“Perkenalkan namaku Ren Rhodizite,” ucap Ren saat Pangeran Yuasa bertanya tentang dirinya. Mendengar nama Rhodizite yang sama dengan Archilles Rhodizite cukup untuk menjelaskan dia adalah anak dari Jenderal Archilles. Terlihat pula kemiripan wajah mereka hanya saja rambut pemuda ini berwarna merah seperti Rosaline. Bukan rahasia lagi jika istri dari Jenderal Archilles adalah seorang Red Ruby, wanita perkasa yang bahkan merupakan kapten kapal.“Yuasa, Ryuichi Yuasa,” balas Pangeran Yuasa saat berjabat tangan dengan Ren.“Ryuichi?” Pemuda itu terlihat bingung sesaat lalu terperangah tidak percaya. “Pa … Pangeran Yuasa!" Serunya seakan tidak percaya dia bertemu dengan Pangeran Yuasa.“Karena sekarang kalian sudah kenal, ini akan lebih mudah.” Jenderal Archilles memberikan formasi naga petir kepada Pangeran Yuasa, Pangeran Light dan juga Ren.“Tunggu, posisi ini apa tidak sebaiknya diubah saja?” tanya Pangeran Yuasa, dia tidak merasa yakin menjadi tumpuan serangan dengan kemampuan diriny
Aurum mendarat tepat di puncak Pegunungan Jade. Tujuan mereka kali ini mengumpulkan ketiga orang elemen petir.“Rosaline apa kau ingat waktu itu kita ketemu kakek itu di mana?" Pangeran Yuasa memindai reruntuhan yang ada di sekitarnya, dia tidak ingat di mana terakhir kali mereka bertemu naga petir.“Sepertinya di sekitar sini,” jawab Rosaline mengingat-ingat kembali sambil berjalan perlahan.Pangeran Yuasa melihat ke arah Rosaline yang masih mencari-cari keberadaan kakek yang kemarin mereka temui. Terlintas pikirannya untuk sedikit menjahili gadis berambut merah ini.“Rosaline, coba lihat ke sana!” seru Pangeran Yuasa yang sedikit menekuk lututnya hingga sejajar dengan wajah Rosaline.“Di mana?” tanya Rosaline saat menoleh hingga tanpa sengaja bibirnya menempel di pipi Pangeran Yuasa, “Maaf!” seru Rosaline mundur beberapa langkah dan meminta maaf berkali-kali sementara Pangeran Yuasa justru tersenyum jahil.“Tidak apa-apa, itu kan tidak sengaja,” balas Pangeran Yuasa yang me
Suasana mulai sepi saat para naga kembali ke tempat mereka masing-masing. Menyisakan tiga orang yang sama sekali tidak berubah menjadi naga seperti yang lainnya. “Kakek, apakah mereka teman-teman Kakek?” Pangeran Yuasa menyapa keduanya dengan baik dan mempersilakan mereka duduk bersama di ruang tamu bangunan utama yang ada.“Kami bertiga memiliki elemen petir, seperti yang kau lihat, Yang Mulia, kami bukanlah naga,” jawab pria tua yang mengaku sebagai Kakek naga petir.“Apa yang terjadi?” Pangeran Yuasa penasaran dengan ketiganya yang masih hidup sekian ratus tahun dari tragedi tersebut.“Naga anak pembawa petaka sangat kuat. Dia membunuh nagaku saat itu. Rasanya aku ingin membalasnya, tetapi semua itu akan menjadi sia-sia. Nagaku melindungiku dengan mengorbankan jiwanya. Meskipun jiwanya masih tetap ada bersamaku tetapi dia sudah tidak lagi memiliki raga. Saat itu aku salah satu dari ketujuh orang yang membuat formasi naga petir. Teman-temanku jauh lebih kuat dariku, dengan pe
Tiga hari berselang, hanya ada dua pemuda saja yang mampu menetaskan naga. Keduanya berjanji membantu peperangan melawan Raja Kegelapan. Pintu gerbang dimensi ke dunia bawah terbuka lebar, pasukan yang sudah dikumpulkan para jenderal masuk dan membentuk formasi. Pangeran Yuasa langsung masuk bersama dengan Aurum. “Mereka mayat hidup!” seru Rosaline melihat pasukan musuh yang tidak seperti makhluk hidup biasa. Makhluk yang masih bisa berdiri dan bertarung meskipun tangan dan kaki atau kepalanya tidak berada di tempat yang seharusnya.“Sepertinya makhluk terkutuk itu membangkitkan mereka, kita cari kakek petir dan juga Jenderal Archilles.” Aurum kembali terbang mengudara sambil menghindari anak panah yang mengarah padanya. “Di sebelah sana!” Pangeran Yuasa masih mengingat dengan jelas makhluk yang pernah menjeratnya, Raja Kegelapan. Makhluk itu sedang menyerang dua anak kembar yang kini kelelahan dan tidak berdaya.“Yui! Yuan!” teriak Pangeran Yuasa melemparkan serangan pada m
