Hanya tersenyum tipis, sebagai tanggapan ungkapan gadis itu. Bintang mulai memeriksa denyut nadi pria dipangkuan Clara dengan kerutan alis yang memperlihatkan keseriusannya dalam menangani seorang pasien.
"Kondisinya memang sangat parah, racun yang ada didalam tubuhnya telah menyerang jantung, bahkan kearah pembuluh darah."
Clara membelalakan matanya, "Apa yang kamu katakan benar? Lalu bagaimana caramu mengobatinya?"
"Mudah saja... Jika ingin proses pemulihannya berjalan lancar, jangan ganggu aku untuk melakukan tugasku."
Mengeluarkan tiga jarum titik akupuntur, Bintang mulai menancapkannya kearah kening. Dan kedua dada dari ayah Clara.
Tugasnya saat ini adalah meringankan rasa sakit yang diderita pria itu melalui detoksifikasi jarum akupunturnya. Meski tidak sepenuhnya racun itu terangkat, setidaknya langkah ini akan meringankan rasa sakit yang diderita pasien.
Setelah mencabut ketiga jarum.
Darah hitam keluar dari bekas jarum akupuntur menancap. Kini semua orang dapat melihat kenyataan, bahwa penguasa keluarga Cahyo bukanlah terkena penyakit. Melainkan terkena racun!
"Be-benar benar racun..." Clara menatap wajah Bintang seakan tidak percaya. Hanya dengan sekali lihat, pemuda didepannya benar benar sudah mengetahui bahwa ayahnya terkena racun!
Mengeluarkan darah hitam yang keluar, Bintang mulai mengeluarkan secarik kertas kecil, lalu dia dengan cepat menuliskan beberapa bahan herbal mentah yang perlu digunakan oleh Clara untuk menuntaskan sisa racun yang terdapat didalam tubuhnya.
Melihat resep yang diberikan oleh Bintang, Clara hanya mengernyitkan dahinya, "Tuan kenapa bukan obat yang dapat dibeli di rumah sakit, atau apoteker? Lalu apa resep ini akan sangat berguna bagi pemulihan ayahku?"
Bintang tersenyum tipis, dia kemudian berkata, "Itu lebih dari cukup untuk membuat ayahmu pulih dalam waktu semalam. Sekarang aku telah melakukan tugasku, jadi seharusnya kamu tahu kan bagaimana caramu membalas budi?"
Terdiam sesaat, Clara mulai mengerti arah pembicaraan ini. Hingga dia merogoh saku celananya.
"Sial bahkan aku selalu lupa untuk membawa uang cash..." Menyatukan rahangnya, sepasang bola matanya mulai bersinar. Dia segera mengeluarkan kartu identitasnya dan memberikannya kepada Bintang.
"Tuan dapat menggunakan identitasku ini untuk tinggal di sementara di hotel Cahyo... Aku pasti akan mengantarkan beberapa uang jika memang bahan herbal yang tuan berikan ini manjur..."
Melihat sekilas kartu identitas itu, Bintang menganggukan kepalanya.
Pemilik hotel? Sepertinya identitas Clara bahkan keluarganya tak biasa. Merasa sudah mendapatkan apa yang dia inginkan. Bintang berjalan santai sembari mencari hotel yang dikelola oleh Clara.
"Siapa dia sebenarnya? Dari penampilannya yang sederhana seharusnya dia bukan berasal dari orang kaya di kota ini..."
"Nona Clara? Bagaimana kondisi ayahmu?" seorang pria paruh baya, bertubuh gempal tiba tiba berjongkok dihadapan Clara.
"Dokter Tirta kamu akhirnya tiba... Bisakah kamu memeriksa kondisi ayahku? Tadi ada seorang pemuda yang memeriksa dan mencoba menyembuhkan ayahku." Clara dengan cepat menanyakan kondisi ayahnya.
Mengerti akan hal itu, Dokter Tirta memeriksa denyut nadinya. Seketika matanya tertuju kearah bercak darah hitam yang menempel pada jaz ayah Clara dengan jelas.
"Clara siapa orang yang membantumu?"
Clara dengan cepat menunjuk kearah punggung Bintang yang telah menjauh. Melihat kearah itu, kedua rahang dokter Tirta mulai menyatu, namun dia segera dapat mengendalikan dirinya sendiri.
