"Guru! Maukah kalian semua menjadi istriku?!"
Ungkapan ini secara spontan keluar dari mulut Bintang ketika dia telah meneguk segelas wine di depannya.
"Apa?!"
Di sebuah tempat Bernama Gunung Lima Naga, seorang pemuda dengan santai mengatakan hal itu pada lima Wanita di depannya yang tak lain adalah guru-gurunya!
Setiap Wanita tersebut adalah dewi-dewi yang menguasai lima jenis kekuatan.
Dewi Medis, Dewi Perang, Dewi Kekayaan, Dewi Kecantikan, dan Dewi Keberuntungan.
Masing-masing dari kelima Wanita itu memancarkan aura yang membuat setiap gairah laki-laki normal bergejolak.
Bagaimana tidak, bibir merah ranum, kaki yang jenjang dengan kulit seputih porselen, dan bentuk tubuh yang begitu berisi.
Apalagi gunungan mereka yang hanya dibalut kain tipis, seakan memberontak untuk keluar dari sarangnya, yang bergoyang setiap kali para wanita itu bergerak.
Jelas apa yang dilihat oleh Bintang merupakan sebuah keindahan yang selalu terlihat padanya selama sepuluh tahun hidup bersama kelima gurunya.
Ini bukan tempat biasa, ini adalah surga bagi para pria!
Sebelumnya, Bintang adalah laki-laki lemah yang terbuang dari dunianya. Dicemooh, dihina, bahkan dibuang oleh orang-orang terdekatnya karena dianggap pembawa sial.
Ia pergi ke sebuah gunung untuk mengakhiri hidupnya. Namun, ia justru ditemukan oleh kelima dewi-dewi tersebut yang melihat potensi tersembunyi di balik tubuh lemahnya.
Kini, setelah sepuluh tahun ditempa, Bintang bukan lagi laki-laki lemah yang memohon untuk dikasihani!
Sementara itu, kelima wanita tersebut saling pandang setelah mendengar ungkapan Bintang yang tiba-tiba.
“Kamu merasa layak untuk menjadi pendamping kami berlima, Bintang?!” tanya Dewi Perang dengan angkuh.
"Guru, apa aku benar-benar tak layak untuk kalian?"
"Di seluruh Negara Amerta siapa yang tidak mengagumi kami? Bintang, jika kamu memang layak untuk kami, apa kamu mau menerima tantangan dari kami?" Dewi Medis ikut meramaikan suasana.
"Tantangan?" Menjawab penuh antusias, harapan besar untuk mewujudkan impiannya telah membuat semangat besar membakar hatinya.
"Benar, kamu hanya perlu turun dari gunung ini, lalu menerima setiap misi yang kami berikan, Bintang apa kamu mau menerimanya?"
Mengerti arah pembicaraan mereka, Bintang yang tahu bagaimana harus memulai itu mulai merenggangkan seluruh otot tubuhnya yang telah lama kaku.
Kraaaack!
"Guru, katakan saja misi apa yang perlu aku kerjakan? Sekarang aku akan memulainya..."
"..." Kelima guru Bintang terdiam terpaku. Mereka benar benar terkejut atas tekad kuat Bintang yang benar benar ingin menikahi mereka.
Dewi Medis terdiam sejenak, dia kemudian menyeletuk dengan cepat.
"Kota Awan, di sana banyak orang yang membutuhkan keterampilan medismu... Mungkin kamu bisa memulainya dari sana..." Dewi Medis melempar sebuah telepon genggam yang terlihat kuno kearah Bintang.
Menangkapnya, dan menaikan alisnya, Bintang segera berkata dengan nada tak percaya.
"Gu-guru a-apa hanya telepon genggam kuno ini saja yang ingin kamu berikan?!"
“Kenapa? Apakah kamu keberatan?” tanya salah satu Dewi dengan senyum tipis.
"Demi menikahi kelima guru cantik, aku tidak akan menyerah begitu saja! Guru aku akan segera pergi ke kota Awan!"
Dewi Medis menganggukan kepalanya, ia tak menyangka tekad murid terbaik mereka untuk menikahi guru-gurunya. Dia kemudian menelepon seseorang untuk mengantarkan Bintang.
