Terima kasih sudah membaca, dukung terus penulis dengan meninggalkan jejak berupa komentar yang sopan dan membangun atau gems. Love you All readers
Sejak hari itu Pangeran Yuasa merasa penasaran dengan pemuda berambut keemasan yang sempat diceritakan Rosaline. Pangeran Yuasa tidak pernah merasa bertemu Rosaline saat itu. Dia memang pernah bertemu tapi tidak pernah mengalami kejadian seperti yang diceritakan Rosaline. “Apa aku lupa?” Pangeran Yuasa memandang langit-langit kamarnya berusaha mengingat ingatan yang tidak dia temukan. “Aurum, apa kau ingat?” tanya Pangeran Yuasa. Naga itu mendengus dan menguap lalu menjawab dengan malas, “Sebelum segel dilepas aku bahkan tidak bisa melihat apapun ataupun mendengar tentunya aku tidak pernah tahu kenanganmu di masa lalu.” “Jadi siapa dia? Pemuda yang disukai Rosaline,” balas Pangeran Yuasa. Dia benar-benar ingin menjadi pemuda itu, orang yang disukai Rosaline. “Kenapa tidak kau tanyakan ke pengawalmu waktu itu, atau orang yang bersamamu waktu itu,” usul sang naga. “Kau benar!” seru Pangeran Yuasa yang langsung bangkit dari tidurnya dan keluar istana putri dan pangeran untuk menca
Semua barang-barang keperluan Pangeran Yuasa sudah dinaikkan ke kereta kuda. Rosaline membantu Pangeran Yuasa bersiap.“Pangeran, di sana nanti, Anda harus bisa mengerjakan semuanya sendiri, ingat tidak ada pelayan.” pesan Rosaline yang sedang menyisir rambut panjang Pangeran Yuasa lalu mengikatnya.“Iya,” jawab singkat Pangeran Yuasa. Dia memperhatikan Rosaline dari cermin di depannya. “Kau juga ikut, kan,” lanjut Pangeran Yuasa.“Ya, tapi Yang Mulia memintaku untuk belajar menjadi pengawal elite, jadi saya tidak bisa terus bersama Pangeran karena ada kelas juga.” Rosaline meletakkan sisirnya dan tersenyum puas melihat hasil dari ikatan rambutnya yang sempurna. “Apa paman sudah datang?” tanya Pangeran Yuasa menoleh ke arah Rosaline.“Tuan Rafael menunggu di hutan Onyx,” jawab Rosaline. Mereka turun ke lantai bawah dan disambut oleh Raja Yuichi dan Permaisuri Sawatari.“Kau sudah siap, Sayang?” Peluk Permaisuri Sawatari. Dia membelai lembut punggung putranya untuk yang terakhir kali
Rosaline belum juga bisa memejamkan mata, dia terus saja khawatir dengan pangeran Yuasa. Bagaimana bisa dia berpisah di tempat asing dan membiarkan sang pangeran sendirian tanpa satupun pengawalan.“Tenang, Tuan Rafael bilang akademi aman,” gumam Rosaline menarik napas dan menghembuskannya beberapa kali.“Tapi,” bantahnya sendiri. Bagaimana bisa tenang jika ada makhluk aneh yang juga ada di sekitar akademi.Merasa tidak tenang, Rosaline mengetuk pintu kamar Pangeran Yuasa dan Rafael.“Ada apa?” Rafael yang membuka pintu dan bertanya.“Apa akademi benar-benar aman?” tanya Rosaline ingin memastikan dan menenangkan hatinya.“Aman, makhluk dunia bawah tidak akan bisa masuk. Akan tetapi itu tidak berlaku jika mereka mengendalikan manusia atau bangsa kristal lalu masuk dan membuat masalah di akademi. Makhluk dunia bawah pandai melakukan itu,” terang Rafael yang justru membuat Rosaline tidak tenang.Rafael mengajak Rosaline ke luar, mereka berada di balkon pengi
Simon bersiap di tempatnya, dia yakin kali ini timnya tidak akan tersingkir seperti waktu itu.“Mengetahui siapa saja rekan dalam tim itu penting dan juga jangan pernah merendahkannya.” Suara yang terdengar di sebelah Simon hingga dia menoleh ke sumber suara.“Kau!” Simon melihat tatapan mata tidak bersahabat dari pemuda bertubuh kecil yang merupakan salah satu dari bangsa dwarf. Dia adalah anggota timnya yang dulu, orang yang disebut sebagai penyebab kegagalan tim.“Aku juga telah belajar selama setahun ini,” lanjut pemuda itu menghentakkan kakinya hingga tanah disekitarnya menjadi melunak dan menenggelamkan kaki-kaki pelari pertama. “Sampai jumpa di garis finish!”“Sial kakiku,” gumam Simon berusaha menarik kakinya sekuat tenaga tapi tidak juga bergerak. Bukan hanya dia, tetapi semua pelari pertama terjebak. Namun, beberapa dari mereka berhasil keluar karena mereka bukanlah manusia biasa.Hanya tinggal tiga orang yang belum beranjak dari tempatnya sementara pel
