"Kalian keluarlah..." Tatapan mata Dokter Tirta bertambah serius.
Dia berpikir siapa sosok Bintang? Kenapa dia dapat menggunakan metode kuno yang sangat diinginkan oleh para dokter dimasa ini untuk mengobati racun, bahkan penyakit yang sulit di tangani oleh alat medist dijaman modern?
Jika dia membiarkan Bintang terus hidup, ancaman nyata tentu dapat dia terima. Selain itu, mungkin Bintang akan menjadi seseorang yang dipuja oleh semua orang yang membutuhkan jasanya. Itu sudah cukup untuk membuatnya sakit hati!
*
Jalanan Cahaya sangat sepi, dan setelah menunggu sepuluh menit dijalanan itu. Akhirnya mobil BMW X4 yang sama dimiliki oleh Diana mulai berhenti didepan Bintang. Melihat dari mobilnya, Bintang mulai bergumam.
"Akhirnya seseorang telah menjemputku..."
Pintu mobil terbuka dan kini seorang gadis muda, dengan pakaian sederhana mulai menatap keseluruh tubuh Bintang dengan anggukan kepala lalu bergumam.
"Seluruh pakaian hitam, wajah yang tampan sesuai dengan ciri ciri wanita yang membahas sosok Dewi Medist..."
"Kenapa hanya diam?" Bintang berkata, pasalnya dia sudah mengantuk hingga gadis itu segera membuka mulutnya kembali.
"Apa anda adalah Tuan Bintang?"
Hanya mengangguk, hal ini membuat sang gadis itu segera membuka pintu dan membawanya untuk kembali ke kediamannya yang berada ditengah kota Awan.
Sepuluh menit kemudian.
Kediaman megah tak membuat pandangan Bintang tercengang, namun dia sedikit heran dengan penjagaan super ketat yang dimiliki oleh kediaman itu. Para penjaga memiliki senjata api, jelas identitas pemilik rumah ini mungkin tak bisa dibandingkan dengan Clara.
Mengikuti gadis itu memasuki kediaman, dan berjalan santai, tiba tiba gadis itu mulai membuka topik.
"Didalam rumah, ayahku terkena penyakit aneh... Dia sudah berbaring diranjang selama tiga tahun terakhir ini, dan tadi dia mengalami masa koma sesaat, harapanku aku ingin tuan menyelamatkannya, meski tidak dapat pulih seperti sedia kala, namun setidaknya ayahku tidak merasakan penderitaan yang sama dalam waktu tiga tahun ini." Gadis itu menyelesaikan ungkapannya, dia membuka pintu yang memperlihatkan seorang pria paruh baya dengan tubuh kekar terbaring diatas ranjang dengan banyak perlengkapan medist yang memperlihatkan bahwa kondisi pria itu benar benar memprihatikan.
"Dimana giok kehidupan yang telah kamu pecahkan?"
Gadis itu menganggukan kepalanya, dia mengeluarkan giok berwarna biru terang milik gurunya.
"Tuan ini..."
Memeriksanya dan menganggukan kepala setelah memastikannya, kini Bintang telah membuang potongan yang tersirat nomor telepon milik gurunya. Dia juga menyimpan bagian giok kehidupan itu kedalam sakunya.
Memeriksanya, dan melihat bahwa gadis itu tak banyak berkata. Bintang akhirnya memulai pengobatannya dengan memeriksa bagaimana kondisi pria paruh baya itu.
Sesaat setelahnya.
Tekanan darah yang tidak stabil, ada beberapa bekas luka peluru panas yang tidak sembuh, lalu racun yang hampir sama dengan dialami oleh ayah Clara. Sebenarnya bagaimana bisa ini terjadi? Bintang mengerutkan alisnya hingga gadis itu mulai berkata.
"Tuan bagaimana? Apa anda dapat menyembuhkan ayahku?"
"Ini hanya masalah ringan, kamu carikan aku beberapa bahan herbal mentah yang ku tulis segera... Aku akan melakukan pengobatan besok ketika semua bahan telah tersedia."
"Baik..."
Melihat semua bahan herbal yang telah tertulis, gadis itu menganggukan kepalanya.
"Bagaimana jika tuan keluar, dan biarkan ayahku beristirahat lagi? Jujur ruangan ini harus steril."
