Home / Urban / Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal / Bab 118 - Tawaran Kontrak

Share

Bab 118 - Tawaran Kontrak

Author: Rianoir
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Suasana di lobi lantai eksekutif Longbottom Entertainment mendadak hening.

Semua mata tertuju pada sosok pria muda yang baru saja keluar dari lift.

Klein Lionheart berdiri dengan tenang, ekspresinya datar namun ada aura intimidasi yang kuat memancar darinya.

Richard Longbottom merasakan darahnya mendidih melihat rivalnya. "Klein," geramnya. "Apa yang kau lakukan di sini?"

Klein melangkah maju dengan santai, diikuti oleh CEO Lex dan seorang pria berjas yang membawa tas kerja—seorang notaris. "Aku di sini untuk menyelesaikan masalah," ujarnya datar.

Raven menatap Klein dengan campuran kaget dan lega. Ia tidak menyangka pria itu akan muncul di saat genting seperti ini. Sementara itu, Alicia tersenyum tipis, merasa rencananya berhasil.

"Menyelesaikan masalah?" Richard tertawa mengejek. "Oh, jadi kau pikir kau bisa datang ke sini dan menyelesaikan semua masalah begitu saja? Jangan konyol, Klein."

Klein tidak menanggapi ejekan Richard. Ia menatap Raven, yang masih tampak shock dengan keda
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 119 - Kemarahan Richard

    Raven tergagap, "aku tidak tahu harus berkata apa, Tuan Lionheart."Klein tersenyum tipis. "Kau tidak perlu memutuskan sekarang. Ambil waktu untuk mempertimbangkannya.""Tidak," ujar Raven tiba-tiba, suaranya penuh keyakinan. "Aku tidak perlu waktu. Aku... aku menerima tawaranmu, Tuan Lionheart."Alicia tersenyum lebar, sementara Richard menatap dengan wajah merah padam menahan amarah.Klein mengangguk. "Baiklah. CEO Lex akan memberikan detailnya padamu nanti. Untuk saat ini..." Ia menoleh pada notaris yang sejak tadi diam, "Tuan Fang, bisakah Anda menyiapkan kontrak sementara?"Notaris Fang mengangguk dan dengan cepat menyiapkan sebuah dokumen. Dalam hitungan menit, kontrak sementara antara Raven dan Lion's Roar Entertainment telah siap.Di depan mata Richard yang dipenuhi kebencian, Raven menandatangani kontrak barunya dengan Lion's Roar Entertainment. Senyum lega dan bahagia terkembang di wajah cantiknya."Selamat datang di keluarga Lion's Roar Entertainment, Raven," ujar Klein, me

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 120 - Audisi

    Pagi itu, suasana di depan gedung Lion's Roar Entertainment sudah ramai sejak subuh. Ribuan orang berbaris panjang, membentuk antrian yang membelah jalan-jalan di sekitar gedung. Mereka semua datang dengan satu tujuan: mengikuti audisi "Be The One", acara survival show yang akan menguji kemampuan mereka bertahan hidup di pulau tak berpenghuni.Bagaimana tidak, hadiah mengikuti acara ini sangat menggiurkan. 10 miliar untuk satu orang pemenang, dan peserta lainnya akan mendapat uang 10 jutaa meski kalah. Di dalam gedung, Klein berdiri di depan jendela besar di ruangannya, mengamati kerumunan yang terus bertambah. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun ada kilatan puas di matanya."Tuan Muda," panggil CEO Lex yang baru saja masuk ke ruangan. "Laporan terbaru menunjukkan bahwa jumlah pendaftar 'Be The One' telah mencapai 50.000 orang. Ini jauh melebihi perkiraan kita sebelumnya."Klein mengangguk pelan. "Bagus. Bagaimana dengan persiapan di lokasi audisi?""Semua sudah siap, Tuan Muda. K

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 121 - Rencana Jahat Richard