Mereka mengira Raja Kegelapan akan menyerang formasi ketujuh orang elemen petir. Siapa sangka serangannya justru mengarah ke si kembar. Yui yang berada di depan Yuan tidak siap dengan serangan itu.“Yui!” teriak Pangeran Yuasa bersamaan dengan Raja Yuichi. Pedang Raja Kegelapan menemukan sasaran empuk. Tubuh Rafael menjadi tameng untuk melindungi Yui.“Paman!” teriak Yui saat cairan kental berwarna merah segar mulai mengalir deras dari luka yang ditimbulkan. “Kau juga!” teriak Rafael yang tetap menahan pedang Raja Kegelapan di tubuhnya dan mengayunkan pedang besarnya. Sayangnya luka Raja Kegelapan pulih dengan cepat karena darah Pangeran Yuasa di tubuhnya meregenerasi sel dengan sangat cepat, tidak seperti luka Rafael yang terus mengeluarkan darah.“Paman!” Pangeran Yuasa mendekati Rafael yang sudah jatuh ke tanah, di sampingnya Yui menangis sejadi-jadinya. “Bertahanlah!” Pangeran Yuasa menggunakan kemampuan penyembuhnya untuk membantu menutup luka. Darah yang keluar terlalu
Yuasa terdiam. Perang telah usai saat Raja Kegelapan masuk ke gerbang Abyss. Dia merasa semua berjalan sangat cepat. “Paman?” Pria bermata hitam memandang Pangeran Yuasa dan tersenyum.“Terima kasih, setidaknya lukaku sembuh,” ucap pria itu menepuk bahu Pangeran Yuasa. “Sepertinya aku tidak akan kembali ke dunia atas, Yuan memerlukan bantuanku di sini.”Pandangan Pangeran Yuasa kini beralih ke Pangeran Yuan yang masih berdiri mematung dengan wujud barunya. Wujud yang mirip dengan Natch yang merupakan Raja Kegelapan. Di depan adiknya saat ini berdiri pria yang mirip dengan adiknya, Raja Yuichi. Pria itu mendekati anak laki-laki kembarnya yang terlihat kaku dan takut lalu memeluknya.“Lihat tidak apa-apa, ayah tidak apa-apa, Yuan,” ucap Raja Yuichi dengan lirih. Pangeran Yuasa yang cukup dekat dengan keduanya masih bisa mendengar ucapan itu samar-samar.“Mengharukan sekali,” ucap Rosaline di sebelah Pangeran Yuasa yang terlihat baru saja mengusap air mata yang tidak sengaja menetes k
Rosaline tersenyum, dia berjalan mendekati Pangeran Yuasa. Debaran hati sang pangeran semakin menjadi saat gadis itu menggenggam tangannya.“Pangeran, saya ….”Pangeran Yuasa menunggu lanjutan kalimat Rosaline yang tak kunjung terdengar. Dia justru mendengar dengkuran keras hingga semua itu menghilang.“Aurum! Kau mengganggu mimpiku!” oceh Pangeran Yuasa sembari mendengus kesal.“Kau yang mengganggu tidurku!” balas Aurum melirik ke arah Pangeran Yuasa yang terlihat kesal. “Ini masih malam, kau mau tidur lagi di sini atau pindah ke kamarmu yang hangat.” Aurum memindahkan sayapnya yang menjadi selimut bagi Pangeran Yuasa. Makhluk kecil di hadapannya terlihat begitu rapuh jika tidak dilindungi, Aurum begitu menyayanginya dan tidak ingin pangeran ini sakit atau terluka.“Kenapa aku di sini?” Pangeran Yuasa menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan mengingat kembali kenapa dia bisa berada di tempat para naga beristirahat. Ruangan ini mirip seperti goa besar dan para naga tidur di
Kota Red Ruby terlihat sama meskipun Rosaline sudah lebih dari tiga tahun meninggalkan kota ini. Jalanan dan bangunan yang ada di kota itu tidak terlihat berbeda sedikitpun. Perbedaan yang mendasar hanya perasaan yang telah hilang dari hati gadis ini.Sudah tiga hari Rosaline menangis di kamarnya, hari ini dia mencoba berjalan-jalan di kota kelahirannya.“Taman ini, dulu aku disini bersama dengan Adrian. Ah, sedang apa Adrian sekarang apa dia sudah menjadi jenderal.” Rosaline berbicara sendiri sambil menatap taman bermain, masih terdapat anak-anak yang bermain di sana dengan riang. Tidak banyak ada anak-anak di Red Ruby, alasannya sudah pasti karena kehidupan Red Ruby yang sulit. Wanita Red Ruby hampir semuanya memiliki suami dari kota ini juga, sangat sedikit yang berpasangan dengan klan lain. Sementara pria Red Ruby menyukai wanita dari klan lain karena bagi mereka wanita Red Ruby terlalu tangguh dan tidak terlihat manis.Pria yang ingin meminang wanita Red Ruby har