"Tidak bisa." Bintang menyangkal keinginan gadis itu.
"Tuan..."
"Jujur saja, ayahmu terkena racun yang menghambat sel darah yang seharusnya mengobati luka malah menjadi tak berfungsi, selain itu racun ini juga telah menyerang semua pembuluh darah dan juga jantung... Aku hanya ingin tahu dari mana asal racun ini berasal."
Gadis itu tercengang, lalu menatap Bintang dengan serius.
"Apa benar yang tuan bicarakan? Jika begitu, apa yang harus ku jelaskan kepada atasan ayahku? Ayahku adalah komandan pasukan Negara Amerta, identitasnya tak biasa. Jadi untuk memastikan keamanannya, Jendral besar tidak ingin siapapun menganggu waktu peristirahatannya!"
"Kamu tenang saja, katakan bahwa aku hanya seorang pembantu yang menjaga kebersihan dan melaporkan setiap kondisi kepadamu. Lagi pula ini hanya semalam, maka kamu akan tahu banyak kebenaran yang harus kamu tahu."
Gadis itu mengangguk, entah kenapa dia merasa bahwa apa yang dikatakan Bintang adalah kebenaran. Saat ini, dia tidak perduli akan hal lain kecuali keselamatan ayahnya. Hingga setelah gadis itu keluar.
Bintang mulai menatap pria paruh baya itu yang sebenarnya telah tersadar ketika dia memeriksa kondisi tubuhnya.
"Tuan apa kamu Dewi Medist yang dikatakan oleh putri kecilku itu?"
"Aku tak berani merebut identitas besar itu. Yang pasti putri kecil anda telah mengeluarkan giok kehidupan, jadi sudah tugasku untuk menyelamatkan anda."
Pria itu kembali memejamkan matanya, hingga saat melihat bahwa pria itu tidur terlelap. Bintang mulai menghela napas dan bergumam.
"Seharusnya yang akan masuk keruangan akan mengecek kondisinya."
Kraaak!
Pintu ruangan terbuka, Bintang dengan reflek berdiri dan memberi sambutan kepada pria bertubuh gempal yang tak lain adalah Dokter Tirta.
"Ka-kamu kenapa ada disini?!"
"Ha? Apa tuan sebelumnya mengenaliku?" Sembari memberikan senyum tipis, Bintang bersikap seolah tidak mengetahui sosok siapa didepannya itu.
"Penjaga! Ada penipu disini! Kenapa kalian membiarkannya masuk begitu saja?!" Dokter Tirta berteriak hebat. Dia sungguh tak menyangka bagaimana sosok Bintang dapat memasuki ruangan seorang komandan kusus pasukan penjagaan Negara Amerta!
Mendengar teriakan itu, salah satu penjaga mulai memasuki ruangan. Dia menodongkan senjata api kearah Dokter Tirta.
"Dia adalah pembantu baru nona Anya. Kamu sebagai dokter seharusnya dapat menjaga situasi tetap tenang, tapi kini malah berteriak! Kamu kira disini merupakan taman bermain?!"
Dokter Tirta terdiam, ancaman ini nyata! Dia tidak bisa banyak bertingkah kecuali membiarkan sosok Bintang juga berada disisinya.
"Baiklah..."
Penjaga itu mengangguk, dia menatap Bintang dengan tatapan berbeda, lalu keluar dari ruangan dengan santai.
Setelah beberapa saat. Situasi berubah menjadi tenang, Bintang terus menatap apa yang dilakukan oleh Dokter Tirta.
Dia menyuntikan cairan berwarna sedikit kehijauan kearah selang infus yang membuat Bintang mulai membuka mulutnya.
"Seorang dokter mengutamakan keselamatan nyawa pasiennya, tapi baru kali ini seorang dokter ingin membunuh pasiennya. Dokter Tirta, dengan identitasmu sebagai dokter terbaik di kota ini, apa begini caramu bertindak?"
Dokter Tirta tersenyum tipis, "Bintang kamu jangan sok pintar, lagi pula Komandan ini tengah menjalani masa koma, jadi apa semua penjaga ini akan percaya bahwa aku akan membunuhnya?"