    James, yang berdiri di sudut ruangan, hanya bisa diam melihat atasannya mengamuk. "Tuan Muda Richard," ujarnya hati-hati, "mungkin kita perlu memikirkan strategi baru."Richard menoleh dengan tatapan tajam. "Strategi baru? STRATEGI BARU?! Kita sudah mencoba segala cara, James! Kita sudah menggunakan semua koneksi kita, menghabiskan miliaran untuk promosi, tapi tetap saja... tetap saja Klein berhasil mengalahkan kita!"Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Richard merasakan ketakutan yang begitu besar. Ia yang selalu menjadi yang terbaik, yang selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, kini harus menghadapi kenyataan bahwa ada orang yang bisa mengalahkannya berulang kali."Apa... apa yang salah denganku?" gumam Richard, suaranya bergetar. "Mengapa aku tidak bisa mengalahkannya?"James, melihat atasannya yang biasanya angkuh kini terlihat begitu rapuh, merasa tidak nyaman. "Tuan Muda, mungkin kita perlu istirahat sejenak. Menenangkan pikiran dan—""Aku tahu!" Potong Richard. Ia menghela

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 122 - Pencarian

    Di sebuah gudang tua di pinggiran kota, Raven perlahan-lahan mulai sadar. Kepalanya terasa berat dan pandangannya masih kabur. Ia mencoba menggerakkan tangannya, hanya untuk menyadari bahwa tangannya terikat di belakang punggung."Akhirnya kau bangun juga," sebuah suara asing terdengar.Raven mengerjapkan matanya, berusaha memfokuskan pandangannya. Ketika ia akhirnya bisa melihat dengan jelas, ia melihat sosok pria tua dengan janggut putih panjang berdiri di hadapannya."Siapa... siapa kamu?" tanya Raven dengan suara serak. "Apa yang kamu inginkan dariku?"Pria tua itu–Tetua Xie–tersenyum dingin. "Kau tidak perlu tahu siapa aku. Yang perlu kau tahu adalah, kau akan menjadi kunci untuk mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dari orang itu."Raven merasakan ketakutan mulai merayap di dadanya. Ia tahu, situasinya sangat berbahaya. Tapi lebih dari itu, ia khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.'Klein,' pikir Raven, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.Tetua Xie m

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 123 - Menggunakan Kemampuan Mata

    "Sederhana," jawab suara itu. "Serahkan Stempel Kuno itu dan batalkan acara Be The One. Kau punya waktu tiga jam untuk membawa Stempel itu ke tempat yang akan kuberitahukan nanti. Jika tidak... ya, kurasa kau cukup pintar untuk membayangkan apa yang akan terjadi pada Nona Whitefeather yang cantik."Klein terdiam sejenak, otaknya berputar cepat. Dari cara bicara dan tuntutan yang diajukan, ia yakin bahwa ini adalah ulah Richard dan Tetua Xie. "Bagaimana aku bisa yakin Raven masih hidup?"Terdengar suara gemerisik, lalu suara Raven yang lemah terdengar. "K-Klein...""Raven!" seru Klein, untuk pertama kalinya menunjukkan emosi dalam suaranya."Waktumu tiga jam, Klein Lionheart," suara asing itu kembali terdengar sebelum sambungan terputus.Klein menatap ponselnya dengan tatapan dingin. Ia tahu ia tidak punya pilihan selain bermain mengikuti aturan mereka, setidaknya untuk sementara."Sonny," panggil Klein melalui headsetnya. "Hubungi CEO Lex. Minta dia mengumumkan kemungkinan adanya pemb

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 124 - Penyergapan

    Tetua Xie berdiri diam di sudut gudang, matanya yang tajam mengawasi setiap gerakan Richard yang berjalan dengan penuh percaya diri. Meski wajah Tetua Xie tetap tenang, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Instingnya yang telah diasah selama puluhan tahun sebagai salah satu tetua klan Xie memberitahunya bahwa ada yang tidak beres.Richard, di sisi lain, tampak puas dengan dirinya sendiri. Senyum angkuh tersungging di bibirnya saat ia berjalan mondar-mandir, sesekali melirik ke arah Raven yang terikat di kursi. Keyakinannya bahwa rencananya akan berhasil terpancar jelas dari sikap tubuhnya yang santai dan percaya diri."Richard," panggil Tetua Xie dengan suara rendah. "Apa kau yakin tempat ini aman?"Richard menoleh, alisnya terangkat dengan ekspresi meremehkan. "Tentu saja, Tetua. Tempat ini terpencil dan jarang dikunjungi orang. Lagipula, Klein tidak mungkin bisa menemukan kita dalam waktu sesingkat ini. Kita sudah memenangkan permainan ini."Tetua Xie hanya mengangguk pelan, na

