Pangeran Yuasa telah sampai di istana bersama dengan kedua adiknya. Seperti biasanya dua anak kembar ini tidak bisa diam. Mereka berlarian di istana putri dan pangeran.
"Ya ampun, si kembar," gerutu Pangeran Yuasa.Rosaline hanya tertawa kecil melihat tingkah kedua anak kembar yang memang tidak pernah bisa tenang kecuali tidur."Bukankah bagus, istana jadi ramai," sahut Rosaline."Itu sih bukan ramai, tapi menimbulkan kegaduhan," balas Pangeran Yuasa.Mereka berdua sudah bersiap untuk pergi ke Arena Redlion tempat berlatih Pangeran Yuasa."Apa ini ginseng sisik naga?" tanya Pangeran Yuasa yang meneguk cangkir teh."Benar, Tuan Rafael memberikan banyak sekali ginseng," jawab Rosaline."Banyak? Tapi aku tidak melihat ada satupun ginseng saat kita pergi dari Hutan Onyx." Pangeran Yuasa merasa sangat yakin dia tidak melihatnya.Rosaline mengangkat tangannya dan menunjuk ke gelang yang melingkar di sana."Di sini," balas Rosaline."Gelang penyLeonidas meminta maaf terlebih dahulu lalu memperbaiki posisi tangan Pangeran Yuasa. "Oh, seperti ini?" ucap Pangeran Yuasa kembali menarik busurnya."Ya, lebih tegak dan lurus, kemudian perhatikan target," jawab Leonidas memposisikan kepala sejajar dengan Pangeran Yuasa yang lebih rendah darinya. "Perhatian dan fokus pada target," lanjut Leonidas. Pangeran Yuasa mengangguk. Anak panah melesat lebih kencang dan menancap di papan target."Wah, berhasil!" sorak girang Pangeran Yuasa yang akhirnya mengenai target."Bagus, istirahatlah dulu," ucap Leonidas karena Pangeran Yuasa belum beristirahat sama sekali."Tunggu aku mengenai target di tengah," jawab Pangeran Yuasa."Tidak, Pangeran! Istirahatlah, tubuh Anda perlu istirahat," balas Leonidas. Dia sudah melihat Pangeran Yuasa lelah."Setelah mencapai target!" Pangeran Yuasa sudah kembali menarik busur seperti yang diajarkan Leonidas.Leonidas baru kali ini menerima murid yang terlalu gigih berusaha. Dia pantang menyerah. Sejak mengena
Rosaline merasakan aura aneh yang keluar dari tubuh Pangeran Yuasa. Bukan hanya Rosaline, Leonidas juga merasakannya."Nona Rosaline apa kau merasakan aura ganjil?" bisik Leonidas di dekat Rosaline supaya tidak terdengar oleh Pangeran Yuasa. Rosaline hanya menjawab dengan anggukan kepala.Anak panah melesat dan langsung mengenai sasaran tepat di tengah-tengah. Leonidas penasaran dengan kemampuan Pangeran Yuasa yang berbeda, dia mendekatinya perlahan."Bagus! Bagaimana kalau kita bertanding?" Leonidas sengaja menantang Pangeran Yuasa.Aurum tersenyum ke arah Leonidas, "Ayo!"Leonidas menarik busurnya dan anak panahnya melesat membelah anak panah yang tadi dilesatkan Pangeran Yuasa. Tepat sasaran dan terbagi dua.Pangeran Yuasa menyeringai, dia menarik busurnya dan melesatkan anak panah membelah anak panah Leonidas."Luar biasa," gumam Leonidas. Bukan hanya memuji kecepatan anak panahnya tapi juga kecepatan dia menjadi mahir dalam waktu yang sangat singkat.
Orang-orang berjubah hitam membawa Pangeran Yuasa ke tengah hutan. Ada sebuah bangunan seperti kuil kuno di tempat itu."Tuan, kami berhasil membawanya!" lapor ketua dari orang-orang berjubah hitam itu.Seorang pria dengan rambut hitam panjang masuk dan melihat Pangeran Yuasa yang masih tidak sadarkan diri dan menyeringai."Bagus," ucapnya memuji hasil kerja anak buahnya."Letakkan di sana," perintahnya menunjuk sebuah altar seperti tempat persembahan di mana ada sebuah batu besar tempat meletakkan persembahan yang akan diberikan tapi kini Pangeran Yuasalah yang menjadi persembahan.Pria itu mendekat dan mengangkat kedua tangannya. Lingkaran sihir terbentuk di bawah Pangeran Yuasa berbaring. Lingkaran hitam dengan rune yang berputar kemudian darah Pangeran Yuasa seperti terambil dengan sendirinya keluar dari tubuhnya dan berkumpul di satu titik."Darah yang bagus," gumam pria itu mengagumi aliran merah yang berkilau.Proses pengambilan darah belum selesai saat seorang pria dengan langk
