Share

Bab 4

Tristan tidak menyangka jika Monica akan melihatnya dengan tatapan penuh kebencian, bahkan mengira Tristan yang melakukan kekerasan terhadap Pak Wahyu.

Tristan sempat kehilangan kata-kata.

Pada saat itu, Pak Wahyu di sampingnya berkata dengan nada senang.

“Monica, ini bukan perbuatan Tristan, melainkan Hendri dan istrinya.”

“Tristan yang membantuku. Apakah kamu tidak mengenali Tristan? Dia adalah adikmu, Tristan!

“Tristan?”

Setelah mendengar nama itu, tubuh Monica sedikit bergetar.

Setelah melihat ke arah Tristan, perasaan yang sebelumnya benci berubah menjadi lebih rumit.Ketika melihat Tristan barusan, Monica merasa ada kemiripan dengan orang yang dia kenal sepuluh tahun lalu, tetapi dia tidak berani mengakuinya.

Sudah sepuluh tahun berlalu, dia telah mengalami banyak kejutan dan kekecewaan.

Tanpa adanya bukti kuat yang membuktikan bahwa orang di depannya ini adalah adiknya, Tristan, Monica tidak berani mengakuinya karena dia takut itu adalah salah satu dari banyak orang asing yang sengaja mendekatinya demi uang.

“Kamu, kamu adalah Tristan?”

Tristan mengangguk, lalu maju bergerak mendekati Monica.

“Kak, aku adalah Tristan. Adik kalian sudah kembali!”

Setelah berkata demikian, dia langsung memeluk Monica.

Saat itu, tubuh Monica langsung kaku, dan tangannya spontan mendorong Tristan menjauh.

Tristan yang sangat peka langsung mengetahui bahwa Monica menolaknya.

Sejujurnya, ini benar-benar mengejutkan Tristan.

Sudah sepuluh tahun tidak bertemu.

Jika bertemu kembali seperti ini bukankah akan berlinang air mata seperti pertemuan antar keluarga?

Namun, Monica jelas tampak asing dengannya.

Perasaan Tristan yang awalnya berantusias, sekarang berubah menjadi dingin!

Benar juga.

Sudah sepuluh tahun.

Bahkan hubungan saudara kandung pun bisa menjadi asing setelah sepuluh tahun tidak bertemu.

Apalagi, dia bukan adik kandung Monica.

Pada akhirnya, persahabatan akan kalah oleh waktu. Janji-janji masa kecil yang mengatakan akan menikahinya kini hanya menjadi celotehan anak kecil.

Sementara itu, Pak Wahyu di sebelahnya tidak merasakan jarak antara Tristan dan Monica. Dia membawa Tristan dan Monica ke dalam sebuah ruangan kecil dengan perasaan gembira.

Setelah mempersilahkan Tristan dan Monica duduk, Pak Wahyu langsung memulai percakapan santai dengan mereka dengan senang.

Selama percakapan berlangsung, Tristan beberapa kali mencoba berbicara dengan Monica, tetapi Monica hanya menatap Tristan.

Tristan merasakan kekecewaan dalam hatinya.

Sepertinya, kepulangannya kali ini adalah sebuah kesalahan.

Setengah jam kemudian, Monica berdiri!

“Pak Wahyu, aku harus kembali ke Starlight Grup. Aku akan datang menemuimu lagi saat aku ada waktu!”

Setelah mengobrol dengan Monica selama setengah jam, Pak Wahyu sangat senang dan segera berkata, “Kamu mengelola sebuah perusahaan besar sendirian, pasti sangat sibuk. Lanjutkanlah pekerjaanmu!”

Monica mengangguk dan berkata, “Pak Wahyu, kamu tidak perlu merasa bersalah karena Tristan sudah kembali. Kamu bisa pindah ke rumah yang sebelumnya kubeli untukmu!”

Pak Wahyu langsung mengangguk dan menjawab, “Iya, aku akan pindah dua hari lagi.”

Pak Wahyu tidak akan tinggal di ruangan kecil ini lagi, dan Monica juga menunjukkan senyum di wajahnya.

Dia awalnya berniat untuk langsung pergi, tetapi setelah melirik Tristan, dia berhenti.

“Ikut aku keluar sebentar, ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu!”

Tristan beranjak dan mengikuti Monica keluar dari ruangan kecil.

Setelah berjalan sekitar satu menit, mereka tiba di sebelah sebuah mobil Maserati merah di jalan utama.

“Masuk mobil!”

Seusai berbicara, tanpa menunggu reaksi Tristan, Monica sudah duduk di kursi sopir.

Tristan membuka pintu mobil lalu duduk.

