Pangeran Yuasa sudah berganti dengan baju latihan, bukan hanya dia sendiri tetapi Rosaline dan juga Adrian ikut menuju tempat latihan."Latihan apa?" tanya Adrian yang ikut penasaran karena latihan yang akan dilakukan Pangeran Yuasa sangat mendadak."Aku juga tidak tahu," jawab Pangeran Yuasa. Dia melihat Rafael turun mengenakan pakaian yang berbeda dengan tadi, di belakangnya ada Light dan juga Yui."Kemarilah, Yuasa." Rafael menggunakan tangannya sebagai isyarat untuk memanggil."Apa yang akan kita lakukan?" tanya Pangeran Yuasa."Panggil Aurum," perintah Rafael."Bagaimana caranya?" tanya Pangeran Yuasa karena dia hanya bisa berbincang dalam benak bukan memanggil dengan cara lain.Rafael berdiri di belakang Pangeran Yuasa, dia meletakkan tangannya di kedua bahu keponakannya."Fokus, dan panggil Aurum," perintah Rafael kembali.Pangeran Yuasa menutup matanya."Aurum!" panggil Pangeran Yuasa.
Rafael selesai membaca surat dari Alma. Kecurigaannya dengan gadis berambut ungu itu ternyata sama. Dia mencurigai dunia bawah ikut terlibat dalam penculikan Pangeran Yuasa."Rupanya ada pergerakan di Kota Onyx," gumam Rafael. Dia menyiapkan jubahnya dan pergi setelah pamit dengan yang lain. Mereka kembali ke istana termasuk si kembar. Rafael belum tahu sampai kapan dia akan berada di dunia bawah, yang jelas sampai urusannya beres. "Ayo Fury!" seru Rafael dan naga hitam itu melesat ke arah Rafael kemudian dia menaikinya. Tepat di tengah Hutan Onyx sebuah gerbang dengan pintu besar berdiri dengan megah. Rafael bersama dengan Fury berada di depan pintu itu."Sudah lama tidak ke dunia bawah, ayo, Fury," ajak Rafael menyentuh pintu besar yang ada di depannya kemudian pintu itu terbuka. Sebuah portal terbuka di depan Rafael, dia menaiki Fury kemudian masuk ke dalamnya. Portal itu menuju ke dunia bawah dan mereka keluar di sebuah bangunan kuno kediaman keluarga Blackdrag
Rafael menaiki Fury, dia kembali ke kediaman Blackdragon. Seorang pelayan menyapanya, tetapi Rafael bergeming. Pikirannya penuh dengan rasa bersalah. Dia kemudian duduk di salah satu bangku di taman yang tidak lagi hijau. Kontaminasi sudah meluas, tidak ada lagi tanaman berwarna hijau di dunia ini.“Selena,” gumam Rafael. Bayangan tentang seorang wanita cantik dan ceria tergambar dalam ingatannya. Selena, dia teman wanita Rafael dan Xavier. Mereka bertiga berteman hingga Xavier dan Selena jatuh cinta, keduanya kemudian menikah. Rafael yang saat itu mendapatkan tugas sebagai penjaga dengan terpaksa meninggalkan kedua temannya dan pergi ke perbatasan. Sesekali Rafael mengunjungi Xavier dan Selena di dunia bawah.“Mau sampai kapan sendiri?” tanya Selena dengan senyuman manis menghias wajahnya. “Belum ada yang cocok,” jawab Rafael.“Xavier, dia juga tidak sempurna tapi berusaha saling mengerti dan memahami satu sama lain itu juga perlu dalam suatu hubungan. Ku deng
Pangeran Yuasa telah sampai di istana bersama dengan kedua adiknya. Seperti biasanya dua anak kembar ini tidak bisa diam. Mereka berlarian di istana putri dan pangeran."Ya ampun, si kembar," gerutu Pangeran Yuasa.Rosaline hanya tertawa kecil melihat tingkah kedua anak kembar yang memang tidak pernah bisa tenang kecuali tidur."Bukankah bagus, istana jadi ramai," sahut Rosaline."Itu sih bukan ramai, tapi menimbulkan kegaduhan," balas Pangeran Yuasa. Mereka berdua sudah bersiap untuk pergi ke Arena Redlion tempat berlatih Pangeran Yuasa."Apa ini ginseng sisik naga?" tanya Pangeran Yuasa yang meneguk cangkir teh."Benar, Tuan Rafael memberikan banyak sekali ginseng," jawab Rosaline."Banyak? Tapi aku tidak melihat ada satupun ginseng saat kita pergi dari Hutan Onyx." Pangeran Yuasa merasa sangat yakin dia tidak melihatnya.Rosaline mengangkat tangannya dan menunjuk ke gelang yang melingkar di sana."Di sini," balas Rosaline."Gelang peny