"Ayahmu saat ini memang tidak merasakan rasa sakit seperti sebelumnya. Namun ini hanya bersifat sementara, Clara bawa ayahmu kerumah sakit, aku akan mengobatinya."
"Benarkah? Jadi pemuda tadi itu berani sekali membohongiku?!"
"Ya sepertinya dia ingin mencari banyak keuntungan melalui identitasmu, tapi prioritas saat ini adalah kesehatan ayahmu, dia tak mungkin juga terus berkeliaran dengan bebas di kota ini setelah menipumu kan?"
"Benar..." Clara tersenyum mengerikan.
*
Lima belas menit berjalan menyusuri jalanan kota Awan. Akhirnya Bintang telah tiba didepan hotel bintang lima yang didepan pintunya dijaga ketat oleh dua security.
Saat hendak memasuki hotel itu.
"Berhenti... Pengemis dilarang memasuki kawasan hotel ini." Salah satu security segera menahan tubuh Bintang.
Menatap sepasang mata kemarahan security yang menahannya, Bintang segera mengeluarkan kartu identitas milik Clara. Dia sudah kelaparan, bagaimana bisa dia harus terprovokasi oleh masalah sekecil itu?
"Ka-kartu milik nona... Kamu..." Dia menahan ungkapannya karena Bintang telah memotongnya.
"Aku tidak mencurinya, ataupun merampas identitas milik Clara... Aku mendapatkannya dengan usahaku sendiri, jika kalian menahanku, mungkin Clara akan memecat kalian."
Kedua security seketika menelan ludahnya, identitas milik Clara memang tak mungkin dapat dicuri ataupun terampas kecuali sengaja diberi oleh Clara itu sendiri. Sekarang selain membiarkan pemuda berpakaian sederhana itu memasuki hotel, keduanya kini terus saling pandang hingga diam mematung ditempat mereka berjaga.
Di depan resepsionist.
Sambutan tak ramah kembali di dapatkan Bintang, seorang wanita yang tengah menerima telepon dari pelanggan hotel mulai membuang muka. Jelas dia berniat mengacuhkan kehadiran Bintang yang menggunakan pakaian sederhana.
Mengerti tata krama bagaimana dia harus menunggu resepsionist itu menyelesaikan pekerjaannya. Setelah lima menit menunggu, bahkan telepon itu telah mati namun sang resepsionist tetap diam, Bintang seketika mengeluarkan identitas milik Clara.
"Aku memesan satu kamar dan kirimkan beberapa porsi makan termewah dihotel ini..."
"Kamu bercanda?"
Tidak menjawab, hanya menunjuk ke kartu identitas. Sontak sang resepsionis terpaku untuk sesaat.
Mencoba memegang kartu identitas itu untuk memastikan keasliannya. Tiba tiba dia menatap wajah Bintang dengan sepasang bola matanya yang bergetar seakan tidak percaya.
"Tu-tuan anda bisa menunggu di dalam kamar VIP nomor satu. Pelayan juga akan segera mengantarkan makanan yang anda inginkan. Harap ditunggu!"
Setelah tiba dan menunggu di dalam kamar VIP nomor satu.
Tak lama ketukan pintu terdengar, makanan mewah bertumpuk tumpuk jelas telah memasuki ruangannya yang membuat perutnya semakin liar ingin sekali mencerna semua makanan tersebut.
Sebelum sang pelayan itu pergi.
"Tuan jika boleh tahu, apa tuan memiliki hubungan dengan nona Clara?"
"Heem, tidak terlalu dekat, hanya kenal sesaat..."
Mendengar kejujuran ini, pelayan itu mulai melihat kearah kanan kiri, hingga merasa aman. Dia mulai berbisik.
"Sebelum hubungan semakin dekat, baiknya anda pergi dari sisi nona Clara..."
"Oh memang apa alasannya?"
"Dokter Tirta merupakan dokter terhebat di kota ini. Dia berambisi untuk mendapatkan nona Clara apapun resikonya. Jika hubungan anda terdengar olehnya, maka nyawa anda pasti dalam bahaya."
"Terimakasih atas peringataannya. Aku lapar, aku ingin makan dan tinggalkan aku sendiri."
Sedikit merasa kesal karena peringatannya seakan tidak berguna. Pelayan itu akhirnya meninggalkan Bintang yang tengah menikmati semua pesanan secara lahap.
