Tidak perlu dipikirkan, itu pasti temannya Hana.Dia baru saja ingin menolak telepon tersebut, tetapi entah kenapa, dia malah menerimanya.Dia tidak berinisiatif untuk bicara lebih dulu, orang di ujung telepon pun juga tidak berbicara.Setelah beberapa saat, dia akhirnya mendengar suara Hana."Alya, ini Hana ...."Tentu saja saat temanmu tidak bisa membantu, kamu hanya bisa mengandalkan dirimu sendiri, 'kan?Ujung bibir Alya melengkung. "Hm.""Apa kita bisa bertemu?" Setelah mengatakan itu, seolah-olah takut ditolak, Hana melanjutkan, "Berikan aku alamatnya, aku akan menghampirimu."Alya berpikir sejenak dan berkata, "Aku ada di rumah."Untuk waktu yang cukup lama, tidak terdengar apa pun dari ujung telepon. Akhirnya Hana bertanya, "Apa ... apa maksudmu?""Kamu bisa langsung datang ke sini."Hana terdiam.Lawan bicaranya kembali membisu, Alya pun mengatupkan bibirnya. "Hari ini aku lelah, jadi aku nggak mau pergi keluar."Setelah beberapa waktu, akhirnya Hana berkata, "Baiklah, aku aka
Ini lagi.Lagi-lagi kalimat semacam ini.Di masa lalu, Alya merasa Hana adalah orang yang amat lembut. Karena di depan umum, wanita itu selalu bersikap anggun dan sopan.Namun, semenjak kembali dari luar negeri, Hana sudah dua kali mengatakan hal semacam ini.Waktu itu dia membicarakan Rizki, kali ini dia membicarakan pelayan rumah.Dari luar dia tampak menunjukkan rasa terima kasihnya pada Alya dua kali. Namun, sebenarnya dia sedang menegaskan kekuasaannya atas hal-hal tersebut.Akan tetapi, Hana tidak mempunyai kekuasaan semacam itu.Jika sebelumnya dia dan Rizki memiliki hubungan romantis, maka masuk akal bila dia mengatakan hal-hal ini sekarang.Namun, sebelumnya mereka sama sekali tidak memiliki hubungan romantis, sehingga sekarang Alya tidak mengerti atas dasar apa Hana mengatakan hal ini padanya.Apalagi, bila sebelumnya mereka adalah sepasang kekasih, Alya tidak akan mau melakukan pernikahan palsu dengan Rizki. Tak peduli seberapa besar dia menyukai pria itu.Akan tetapi, Hana
Tidak bisa seperti ini.Sebelum datang kemari, Hana kira Alya akan cukup mudah untuk ditangani.Akan tetapi, sekarang dia tidak berpikir seperti itu.Jika Alya adalah orang yang mudah ditangani, kenapa dia bisa sampai hamil?Memikirkan hal tersebut, Hana kembali mendekatinya dan membukakan amplop itu untuknya.Sebuah cek sebesar 10 miliar muncul di hadapan mereka.Hana berkata dengan lembut, "Selama 2 tahun ini, kamu sudah bekerja keras membantu Rizki baik di dalam maupun di luar perusahaan. Dia memujimu, mengatakan bahwa kamu kompeten dan pekerja keras. Dari putri Keluarga Kartika, kamu berubah menjadi kamu yang sekarang. Aku rasa apa yang kamu lalui itu nggak mudah. Walaupun sedikit, ini adalah rasa terima kasihku yang tulus. Gunakanlah untuk membeli apa pun yang kamu suka, juga belilah makanan dan minuman enak untuk menjaga kesehatanmu."Ketika Hana mengatakan "menjaga kesehatan", dia sengaja mengencangkan cengkeramannya pada pergelangan tangan Alya. Kemudian, ujung jarinya dengan l
Jelas, Hana sangat gelisah saat mendengar Alya tidak menginginkan uangnya.Setelah dia kembali dari luar negeri, dia menyadari bahwa sikap Rizki terhadap Alya telah sangat berubah.Rizki masih belum mengetahui kehamilan Alya, kalau dia sampai tahu ....Hana tidak tahu pilihan apa yang akan Rizki buat.Bahkan firasat Hana mengatakan, bila Rizki mengetahui kehamilan Alya, dia tidak akan melepaskan wanita ini begitu saja.Jadi, di hadapan Alya, Hana hanya bisa memaksa dirinya untuk terus tersenyum."Alya, apa kamu takut dengan apa yang orang-orang akan katakan? Jangan takut, ini uang pribadiku, jadi nggak ada orang yang tahu. Aku benar-benar mengkhawatirkanmu, apalagi dengan situasimu saat ini ....""Nona Hana." Alya menghela napasnya. "Pertama, aku berterima kasih atas kepedulianmu. Keluargaku memang sudah bangkrut, tapi selama 2 tahun ini aku terus bekerja keras. Walaupun nggak sekaya dulu, aku masih bisa membiayai diriku dan ...."Tiba-tiba Alya tidak melanjutkan kalimatnya. Dia tersen
