Alma membawa Rosaline dan Lily ke aula. Ruangan itu sangat luas dan dikelilingi pilar-pilar besar. Ada kejanggalan dari ruangan itu, ada gerbang di dalam ruangan.
Lily duduk di tempat yang diminta guardian angin. Dia masih takut. Pandangannya terus mengarah ke arah ayahnya, Menteri Feng Zhui.
Sang Menteri hanya mengangguk, memberinya dukungan dari jauh. Hanya harapan dan keyakinan bahwa putrinya pasti akan sembuh.
“Red Ruby, buat barrier di sekitar sini,” perintah Alma.
Rosaline mengangguk, dia membuat barrier di sekeliling Lily dan juga Alma. Dia ingat bagaimana kuatnya Aurum saat proses pelepasan segel. Dia sendirian tidak bisa menahannya.
Lily membelalakkan matanya saat tiba-tiba di bawah kakinya bersinar. Lingkaran sihir mulai terbentuk dengan warna dominan putih keperakan.
“Nona manis, jangan banyak bergerak dan sekarang pejamkan matamu,” perintah Alma. Gadis manis dengan rambut keunguan itu mendekati Lily, dia d
Sebuah meja besar berisi makanan lengkap tersaji. Beberapa pelayan membuka tutup saji dan masih terlihat uap panas mengepul dari makanan yang ada di meja tersebut."Kalian pasti lelah dan lapar, silakan makan. Lagi pula ini sudah masuk jam makan siang. Ayo, jangan malu-malu." Tuan rumah mempersilakan tamunya untuk menikmati jamuan makan siang yang sudah disiapkan.Mereka duduk dan para pelayan membantu tamu guardian angin ini mengambil makanannya."Pangeran, bagaimana Rafael?" Guardian angin tiba-tiba membuka percakapan dengan Pangeran Yuasa."Baik, Paman baik-baik saja," jawab Pangeran Yuasa. Dia menatap gadis manis dengan rambut ungu di dekatnya. Gadis ini cantik, tapi rasanya tidak cocok dengan pamannya. Namun, siapa sangka jika mereka pernah menjadi pasangan."Maaf, berapa lama kalian menjalin kasih?" tanya Pangeran Yuasa, dia benar-benar penasaran dengan kisah cinta dua guardian beda dunia ini."Cukup lama, aku hanya memintanya menikahiku tapi justru dia menolak dan memutuskan ku
Pangeran Yuasa berputar dan menangkis serangan pria berjubah hitam. Dia menggunakan pedang tunggalnya yang jauh lebih tipis dibandingkan dengan pedang musuh. Postur tubuh musuh yang juga lebih kekar dan besar mendesak Pangeran Yuasa."Aku tidak kuat lagi menahannya, dia kuat," batin Pangeran Yuasa yang masih berusaha bertahan. Seperti yang dikatakan Rosaline, ini bukan pertandingan, satu kesalahan saja nyawa bisa melayang."Gunakan kekuatanku!" Gema suara Aurum terdengar. Energi yang besar tiba-tiba memenuhi seluruh tubuh Pangeran Yuasa. Hal itu membuat Pangeran Yuasa menjadi lebih kuat dan mampu melawan pria berbaju hitam itu."Boleh juga, kudengar Pangeran Yuasa itu sangat lemah," cemooh pria itu meremehkan kemampuan Pangeran Yuasa."Aku memang lemah, tapi itu dulu!" seru Pangeran Yuasa menerjang musuhnya. Pria berjubah hitam itu kesulitan melawan Pangeran Yuasa yang ternyata begitu mahir berpedang. Gerakannya cepat dan tangkas sehingga membuat pria ini terpoj
Rafael membukakan pintu saat Adrian membawa masuk Pangeran Yuasa yang berpura-pura pingsan. Pria berambut merah itu langsung menuju ke sebuah kamar dan membaringkannya perlahan."Kami diserang, Pangeran Yuasa tidak terluka tapi sepertinya dia menggunakan kemampuannya, kulihat matanya berwarna keemasan," terang Adrian menjelaskan kenapa Pangeran Yuasa pingsan.Rafael mengangguk, dia duduk di sebelah Pangeran Yuasa, memeriksanya.Light dan Yui ikut menengok Pangeran Yuasa."Bagaimana Kakak?" tanya Yui memperhatikan kakaknya yang terbaring lemah.Rafael belum sempat menjawab, Light berdecak di dekat Yui."Ck, nggak di istana nggak di sini Kakak selalu saja pingsan, berapa kali dia pingsan mungkin sudah tak terhitung. Yah, mau bagaimana lagi kalau memiliki tubuh ma–," ucapan Light terpotong saat Yui menginjak kaki Light dengan keras."Light!" teriak Yui dengan tatapan yang tidak bersahabat bahkan berkacak pinggang."Yui!" teriak Light kemudian. "Apa sih, memang benar kan kalau dia itu …,"