Lima belas menit kemudian.
"Akhirnya, perutku telah terisi penuh... Sepertinya aku makan terlalu banyak?" berkata dalam hati, lalu mengeluarkan telepon genggam kuno pemberian gurunya. Bintang menunggu pesan dari kelima gurunya untuk menunggu misi yang harus dia kerjakan.
Namun hingga waktu berganti menjadi tengah malam.
"Apa mereka lupa?" merubah wajahnya menjadi kesal, Bintang ingin memejamkan matanya untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Tapi tiba tiba ketukan pintu kamar terdengar begitu jelas. Hingga sebuah pikiran liar muncul dikepalanya.
"Hahahaha! Sudah ku duga! guruku pasti rindu aku kan? Jadi sengaja datang tengah malam untuk menemuiku?"
Bergegas membuka pintu dengan kobaran semangat yang tinggi. Bintang mulai membuka pintu, dia memperlihatkan sepasang mata liarnya kearah depan. Hingga saat pintu terbuka, wajah kekecewaan yang begitu tinggi terlihat pada kerutan kulit wajahnya.
"Siapa Kalian?!" Bintang memincingkan matanya, meski tubuh ketiga pria yang mengetuk pintunya dua kali lipat lebih besar dari tubuhnya. Dia sama sekali tak merasa takut ketika melihat tatapan mereka yang terlihat seakan ingin menelan tubuhnya bulat bulat.Ketiga pria itu sama sekali tidak menjawab. Melainkan mereka mendorong tubuh Bintang hingga salah satu diantara mereka mulai menutup pintu dan segera menguncinya."Seseorang memberi kami perintah untuk memberi pelajaran padamu... Bintang namamu kan?"Salah satu pria kekar itu mulai melancarkan tinjunya. Namun secara mengejutkannya, Bintang hanya menggeser sedikit kakinya kebelakang. Lalu dengan mudahnya dia menangkap dengan tangan kirinnya, lalu menampar wajahnya dengan sekali tamparan!Plaaaaaak!Sepasang mata kedua rekan dari pria itu terbelalak. Tubuh mereka sama besarnya, namun kenapa hanya dengan satu tamparan rekan mereka dibuat terlempar seakan kapas yang tertiup angin?Selain sangat cepat, tamparan yang dilancarkan oleh Binta
"Kalian keluarlah..." Tatapan mata Dokter Tirta bertambah serius.Dia berpikir siapa sosok Bintang? Kenapa dia dapat menggunakan metode kuno yang sangat diinginkan oleh para dokter dimasa ini untuk mengobati racun, bahkan penyakit yang sulit di tangani oleh alat medist dijaman modern?Jika dia membiarkan Bintang terus hidup, ancaman nyata tentu dapat dia terima. Selain itu, mungkin Bintang akan menjadi seseorang yang dipuja oleh semua orang yang membutuhkan jasanya. Itu sudah cukup untuk membuatnya sakit hati!*Jalanan Cahaya sangat sepi, dan setelah menunggu sepuluh menit dijalanan itu. Akhirnya mobil BMW X4 yang sama dimiliki oleh Diana mulai berhenti didepan Bintang. Melihat dari mobilnya, Bintang mulai bergumam."Akhirnya seseorang telah menjemputku..."Pintu mobil terbuka dan kini seorang gadis muda, dengan pakaian sederhana mulai menatap keseluruh tubuh Bintang dengan anggukan kepala lalu bergumam."Seluruh pakaian hitam, wajah yang tampan sesuai dengan ciri ciri wanita yang me
Mendengar peringatan tersebut, Bintang hanya tersenyum dingin. Namun pandangannya segera tertuju kearah pria yang kini mulai membuka matanya. Jelas dia masih tidak tahu identitas Bintang."Kenapa kamu membiarkannya pergi begitu saja? Tuan apa kamu juga memiliki niat untuk mencelakaiku?" Pria yang bernama Zidan segera menanyakan tindakan utusan Dewi Medist yang hanya diam."Tuan selagi telah memecahkan giok kehidupan, meski kamu akan menghadapi kematian. Aku juga takan membiarkannya begitu saja."Braaaak!Percakapan mereka terhenti, suara dobrakan pintu yang sangat keras terdengar ketika sosok Anya telah memasuki ruangan dengan membawa banyak bahan herbal sesuai dengan permintaan Bintang.Melihat kondisi ruangan yang tenang, Anya menatap wajah Bintang dengan seksama."Tuan apakah Dokter Tirta mengacau disini? Maaf aku terlambat untuk tiba secara tepat waktu."Bintang menggelengkan kepalanya, dia kemudian meraih semua bahan herbal ditangan Anya dengan wajah yang terlihat cukup puas. Sem