Begitu masuk ke dalam mobil, Tristan langsung merasakan hawa dingin, seolah-olah AC dalam mobil terasa begitu dingin.

Tristan menoleh ke sumber rasa dingin itu, dan melihat wajah Monica yang sedingin es.

Tristan benar-benar terkejut saat melihat raut wajah itu..

Ada apa ini?

Meskipun hubungan persaudaraan mereka tidak seperti sebelumnya, seharusnya tidak sedingin ini, kan?

“Katakan, berapa banyak uang yang kamu butuhkan untuk menghilang dari hadapan Pak Wahyu?” kata Monica dingin.

Uang?

Tristan tercengang!

Dia kembali ke Kota Zayan setelah sepuluh tahun berlalu hanya untuk bertemu dengan keluarganya. Apa hubungannya dengan uang?

“Kak, apa maksudmu?”

“Apa maksudku?” Monica mendengus dingin, “Bukankah kamu mendekati Pak Wahyu hanya untuk mendapatkan uang dariku?”

“Katakan, berapa jumlahnya? Aku akan memberikannya padamu. Namun setelah menerima uang dariku, segera pergi. Aku tidak ingin melihatmu muncul di hadapan Pak Wahyu lagi!”

Monica menatap Tristan dengan dingin, tatapannya penuh kebencian.

Setelah mendengar perkataan Monica, Tristan akhirnya mengerti alasan mengapa Monica begitu menolak dirinya. Ternyata, dirinya dianggap sebagai Tristan palsu!

Ternyata, bukan karena Monica tidak ingin mengenali dirinya, melainkan dia hanya takut salah mengira orang lagi!

Karena Monica menganggapnya sebagai penipu, maka dia akan sedikit menggodanya. Setelah sepuluh tahun tidak bertemu, apakah dia masih tetap Monica yang baik hati?

“Jika kamu menganggapku datang menipu demi uang, mengapa kamu tidak mengatakannya tadi?”

Tristan mengambil napas dalam-dalam sambil bersandar di kursi belakang mobil Maserati.

Melihat tingkah nakal Tristan, ekspresi Monica menjadi semakin dingin.

Dia melihat Tristan tidak menjawab pertanyaan secara langsung, itu artinya secara tidak langsung Tristan mengakui bahwa dia menemui Pak Wahyu demi uang!

“Kamu tidak berhak bertanya padaku. Katakan, berapa banyak uang yang kamu inginkan untuk pergi dari sini?” Monica berbicara lagi.

Alasan mengapa Monica tidak ingin mengungkap siapa Tristan ini di hadapan Pak Wahyu karena dia tidak ingin melihat Pak Wahyu merasa sedih dan menyalahkan dirinya sendiri lagi!

Selama sepuluh tahun, Pak Wahyu telah hidup menderita karena masalah Tristan. Sekarang, melihat suasana hatinya yang sudah membaik, bagaimana mungkin Monica tega membiarkannya menderita lagi?

Itulah alasan mengapa Monica membawa Tristan masuk ke dalam mobil sebelum mengungkapkan segalanya.

Tristan melihat wajah Monica yang sedingin es sambil tersenyum. Dia baru akan membuka mulutnya untuk menjawab.

Pada saat itu.

Cittt ….

Tiba-tiba, suara rem mendadak dari depan mobil Maserati, kemudian pintu mobil terbuka, dan dua pria paruh baya dengan wajah menakutkan sudah mengarahkan pisau ke dada Monica.

“Presdir Monica, jangan bergerak. Kami hanya ingin membicarakan beberapa hal denganmu!”

Setelah merasakan sensasi dingin dari pisau itu, Monica menghela napas tak berdaya.

“Katakan!”

Melihat Monica tidak berteriak, pria yang memegang pisau itu sangat senang. Dia memberi isyarat pada rekan di sampingnya, dan rekannya langsung mengeluarkan sebuah kamera kecil.

“Beberapa orang merasa bahwa setelah Starlight Grup terdaftar di bursa saham, hal itu mempengaruhi kepentingan mereka. Jadi, mereka ingin kamu memberikan sesuatu sebagai imbalan.”

Sembari berbicara, dia menggunakan pisaunya untuk merusak kancing baju Monica yang sudah robek.

Ketika kancing baju terlepas, kulit putih Monica langsung terlihat oleh kedua pria paruh baya itu.

Melihat kulit Monica yang seputih salju, pria yang memegang pisau itu langsung membelalakkan mata, dan dia melanjutkan merusak kancing bawahnya dengan pisau.

Pria itu merusak lagi kancing baju Monica, dan kancingnya terlepas sehingga kancing di bawahnya terbuka sepenuhnya karena tidak bisa menahan tekanan dari dada Monica yang besar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status