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 125 - Pertarungan Yang Tak Terhindarkan

    "Klein," isak Raven. "Aku tahu kau akan datang."Klein tidak membalas pelukan itu, namun ia membiarkan Raven memeluknya sejenak sebelum akhirnya melepaskannya dengan lembut. "Kita harus pergi dari sini. Ikuti aku."Sementara itu, asap mulai menipis. Richard panik melihat pasukannya kalah jumlah dan mulai terdesak. Ia mencari-cari sosok Raven, hanya untuk mendapati kursi tempatnya diikat sudah kosong."Tidak!" teriaknya frustasi. "Di mana wanita itu?!"Berbeda dengan Richard yang panik, Tetua Xie tetap tenang. Matanya yang tajam menyapu ruangan, dan untuk sesaat, tatapannya bertemu dengan Klein yang berdiri di antara kerumunan, Raven aman di sampingnya.Tetua Xie mendecih pelan. Ia tahu situasi sudah tidak menguntungkan mereka

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 126 - Kekuatan Cornelius

    Saat pukulan Tetua Xie tinggal beberapa sentimeter dari wajahnya, Klein merasakan waktu seolah melambat. Dunia di sekelilingnya menjadi buram, hanya pukulan Tetua Xie yang terlihat jelas di matanya. Kalung giok naga di dadanya berdenyut kuat, seolah memberikan sinyal tanda bahaya. Dengan gerakan yang nyaris tak terlihat mata, Klein memiringkan kepalanya, membiarkan pukulan Tetua Xie melewati telinganya hanya beberapa milimeter. Angin dari pukulan itu bahkan mampu merobek sedikit kulit pipinya, menunjukkan betapa kuatnya serangan tersebut. Cairan merah menetes dari kulit pipinya. Namun, berkat kemampuan regenerasinya, luka di pipi Klein langsung menutup dalam hitungan detik. Tetua Xie, yang menyaksikan hal ini, tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Regenerasi?" gumam Tetua Xie. "Kau penuh kejutan, Anak Muda. Bahkan Praktisi Bela Diri sepertiku, tidak mudah melakukannya." Klein tidak menanggapi. Matanya yang merah berkilat tajam, menganalisis setiap gerakan lawannya. I

Latest chapter

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 167 - Epilog

    Di ruang pengantin wanita, Rina tampak cantik luar biasa dalam gaun putih yang dihiasi ribuan kristal kecil. Wajahnya berseri-seri, pancaran kebahagiaan terpancar jelas dari matanya. Musik orchestra mulai mengalun lembut saat Klein melangkah ke altar. Para tamu berdiri, menanti kedatangan pengantin wanita. Saat Rina muncul, dipimpin oleh ayahnya, seluruh hadirin terpesona oleh kecantikannya. Upacara pernikahan berlangsung dengan khidmat di bawah kanopi bunga mawar putih yang menaungi altar. Ratusan tamu undangan menahan napas saat Klein dan Rina berdiri berhadapan, tangan mereka saling menggenggam. Klein, meski wajahnya tetap tenang, menatap Rina dengan intensitas yang belum pernah dilihat siapapun sebelumnya. Matanya yang biasanya dingin kini menyiratkan kehangatan dan kasih sayang yang dalam. Rina, dengan mata berkaca-kaca, membalas tatapan Klein dengan senyum lembut. Pendeta memulai prosesi dengan suara yang jernih, "Klein Lionheart, bersediakah engkau menerima Rina Lee seb

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 166 - Menikah

    Satu hari telah berlalu sejak penyerangan keluarga Xie ke Paviliun Lionheart. Pagi itu, Klein berdiri di balkon kamarnya, matanya yang tajam memandang ke arah kota Riverdale yang mulai sibuk. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun ada kilatan tekad yang kuat di matanya.Paviliun Lionheart masih dalam proses perbaikan. Bekas-bekas pertempuran masih terlihat jelas di beberapa bagian bangunan dan halaman. Para pekerja sibuk mondar-mandir, memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan keluarga Xie.Klein mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia tidak perlu berbalik untuk tahu siapa yang datang."Bagaimana keadaanmu, Klein?" tanya Cornelius, berdiri di samping cucunya."Baik-baik saja, Kek," jawab Klein singkat, matanya tetap memandang ke kejauhan.Cornelius mengangguk. "Baguslah. Kau tahu, kita beruntung Kakek Buyutmu, Ryan datang tepat waktu. Jika tidak..."Klein hanya mengangguk pelan. Ia tahu betul bahwa tanpa campur tangan Ryan, mungkin mereka tidak akan selamat dari serangan