Pelelangan terus berjalan, hingga sebuah komentar mulai bermunculan ketika Bintang menyadari adanya dering dari telpon genggam milik Anya.Kriiiing! Kriiiing! Kriiiiing!"Si-siapa yang tuan hubungi? Kenapa hand phone ku terus berdering?" Anya menelan ludahnya sendiri, dia memiliki banyak folowers yang sangat merepotkan. Seandainya Bintang melakukan sesuatu yang buruk, pasti gosip tentang keburukannya akan segera tersebar dalam waktu satu menit."Hahahaha! Naiklah!" Bintang mulai membuka penawaran yang ternyata terus naik setiap detiknya.Wajahnya mulai bersinar, namun wajah keheranan mulai terlihat ketika dia membaca penawaran tertinggi saat ini di tawar oleh Clara."Kenapa dia menawar giok kehidupan? Sudahlah, itu juga masalahnya karena telah menyinggungku, siapa yang memiliki uang, maka dia yang akan mendapatkan Giok berharga ini."Bintang masih belum mengerti, pelelangan di sosial media yang dia lakukan telah mengguncang kota Awan. Bahkan satu provinsi dibuat ramai dengan kabar aka
Bintang tak menjawab apapun, namun cengkeraman tangannya semakin kuat dan dia secara cepat membuka lengan baju pria bercadar didepannya."Organisasi Naga Hitam?" Mengernyitkan salah satu alisnya, Bintang yang mengenal organisasi itu dari salah satu gurunya segera memutar lengan pria itu ke arah tiga ratus enam puluh derajat!Kraaaack!'"Oh tidak lenganku!" Pria itu membelalakan matanya, pergelangan tulang tangannya telah patah. Saat ini dia tidak memiliki alasan untuk melawan kembali.Namun yang pasti, sebuah tendangan kuat mampir diarea perutnya yang membuat pria itu terhempas dan langsung tersungkur."Te-tendangan dan reflek yang mantap!" Aga memberikan kedua jempolnya atas tindakan cepat Bintang yang menolongnya."Tunggu, tadi kamu mengatakan dia berasal dari Organisasi Naga Hitam?" Aga tersadar dari ungkapan Bintang."Benar, apa kamu sekarang takut?""Sial jika begitu sekarang lebih baik kita pergi dari sini... Jika tidak..."Prooook! Prooook! Prooook!Sebuah tepuk tangan menggema
Tuuuut! Tuuuuut!Panggilan telah di matikan, sontak Aga yang telah tiba dikota lain itu menghela napasnya cukup panjang."Sebenarnya siapa Bintang ini? Dia benaran tidak takut dengan keberadaan Naga Hitam?"*Ingin beristirahat dengan tenang, tiba tiba pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Mendengar hal ini, Bintang sedikit mendengus kesal."Hmmppp! Ingin sekali beristirahat tapi kenapa masih ada orang yang datang mengangguku?!" Beranjak, dan hendak membuka kamarnya dengan wajah penuh kekesalan. Tiba tiba saat pintu terbuka, reaksinya berubah tiga ratus enam puluh derajat!"Gu-guru... Sejak kapan kamu datang kemari, dan kenapa kamu tahu dimana aku tinggal?"Dewi medist tersenyum tipis, dia datang hanya ingin mengantarkan sesuatu untuk Bintang itu mengeluarkan sepucuk surat dari dalam saku jaz mewahnya."Soal itu tak penting, sekarang apakah kamu akan datang ke pesta ulang tahun Dewi? Semua itu hak mu, ingatlah bagaimanapun kamu masih memiliki perjanjian dengan orang tuanya."Menerim