Rasa lega ini mulai ada setelah dia memutuskan untuk membesarkan anak ini.Alya tidak bisa menahan diri untuk mengelus perus kecilnya. Sebuah senyum muncul di bibirnya.Mulai sekarang, di dunia ini dia punya satu anggota keluarga baru.'Sayang, meskipun Ibu akan menjadi orang tua tunggal, Ibu akan mengurusmu dengan baik.'...Di malam hari.Ketika Alya sedang mengemasi barang sambil bertanya-tanya kapan Rizki pulang, dia mendengar suara gerbang rumah dibuka.Dia berjalan ke jendela dan mengintip.Cahaya lampu mobil terlihat menyinari gerbang. Tangan Alya yang beristirahat di atas pagar pun mengepal.Itu mobil Rizki.Kebetulan, malam ini dia akan menjelaskan semuanya pada Rizki.Setelah memutuskan hal tersebut, Alya kembali ke dalam kamar dan lanjut mengemasi barangnya.Barang-barangnya sebenarnya tidak begitu banyak, Alya bukan orang yang suka berbelanja. Tadinya, dia kira berkemas adalah hal yang mudah.Namun, ketika dia benar-benar mulai berkemas, dia menyadari bahwa selama 2 tahun i
Kata-katanya bagaikan pukulan keras bagi Rizki. Pria itu diam tercengang untuk waktu yang lama.Ketika dia tersadar kembali, dia melihat tatapan Alya yang mencela dan menderita.Tanpa menunggu pria itu mengamati lebih jauh, Alya menunduk dan kembali berkemas. Gerakannya makin cepat dibanding sebelumnya, dia bahkan tidak melipat bajunya dengan benar. Dia hanya asal melipatnya dan menjejalkannya ke dalam koper.Ketika dia berbalik, Rizki tiba-tiba menggenggam pergelangan tangannya. Dari atas, terdengar suara dingin Rizki yang berkata, "Kenapa pindah hari ini? Kamu begitu terburu-buru?"Bahkan terdapat nada mengejek dalam perkataannya. "Biar aku tebak kenapa kamu terburu-buru, apa karena makan siangmu dengan Kak Wisnu hari ini?"Mendengar ini, Alya langsung mendongak dan menatapnya dengan tak percaya."Kamu nggak perlu mengejekku seperti ini! Bukankah kamu yang paling tahu bagaimana hubunganku dengan Kak Wisnu?" ucap Alya sambil berusaha melepaskan tangan Rizki.Akan tetapi, cengkeraman t
Dia sama sekali tidak ragu, sama seperti ketika dia ingin pindah dari kamar ini sekarang.Memikirkan ini, cengkeraman Rizki perlahan mengendur.Alya akhirnya bebas, dia pun kembali mengemasi barang-barangnya.Rizki menjadi makin gelisah. Dia menarik dasinya dan berkata dengan kesal, "Kalau kamu pindah kamar sekarang, para pelayan akan segera menyadari sesuatu."Mengenai hal itu, Alya sudah lama memikirkannya. Dia segera membalas, "Aku nggak takut mereka menyadarinya. Lagi pula, nggak lama lagi kita akan cerai.""Lalu, bagaimana dengan Nenek?""Nenek nggak akan tahu.""Bagaimana kamu bisa yakin? Apa kamu pikir nggak ada orangnya Nenek di antara para pelayan?"Pertanyaan itu membuat Alya membeku.Dia belum mempertimbangkan hal itu.Setelah terdiam cukup lama, dia berkata, "Kalau begitu, kita bicarakan lagi hal ini saat Nenek selesai operasi."Dia tidak boleh gegabah, kesehatan Nenek jauh lebih penting.Rizki mencibir, "Kamu tampak kecewa.""Aku nggak kecewa. Bukankah sudah hampir 2 tahun
Rizki mengajak kedua teman baiknya untuk pergi minum.Rizki minum sangat banyak. Dia meminum alkohol seperti meminum air.Andi Wijaya dan Faisal Anggara memandangnya dari samping, keduanya merasa takut."Bujuk dia?"Mata Andi memberi sinyal pada Faisal.Faisal pun mengangkat bahunya tak berdaya."Kamu kira aku punya kemampuan untuk membujuknya?"Andi terlihat serius dan mengatupkan bibirnya. "Dia sudah minum terlalu banyak. Kalau dia terus minum seperti ini, nggak bagus buat kesehatannya."Faisal mengangguk."Kamu benar."Di saat berikutnya, mereka berdua sama-sama maju untuk menghentikan Rizki."Oke Rizki, jangan minum lagi.""Walau hanya sekadar mabuk, sepertinya sekarang sudah cukup. Tunggu alkoholnya menguap sebentar, kalau nggak nanti kamu bisa kehilangan kesadaran."Kedua orang itu mencoba untuk menghalangi Rizki, tetapi hanya secara lisan. Mereka masih tidak berani untuk menyentuhnya.Mendengar mereka, Rizki hanya mencibir dan tidak mengatakan apa pun. Malam ini dia sudah minum