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 165 - Musnahnya Keluarga Xie

    "Apa yang terjadi?" tanya salah satu tetua, wajahnya pucat pasi.Belum sempat ada yang menjawab, sebuah portal dimensi terbuka di tengah halaman utama. Dari dalamnya, muncul sosok Ryan Pendragon dengan senyum lebar di wajahnya."Halo, keluarga Xie!" serunya riang. "Maaf mengganggu pesta kecil kalian. Tapi kurasa sudah waktunya kita bermain-main sedikit!"Para anggota keluarga Xie langsung bersiaga. Puluhan praktisi bela diri tingkat tinggi mengepung Ryan, siap menyerang.Ryan tertawa. "Oh, ayolah! Kalian pikir jumlah bisa mengalahkan kualitas? Baiklah, biar kutunjukkan pada kalian apa arti kekuatan sejati!"Dengan satu gerakan tangan, Ryan melepaskan gelombang energi Qi yang luar biasa kuat. Gelombang ini menghempaskan sebagi

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 164 - Terlalu Kuat

    Wajah Xie Wei memerah, campuran antara malu dan marah. "Omong kosong! Tidak mungkin kau lebih tua dariku! Aku tidak akan tertipu oleh kebohonganmu!""Tertipu?" Ryan mengangkat alisnya, senyum mengejek masih terpasang di wajahnya. "Oh, bocah tua. Kau benar-benar masih hijau dalam hal ini."Merasa terhina, Xie Wei tidak bisa menahan amarahnya lagi. "Cukup omong kosongmu! Akan kubuat kau menyesali kata-katamu!"Xie Wei melesat maju, tangannya diselimuti energi Qi putih kebiruan yang membentuk cakar harimau. Namun, sebelum serangannya mencapai Ryan, pria itu sudah menghilang dari pandangan.Tanpa peringatan, Ryan muncul di belakang Xie Wei, bergerak dengan kecepatan yang bahkan melampaui Xie Wei. Energi Qi merah keemasan menyelimuti tubuhnya, membentuk aura matahari yang menyilaukan."Terlalu lambat, bocah," ejek Ryan. "Biar kutunjukkan padamu apa itu kekuatan sejati. Teknik Matahari Surgawi: Sembilan Matahari Membakar Surga!"Xie Wei berusaha menangkis serangan itu, tapi kekuatan di bali

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 163 - Leluhur Lionheart

    Klein memulai serangan pertamanya dengan pukulan lurus yang diselimuti energi Qi merah keemasan. "Tinju Matahari Membara!" teriaknya, suaranya dipenuhi amarah yang tak terbendung. Pukulannya menciptakan gelombang panas yang menghantam pertahanan Xie Wei, udara di sekitar tinjunya berpendar bagai bara api.Xie Wei berhasil menangkis serangan ini, tapi ia terdorong beberapa langkah ke belakang, tangannya terasa terbakar. "Hoh, rupanya bocah Lionheart punya nyali juga," ejeknya, senyum kejam tersungging di bibirnya.Tak memberi kesempatan Xie Wei untuk bernapas, Klein melanjutkan dengan tendangan berputar. Kakinya yang diselimuti energi Qi membentuk busur api, menciptakan jejak merah menyala di udara. "Tendangan Korona Matahari!" Serangan ini nyaris mengenai kepala Xie Wei, yang berhasil menghindar pada detik-detik terakhir, rambut di pelipisnya terbakar sedikit.Klein terus melancarkan kombinasi pukulan dan tendangan dalam ritme yang cepat dan tak terduga. Setiap serangannya dipenuhi a