Mendengar hal itu, Bintang mendekatkan diri kearah ayahnya yang ingin memaki dokter Tirta segera menekan syaraf otot pergerakannya agar membiarkan Dokter Tirta pergi tanpa timbul rasa curiga.
"Benar juga, aku hanya seorang pembantu... Apa yang aku lihat tentu bisa dapat kamu bungkam dengan mudah!"
"Tahu diri juga, tapi kusarankan jangan ikut campur urusanku, jika hal ini terjadi itu hanya akan membawamu kedalam bencana yang tak pernah kamu pikirkan!" Dokter Tirta yang telah menyelesaikan tugasnya segera keluar dari ruangan
Mendengar peringatan tersebut, Bintang hanya tersenyum dingin. Namun pandangannya segera tertuju kearah pria yang kini mulai membuka matanya. Jelas dia masih tidak tahu identitas Bintang."Kenapa kamu membiarkannya pergi begitu saja? Tuan apa kamu juga memiliki niat untuk mencelakaiku?" Pria yang bernama Zidan segera menanyakan tindakan utusan Dewi Medist yang hanya diam."Tuan selagi telah memecahkan giok kehidupan, meski kamu akan menghadapi kematian. Aku juga takan membiarkannya begitu saja."Braaaak!Percakapan mereka terhenti, suara dobrakan pintu yang sangat keras terdengar ketika sosok Anya telah memasuki ruangan dengan membawa banyak bahan herbal sesuai dengan permintaan Bintang.Melihat kondisi ruangan yang tenang, Anya menatap wajah Bintang dengan seksama."Tuan apakah Dokter Tirta mengacau disini? Maaf aku terlambat untuk tiba secara tepat waktu."Bintang menggelengkan kepalanya, dia kemudian meraih semua bahan herbal ditangan Anya dengan wajah yang terlihat cukup puas. Sem
Pelelangan terus berjalan, hingga sebuah komentar mulai bermunculan ketika Bintang menyadari adanya dering dari telpon genggam milik Anya.Kriiiing! Kriiiing! Kriiiiing!"Si-siapa yang tuan hubungi? Kenapa hand phone ku terus berdering?" Anya menelan ludahnya sendiri, dia memiliki banyak folowers yang sangat merepotkan. Seandainya Bintang melakukan sesuatu yang buruk, pasti gosip tentang keburukannya akan segera tersebar dalam waktu satu menit."Hahahaha! Naiklah!" Bintang mulai membuka penawaran yang ternyata terus naik setiap detiknya.Wajahnya mulai bersinar, namun wajah keheranan mulai terlihat ketika dia membaca penawaran tertinggi saat ini di tawar oleh Clara."Kenapa dia menawar giok kehidupan? Sudahlah, itu juga masalahnya karena telah menyinggungku, siapa yang memiliki uang, maka dia yang akan mendapatkan Giok berharga ini."Bintang masih belum mengerti, pelelangan di sosial media yang dia lakukan telah mengguncang kota Awan. Bahkan satu provinsi dibuat ramai dengan kabar aka
Bintang tak menjawab apapun, namun cengkeraman tangannya semakin kuat dan dia secara cepat membuka lengan baju pria bercadar didepannya."Organisasi Naga Hitam?" Mengernyitkan salah satu alisnya, Bintang yang mengenal organisasi itu dari salah satu gurunya segera memutar lengan pria itu ke arah tiga ratus enam puluh derajat!Kraaaack!'"Oh tidak lenganku!" Pria itu membelalakan matanya, pergelangan tulang tangannya telah patah. Saat ini dia tidak memiliki alasan untuk melawan kembali.Namun yang pasti, sebuah tendangan kuat mampir diarea perutnya yang membuat pria itu terhempas dan langsung tersungkur."Te-tendangan dan reflek yang mantap!" Aga memberikan kedua jempolnya atas tindakan cepat Bintang yang menolongnya."Tunggu, tadi kamu mengatakan dia berasal dari Organisasi Naga Hitam?" Aga tersadar dari ungkapan Bintang."Benar, apa kamu sekarang takut?""Sial jika begitu sekarang lebih baik kita pergi dari sini... Jika tidak..."Prooook! Prooook! Prooook!Sebuah tepuk tangan menggema
