Share

Bab 3

“Pak Wahyu, apakah kebakaran sepuluh tahun yang lalu itu bukan kecelakaan? Apakah ada niat tersembunyi?” Tristan bertanya pada Pak Wahyu setelah emosinya sedikit lebih tenang.

Pak Wahyu menghela napas, menggelengkan kepala, dan berkata, “Tristan, semuanya sudah berlalu, yang lalu biarlah berlalu. Asalkan kamu baik-baik saja …”

Pak Wahyu jelas sedang menutupi sesuatu. Semakin dia bersikap seperti itu, Tristan semakin penasaran untuk mengetahui detail kejadian itu.

“Pak Wahyu, jika kamu masih mengenaliku sebagai Tristan sepuluh tahun yang lalu, maka ceritakanlah seluruh kronologi ceritanya!” kata Tristan.

Melihat ekspresi Tristan yang tidak akan menyerah sampai mendapatkan jawaban, Pak Wahyu menghela napas dan akhirnya angkat bicara.

Kebakaran sepuluh tahun yang lalu benar-benar ada yang tidak beres.

Pada waktu itu, sebuah perusahaan bernama Best Plaza tertarik dengan tanah panti asuhan itu.

Mereka pernah beberapa kali mengirim orang ke panti asuhan untuk bernegosiasi dengan Pak Wahyu mengenai pembelian tanah itu.

Namun, Pak Wahyu tidak ingin melihat anak-anak di panti asuhan itu terlantar, jadi siapa pun yang datang memintanya menandatangani penjualan tanah, dia selalu menolak!

Perusahaan Best Plaza mengancam akan membuat Pak Wahyu kesulitan, tapi dia tetap menolak.

Best Plaza sangat membencinya karena Pak Wahyu sulit dibujuk dengan cara apa pun.

Perusahaan Best Plaza sudah mengancamnya selama sepuluh hari, namun tidak ada yang terjadi pada Pak Wahyu.

Pak Wahyu juga sibuk, sehingga dia melupakan masalah ini.

Tiba-tiba suatu hari, orang dari Perusahaan Best Plaza datang lagi menemui Pak Wahyu.

Pak Wahyu mengira mereka akan membahas masalah tanah lagi, tetapi ternyata tidak. Mereka malah meminta maaf pada Pak Wahyu atas ancaman mereka sebelumnya

Pak Wahyu bukan orang yang pandai berstrategi/penuh perhitungan, jadi dia berdamai dengan mereka.

Orang-orang dari Perusahaan Best Plaza bersikeras mengundang Pak Wahyu untuk minum malam itu.

Pak Wahyu tidak bisa menolak, dia pun pergi.

Malam itu, dia minum terlalu banyak dan tidur cukup lelap, dan pada malam itu juga terjadi kebakaran di panti asuhan.

Hal ini terlalu kebetulan. Pak Wahyu minum dengan orang-orang dari Perusahaan Best Plaza dan saat malam terjadi kebakaran.

Pak Wahyu juga curiga bahwa kejadian ini ada hubungannya dengan Perusahaan Best Plaza, tetapi tidak menemukan bukti ….

Setelah mendengar penjelasan Pak Wahyu, Tristan langsung mengerutkan kening.

Orang awam pun bisa berpikiran bahwa masalah ini ada hubungannya dengan Perusahaan Best Plaza. Apalagi Tristan, sebagai guru besar Naga Emas langsung mengetahui bahwa kejadian ini pasti berkaitan erat dengan Perusahaan Best Plaza.

“Perusahaan Best Plaza!”

Tristan menatap tajam, sebuah kilatan dingin langsung memancar dari matanya.

“Demi kepentingan sendiri, mereka hampir membunuhku dan ketujuh kakak perempuanku!”

“Demi kepentingan sendiri, aku sampai meninggalkan ketujuh kakak perempuanku selama sepuluh tahun!”

“Demi kepentingan sendiri, mereka membuat Pak Wahyu menyalahkan dirinya sendiri selama sepuluh tahun!”

“Aku pasti akan membalas apa yang telah mereka lakukan!”

“Aku pasti akan menuntut perhitungan ini pada kalian!!!”

Pada saat ini, Tristan seperti iblis yang baru keluar dari neraka!

Dia dipenuhi dengan aura yang menakutkan!

Hendri dan perempuan yang tampak galak itu langsung terjatuh ke tanah karena ketakutan!

Meskipun Pak Wahyu juga merasa sedikit takut pada Tristan, dia segera mengulurkan tangannya ke arah Tristan.

“Tristan, kamu kenapa? Jangan menakut-nakutiku…”

Merasakan tangan kasar Pak Wahyu yang menyentuh wajahnya, kemarahan Tristan langsung mereda.