"Dewi Medis, tanpa memberikannya uang, apa Bintang dapat bertahan hidup? Negara ini tengah kacau kondisinya, pertama kali keluar gunung apa dia tidak akan menemukan masalah besar?" tanya Dewi Kekayaan kepadanya dengan ragu.
"Bintang telah mewarisi semua keahlian yang kita miliki, lantas apa yang kalian takuti? Lagi pula, kita tak bisa terus menahannya di tempat terpencil ini."
Beberapa saat bintang menunggu di halaman villa gunung lima naga.
Tiiiin!
Sebuah mobil BMW X4 keluaran terbaru mulai memasuki halaman villa. Sosok gadis yang bernama Diana pun segera membukakan pintu dan memberikan hormat kearah Bintang.
"Tuan muda Bintang silakan masuk."
Menganggukan kepalanya, Bintang memulai perjalanan pertama kalinya selama sepuluh tahun terakhir dalam menuju ke kota Awan.
***
"Diana kenapa kamu menurunkanku di pinggiran kota? Apa ini juga perintah yang diberikan oleh Dewi Medis?"
Bintang menggaruk-garuk kepalanya saat mobil yang ia tumpangi tiba-tiba berhenti begitu saja.
"Tuan muda, ini perintah... Diana tidak berani melanggar perintah." Diana dengan cepat memasuki mobilnya kembali lalu meninggalkan Bintang.
Bintang yang tidak tahu misi apa yang harus dia lakukan mulai berkata, "Sepertinya aku telah gegabah setelah menerima tantangan kelima guruku tanpa persiapan sebelumnya..."
Menarik napas dalam dalam, Bintang mulai berjalan sembari melihat kondisi kota Awan yang terlihat cukup ramai keadaannya.
Ditengah perjalanan yang dipenuhi rasa lapar itu, pandangannya tertuju kearah seorang gadis berumur dua puluh tahunan yang terlihat tengah cemas akan kondisi pria paruh baya di pangkuannya.
Kondisi pria paruh baya itu cukup miris, kulit wajahnya terlihat kebiruan. Bahkan sedikit kejang yang terlihat seperti tengah sekarat.
"To-tolong! Siapapun yang ada disini tolong panggil dokter Tirta! Kenapa kalian hanya tetap melihat dan diam saja! Apa kota Awan tidak ada seorang yang perduli pada kami!" gadis itu berteriak hingga suaranya parau.
Mendengar suara itu, sembari melihat pakaian yang dikenakan gadis itu, Bintang mulai tersenyum tipis. Harapan untuk dapat mengisi perut laparnya mulai terlihat, takdir benar benar membantunya!
Berjalan kearah gadis itu, dan membuka jalan untuknya sendiri. Bintang segera memeriksa denyut nadi pria dipangkuan gadis itu. Namun tiba tiba.
"Kamu pengemis pergi! Aku tidak membutuhkanmu, tapi mencari seorang dokter hebat untuk mengobati penyakit kambuh yang dimiliki ayahku!" Gadis itu menatap tajam kearah Bintang.
Bintang menghela napas panjang, dia menatap sepasang mata gadis itu dengan seksama.
"Ayahmu tidak terkena penyakit, tapi dia keracunan."
Kulit membiru memang keracunan, tetapi gadis itu kenapa mengatakan penyakit ayahnya kambuh?
Mungkin seseorang dokter tengah menyesatkan pikiran keluarga gadis itu untuk mendapatkan keuntungan.
"Kamu tahu apa? Dokter nomor satu di kota ini sudah mendiagnosis ayahku terkena penyakit... Siapa kamu berani sekali menyesatkanku?"
"Pengemis ini benar benar salah sasaran untuk menipu orang kaya di kota Awan!" Seorang mulai berkata dengan reaksi yang menyedihkan. Selain dapat memicu masalah besar, mungkin pemuda setampan Bintang akan masuk penjara.
"Benar, apalagi dia berasal dari keluarga Cahyo, jika dia berani bertindak. Dan masalah bertambah parah, mungkin dia tidak lagi masuk penjara... Melainkan kuburan!"
Mendengar ungkapan orang lain, Bintang masih tetap tenang.