"Dewi kamu bisa menghinaku, tapi tidak dengan orang tuaku!""Apa kamu kesal?" Dewi tersenyum sinis, dia mengundang Bintang juga memiliki maksud tertentu."Ya aku sangat menyesal datang hanya untuk menghadiri acara ulang tahunmu yang tidak bearti ini..."Dewi mengeluarkan kertas yang terlihat cukup kusam, dia kemudian memberikan beberapa kertas kosong agar Bintang mau menulis beberapa kata agar keluarganya tidak memaksanya untuk menikah."Ini adalah kertas perjanjian, dan sekarang dikertas kosong ini kamu tuliskan dengan tanganmu sendiri, bahwa perjanjian dimasalalu batal!"Kraaaack!Bintang segera merebut kertas yang usang. Dia merobeknya menjadi beberapa bagian kecil lalu menghamburkannya keatas langit."Tidak perlu menulis yang baru, dengan hancurnya kertas usang ini, aku akan mengatakan bahwa perjanjian di masalalu tidak berlaku lagi!""Ckckck! Ternyata pengemis dan penipu ulung sepertimu memiliki keluarga yang bagus dimasalalu ya? Bintang tapi ingat masalalu adalah masalalu, di ma
"Guru! Maukah kalian semua menjadi istriku?!" Ungkapan ini secara spontan keluar dari mulut Bintang ketika dia telah meneguk segelas wine di depannya."Apa?!"Di sebuah tempat Bernama Gunung Lima Naga, seorang pemuda dengan santai mengatakan hal itu pada lima Wanita di depannya yang tak lain adalah guru-gurunya!Setiap Wanita tersebut adalah dewi-dewi yang menguasai lima jenis kekuatan.Dewi Medis, Dewi Perang, Dewi Kekayaan, Dewi Kecantikan, dan Dewi Keberuntungan.Masing-masing dari kelima Wanita itu memancarkan aura yang membuat setiap gairah laki-laki normal bergejolak.Bagaimana tidak, bibir merah ranum, kaki yang jenjang dengan kulit seputih porselen, dan bentuk tubuh yang begitu berisi.Apalagi gunungan mereka yang hanya dibalut kain tipis, seakan memberontak untuk keluar dari sarangnya, yang bergoyang setiap kali para wanita itu bergerak.Jelas apa yang dilihat oleh Bintang merupakan sebuah keindahan yang selalu terlihat padanya selama sepuluh tahun hidup bersama kelima gurun
"Dewi kamu bisa menghinaku, tapi tidak dengan orang tuaku!""Apa kamu kesal?" Dewi tersenyum sinis, dia mengundang Bintang juga memiliki maksud tertentu."Ya aku sangat menyesal datang hanya untuk menghadiri acara ulang tahunmu yang tidak bearti ini..."Dewi mengeluarkan kertas yang terlihat cukup kusam, dia kemudian memberikan beberapa kertas kosong agar Bintang mau menulis beberapa kata agar keluarganya tidak memaksanya untuk menikah."Ini adalah kertas perjanjian, dan sekarang dikertas kosong ini kamu tuliskan dengan tanganmu sendiri, bahwa perjanjian dimasalalu batal!"Kraaaack!Bintang segera merebut kertas yang usang. Dia merobeknya menjadi beberapa bagian kecil lalu menghamburkannya keatas langit."Tidak perlu menulis yang baru, dengan hancurnya kertas usang ini, aku akan mengatakan bahwa perjanjian di masalalu tidak berlaku lagi!""Ckckck! Ternyata pengemis dan penipu ulung sepertimu memiliki keluarga yang bagus dimasalalu ya? Bintang tapi ingat masalalu adalah masalalu, di ma
Tuuuut! Tuuuuut!Panggilan telah di matikan, sontak Aga yang telah tiba dikota lain itu menghela napasnya cukup panjang."Sebenarnya siapa Bintang ini? Dia benaran tidak takut dengan keberadaan Naga Hitam?"*Ingin beristirahat dengan tenang, tiba tiba pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Mendengar hal ini, Bintang sedikit mendengus kesal."Hmmppp! Ingin sekali beristirahat tapi kenapa masih ada orang yang datang mengangguku?!" Beranjak, dan hendak membuka kamarnya dengan wajah penuh kekesalan. Tiba tiba saat pintu terbuka, reaksinya berubah tiga ratus enam puluh derajat!"Gu-guru... Sejak kapan kamu datang kemari, dan kenapa kamu tahu dimana aku tinggal?"Dewi medist tersenyum tipis, dia datang hanya ingin mengantarkan sesuatu untuk Bintang itu mengeluarkan sepucuk surat dari dalam saku jaz mewahnya."Soal itu tak penting, sekarang apakah kamu akan datang ke pesta ulang tahun Dewi? Semua itu hak mu, ingatlah bagaimanapun kamu masih memiliki perjanjian dengan orang tuanya."Menerim