"Pangeran!" teriak Rosaline.dan dia merasakan sakit pada perutnya. Luka itu berdenyut dan terasa sakit, tapi lebih sakit lagi saat dia tahu tidak bisa melindungi Pangeran Yuasa."Rosaline, kau sudah sadar." Adrian memperhatikan Rosaline yang terlihat menangis. "Aku panggilkan tabib, tunggu ya," lanjut Adrian yang salah paham dengan air mata Rosaline. Dia menangis bukan karena lukanya."Tidak perlu, Adrian!" seru Rosaline menghentikan langkah Adrian. Rosaline berada di ruang rawat Arena Redlion. Entah siapa yang membawanya, disinilah dia berada saat ini."Bagaimana yang lain?" tanya Rosaline."Mereka masih hidup," jawab Adrian."Pangeran?" Rosaline berharap mendengar berita yang bagus dari Adrian tapi pria itu justru hanya menggelengkan kepalanya."Kami tidak menemukan pangeran," jawab Adrian.Rosaline menekan bagian perutnya yang terluka, dia turun dari tempatnya dirawat."Mau ke mana?" Cegah Adrian menarik tangan Rosaline lalu mendudukkannya kem
Pangeran Yuasa tidak bisa pergi dari Leonidas begitu saja dia harus berpikir keras untuk kabur. "Bukankah itu Aegaeon!" seru Ryu mengalihkan perhatian Leonidas. Dia menoleh ke arah yang ditunjuk Ryu dan saat itulah Pangeran Yuasa berbalik dan berlari menjauh dari Leonidas."Maaf, Leo. Aku harus mencari Rosaline," batin Pangeran Yuasa. Dia berlari menghindari Leonidas. Pria itu mengikutinya, tetapi kehilangan jejak saat melewati belokan."Ryu!" teriak Leonidas beberapa kali dan mencari sosok Ryu yang tak terlihat."Kemana dia?" Leonidas berbalik arah dan pergi.Pangeran Yuasa yang bersembunyi akhirnya keluar dari persembunyian setelah Leonidas pergi."Fiuh, untung saja tidak ketahuan," gumam Pangeran Yuasa. Pangeran Yuasa menaikkan kerah baju yang tadinya dia lipat karena kebesaran hingga setengah ke atas menutupi bagian wajahnya. Meski tidak sama seperti masker setidaknya sebagian tertutup."Lebih baik ke tempat Adrian dan menanyakan di mana Rosalin
“Adrian, aku tidak bermaksud meremehkan anak buahmu tapi bisakah kau mengantarkanku dan Rosaline ke istana, mereka mungkin saja masih mengintaiku,” pinta Pangeran Yuasa.“Tentu, aku tidak bisa lagi membiarkan kejadian serupa menimpa Pangeran dan Rosaline.” Adrian menatap Pangeran Yuasa, dia terlihat lebih maskulin dibandingkan awal mula mereka bertemu. Otot-ototnya mulai berkembang meskipun tidak terlihat jelas. “Mungkin saja, beberapa tahun lagi berlatih dia akan terlihat sangat maskulin seperti para klan naga,” batin Adrian.Pintu terbuka tiba-tiba dan kedua pemuda yang berdiri di depan pintu langsung menoleh. Rosaline sudah berganti dengan setelan pengawalnya. “Apa?” ucap Rosaline yang melihat kedua pemuda di depannya melihatnya seakan melihat hantu.“Tidak,” jawab keduanya serempak.“Cantik sekali,” batin keduanya tak mampu berkata-kata dan hanya mengagumi dengan diam.Pangeran Yuasa kembali ke kediaman Adrian. Di sana dia tidak bisa menghindari Aegaeon
Pangeran Yuasa kembali menarik busurnya, dua hari setelah Adrian mengajaknya berlatih di ruangan khusus untuk para pemanah dia sudah mahir. Semua mata menatap takjub kemampuan Pangeran Yuasa yang begitu cepat mempelajari sesuatu."Bagaimana, Leo?" tanya Adrian saat Leonidas menimbang-nimbang untuk mengakhiri latihannya."Pangeran sudah lebih dari cukup untuk ujian memanah, dia sudah pasti lulus," jawab Leonidas."Kalau begitu kita akhiri saja latihan memanahnya," balas Adrian. Dia kemudian memanggil Pangeran Yuasa.Adrian menjelaskan kepada Pangeran Yuasa jika dia sudah cukup mahir untuk bisa mengikuti ujian dan tidak ada lagi yang bisa diajarkan Leonidas. Karena hal itu, latihan memanah sudah selesai."Apa? Selesai hari ini tapi ini bahkan belum siang," gerutu Pangeran Yuasa. "Pangeran bisa berlanjut berlatih tapi sepertinya jika tetap berlatih di sini itu sangat tidak baik bagi para prajurit di sini," balas Adrian. Dia melirik beberapa prajurit yang berlat
"Adrian," panggil Pangeran Yuasa. Dia memberikan sebuah undangan kepada pelatih berambut merah yang saat ini sedang menerima undangan darinya.“Apa ini?” tanya Adrian membolak-balik undangan yang baru saja diterimanya.“Mulai besok aku akan belajar, terima kasih atas bantuannya melatihku selama ini,” balas Pangeran Yuasa.“Belajar?” Adrian menatap pemuda tampan yang bermata biru di depannya seakan kata belajar itu terdengar aneh.“Ujian masuk akan segera dimulai, aku tidak mau nilaiku jelek,” jawab Pangeran Yuasa. Dia menelisik ruangan Adrian mencari sosok Leonidas.“Di mana dia?” gumam Pangeran Yuasa yang sedikit kecewa tidak menemukan pelatih memanahnya.“Siapa yang kau cari?” Adrian sudah membuka undangannya. dia menganggukan kepalanya. “Aku pasti datang,” lanjut Adrian.“Aku mencari Leo, setidaknya ingin pamit dan mengucapkan terima kasih,” jawab Pangeran Yuasa. “Dia ada di tempat latihan bersama Aegaeon, pergilah ke sana.” Adrian kembali duduk d