"Tapi kondisinya cukup kritis... Jika menunggu dokter yang kamu maksud tiba, mungkin ayahmu telah tiada... Nona apa salahnya kamu mempercayaiku?" Bintang menatap gadis itu tanpa reaksi sama sekali.
"Cuih! Dia itu sudah gila ya? Sudah tahu kehadirannya ditolak, tapi kenapa dia masih bersikeras?"
Namun Clara yang melihat sepasang mata penuh keyakinan itu terdiam sejenak. Seolah dia terhipnotis dengan ungkapan yang sebenarnya membuat hatinya merasa kesal.
"Jika sesuatu terjadi pada ayahku, keluarga Cahyo pasti akan membunuhmu...," suaranya terdengar begitu dingin.
Hanya tersenyum tipis, sebagai tanggapan ungkapan gadis itu. Bintang mulai memeriksa denyut nadi pria dipangkuan Clara dengan kerutan alis yang memperlihatkan keseriusannya dalam menangani seorang pasien."Kondisinya memang sangat parah, racun yang ada didalam tubuhnya telah menyerang jantung, bahkan kearah pembuluh darah."Clara membelalakan matanya, "Apa yang kamu katakan benar? Lalu bagaimana caramu mengobatinya?""Mudah saja... Jika ingin proses pemulihannya berjalan lancar, jangan ganggu aku untuk melakukan tugasku."Mengeluarkan tiga jarum titik akupuntur, Bintang mulai menancapkannya kearah kening. Dan kedua dada dari ayah Clara.Tugasnya saat ini adalah meringankan rasa sakit yang diderita pria itu melalui detoksifikasi jarum akupunturnya. Meski tidak sepenuhnya racun itu terangkat, setidaknya langkah ini akan meringankan rasa sakit yang diderita pasien.Setelah mencabut ketiga jarum.Darah hitam keluar dari bekas jarum akupuntur menancap. Kini semua orang dapat melihat kenyat
"Siapa Kalian?!" Bintang memincingkan matanya, meski tubuh ketiga pria yang mengetuk pintunya dua kali lipat lebih besar dari tubuhnya. Dia sama sekali tak merasa takut ketika melihat tatapan mereka yang terlihat seakan ingin menelan tubuhnya bulat bulat.Ketiga pria itu sama sekali tidak menjawab. Melainkan mereka mendorong tubuh Bintang hingga salah satu diantara mereka mulai menutup pintu dan segera menguncinya."Seseorang memberi kami perintah untuk memberi pelajaran padamu... Bintang namamu kan?"Salah satu pria kekar itu mulai melancarkan tinjunya. Namun secara mengejutkannya, Bintang hanya menggeser sedikit kakinya kebelakang. Lalu dengan mudahnya dia menangkap dengan tangan kirinnya, lalu menampar wajahnya dengan sekali tamparan!Plaaaaaak!Sepasang mata kedua rekan dari pria itu terbelalak. Tubuh mereka sama besarnya, namun kenapa hanya dengan satu tamparan rekan mereka dibuat terlempar seakan kapas yang tertiup angin?Selain sangat cepat, tamparan yang dilancarkan oleh Binta
"Kalian keluarlah..." Tatapan mata Dokter Tirta bertambah serius.Dia berpikir siapa sosok Bintang? Kenapa dia dapat menggunakan metode kuno yang sangat diinginkan oleh para dokter dimasa ini untuk mengobati racun, bahkan penyakit yang sulit di tangani oleh alat medist dijaman modern?Jika dia membiarkan Bintang terus hidup, ancaman nyata tentu dapat dia terima. Selain itu, mungkin Bintang akan menjadi seseorang yang dipuja oleh semua orang yang membutuhkan jasanya. Itu sudah cukup untuk membuatnya sakit hati!*Jalanan Cahaya sangat sepi, dan setelah menunggu sepuluh menit dijalanan itu. Akhirnya mobil BMW X4 yang sama dimiliki oleh Diana mulai berhenti didepan Bintang. Melihat dari mobilnya, Bintang mulai bergumam."Akhirnya seseorang telah menjemputku..."Pintu mobil terbuka dan kini seorang gadis muda, dengan pakaian sederhana mulai menatap keseluruh tubuh Bintang dengan anggukan kepala lalu bergumam."Seluruh pakaian hitam, wajah yang tampan sesuai dengan ciri ciri wanita yang me