Ada seratus tim yang lolos, artinya ada empat ratus pangeran yang lolos seleksi pertama. Namun, tidak semua pangeran atau bangsawan yang maju ke babak berikutnya karena menderita luka. Roran beruntung satu tim dengan Pangeran Yuasa sehingga dia bisa disembuhkan."Aku lihat dulu peraturannya." Carl ke depan dan ikut berdesakan di papan pengumuman untuk membaca aturan ujian kedua yaitu memanah. Pemuda tinggi itu kembali ke tempat tim mereka dan duduk bersama yang lain."Ada poin pada setiap sasaran target. Lingkaran tengah seratus poin, kemudian lingkaran luarnya delapan puluh hingga yang terakhir dua puluh," terang Carl menunjuk pada papan target memanah mereka."Ada aturan lain?" tanya Pangeran Yuasa."Satu tim dinyatakan lulus jika mengumpulkan seratus poin dan hanya delapan puluh tim yang akan maju ke babak berikutnya," balas Carl menatap ke tiga rekannya dalam satu tim."Apa kalian bisa memanah?" tanya Carl. Dia sejak awal menenteng busur dan sudah pasti
"Aku ingin bertemu denganmu!"Suara wanita itu bergema dan badai salju tiba-tiba menyapu pandangan Pangeran Yuasa.Seketika Pangeran Yuasa terbangun dengan keringat bercucuran."Yuasa, kau baik-baik saja? Akan kupanggilkan tenaga medis." Carl segera keluar dari ruangan dan mencari tim medis untuk memeriksa Pangeran Yuasa. Melihat Carl keluar ruangan Roran dan Simon menghampiri kemudian menanyakan kondisi Pangeran Yuasa.Tim medis memeriksa kondisi Pangeran Yuasa dan mengatakan dia baik-baik saja. Meskipun begitu panitia tetap mengawasi Pangeran Yuasa karena kejadian tadi bukanlah kejadian yang sering terjadi. Pegasus bukanlah makhluk yang akan membiarkan dirinya ditunggangi dengan mudah tapi saat itu terkesan makhluk itu sengaja melakukannya.“Bisa berikan Id pesertanya,” pinta tim medis yang didampingi panitia ujian. Pangeran Yuasa mengulurkan kartu identitasnya sebagai peserta ujian.“Ryuichi Yuasa, Kerajaan Cahaya,” gumam panitia yang melihat nama Pan
Lagi-lagi ketiga orang itu terpana. Mereka sengaja menunggu Pangeran Yuasa di depan gerbang dan masuk ke akademi bersama untuk menyelesaikan ujian fisik terakhir, penggunaan senjata."Kalian lihat apa?" Mata Pangeran Yuasa menyipit memandangi teman satu timnya yang terus melihat Rosaline meskipun hari ini dia mengenakan baju sangat tertutup."Tidak, ayo masuk!" seru Carl menarik Pangeran Yuasa sambil melambaikan tangan ke arah Rosaline."Hei, darimana dapat gadis seperti itu?" bisik Carl di telinga Pangeran Yuasa."Apa maksudmu," balas Pangeran Yuasa. Dia tidak suka dengan obrolan mengenai Rosaline."Dia itu idaman para laki-laki. Wajah cantik dan imut, body aduhai, sempurna." Simon terlihat memerah wajahnya, entah apa yang s
Rafael gemas melihat Pangeran Yuasa masuk lagi ke rumah sakit. Dia melihat keponakannya duduk sambil memeluk kedua kakinya dan menenggelamkan kepalanya di sana.“Kau ini kapan tidak masuk rumah sakit, baru kemarin dari sini sekarang masuk lagi. Tidak di istana tidak di sini kenapa kau selalu pingsan,” gerutu Rafael yang kesal dan menjatuhkan bokongnya di kursi yang ada. Dia melipat tangannya dengan wajah kesal dan terus saja menggerutu melihat kelakuan keponakannya yang satu ini“Paman kira aku mau begini?” balas Pangeran Yuasa yang masih dengan posisi yang sama.“Yuasa, apa lagi sekarang? Bagaimana aku bisa tenang meninggalkanmu di sini kalau baru dua hari saja kau dua kali masuk rumah sakit,” balas Rafael.“Bukankah sudah jelas, aku gagal jadi besok pulang,” sahut Pangeran Yuasa berpindah posisi dan menarik selimut kemudian bergelung di dalamnya.“Lalu kamu mau tidur di rumah sakit? Ayo pulang!” ajak Rafael menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Pangeran Y