Tuuuut! Tuuuuut!Panggilan telah di matikan, sontak Aga yang telah tiba dikota lain itu menghela napasnya cukup panjang."Sebenarnya siapa Bintang ini? Dia benaran tidak takut dengan keberadaan Naga Hitam?"*Ingin beristirahat dengan tenang, tiba tiba pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Mendengar hal ini, Bintang sedikit mendengus kesal."Hmmppp! Ingin sekali beristirahat tapi kenapa masih ada orang yang datang mengangguku?!" Beranjak, dan hendak membuka kamarnya dengan wajah penuh kekesalan. Tiba tiba saat pintu terbuka, reaksinya berubah tiga ratus enam puluh derajat!"Gu-guru... Sejak kapan kamu datang kemari, dan kenapa kamu tahu dimana aku tinggal?"Dewi medist tersenyum tipis, dia datang hanya ingin mengantarkan sesuatu untuk Bintang itu mengeluarkan sepucuk surat dari dalam saku jaz mewahnya."Soal itu tak penting, sekarang apakah kamu akan datang ke pesta ulang tahun Dewi? Semua itu hak mu, ingatlah bagaimanapun kamu masih memiliki perjanjian dengan orang tuanya."Menerim
"Dewi kamu bisa menghinaku, tapi tidak dengan orang tuaku!""Apa kamu kesal?" Dewi tersenyum sinis, dia mengundang Bintang juga memiliki maksud tertentu."Ya aku sangat menyesal datang hanya untuk menghadiri acara ulang tahunmu yang tidak bearti ini..."Dewi mengeluarkan kertas yang terlihat cukup kusam, dia kemudian memberikan beberapa kertas kosong agar Bintang mau menulis beberapa kata agar keluarganya tidak memaksanya untuk menikah."Ini adalah kertas perjanjian, dan sekarang dikertas kosong ini kamu tuliskan dengan tanganmu sendiri, bahwa perjanjian dimasalalu batal!"Kraaaack!Bintang segera merebut kertas yang usang. Dia merobeknya menjadi beberapa bagian kecil lalu menghamburkannya keatas langit."Tidak perlu menulis yang baru, dengan hancurnya kertas usang ini, aku akan mengatakan bahwa perjanjian di masalalu tidak berlaku lagi!""Ckckck! Ternyata pengemis dan penipu ulung sepertimu memiliki keluarga yang bagus dimasalalu ya? Bintang tapi ingat masalalu adalah masalalu, di ma
"Guru! Maukah kalian semua menjadi istriku?!" Ungkapan ini secara spontan keluar dari mulut Bintang ketika dia telah meneguk segelas wine di depannya."Apa?!"Di sebuah tempat Bernama Gunung Lima Naga, seorang pemuda dengan santai mengatakan hal itu pada lima Wanita di depannya yang tak lain adalah guru-gurunya!Setiap Wanita tersebut adalah dewi-dewi yang menguasai lima jenis kekuatan.Dewi Medis, Dewi Perang, Dewi Kekayaan, Dewi Kecantikan, dan Dewi Keberuntungan.Masing-masing dari kelima Wanita itu memancarkan aura yang membuat setiap gairah laki-laki normal bergejolak.Bagaimana tidak, bibir merah ranum, kaki yang jenjang dengan kulit seputih porselen, dan bentuk tubuh yang begitu berisi.Apalagi gunungan mereka yang hanya dibalut kain tipis, seakan memberontak untuk keluar dari sarangnya, yang bergoyang setiap kali para wanita itu bergerak.Jelas apa yang dilihat oleh Bintang merupakan sebuah keindahan yang selalu terlihat padanya selama sepuluh tahun hidup bersama kelima gurun