Dia memegang tangan Pak Wahyu dan berkata dengan penuh penyesalan, “Maaf, Pak Wahyu. Apakah aku membuatmu takut?”

Melihat Tristan yang kembali tersenyum, Pak Wahyu menghela napas lega.

“Tidak apa-apa …”

Setelah berkata demikian, Pak Wahyu langsung teringat ekspresi marah Tristan ketika dia menyebutkan Perusahaan Best Plaza tadi!

Dia khawatir Tristan akan mencari masalah dengan Perusahaan Best Plaza.

Jadi, dia segera berkata, “Tristan, masalah ini sudah berlalu. Jangan pernah pergi ke Perusahaan Best Plaza untuk mengungkit masalah ini!”

“Perusahaan Best Plaza sekarang sangat kuat, sehingga orang biasa seperti kita tidak bisa menyinggung mereka.”

Melihat ekspresi khawatir Pak Wahyu, Tristan tersenyum dan berkata, “Pak Wahyu, tenang saja, aku tidak akan bertindak bodoh!”

Setelah mendengar ucapan Tristan, Pak Wahyu menghela napas lega.

“Tristan, beri tahu ketujuh kakakmu kalau kamu masih hidup dan kembali dengan selamat. Mereka pasti sangat senang.”

Mendengar kata tujuh kakak perempuan, tubuh Tristan gemetar.

Dia langsung mendongak dan bertanya pada Pak Wahyu, “Apakah ketujuh kakakku baik-baik saja?”

“Mereka baik-baik saja.” Pak Wahyu menunjukkan senyuman di wajahnya dan berkata, “Ketujuh kakakmu sudah memiliki kariernya masing-masing. Mereka sangat peduli padaku, bahkan setiap bulan mereka mengirimkan uang kepadaku. Orang tua sepertiku, tidak tahu harus menggunakan uang sebanyak itu untuk apa. Oh iya, aku juga punya foto-foto mereka. Apakah kamu ingin melihatnya?”

Mereka sudah tidak bertemu selama sepuluh tahun. Bagaimana mungkin Tristan tidak ingin melihat seperti apa penampilan ketujuh kakak perempuannya sekarang?

“Pak Wahyu, mana fotonya?”

Pak Wahyu berbalik dan kemudian melihat sekeliling lantai. Setelah beberapa saat, dia mengambil sebuah bingkai foto dan berkata, “Ini mereka!”

Tristan langsung menerima bingkai foto itu.

Dia melihat sekilas foto di dalam bingkai itu, dan mata Tristan terbelalak.

“Ini … apakah ini ketujuh kakak perempuanku?”

Sangat cantik!

Masing-masing dari mereka terlihat cantik seperti seorang dewi. Mereka memiliki kulit putih, wajah cantik, dan tinggi. Mereka adalah idaman para pria!

Melihat ekspresi terkejut Tristan, Pak Wahyu tersenyum dan berkata, “Ketujuh kakakmu tidak hanya cantik, tetapi mereka juga luar biasa!”

Tristan tidak meragukan kemampuan ketujuh kakak perempuannya.

Sejak kecil, mereka sudah pintar dan cerdik. Saat mereka dewasa, bagaimana mungkin mereka akan menjadi orang yang biasa saja?

Sekilas melihat lagi foto ketujuh kakaknya yang cantik, Tristan tidak bisa menahan senyum di wajahnya.

Pada saat itu juga.

Tiba-tiba terdengar suara dingin yang tidak jauh dari sana.

“Apa yang terjadi di sini?”

Saat suara itu terdengar, seorang perempuan dengan aura dingin, tinggi, dan rambut hitam berjalan mendekat.

Perempuan itu mengenakan pakaian formal, dengan jaket yang digantungkan di atas bahunya. Dia berjalan dengan percaya diri, menunjukkan kesan anggun.

Perempuan itu mengenakan pakaian tipis yang membuat bentuk tubuhnya terlihat sangat ideal.

Tristan tadi sudah merasa bahwa perempuan di dalam foto itu sangat cantik. Sekarang, ketika melihatnya secara langsung, dia bahkan jauh lebih memukau.

Orang ini … perempuan di ujung kiri dalam foto!

Sudah sepuluh tahun tidak bertemu dengan kakak tertua!

Monica!

Melihat perempuan yang familiar namun terasa asing ini, mata Tristan langsung berkaca-kaca.

Tristan merasakan perubahan emosinya ketika Monica berjalan mendekat juga memperhatikannya.

Namun, tatapannya pada Tristan bukan kegembiraan, melainkan semacam perasaan jijik.

Monica menatap Tristan sembari jarinya menunjuk ke tanah, dan berkata dengan dingin, “Apakah semua ini ulahmu?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status