Mendengar peringatan tersebut, Bintang hanya tersenyum dingin. Namun pandangannya segera tertuju kearah pria yang kini mulai membuka matanya. Jelas dia masih tidak tahu identitas Bintang."Kenapa kamu membiarkannya pergi begitu saja? Tuan apa kamu juga memiliki niat untuk mencelakaiku?" Pria yang bernama Zidan segera menanyakan tindakan utusan Dewi Medist yang hanya diam."Tuan selagi telah memecahkan giok kehidupan, meski kamu akan menghadapi kematian. Aku juga takan membiarkannya begitu saja."Braaaak!Percakapan mereka terhenti, suara dobrakan pintu yang sangat keras terdengar ketika sosok Anya telah memasuki ruangan dengan membawa banyak bahan herbal sesuai dengan permintaan Bintang.Melihat kondisi ruangan yang tenang, Anya menatap wajah Bintang dengan seksama."Tuan apakah Dokter Tirta mengacau disini? Maaf aku terlambat untuk tiba secara tepat waktu."Bintang menggelengkan kepalanya, dia kemudian meraih semua bahan herbal ditangan Anya dengan wajah yang terlihat cukup puas. Sem
Pelelangan terus berjalan, hingga sebuah komentar mulai bermunculan ketika Bintang menyadari adanya dering dari telpon genggam milik Anya.Kriiiing! Kriiiing! Kriiiiing!"Si-siapa yang tuan hubungi? Kenapa hand phone ku terus berdering?" Anya menelan ludahnya sendiri, dia memiliki banyak folowers yang sangat merepotkan. Seandainya Bintang melakukan sesuatu yang buruk, pasti gosip tentang keburukannya akan segera tersebar dalam waktu satu menit."Hahahaha! Naiklah!" Bintang mulai membuka penawaran yang ternyata terus naik setiap detiknya.Wajahnya mulai bersinar, namun wajah keheranan mulai terlihat ketika dia membaca penawaran tertinggi saat ini di tawar oleh Clara."Kenapa dia menawar giok kehidupan? Sudahlah, itu juga masalahnya karena telah menyinggungku, siapa yang memiliki uang, maka dia yang akan mendapatkan Giok berharga ini."Bintang masih belum mengerti, pelelangan di sosial media yang dia lakukan telah mengguncang kota Awan. Bahkan satu provinsi dibuat ramai dengan kabar aka
Bintang tak menjawab apapun, namun cengkeraman tangannya semakin kuat dan dia secara cepat membuka lengan baju pria bercadar didepannya."Organisasi Naga Hitam?" Mengernyitkan salah satu alisnya, Bintang yang mengenal organisasi itu dari salah satu gurunya segera memutar lengan pria itu ke arah tiga ratus enam puluh derajat!Kraaaack!'"Oh tidak lenganku!" Pria itu membelalakan matanya, pergelangan tulang tangannya telah patah. Saat ini dia tidak memiliki alasan untuk melawan kembali.Namun yang pasti, sebuah tendangan kuat mampir diarea perutnya yang membuat pria itu terhempas dan langsung tersungkur."Te-tendangan dan reflek yang mantap!" Aga memberikan kedua jempolnya atas tindakan cepat Bintang yang menolongnya."Tunggu, tadi kamu mengatakan dia berasal dari Organisasi Naga Hitam?" Aga tersadar dari ungkapan Bintang."Benar, apa kamu sekarang takut?""Sial jika begitu sekarang lebih baik kita pergi dari sini... Jika tidak..."Prooook! Prooook! Prooook!Sebuah tepuk tangan menggema