Hanya tersenyum tipis, sebagai tanggapan ungkapan gadis itu. Bintang mulai memeriksa denyut nadi pria dipangkuan Clara dengan kerutan alis yang memperlihatkan keseriusannya dalam menangani seorang pasien."Kondisinya memang sangat parah, racun yang ada didalam tubuhnya telah menyerang jantung, bahkan kearah pembuluh darah."Clara membelalakan matanya, "Apa yang kamu katakan benar? Lalu bagaimana caramu mengobatinya?""Mudah saja... Jika ingin proses pemulihannya berjalan lancar, jangan ganggu aku untuk melakukan tugasku."Mengeluarkan tiga jarum titik akupuntur, Bintang mulai menancapkannya kearah kening. Dan kedua dada dari ayah Clara.Tugasnya saat ini adalah meringankan rasa sakit yang diderita pria itu melalui detoksifikasi jarum akupunturnya. Meski tidak sepenuhnya racun itu terangkat, setidaknya langkah ini akan meringankan rasa sakit yang diderita pasien.Setelah mencabut ketiga jarum.Darah hitam keluar dari bekas jarum akupuntur menancap. Kini semua orang dapat melihat kenyat
"Siapa Kalian?!" Bintang memincingkan matanya, meski tubuh ketiga pria yang mengetuk pintunya dua kali lipat lebih besar dari tubuhnya. Dia sama sekali tak merasa takut ketika melihat tatapan mereka yang terlihat seakan ingin menelan tubuhnya bulat bulat.Ketiga pria itu sama sekali tidak menjawab. Melainkan mereka mendorong tubuh Bintang hingga salah satu diantara mereka mulai menutup pintu dan segera menguncinya."Seseorang memberi kami perintah untuk memberi pelajaran padamu... Bintang namamu kan?"Salah satu pria kekar itu mulai melancarkan tinjunya. Namun secara mengejutkannya, Bintang hanya menggeser sedikit kakinya kebelakang. Lalu dengan mudahnya dia menangkap dengan tangan kirinnya, lalu menampar wajahnya dengan sekali tamparan!Plaaaaaak!Sepasang mata kedua rekan dari pria itu terbelalak. Tubuh mereka sama besarnya, namun kenapa hanya dengan satu tamparan rekan mereka dibuat terlempar seakan kapas yang tertiup angin?Selain sangat cepat, tamparan yang dilancarkan oleh Binta
"Dewi kamu bisa menghinaku, tapi tidak dengan orang tuaku!""Apa kamu kesal?" Dewi tersenyum sinis, dia mengundang Bintang juga memiliki maksud tertentu."Ya aku sangat menyesal datang hanya untuk menghadiri acara ulang tahunmu yang tidak bearti ini..."Dewi mengeluarkan kertas yang terlihat cukup kusam, dia kemudian memberikan beberapa kertas kosong agar Bintang mau menulis beberapa kata agar keluarganya tidak memaksanya untuk menikah."Ini adalah kertas perjanjian, dan sekarang dikertas kosong ini kamu tuliskan dengan tanganmu sendiri, bahwa perjanjian dimasalalu batal!"Kraaaack!Bintang segera merebut kertas yang usang. Dia merobeknya menjadi beberapa bagian kecil lalu menghamburkannya keatas langit."Tidak perlu menulis yang baru, dengan hancurnya kertas usang ini, aku akan mengatakan bahwa perjanjian di masalalu tidak berlaku lagi!""Ckckck! Ternyata pengemis dan penipu ulung sepertimu memiliki keluarga yang bagus dimasalalu ya? Bintang tapi ingat masalalu adalah masalalu, di ma
Tuuuut! Tuuuuut!Panggilan telah di matikan, sontak Aga yang telah tiba dikota lain itu menghela napasnya cukup panjang."Sebenarnya siapa Bintang ini? Dia benaran tidak takut dengan keberadaan Naga Hitam?"*Ingin beristirahat dengan tenang, tiba tiba pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Mendengar hal ini, Bintang sedikit mendengus kesal."Hmmppp! Ingin sekali beristirahat tapi kenapa masih ada orang yang datang mengangguku?!" Beranjak, dan hendak membuka kamarnya dengan wajah penuh kekesalan. Tiba tiba saat pintu terbuka, reaksinya berubah tiga ratus enam puluh derajat!"Gu-guru... Sejak kapan kamu datang kemari, dan kenapa kamu tahu dimana aku tinggal?"Dewi medist tersenyum tipis, dia datang hanya ingin mengantarkan sesuatu untuk Bintang itu mengeluarkan sepucuk surat dari dalam saku jaz mewahnya."Soal itu tak penting, sekarang apakah kamu akan datang ke pesta ulang tahun Dewi? Semua itu hak mu, ingatlah bagaimanapun kamu masih memiliki perjanjian dengan orang tuanya."Menerim