Bintang tak menjawab apapun, namun cengkeraman tangannya semakin kuat dan dia secara cepat membuka lengan baju pria bercadar didepannya."Organisasi Naga Hitam?" Mengernyitkan salah satu alisnya, Bintang yang mengenal organisasi itu dari salah satu gurunya segera memutar lengan pria itu ke arah tiga ratus enam puluh derajat!Kraaaack!'"Oh tidak lenganku!" Pria itu membelalakan matanya, pergelangan tulang tangannya telah patah. Saat ini dia tidak memiliki alasan untuk melawan kembali.Namun yang pasti, sebuah tendangan kuat mampir diarea perutnya yang membuat pria itu terhempas dan langsung tersungkur."Te-tendangan dan reflek yang mantap!" Aga memberikan kedua jempolnya atas tindakan cepat Bintang yang menolongnya."Tunggu, tadi kamu mengatakan dia berasal dari Organisasi Naga Hitam?" Aga tersadar dari ungkapan Bintang."Benar, apa kamu sekarang takut?""Sial jika begitu sekarang lebih baik kita pergi dari sini... Jika tidak..."Prooook! Prooook! Prooook!Sebuah tepuk tangan menggema
Pelelangan terus berjalan, hingga sebuah komentar mulai bermunculan ketika Bintang menyadari adanya dering dari telpon genggam milik Anya.Kriiiing! Kriiiing! Kriiiiing!"Si-siapa yang tuan hubungi? Kenapa hand phone ku terus berdering?" Anya menelan ludahnya sendiri, dia memiliki banyak folowers yang sangat merepotkan. Seandainya Bintang melakukan sesuatu yang buruk, pasti gosip tentang keburukannya akan segera tersebar dalam waktu satu menit."Hahahaha! Naiklah!" Bintang mulai membuka penawaran yang ternyata terus naik setiap detiknya.Wajahnya mulai bersinar, namun wajah keheranan mulai terlihat ketika dia membaca penawaran tertinggi saat ini di tawar oleh Clara."Kenapa dia menawar giok kehidupan? Sudahlah, itu juga masalahnya karena telah menyinggungku, siapa yang memiliki uang, maka dia yang akan mendapatkan Giok berharga ini."Bintang masih belum mengerti, pelelangan di sosial media yang dia lakukan telah mengguncang kota Awan. Bahkan satu provinsi dibuat ramai dengan kabar aka
Mendengar peringatan tersebut, Bintang hanya tersenyum dingin. Namun pandangannya segera tertuju kearah pria yang kini mulai membuka matanya. Jelas dia masih tidak tahu identitas Bintang."Kenapa kamu membiarkannya pergi begitu saja? Tuan apa kamu juga memiliki niat untuk mencelakaiku?" Pria yang bernama Zidan segera menanyakan tindakan utusan Dewi Medist yang hanya diam."Tuan selagi telah memecahkan giok kehidupan, meski kamu akan menghadapi kematian. Aku juga takan membiarkannya begitu saja."Braaaak!Percakapan mereka terhenti, suara dobrakan pintu yang sangat keras terdengar ketika sosok Anya telah memasuki ruangan dengan membawa banyak bahan herbal sesuai dengan permintaan Bintang.Melihat kondisi ruangan yang tenang, Anya menatap wajah Bintang dengan seksama."Tuan apakah Dokter Tirta mengacau disini? Maaf aku terlambat untuk tiba secara tepat waktu."Bintang menggelengkan kepalanya, dia kemudian meraih semua bahan herbal ditangan Anya dengan wajah yang terlihat cukup puas. Sem