Tuuuut! Tuuuuut!Panggilan telah di matikan, sontak Aga yang telah tiba dikota lain itu menghela napasnya cukup panjang."Sebenarnya siapa Bintang ini? Dia benaran tidak takut dengan keberadaan Naga Hitam?"*Ingin beristirahat dengan tenang, tiba tiba pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Mendengar hal ini, Bintang sedikit mendengus kesal."Hmmppp! Ingin sekali beristirahat tapi kenapa masih ada orang yang datang mengangguku?!" Beranjak, dan hendak membuka kamarnya dengan wajah penuh kekesalan. Tiba tiba saat pintu terbuka, reaksinya berubah tiga ratus enam puluh derajat!"Gu-guru... Sejak kapan kamu datang kemari, dan kenapa kamu tahu dimana aku tinggal?"Dewi medist tersenyum tipis, dia datang hanya ingin mengantarkan sesuatu untuk Bintang itu mengeluarkan sepucuk surat dari dalam saku jaz mewahnya."Soal itu tak penting, sekarang apakah kamu akan datang ke pesta ulang tahun Dewi? Semua itu hak mu, ingatlah bagaimanapun kamu masih memiliki perjanjian dengan orang tuanya."Menerim
"Dewi kamu bisa menghinaku, tapi tidak dengan orang tuaku!""Apa kamu kesal?" Dewi tersenyum sinis, dia mengundang Bintang juga memiliki maksud tertentu."Ya aku sangat menyesal datang hanya untuk menghadiri acara ulang tahunmu yang tidak bearti ini..."Dewi mengeluarkan kertas yang terlihat cukup kusam, dia kemudian memberikan beberapa kertas kosong agar Bintang mau menulis beberapa kata agar keluarganya tidak memaksanya untuk menikah."Ini adalah kertas perjanjian, dan sekarang dikertas kosong ini kamu tuliskan dengan tanganmu sendiri, bahwa perjanjian dimasalalu batal!"Kraaaack!Bintang segera merebut kertas yang usang. Dia merobeknya menjadi beberapa bagian kecil lalu menghamburkannya keatas langit."Tidak perlu menulis yang baru, dengan hancurnya kertas usang ini, aku akan mengatakan bahwa perjanjian di masalalu tidak berlaku lagi!""Ckckck! Ternyata pengemis dan penipu ulung sepertimu memiliki keluarga yang bagus dimasalalu ya? Bintang tapi ingat masalalu adalah masalalu, di ma
"Dewi kamu bisa menghinaku, tapi tidak dengan orang tuaku!""Apa kamu kesal?" Dewi tersenyum sinis, dia mengundang Bintang juga memiliki maksud tertentu."Ya aku sangat menyesal datang hanya untuk menghadiri acara ulang tahunmu yang tidak bearti ini..."Dewi mengeluarkan kertas yang terlihat cukup kusam, dia kemudian memberikan beberapa kertas kosong agar Bintang mau menulis beberapa kata agar keluarganya tidak memaksanya untuk menikah."Ini adalah kertas perjanjian, dan sekarang dikertas kosong ini kamu tuliskan dengan tanganmu sendiri, bahwa perjanjian dimasalalu batal!"Kraaaack!Bintang segera merebut kertas yang usang. Dia merobeknya menjadi beberapa bagian kecil lalu menghamburkannya keatas langit."Tidak perlu menulis yang baru, dengan hancurnya kertas usang ini, aku akan mengatakan bahwa perjanjian di masalalu tidak berlaku lagi!""Ckckck! Ternyata pengemis dan penipu ulung sepertimu memiliki keluarga yang bagus dimasalalu ya? Bintang tapi ingat masalalu adalah masalalu, di ma
Tuuuut! Tuuuuut!Panggilan telah di matikan, sontak Aga yang telah tiba dikota lain itu menghela napasnya cukup panjang."Sebenarnya siapa Bintang ini? Dia benaran tidak takut dengan keberadaan Naga Hitam?"*Ingin beristirahat dengan tenang, tiba tiba pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Mendengar hal ini, Bintang sedikit mendengus kesal."Hmmppp! Ingin sekali beristirahat tapi kenapa masih ada orang yang datang mengangguku?!" Beranjak, dan hendak membuka kamarnya dengan wajah penuh kekesalan. Tiba tiba saat pintu terbuka, reaksinya berubah tiga ratus enam puluh derajat!"Gu-guru... Sejak kapan kamu datang kemari, dan kenapa kamu tahu dimana aku tinggal?"Dewi medist tersenyum tipis, dia datang hanya ingin mengantarkan sesuatu untuk Bintang itu mengeluarkan sepucuk surat dari dalam saku jaz mewahnya."Soal itu tak penting, sekarang apakah kamu akan datang ke pesta ulang tahun Dewi? Semua itu hak mu, ingatlah bagaimanapun kamu masih memiliki perjanjian dengan orang tuanya."Menerim