Bintang tak menjawab apapun, namun cengkeraman tangannya semakin kuat dan dia secara cepat membuka lengan baju pria bercadar didepannya."Organisasi Naga Hitam?" Mengernyitkan salah satu alisnya, Bintang yang mengenal organisasi itu dari salah satu gurunya segera memutar lengan pria itu ke arah tiga ratus enam puluh derajat!Kraaaack!'"Oh tidak lenganku!" Pria itu membelalakan matanya, pergelangan tulang tangannya telah patah. Saat ini dia tidak memiliki alasan untuk melawan kembali.Namun yang pasti, sebuah tendangan kuat mampir diarea perutnya yang membuat pria itu terhempas dan langsung tersungkur."Te-tendangan dan reflek yang mantap!" Aga memberikan kedua jempolnya atas tindakan cepat Bintang yang menolongnya."Tunggu, tadi kamu mengatakan dia berasal dari Organisasi Naga Hitam?" Aga tersadar dari ungkapan Bintang."Benar, apa kamu sekarang takut?""Sial jika begitu sekarang lebih baik kita pergi dari sini... Jika tidak..."Prooook! Prooook! Prooook!Sebuah tepuk tangan menggema
Pelelangan terus berjalan, hingga sebuah komentar mulai bermunculan ketika Bintang menyadari adanya dering dari telpon genggam milik Anya.Kriiiing! Kriiiing! Kriiiiing!"Si-siapa yang tuan hubungi? Kenapa hand phone ku terus berdering?" Anya menelan ludahnya sendiri, dia memiliki banyak folowers yang sangat merepotkan. Seandainya Bintang melakukan sesuatu yang buruk, pasti gosip tentang keburukannya akan segera tersebar dalam waktu satu menit."Hahahaha! Naiklah!" Bintang mulai membuka penawaran yang ternyata terus naik setiap detiknya.Wajahnya mulai bersinar, namun wajah keheranan mulai terlihat ketika dia membaca penawaran tertinggi saat ini di tawar oleh Clara."Kenapa dia menawar giok kehidupan? Sudahlah, itu juga masalahnya karena telah menyinggungku, siapa yang memiliki uang, maka dia yang akan mendapatkan Giok berharga ini."Bintang masih belum mengerti, pelelangan di sosial media yang dia lakukan telah mengguncang kota Awan. Bahkan satu provinsi dibuat ramai dengan kabar aka
Mendengar peringatan tersebut, Bintang hanya tersenyum dingin. Namun pandangannya segera tertuju kearah pria yang kini mulai membuka matanya. Jelas dia masih tidak tahu identitas Bintang."Kenapa kamu membiarkannya pergi begitu saja? Tuan apa kamu juga memiliki niat untuk mencelakaiku?" Pria yang bernama Zidan segera menanyakan tindakan utusan Dewi Medist yang hanya diam."Tuan selagi telah memecahkan giok kehidupan, meski kamu akan menghadapi kematian. Aku juga takan membiarkannya begitu saja."Braaaak!Percakapan mereka terhenti, suara dobrakan pintu yang sangat keras terdengar ketika sosok Anya telah memasuki ruangan dengan membawa banyak bahan herbal sesuai dengan permintaan Bintang.Melihat kondisi ruangan yang tenang, Anya menatap wajah Bintang dengan seksama."Tuan apakah Dokter Tirta mengacau disini? Maaf aku terlambat untuk tiba secara tepat waktu."Bintang menggelengkan kepalanya, dia kemudian meraih semua bahan herbal ditangan Anya dengan wajah yang terlihat cukup puas. Sem
