Share

Bab 2

“Hendri, apakah kau masih manusia? Dia adalah Ayah yang telah bersusah payah membesarkanmu!” kata Tristan marah.

“Cih, seorang Ayah memang harus bertanggung jawab atas anaknya!”

“Itu bukan masalah jika aku yang terus tidur di rumah sepanjang hari. Tapi, orang tua ini juga terus tidur di rumah sepertiku, seharusnya dia pergi mencari uang untukku!”

“Ada beberapa perempuan yang ingin memberikan uang kepadanya, tetapi dia menolak. Setiap kali membicarakan hal ini, aku jadi marah. ”

“Dasar orang tua bodoh ….”

Sembari mengatakan hal itu, Hendri menjadi semakin marah, bahkan sampai mengangkat tangan untuk memukul kepala Pak Wahyu yang sudah penuh uban!

Hendri berusia tiga puluhan, berada di masa produktif.

Dia sendiri tidak ingin mencari uang, justru menyuruh ayahnya yang sudah sepuh untuk mencari uang. Benar-benar tidak manusiawi!

Selain itu, dia bahkan memukul ayahnya yang sudah tua dan tidak bisa berjalan dengan stabil. Dia benar-benar bukan manusia!

Tristan tidak tahan dan langsung menampar wajah Hendri!

Gerakan Hendri tidak secepat Tristan. Sebelum Hendri bisasempat memukul kepala pak Wahyu, Tristan sudah menampar wajahnya dengan keras!

Pada saat yang sama, Tristan juga berteriak dengan marah!

“Tidak bisa memberikan tempat tinggal yang layak untuk seorang ayah yang sudah tua adalah ketidakberbaktiannya!”

“Seorang anak memukul ayahnya itu tidak ketidakmanusiaan!”

“Memperlakukan ayah kandung seperti musuh juga tidak bermoral!”

“Aku akan memberimu pelajaran, orang yang tidak berperasaan, tidak bermoral, dan tidak berbakti ….”

Pukulan Tristan menghantam wajah Hendri berkali-kali seperti tetesan air hujan!

Pada saat ini, Hendri sangat terkejut karena dipukuli.

Wajahnya bengkak.

Dia benar-benar tidak tahu mengapa pemuda yang tiba-tiba muncul itu memukulnya!

Setelah beberapa saat, Hendri baru tersadar.

Dia tiba-tiba dipukul tanpa alasan. Pada saat ini, dia terlihat sangat marah dan penuh dendam.

Dia menyingsingkan lengan bajunya, dan bersiap untuk melawan Tristan!

“Dasar bajingan, urusan keluargaku tidak ada hubungannya denganmu. Dasar sialan ….”

Tristan menyipitkan matanya dan menendang Hendri!

“Bukan urusanku? Buka matamu lebar-lebar dan lihatlah siapa aku sebenarnya …”

Ucapan Tristan membuat Hendri yang terjatuh ke tanah terkejut, dan dia memperhatikan dengan seksama pemuda di depannya itu.

Setelah beberapa saat, dia sepertinya mengingat sesuatu, dan matanya langsung melotot.

“Kamu … kamu … kamu adalah ….”

“Benar, ini aku!” Tristan mendengus dingin.

“Kamu … bukankah kamu sudah mati? Bagaimana kamu bisa kembali? Apa yang terjadi? Bagaimana mungkin?” ekspresi Hendri penuh ketidakpercayaan.

Saat Tristan dan ketujuh kakak perempuan itu berada di panti asuhan, Hendri sering datang ke panti.

Hendri bukanlah orang yang baik pada saat itu.

Dia menggertak Tristan setiap hari, karena dia lebih tua dari Tristan.

Selain itu, karena pada saat itu ketujuh kakak Tristan sudah mulai beranjak dewasa, dia sering melakukan hal yang tidak pantas terhadap mereka!

Pada saat itu, Hendri terus berpikir memilih salah satu dari ketujuh gadis cantik itu untuk menjadi istrinya di masa depan.

Namun, ketika dia hendak melepas paksa pakaian salah satu gadis itu, Tristan mengetahuinya.

Tristan dan keenam kakak perempuan yang lain memukulnya sampai dia berlari ketakutan!

Selain itu, setelah Pak Wahyu mengetahui kejadian itu, dia juga memberikan hukuman yang berat!

Selain itu, dia juga dilarang untuk datang ke panti lagi.

Jika dia tidak bisa datang ke panti, dia juga tidak akan bisa melakukan hal yang tidak pantas kepada gadis-gadis cantik itu, apalagi memilih salah satu dari mereka untuk dijadikan istrinya. Hendri menyalahkan Tristan atas semua itu!

Sejak saat itu, dia sangat membenci Tristan.