Bintang tak menjawab apapun, namun cengkeraman tangannya semakin kuat dan dia secara cepat membuka lengan baju pria bercadar didepannya."Organisasi Naga Hitam?" Mengernyitkan salah satu alisnya, Bintang yang mengenal organisasi itu dari salah satu gurunya segera memutar lengan pria itu ke arah tiga ratus enam puluh derajat!Kraaaack!'"Oh tidak lenganku!" Pria itu membelalakan matanya, pergelangan tulang tangannya telah patah. Saat ini dia tidak memiliki alasan untuk melawan kembali.Namun yang pasti, sebuah tendangan kuat mampir diarea perutnya yang membuat pria itu terhempas dan langsung tersungkur."Te-tendangan dan reflek yang mantap!" Aga memberikan kedua jempolnya atas tindakan cepat Bintang yang menolongnya."Tunggu, tadi kamu mengatakan dia berasal dari Organisasi Naga Hitam?" Aga tersadar dari ungkapan Bintang."Benar, apa kamu sekarang takut?""Sial jika begitu sekarang lebih baik kita pergi dari sini... Jika tidak..."Prooook! Prooook! Prooook!Sebuah tepuk tangan menggema
Pelelangan terus berjalan, hingga sebuah komentar mulai bermunculan ketika Bintang menyadari adanya dering dari telpon genggam milik Anya.Kriiiing! Kriiiing! Kriiiiing!"Si-siapa yang tuan hubungi? Kenapa hand phone ku terus berdering?" Anya menelan ludahnya sendiri, dia memiliki banyak folowers yang sangat merepotkan. Seandainya Bintang melakukan sesuatu yang buruk, pasti gosip tentang keburukannya akan segera tersebar dalam waktu satu menit."Hahahaha! Naiklah!" Bintang mulai membuka penawaran yang ternyata terus naik setiap detiknya.Wajahnya mulai bersinar, namun wajah keheranan mulai terlihat ketika dia membaca penawaran tertinggi saat ini di tawar oleh Clara."Kenapa dia menawar giok kehidupan? Sudahlah, itu juga masalahnya karena telah menyinggungku, siapa yang memiliki uang, maka dia yang akan mendapatkan Giok berharga ini."Bintang masih belum mengerti, pelelangan di sosial media yang dia lakukan telah mengguncang kota Awan. Bahkan satu provinsi dibuat ramai dengan kabar aka
Mendengar peringatan tersebut, Bintang hanya tersenyum dingin. Namun pandangannya segera tertuju kearah pria yang kini mulai membuka matanya. Jelas dia masih tidak tahu identitas Bintang."Kenapa kamu membiarkannya pergi begitu saja? Tuan apa kamu juga memiliki niat untuk mencelakaiku?" Pria yang bernama Zidan segera menanyakan tindakan utusan Dewi Medist yang hanya diam."Tuan selagi telah memecahkan giok kehidupan, meski kamu akan menghadapi kematian. Aku juga takan membiarkannya begitu saja."Braaaak!Percakapan mereka terhenti, suara dobrakan pintu yang sangat keras terdengar ketika sosok Anya telah memasuki ruangan dengan membawa banyak bahan herbal sesuai dengan permintaan Bintang.Melihat kondisi ruangan yang tenang, Anya menatap wajah Bintang dengan seksama."Tuan apakah Dokter Tirta mengacau disini? Maaf aku terlambat untuk tiba secara tepat waktu."Bintang menggelengkan kepalanya, dia kemudian meraih semua bahan herbal ditangan Anya dengan wajah yang terlihat cukup puas. Sem
