Pangeran Yuasa kembali menarik busurnya, dua hari setelah Adrian mengajaknya berlatih di ruangan khusus untuk para pemanah dia sudah mahir. Semua mata menatap takjub kemampuan Pangeran Yuasa yang begitu cepat mempelajari sesuatu.
"Bagaimana, Leo?" tanya Adrian saat Leonidas menimbang-nimbang untuk mengakhiri latihannya."Pangeran sudah lebih dari cukup untuk ujian memanah, dia sudah pasti lulus," jawab Leonidas."Kalau begitu kita akhiri saja latihan memanahnya," balas Adrian. Dia kemudian memanggil Pangeran Yuasa.Adrian menjelaskan kepada Pangeran Yuasa jika dia sudah cukup mahir untuk bisa mengikuti ujian dan tidak ada lagi yang bisa diajarkan Leonidas. Karena hal itu, latihan memanah sudah selesai."Apa? Selesai hari ini tapi ini bahkan belum siang," gerutu Pangeran Yuasa."Pangeran bisa berlanjut berlatih tapi sepertinya jika tetap berlatih di sini itu sangat tidak baik bagi para prajurit di sini," balas Adrian. Dia melirik beberapa prajurit yang berlat"Adrian," panggil Pangeran Yuasa. Dia memberikan sebuah undangan kepada pelatih berambut merah yang saat ini sedang menerima undangan darinya.“Apa ini?” tanya Adrian membolak-balik undangan yang baru saja diterimanya.“Mulai besok aku akan belajar, terima kasih atas bantuannya melatihku selama ini,” balas Pangeran Yuasa.“Belajar?” Adrian menatap pemuda tampan yang bermata biru di depannya seakan kata belajar itu terdengar aneh.“Ujian masuk akan segera dimulai, aku tidak mau nilaiku jelek,” jawab Pangeran Yuasa. Dia menelisik ruangan Adrian mencari sosok Leonidas.“Di mana dia?” gumam Pangeran Yuasa yang sedikit kecewa tidak menemukan pelatih memanahnya.“Siapa yang kau cari?” Adrian sudah membuka undangannya. dia menganggukan kepalanya. “Aku pasti datang,” lanjut Adrian.“Aku mencari Leo, setidaknya ingin pamit dan mengucapkan terima kasih,” jawab Pangeran Yuasa. “Dia ada di tempat latihan bersama Aegaeon, pergilah ke sana.” Adrian kembali duduk d
Hari yang ditunggu tiba, meski sederhana perayaan hari ulang tahun Pangeran Yuasa dihadiri keluarga dekat dan beberapa teman. Adrian sudah datang dengan setelan jas berwarna navy. Rafael baru saja mendarat dengan suara dentuman yang kencang bersama kedua anak yang suaranya berisik, siapa lagi kalau bukan si kembar.“Kakak!” seru si kembar masuk ke tempat pesta.Pesta itu diadakan di luar ruangan dengan tenda yang dihias untuk tempat makan selebihnya tempat itu beratapkan bintang di langit. Dari kejauhan, angin berputar di atas awan terlihat mendekat, mereka sudah mulai waspada untuk pindah tempat jika cuaca hari ini tidak memungkinkan untuk mengadakan pesta di luar ruangan. Angin yang berputar itu semakin dekat dan sosok seorang wanita dengan gaun putih dan ungu terlihat. Rambut ungunya yang tertiup angin membuat wanita ini sangat cantik.“Rafael!” teriak wanita ini melompat dan memeluk Rafael dengan manja.“Hentikan, Alma!” Rafael melepaskan pelukan Alma.W
Mereka semua dipersilahkan untuk makan malam di meja yang sama, sebuah meja besar cukup untuk semua tamu undangan. Permaisuri Sawatari terus saja melihat ke arah Permaisuri Erina hingga akhirnya dia tidak lagi bisa diam."Maaf, acara ini seharusnya khusus untuk keluarga kenapa Anda ada di sini?" tanya Permaisuri Sawatari dengan nada bicara yang jelas tidak suka akan adanya dirinya."Saya diundang oleh Raja Yuichi," jawab Permaisuri Erina dengan senyuman manis menghiasi bibirnya.Tatapan tidak suka mendengar nama pria yang berada di samping dirinya lah yang mengundang wanita ini membuat Permaisuri Sawatari menoleh ke arah pria itu."Yang Mulia, bisa jelaskan?" tuntut Permaisuri Sawatari."Ehm," deham Raja Yuichi sebelum mulai menjawab. Dia melirik ke arah Rafael dan adik angkatnya itu justru berpura-pura tidak melihatnya. Dia pun menghela napas panjang kemudian beberapa kali mengatur napasnya hingga tenang."Dia Permaisuri Erina Shafira dan Jenderal Archilles Rhodizite dari Kerajaan Sil
"Apa kau masih marah?" Raja Yuichi memperhatikan raut wajah istrinya yang masih belum juga memberikan senyuman padanya pagi ini."Menurutmu?" jawab ketus Permaisuri Sawatari."Aku tidak ada pilihan lain saat itu," ucap Raja Yuichi. Dia menarik sarung tangan di tangan kanannya, terlihat tangan itu menghitam."Kenapa dengan tanganmu?" Permaisuri Sawatari langsung saja mendekat dan memperhatikan tangan suaminya."Inilah yang terjadi saat aku menyentuh Yuan. Entah apa yang terjadi pada Yuan. Aku tidak bisa menyentuhnya," jawab Raja Yuichi."Kau penyembuh, apa tidak bisa disembuhkan?" tanya Permaisuri Sawatari, kemarahannya telah menguap dan berganti dengan kecemasan."Kenapa menyembunyikannya selama ini?" Raja Yuichi tersenyum, ternyata, meski sangat marah, istrinya masih sangat peduli padanya."Aku tidak ingin kau cemas. Archilles tidak mendapatkan kerusakan saat menyentuh Yuan, itu artinya hanya terjadi padaku, karena kristal kami berlawanan. Saat