Leonidas meminta maaf terlebih dahulu lalu memperbaiki posisi tangan Pangeran Yuasa. "Oh, seperti ini?" ucap Pangeran Yuasa kembali menarik busurnya."Ya, lebih tegak dan lurus, kemudian perhatikan target," jawab Leonidas memposisikan kepala sejajar dengan Pangeran Yuasa yang lebih rendah darinya. "Perhatian dan fokus pada target," lanjut Leonidas. Pangeran Yuasa mengangguk. Anak panah melesat lebih kencang dan menancap di papan target."Wah, berhasil!" sorak girang Pangeran Yuasa yang akhirnya mengenai target."Bagus, istirahatlah dulu," ucap Leonidas karena Pangeran Yuasa belum beristirahat sama sekali."Tunggu aku mengenai target di tengah," jawab Pangeran Yuasa."Tidak, Pangeran! Istirahatlah, tubuh Anda perlu istirahat," balas Leonidas. Dia sudah melihat Pangeran Yuasa lelah."Setelah mencapai target!" Pangeran Yuasa sudah kembali menarik busur seperti yang diajarkan Leonidas.Leonidas baru kali ini menerima murid yang terlalu gigih berusaha. Dia pantang menyerah. Sejak mengena
Rosaline merasakan aura aneh yang keluar dari tubuh Pangeran Yuasa. Bukan hanya Rosaline, Leonidas juga merasakannya."Nona Rosaline apa kau merasakan aura ganjil?" bisik Leonidas di dekat Rosaline supaya tidak terdengar oleh Pangeran Yuasa. Rosaline hanya menjawab dengan anggukan kepala.Anak panah melesat dan langsung mengenai sasaran tepat di tengah-tengah. Leonidas penasaran dengan kemampuan Pangeran Yuasa yang berbeda, dia mendekatinya perlahan."Bagus! Bagaimana kalau kita bertanding?" Leonidas sengaja menantang Pangeran Yuasa.Aurum tersenyum ke arah Leonidas, "Ayo!"Leonidas menarik busurnya dan anak panahnya melesat membelah anak panah yang tadi dilesatkan Pangeran Yuasa. Tepat sasaran dan terbagi dua.Pangeran Yuasa menyeringai, dia menarik busurnya dan melesatkan anak panah membelah anak panah Leonidas."Luar biasa," gumam Leonidas. Bukan hanya memuji kecepatan anak panahnya tapi juga kecepatan dia menjadi mahir dalam waktu yang sangat singkat.
Orang-orang berjubah hitam membawa Pangeran Yuasa ke tengah hutan. Ada sebuah bangunan seperti kuil kuno di tempat itu."Tuan, kami berhasil membawanya!" lapor ketua dari orang-orang berjubah hitam itu.Seorang pria dengan rambut hitam panjang masuk dan melihat Pangeran Yuasa yang masih tidak sadarkan diri dan menyeringai."Bagus," ucapnya memuji hasil kerja anak buahnya."Letakkan di sana," perintahnya menunjuk sebuah altar seperti tempat persembahan di mana ada sebuah batu besar tempat meletakkan persembahan yang akan diberikan tapi kini Pangeran Yuasalah yang menjadi persembahan.Pria itu mendekat dan mengangkat kedua tangannya. Lingkaran sihir terbentuk di bawah Pangeran Yuasa berbaring. Lingkaran hitam dengan rune yang berputar kemudian darah Pangeran Yuasa seperti terambil dengan sendirinya keluar dari tubuhnya dan berkumpul di satu titik."Darah yang bagus," gumam pria itu mengagumi aliran merah yang berkilau.Proses pengambilan darah belum selesai saat seorang pria dengan langk
"Pangeran!" teriak Rosaline.dan dia merasakan sakit pada perutnya. Luka itu berdenyut dan terasa sakit, tapi lebih sakit lagi saat dia tahu tidak bisa melindungi Pangeran Yuasa."Rosaline, kau sudah sadar." Adrian memperhatikan Rosaline yang terlihat menangis. "Aku panggilkan tabib, tunggu ya," lanjut Adrian yang salah paham dengan air mata Rosaline. Dia menangis bukan karena lukanya."Tidak perlu, Adrian!" seru Rosaline menghentikan langkah Adrian. Rosaline berada di ruang rawat Arena Redlion. Entah siapa yang membawanya, disinilah dia berada saat ini."Bagaimana yang lain?" tanya Rosaline."Mereka masih hidup," jawab Adrian."Pangeran?" Rosaline berharap mendengar berita yang bagus dari Adrian tapi pria itu justru hanya menggelengkan kepalanya."Kami tidak menemukan pangeran," jawab Adrian.Rosaline menekan bagian perutnya yang terluka, dia turun dari tempatnya dirawat."Mau ke mana?" Cegah Adrian menarik tangan Rosaline lalu mendudukkannya kem