"Kalian keluarlah..." Tatapan mata Dokter Tirta bertambah serius.Dia berpikir siapa sosok Bintang? Kenapa dia dapat menggunakan metode kuno yang sangat diinginkan oleh para dokter dimasa ini untuk mengobati racun, bahkan penyakit yang sulit di tangani oleh alat medist dijaman modern?Jika dia membiarkan Bintang terus hidup, ancaman nyata tentu dapat dia terima. Selain itu, mungkin Bintang akan menjadi seseorang yang dipuja oleh semua orang yang membutuhkan jasanya. Itu sudah cukup untuk membuatnya sakit hati!*Jalanan Cahaya sangat sepi, dan setelah menunggu sepuluh menit dijalanan itu. Akhirnya mobil BMW X4 yang sama dimiliki oleh Diana mulai berhenti didepan Bintang. Melihat dari mobilnya, Bintang mulai bergumam."Akhirnya seseorang telah menjemputku..."Pintu mobil terbuka dan kini seorang gadis muda, dengan pakaian sederhana mulai menatap keseluruh tubuh Bintang dengan anggukan kepala lalu bergumam."Seluruh pakaian hitam, wajah yang tampan sesuai dengan ciri ciri wanita yang me
"Siapa Kalian?!" Bintang memincingkan matanya, meski tubuh ketiga pria yang mengetuk pintunya dua kali lipat lebih besar dari tubuhnya. Dia sama sekali tak merasa takut ketika melihat tatapan mereka yang terlihat seakan ingin menelan tubuhnya bulat bulat.Ketiga pria itu sama sekali tidak menjawab. Melainkan mereka mendorong tubuh Bintang hingga salah satu diantara mereka mulai menutup pintu dan segera menguncinya."Seseorang memberi kami perintah untuk memberi pelajaran padamu... Bintang namamu kan?"Salah satu pria kekar itu mulai melancarkan tinjunya. Namun secara mengejutkannya, Bintang hanya menggeser sedikit kakinya kebelakang. Lalu dengan mudahnya dia menangkap dengan tangan kirinnya, lalu menampar wajahnya dengan sekali tamparan!Plaaaaaak!Sepasang mata kedua rekan dari pria itu terbelalak. Tubuh mereka sama besarnya, namun kenapa hanya dengan satu tamparan rekan mereka dibuat terlempar seakan kapas yang tertiup angin?Selain sangat cepat, tamparan yang dilancarkan oleh Binta
Hanya tersenyum tipis, sebagai tanggapan ungkapan gadis itu. Bintang mulai memeriksa denyut nadi pria dipangkuan Clara dengan kerutan alis yang memperlihatkan keseriusannya dalam menangani seorang pasien."Kondisinya memang sangat parah, racun yang ada didalam tubuhnya telah menyerang jantung, bahkan kearah pembuluh darah."Clara membelalakan matanya, "Apa yang kamu katakan benar? Lalu bagaimana caramu mengobatinya?""Mudah saja... Jika ingin proses pemulihannya berjalan lancar, jangan ganggu aku untuk melakukan tugasku."Mengeluarkan tiga jarum titik akupuntur, Bintang mulai menancapkannya kearah kening. Dan kedua dada dari ayah Clara.Tugasnya saat ini adalah meringankan rasa sakit yang diderita pria itu melalui detoksifikasi jarum akupunturnya. Meski tidak sepenuhnya racun itu terangkat, setidaknya langkah ini akan meringankan rasa sakit yang diderita pasien.Setelah mencabut ketiga jarum.Darah hitam keluar dari bekas jarum akupuntur menancap. Kini semua orang dapat melihat kenyat
"Guru! Maukah kalian semua menjadi istriku?!" Ungkapan ini secara spontan keluar dari mulut Bintang ketika dia telah meneguk segelas wine di depannya."Apa?!"Di sebuah tempat Bernama Gunung Lima Naga, seorang pemuda dengan santai mengatakan hal itu pada lima Wanita di depannya yang tak lain adalah guru-gurunya!Setiap Wanita tersebut adalah dewi-dewi yang menguasai lima jenis kekuatan.Dewi Medis, Dewi Perang, Dewi Kekayaan, Dewi Kecantikan, dan Dewi Keberuntungan.Masing-masing dari kelima Wanita itu memancarkan aura yang membuat setiap gairah laki-laki normal bergejolak.Bagaimana tidak, bibir merah ranum, kaki yang jenjang dengan kulit seputih porselen, dan bentuk tubuh yang begitu berisi.Apalagi gunungan mereka yang hanya dibalut kain tipis, seakan memberontak untuk keluar dari sarangnya, yang bergoyang setiap kali para wanita itu bergerak.Jelas apa yang dilihat oleh Bintang merupakan sebuah keindahan yang selalu terlihat padanya selama sepuluh tahun hidup bersama kelima gurun