"Kalian keluarlah..." Tatapan mata Dokter Tirta bertambah serius.Dia berpikir siapa sosok Bintang? Kenapa dia dapat menggunakan metode kuno yang sangat diinginkan oleh para dokter dimasa ini untuk mengobati racun, bahkan penyakit yang sulit di tangani oleh alat medist dijaman modern?Jika dia membiarkan Bintang terus hidup, ancaman nyata tentu dapat dia terima. Selain itu, mungkin Bintang akan menjadi seseorang yang dipuja oleh semua orang yang membutuhkan jasanya. Itu sudah cukup untuk membuatnya sakit hati!*Jalanan Cahaya sangat sepi, dan setelah menunggu sepuluh menit dijalanan itu. Akhirnya mobil BMW X4 yang sama dimiliki oleh Diana mulai berhenti didepan Bintang. Melihat dari mobilnya, Bintang mulai bergumam."Akhirnya seseorang telah menjemputku..."Pintu mobil terbuka dan kini seorang gadis muda, dengan pakaian sederhana mulai menatap keseluruh tubuh Bintang dengan anggukan kepala lalu bergumam."Seluruh pakaian hitam, wajah yang tampan sesuai dengan ciri ciri wanita yang me
"Siapa Kalian?!" Bintang memincingkan matanya, meski tubuh ketiga pria yang mengetuk pintunya dua kali lipat lebih besar dari tubuhnya. Dia sama sekali tak merasa takut ketika melihat tatapan mereka yang terlihat seakan ingin menelan tubuhnya bulat bulat.Ketiga pria itu sama sekali tidak menjawab. Melainkan mereka mendorong tubuh Bintang hingga salah satu diantara mereka mulai menutup pintu dan segera menguncinya."Seseorang memberi kami perintah untuk memberi pelajaran padamu... Bintang namamu kan?"Salah satu pria kekar itu mulai melancarkan tinjunya. Namun secara mengejutkannya, Bintang hanya menggeser sedikit kakinya kebelakang. Lalu dengan mudahnya dia menangkap dengan tangan kirinnya, lalu menampar wajahnya dengan sekali tamparan!Plaaaaaak!Sepasang mata kedua rekan dari pria itu terbelalak. Tubuh mereka sama besarnya, namun kenapa hanya dengan satu tamparan rekan mereka dibuat terlempar seakan kapas yang tertiup angin?Selain sangat cepat, tamparan yang dilancarkan oleh Binta
Hanya tersenyum tipis, sebagai tanggapan ungkapan gadis itu. Bintang mulai memeriksa denyut nadi pria dipangkuan Clara dengan kerutan alis yang memperlihatkan keseriusannya dalam menangani seorang pasien."Kondisinya memang sangat parah, racun yang ada didalam tubuhnya telah menyerang jantung, bahkan kearah pembuluh darah."Clara membelalakan matanya, "Apa yang kamu katakan benar? Lalu bagaimana caramu mengobatinya?""Mudah saja... Jika ingin proses pemulihannya berjalan lancar, jangan ganggu aku untuk melakukan tugasku."Mengeluarkan tiga jarum titik akupuntur, Bintang mulai menancapkannya kearah kening. Dan kedua dada dari ayah Clara.Tugasnya saat ini adalah meringankan rasa sakit yang diderita pria itu melalui detoksifikasi jarum akupunturnya. Meski tidak sepenuhnya racun itu terangkat, setidaknya langkah ini akan meringankan rasa sakit yang diderita pasien.Setelah mencabut ketiga jarum.Darah hitam keluar dari bekas jarum akupuntur menancap. Kini semua orang dapat melihat kenyat
"Guru! Maukah kalian semua menjadi istriku?!" Ungkapan ini secara spontan keluar dari mulut Bintang ketika dia telah meneguk segelas wine di depannya."Apa?!"Di sebuah tempat Bernama Gunung Lima Naga, seorang pemuda dengan santai mengatakan hal itu pada lima Wanita di depannya yang tak lain adalah guru-gurunya!Setiap Wanita tersebut adalah dewi-dewi yang menguasai lima jenis kekuatan.Dewi Medis, Dewi Perang, Dewi Kekayaan, Dewi Kecantikan, dan Dewi Keberuntungan.Masing-masing dari kelima Wanita itu memancarkan aura yang membuat setiap gairah laki-laki normal bergejolak.Bagaimana tidak, bibir merah ranum, kaki yang jenjang dengan kulit seputih porselen, dan bentuk tubuh yang begitu berisi.Apalagi gunungan mereka yang hanya dibalut kain tipis, seakan memberontak untuk keluar dari sarangnya, yang bergoyang setiap kali para wanita itu bergerak.Jelas apa yang dilihat oleh Bintang merupakan sebuah keindahan yang selalu terlihat padanya selama sepuluh tahun hidup bersama kelima gurun