"Kalian keluarlah..." Tatapan mata Dokter Tirta bertambah serius.Dia berpikir siapa sosok Bintang? Kenapa dia dapat menggunakan metode kuno yang sangat diinginkan oleh para dokter dimasa ini untuk mengobati racun, bahkan penyakit yang sulit di tangani oleh alat medist dijaman modern?Jika dia membiarkan Bintang terus hidup, ancaman nyata tentu dapat dia terima. Selain itu, mungkin Bintang akan menjadi seseorang yang dipuja oleh semua orang yang membutuhkan jasanya. Itu sudah cukup untuk membuatnya sakit hati!*Jalanan Cahaya sangat sepi, dan setelah menunggu sepuluh menit dijalanan itu. Akhirnya mobil BMW X4 yang sama dimiliki oleh Diana mulai berhenti didepan Bintang. Melihat dari mobilnya, Bintang mulai bergumam."Akhirnya seseorang telah menjemputku..."Pintu mobil terbuka dan kini seorang gadis muda, dengan pakaian sederhana mulai menatap keseluruh tubuh Bintang dengan anggukan kepala lalu bergumam."Seluruh pakaian hitam, wajah yang tampan sesuai dengan ciri ciri wanita yang me
"Siapa Kalian?!" Bintang memincingkan matanya, meski tubuh ketiga pria yang mengetuk pintunya dua kali lipat lebih besar dari tubuhnya. Dia sama sekali tak merasa takut ketika melihat tatapan mereka yang terlihat seakan ingin menelan tubuhnya bulat bulat.Ketiga pria itu sama sekali tidak menjawab. Melainkan mereka mendorong tubuh Bintang hingga salah satu diantara mereka mulai menutup pintu dan segera menguncinya."Seseorang memberi kami perintah untuk memberi pelajaran padamu... Bintang namamu kan?"Salah satu pria kekar itu mulai melancarkan tinjunya. Namun secara mengejutkannya, Bintang hanya menggeser sedikit kakinya kebelakang. Lalu dengan mudahnya dia menangkap dengan tangan kirinnya, lalu menampar wajahnya dengan sekali tamparan!Plaaaaaak!Sepasang mata kedua rekan dari pria itu terbelalak. Tubuh mereka sama besarnya, namun kenapa hanya dengan satu tamparan rekan mereka dibuat terlempar seakan kapas yang tertiup angin?Selain sangat cepat, tamparan yang dilancarkan oleh Binta
Hanya tersenyum tipis, sebagai tanggapan ungkapan gadis itu. Bintang mulai memeriksa denyut nadi pria dipangkuan Clara dengan kerutan alis yang memperlihatkan keseriusannya dalam menangani seorang pasien."Kondisinya memang sangat parah, racun yang ada didalam tubuhnya telah menyerang jantung, bahkan kearah pembuluh darah."Clara membelalakan matanya, "Apa yang kamu katakan benar? Lalu bagaimana caramu mengobatinya?""Mudah saja... Jika ingin proses pemulihannya berjalan lancar, jangan ganggu aku untuk melakukan tugasku."Mengeluarkan tiga jarum titik akupuntur, Bintang mulai menancapkannya kearah kening. Dan kedua dada dari ayah Clara.Tugasnya saat ini adalah meringankan rasa sakit yang diderita pria itu melalui detoksifikasi jarum akupunturnya. Meski tidak sepenuhnya racun itu terangkat, setidaknya langkah ini akan meringankan rasa sakit yang diderita pasien.Setelah mencabut ketiga jarum.Darah hitam keluar dari bekas jarum akupuntur menancap. Kini semua orang dapat melihat kenyat
"Guru! Maukah kalian semua menjadi istriku?!" Ungkapan ini secara spontan keluar dari mulut Bintang ketika dia telah meneguk segelas wine di depannya."Apa?!"Di sebuah tempat Bernama Gunung Lima Naga, seorang pemuda dengan santai mengatakan hal itu pada lima Wanita di depannya yang tak lain adalah guru-gurunya!Setiap Wanita tersebut adalah dewi-dewi yang menguasai lima jenis kekuatan.Dewi Medis, Dewi Perang, Dewi Kekayaan, Dewi Kecantikan, dan Dewi Keberuntungan.Masing-masing dari kelima Wanita itu memancarkan aura yang membuat setiap gairah laki-laki normal bergejolak.Bagaimana tidak, bibir merah ranum, kaki yang jenjang dengan kulit seputih porselen, dan bentuk tubuh yang begitu berisi.Apalagi gunungan mereka yang hanya dibalut kain tipis, seakan memberontak untuk keluar dari sarangnya, yang bergoyang setiap kali para wanita itu bergerak.Jelas apa yang dilihat oleh Bintang merupakan sebuah keindahan yang selalu terlihat padanya selama sepuluh tahun hidup bersama kelima gurun