Seakan-akan dia takut orang lain akan melihat ekspresinya.Bagaimana mungkin Rizki tidak memahami perasaannya?Juga pada saat inilah dia mengerti, meskipun masih kecil, anak-anak juga memiliki harga diri.Dia pun harus menghormatinya.Memikirkan hal ini, Rizki dengan lembut berkata, "Ayo, cepat masuk. Maya sudah nggak sabar menunggumu.""Hm." Anak itu mengangguk, lalu berbaik dan masuk ke dalam.Akan tetapi, kali ini, setelah berjalan beberapa langkah, dia menoleh dan melirik Rizki."Paman RezekiMalam, Satya ... akan men