Rosaline termenung, dia memikirkan apa yang tadi dikatakan Permaisuri Sawatari. Bagaimana kalau itu benar? Atau hanya ungkapan keinginan dari Permaisuri Sawatari sendiri yang menginginkan dirinya. Dia masih terdiam saat Pangeran Yuasa melihatnya. Pemuda tampan yang melihat gadis berambut merah ini diam kemudian menghampirinya. Dia menggoyangkan tangannya tepat di depan wajah Rosaline dan gadis itu bergeming.Rasa penasaran kenapa gadis yang biasanya ceria menjadi pendiam seakan beku Pangeran Yuasa mendekatkan wajahnya, menempelkan dahinya untuk mengecek suhu badan gadis berambut merah itu.Rosaline tersadar dan tepat di depan matanya sepasang mata biru dengan bulu mata lentik sangat dekat dengannya."Pa …," Respon Rosaline sangat lambat hingga Pangeran Yuasa berkedip dua kali."Apa yang Pangeran lakukan!" teriak Rosaline mendorong Pangeran Yuasa tiba-tiba. Wajahnya memerah seperti udang rebus yang baru saja matang.“Apa dia tadi mau menciumku,” pikir Rosaline yang kali ini menjadi gu
Rosaline memperhatikan Pangeran Yuasa dan Raja Yuichi yang sedang berlatih. Pangeran Yuasa dilatih untuk mengendalikan dan menggunakan kekuatan Aurum Sang Naga Emas. Rasa kantuk tiba-tiba menyerang dan Rosaline tertidur dengan bersandar pada kursi panjang tempatnya duduk saat ini. Suara langkah kaki kuda yang menarik kereta kuda terdengar. Riuh Kota Red Ruby dengan segala aktivitasnya. "Kenapa aku di sini?" gumam Rosaline. Seorang gadis kecil dengan rambut merah diikat dua melewati Rosaline. "Tunggu! Bukankah itu aku!?" Rosaline mengikuti gadis kecil itu. Gadis kecil yang berlari mengejar topinya yang tertiup angin hingga sampai di sebuah perumahan sepi dan bertabrakan dengan seorang anak kecil. "Aku ingat anak itu!" seru Rosaline melihat anak kecil berambut matahari yang ditabrak Rosaline kecil. "Ini ingatanku di masa lalu." "Maaf, bisa kau kembalikan topiku?" Rosaline kecil meminta topi yang ada tangan anak kecil itu. Dia langsung mengembalikannya. "Kenalkan namaku …," Ang
Sejak hari itu Pangeran Yuasa merasa penasaran dengan pemuda berambut keemasan yang sempat diceritakan Rosaline. Pangeran Yuasa tidak pernah merasa bertemu Rosaline saat itu. Dia memang pernah bertemu tapi tidak pernah mengalami kejadian seperti yang diceritakan Rosaline. “Apa aku lupa?” Pangeran Yuasa memandang langit-langit kamarnya berusaha mengingat ingatan yang tidak dia temukan. “Aurum, apa kau ingat?” tanya Pangeran Yuasa. Naga itu mendengus dan menguap lalu menjawab dengan malas, “Sebelum segel dilepas aku bahkan tidak bisa melihat apapun ataupun mendengar tentunya aku tidak pernah tahu kenanganmu di masa lalu.” “Jadi siapa dia? Pemuda yang disukai Rosaline,” balas Pangeran Yuasa. Dia benar-benar ingin menjadi pemuda itu, orang yang disukai Rosaline. “Kenapa tidak kau tanyakan ke pengawalmu waktu itu, atau orang yang bersamamu waktu itu,” usul sang naga. “Kau benar!” seru Pangeran Yuasa yang langsung bangkit dari tidurnya dan keluar istana putri dan pangeran untuk menca
Semua barang-barang keperluan Pangeran Yuasa sudah dinaikkan ke kereta kuda. Rosaline membantu Pangeran Yuasa bersiap.“Pangeran, di sana nanti, Anda harus bisa mengerjakan semuanya sendiri, ingat tidak ada pelayan.” pesan Rosaline yang sedang menyisir rambut panjang Pangeran Yuasa lalu mengikatnya.“Iya,” jawab singkat Pangeran Yuasa. Dia memperhatikan Rosaline dari cermin di depannya. “Kau juga ikut, kan,” lanjut Pangeran Yuasa.“Ya, tapi Yang Mulia memintaku untuk belajar menjadi pengawal elite, jadi saya tidak bisa terus bersama Pangeran karena ada kelas juga.” Rosaline meletakkan sisirnya dan tersenyum puas melihat hasil dari ikatan rambutnya yang sempurna. “Apa paman sudah datang?” tanya Pangeran Yuasa menoleh ke arah Rosaline.“Tuan Rafael menunggu di hutan Onyx,” jawab Rosaline. Mereka turun ke lantai bawah dan disambut oleh Raja Yuichi dan Permaisuri Sawatari.“Kau sudah siap, Sayang?” Peluk Permaisuri Sawatari. Dia membelai lembut punggung putranya untuk yang terakhir kali