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 162 - Kemarahan Klein

    Pertarungan sengit pun pecah. Xie Wei dan sosok tua itu bergerak dengan kecepatan luar biasa, menciptakan gelombang kejut energi setiap kali serangan mereka beradu. Tanah retak, pohon-pohon tumbang, dan udara bergetar hebat akibat pertarungan dahsyat ini.Xie Wei mengerahkan seluruh kekuatannya, mengaktifkan jurus rahasia keluarga Xie. "Jurus Rahasia: Sembilan Roh Harimau Putih!" teriaknya.Seketika, udara di sekitar Xie Wei bergetar hebat. Energi Qi putih kebiruan meledak dari tubuhnya, membentuk sembilan sosok harimau putih raksasa yang mengelilinginya. Mata harimau-harimau itu berkilat ganas, taring dan cakar mereka tampak siap mencabik apa pun yang menghalangi.Sosok tua itu, meski powerful, tampak terkejut melihat jurus ini. "Jurus legendaris keluarga Xie," gumamnya. "Tak kusangka masih ada yang bisa menguasainya."Xie Wei tidak memberi kesempatan pada sosok tua itu untuk mempersiapkan diri. Dengan satu gerakan tangan, ia mengarahkan kesembilan harimau itu untuk menyerang. Har

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 161 - Sosok Tua

    Cahaya merah menyilaukan memancar dari kalung giok naga yang dikenakan Klein, menerangi area pertempuran dengan aura mistis. Raungan naga yang menggelegar seolah membelah langit malam, membuat semua pihak yang terlibat dalam pertarungan terdiam sejenak.Dari dalam kalung tersebut, muncul sosok semi-transparan seorang pria tua. Rambutnya yang panjang dan janggut putihnya bergerak pelan seolah tertiup angin yang tak kasat mata. Matanya yang tajam memindai area sekitar sebelum akhirnya terpaku pada Klein."Ah, jadi kau pemilik baru makam pedang ini," ujar sosok itu, suaranya berat dan dalam. "Kau mengingatkanku pada pemilik sebelumnya. Sama-sama keras kepala dan selalu terlihat tenang."Klein menatap sosok itu dengan ekspresi datar, meski ada kilatan kebingungan di matanya. ‘Makam Pedang? Apa maksudnya? Dan siapa dia sebenarnya?’Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi instingnya mengatakan bahwa sosok ini bukanlah ancaman baginya.Sosok tua itu mengalihkan pandangannya, mengama

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 160 - Pertarungan Sengit (II)

    Situasi pertarungan antara Klein dan Xie Hu semakin tidak menguntungkan bagi Klein. Meski ia berhasil menangkis sebagian besar serangan, beberapa pukulan Xie Hu berhasil menembus pertahanannya.Klein merasakan tulang rusuknya retak saat pukulan Xie Hu mengenai dadanya telak. Ia terhuyung ke belakang, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Namun, berkat kemampuan regenerasinya, luka-luka itu mulai pulih dengan cepat."Menarik," komentar Xie Hu, matanya menyipit melihat luka-luka Klein yang sembuh dengan cepat. "Kau punya kemampuan regenerasi yang luar biasa. Tapi itu tidak akan cukup untuk menyelamatkanmu."Klein tidak menjawab. Ia menggunakan jeda ini untuk mengatur napasnya dan memfokuskan Qi-nya. Matanya yang tajam memindai area di sekitarnya, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengubah situasi.Tiba-tiba, Klein mendengar suara jeritan familiar. Matanya melebar saat melihat Bella dan Ella ditangkap oleh dua orang penyerbu keluarga Xie."Kak Klein!" teriak Ella, air mata

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 159 - Pertarungan Sengit

    Klein bergerak dengan cepat, mengandalkan set tinju yang telah ia latih intensif. Setiap pukulannya diperkuat oleh Teknik Matahari Surgawi, menciptakan gelombang energi yang menghempaskan para penyerang."Kau jelas hanya seorang Master Bela Diri, tapi kau sanggup mengalahkan beberapa anggota keluarga Xie sekaligus, impresif…" Xie Hu berjalan maju sambil bertepuk tangan.Dia lalu memberi aba-aba pada anggota keluarga Xie lainnya untuk tidak menyerang Klein dan mencari target lainnya.“Nah, sekarang hanya tinggal kita berdua. Klein …" Xie Hu dengan santai menggerakkan telapak tangannya, mengundang Klein untuk maju. "Tunjukkan kemampuanmu."Tanpa membalas ucapan Xie Hu, Klein melesat maju, tinju kanannya berkilau dengan energi panas yang inte

DMCA.com Protection Status