Pangeran Yuasa tidak mau diganggu, dia bahkan melewatkan makan malamnya dan tetap diam di kamar. "Biar aku yang mengantar makanan untuk Pangeran Yuasa." Rosaline hendak menyiapkan makanan untuk Pangeran Yuasa. Namun, Rafael melarangnya."Kakak tidak akan mau makan," ucap Yui menghela napasnya setelah selesai menghabiskan makanan di piringnya."Ya, dia manja," imbuh Light yang langsung mendapatkan tatapan permusuhan dari Yui."Light, berhentilah mengatakan itu!" seru Yui."Itu benar, Light. Yuasa sangat terpukul, kau tidak pernah berada di posisinya," lanjut Rafael."Kalian selalu memanjakannya, kalau mau dia kuat seharusnya dia bisa menerima kondisinya bukan memaksakan diri. Kalian sendiri tahu dia sangat berbakat di bidang medis, kenapa tidak menekuni saja bidang itu?" lantun Light memberikan argumennya."Lalu kenapa kau ada di sini? Bukankah kau tidak suka berlatih bersama Paman? Pulang saja sana!" Yui marah akan ucapan Light yang selalu saja menyudutkan kakaknya. Light mendengus k
Pangeran Yuasa sudah berganti dengan baju latihan, bukan hanya dia sendiri tetapi Rosaline dan juga Adrian ikut menuju tempat latihan."Latihan apa?" tanya Adrian yang ikut penasaran karena latihan yang akan dilakukan Pangeran Yuasa sangat mendadak."Aku juga tidak tahu," jawab Pangeran Yuasa. Dia melihat Rafael turun mengenakan pakaian yang berbeda dengan tadi, di belakangnya ada Light dan juga Yui."Kemarilah, Yuasa." Rafael menggunakan tangannya sebagai isyarat untuk memanggil."Apa yang akan kita lakukan?" tanya Pangeran Yuasa."Panggil Aurum," perintah Rafael."Bagaimana caranya?" tanya Pangeran Yuasa karena dia hanya bisa berbincang dalam benak bukan memanggil dengan cara lain.Rafael berdiri di belakang Pangeran Yuasa, dia meletakkan tangannya di kedua bahu keponakannya."Fokus, dan panggil Aurum," perintah Rafael kembali.Pangeran Yuasa menutup matanya."Aurum!" panggil Pangeran Yuasa.
Rafael selesai membaca surat dari Alma. Kecurigaannya dengan gadis berambut ungu itu ternyata sama. Dia mencurigai dunia bawah ikut terlibat dalam penculikan Pangeran Yuasa."Rupanya ada pergerakan di Kota Onyx," gumam Rafael. Dia menyiapkan jubahnya dan pergi setelah pamit dengan yang lain. Mereka kembali ke istana termasuk si kembar. Rafael belum tahu sampai kapan dia akan berada di dunia bawah, yang jelas sampai urusannya beres. "Ayo Fury!" seru Rafael dan naga hitam itu melesat ke arah Rafael kemudian dia menaikinya. Tepat di tengah Hutan Onyx sebuah gerbang dengan pintu besar berdiri dengan megah. Rafael bersama dengan Fury berada di depan pintu itu."Sudah lama tidak ke dunia bawah, ayo, Fury," ajak Rafael menyentuh pintu besar yang ada di depannya kemudian pintu itu terbuka. Sebuah portal terbuka di depan Rafael, dia menaiki Fury kemudian masuk ke dalamnya. Portal itu menuju ke dunia bawah dan mereka keluar di sebuah bangunan kuno kediaman keluarga Blackdrag
Rafael menaiki Fury, dia kembali ke kediaman Blackdragon. Seorang pelayan menyapanya, tetapi Rafael bergeming. Pikirannya penuh dengan rasa bersalah. Dia kemudian duduk di salah satu bangku di taman yang tidak lagi hijau. Kontaminasi sudah meluas, tidak ada lagi tanaman berwarna hijau di dunia ini.“Selena,” gumam Rafael. Bayangan tentang seorang wanita cantik dan ceria tergambar dalam ingatannya. Selena, dia teman wanita Rafael dan Xavier. Mereka bertiga berteman hingga Xavier dan Selena jatuh cinta, keduanya kemudian menikah. Rafael yang saat itu mendapatkan tugas sebagai penjaga dengan terpaksa meninggalkan kedua temannya dan pergi ke perbatasan. Sesekali Rafael mengunjungi Xavier dan Selena di dunia bawah.“Mau sampai kapan sendiri?” tanya Selena dengan senyuman manis menghias wajahnya. “Belum ada yang cocok,” jawab Rafael.“Xavier, dia juga tidak sempurna tapi berusaha saling mengerti dan memahami satu sama lain itu juga perlu dalam suatu hubungan. Ku deng
Pangeran Yuasa telah sampai di istana bersama dengan kedua adiknya. Seperti biasanya dua anak kembar ini tidak bisa diam. Mereka berlarian di istana putri dan pangeran."Ya ampun, si kembar," gerutu Pangeran Yuasa.Rosaline hanya tertawa kecil melihat tingkah kedua anak kembar yang memang tidak pernah bisa tenang kecuali tidur."Bukankah bagus, istana jadi ramai," sahut Rosaline."Itu sih bukan ramai, tapi menimbulkan kegaduhan," balas Pangeran Yuasa. Mereka berdua sudah bersiap untuk pergi ke Arena Redlion tempat berlatih Pangeran Yuasa."Apa ini ginseng sisik naga?" tanya Pangeran Yuasa yang meneguk cangkir teh."Benar, Tuan Rafael memberikan banyak sekali ginseng," jawab Rosaline."Banyak? Tapi aku tidak melihat ada satupun ginseng saat kita pergi dari Hutan Onyx." Pangeran Yuasa merasa sangat yakin dia tidak melihatnya.Rosaline mengangkat tangannya dan menunjuk ke gelang yang melingkar di sana."Di sini," balas Rosaline."Gelang peny