Sepuluh tahun yang lalu, setelah mengetahui Tristan meninggal, Hendri merasa bahagia selama beberapa waktu.

Dia tidak menyangka akan bertemu kembali dengan Tristan setelah sepuluh tahun berlalu!

Pada saat ini, kebencian di dalam hatinya yang terpendam selama ini muncul kembali!

“Kamu … kamu tidak mati …, bagus bagus, kebakaran sepuluh tahun yang lalu tidak membunuhmu. Sekarang aku yang akan menghajarmu sampai mati!”

Seusai berkata demikian, Hendri berbalik dan masuk ke dalam rumah kecil itu. Kemudian dia mengeluarkan sebatang kayu dan menghantam kepala Tristan.

Melihat wajah Hendri yang penuh dengan kebencian, Tristan juga tidak bersikap baik padanya kali ini!

Tristan menjulurkan tinju dan melayangkan pukulan ke batang kayu Hendri.

Krek!

Kayu itu langsung patah!

Seketika bola mata Hendri menegang. Dia tidak menyangka bahwa anak kecil yang dulu biasa dia ganggu sekarang memiliki kekuatan untuk mematahkan batang kayu dengan satu pukulan!

Pada saat ini, kekuatan tinju Tristan tidak melemah karena menepis batang kayu tadi. Setelah mematahkan batang kayu itu, dia langsung menghajar Hendri!

Hendri tidak mampu menahan serangan Tristan!

Tubuhnya terjatuh ke tanah dengan berteriak kesakitan.

“Aaa … ada yang dipukuli ….”

Perempuan dengan wajah galak di sebelahnya yang melihat adegan ini langsung berteriak dengan keras!

Tristan menyipitkan matanya dan berteriak, “Diam!”

Pada saat ini, Tristan seperti binatang buas yang turun dari gunung. Perempuan yang tampak galak ini cuma berani bersikap jahat pada orang yang baik, tetapi dia tidak berani melawan dan memilih untuk diam ketika dihadapkan dengan seseorang yang kejam seperti Tristan!

Tristan mengabaikan Hendri yang terbaring di tanah sambil berteriak kesakitan. Dia berbalik dan berjalan ke arah Pak Wahyu dengan senyum di wajahnya.

“Pak Wahyu, ini aku, Tristan.”

Melihat wajah yang asing tetapi juga familiar ini, Pak Wahyu gemetar dan mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Tristan.

“Tristan, kamu … kamu tidak mati … aku bahkan berpikir aku penyebab kematianmu … hatiku akhirnya tidak lagi merasa bersalah …, aku sangat senang ….”

Kemudian, air mata mengalir di wajah Pak Wahyu, dia langsung menangis!

Sepuluh tahun yang lalu, kebakaran terjadi di kamar yang ditempati Tristan, tetapi Pak Wahyu tidak langsung mengetahuinya malam itu.

Dia baru menyadari setelah tiba di kamar Tristan, Pak Wahyu tidak melihat Tristan, dan hanya melihat tujuh gadis yang pingsan di lantai.

Kebakaran yang begitu hebat, tidak akan ada orang yang bisa masuk.

Dengan kata lain, tidak ada orang yang bisa menyelamatkan Tristan dari api.

Tetapi tidak ada jejak Tristan di dalam kamar itu, dan hanya ada satu kemungkinan yaitu dia terbakar sampai menjadi abu!

Karena kebakaran itu tidak diketahui lebih awal, sehingga terjadi kebakaran hebat yang membunuh Tristan.

Sejak saat itu, Pak Wahyu memiliki gangguan mental!

Dia menyesal dan menyalahkan dirinya sendiri.

Perasaan itu telah menghantuinya selama sepuluh tahun, akhirnya terangkat karena ternyata Tristan masih hidup.

Wajah yang sebelumnya tampak suram, saat ini menjadi kembali hidup.

Melihat ekspresi Pak Wahyu yang membaik, Tristan juga ikut berbahagia.

Namun, sekarang Tristan tiba-tiba memikirkan apa yang barusan dikatakan oleh Pak Wahyu.

Pak Wahyu penyebabnya?

Apakah kebakaran sepuluh tahun yang lalu ada hubungannya dengan Pak Wahyu?

Sepuluh tahun yang lalu, Pak Wahyu mengabdikan dirinya di panti asuhan. Setiap malam sebelum Tristan dan yang lain tidur, Pak Wahyu selalu memeriksa kamarnya, dan memastikan bahwa tidak ada ancaman bahaya sebelum kembali ke kamarnya sendiri untuk tidur.

Namun, pada malam itu ….

Pada malam itu, Pak Wahyu tidak datang memeriksa.

Tristan mengira dia masih ada urusan, tetapi setelah mendengar ucapan Pak Wahyu, sepertinya ada sesuatu di balik masalah itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status