Raja Quattro dikejutkan dengan tanaman merambat yang mulai menjalar dan terus tumbuh di bawah kakinya. Tanaman itu mengikuti ke mana sang raja baru melangkah. Seakan tahu sasarannya, tanaman rambat itu mengikat kaki Raja Quattro.“Kau mengendalikan tanaman!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat mulai melilitnya dari bawah. Kakinya telah terikat sempurna hingga lutut. Dia berusaha memotong sulur-sulur yang merambat cepat.“Aku tidak menguasai pengendalian tanaman,” balas Pangeran Yuasa.Pangeran Yuasa juga bingung dengan kondisi angin yang bertiup bersamaan dengan helai dedaunan. Aroma mint lembut terbawa dalam hembusan angin hingga semua pasukan berhenti berlari saat menghirup aromanya.“Jangan berkilah, hentikan tanaman ini!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat itu kini membungkus seluruh kakinya hingga ke pinggang dan masih menjalar. Bukan hanya di bawah kaki Raja Quattro tanaman mulai tumbuh di seluruh bagian. Ada beberapa bunga kecil yang mulai mekar pula.“Ayahanda,” gumam
“Rosaline!” Damian menangkap tubuh Rosaline. Dia menepuk pipi adik perempuannya supaya sadar.Raja Quattro yang melihat barrier tujuh lapis. Rosaline menghilang menyeringai. Senyumannya membuat Damian merasa merinding. Tubuh Rosaline tiba-tiba terasa ringan. Damian yang melihat perubahan itu menyipitkan mata tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tubuh Rosaline yang sedang pingsan tiba-tiba berpindah dari tangan Damian ke tangan Raja Quattro tanpa disadarinya. Angin Raja Quattro yang memindahkannya secepat kilat.Keberadaan Rosaline di tangan Raja Quattro membuat mereka semua bergidik. Raja itu melakukan segala cara demi tercapai tujuannya.“Pangeran! Turun dan serahkan dirimu, atau ....” Raja Quattro memperlihatkan Rosaline yang berada di tangannya dan memberikan isyarat gerakan tangan di depan leher seperti diiris.“Bagaimana Yuasa?” Aurum yang bersatu dengan Pangeran Yuasa tidak bisa tinggal diam. Baginya Rosaline merupakan orang yang berharga, setidaknya dia menganggap gadis itu
Adrian merasa ada yang janggal. Saat mereka meninggalkan Istana Mawar, permaisuri menyambut mereka. Namun, saat ini meskipun keributan sangat besar terjadi tidak ada tanda-tanda keberadaan permaisuri.“Tunggu.” Adrian menghentikan Pangeran Yuan yang akan membuka pintu ke kamar Raja Yuichi.“Ada apa?”Kedua anak kembar itu saling berpandangan kemudian melihat ke arah Adrian.“Kalian tunggu sebentar,” ucap Adrian meminta kedua anak kembar ini menunggu dan dia menyelinap masuk diam-diam.Tak lama berselang, Aurum bersama dengan Pangeran Yuasa masuk ke dalam.“Sedang apa?” tanya Aurum yang melihat dua anak sedang berdiri di depan pintu. Dia mencari tempat untuk meletakkan Pangeran Yuasa yang sedang tidak sadarkan diri. Setelah memindai ruangan dengan teliti dia menemukan ada kursi panjang dan akhirnya merebahkan Pangeran Yuasa di sana.“Apa yang terjadi dengan Kakak?” tanya Pangeran Yuan.“Kehabisan energi, sudah hal biasa,” jawab Aurum.Rosaline menanyakan keberadaan Adrian kepada Putri
Pangeran Yuasa berjalan menuju ke bangunan utama Istana Mawar. Mereka yang berada di depan sang pangeran menyingkir tanpa perintah. Semua orang seakan mendapatkan tekanan yang begitu berat dan tidak bisa beranjak dari tempatnya kecuali mereka yang menghalangi jalan seakan kakinya bergerak sendiri untuk memberi jalan sang pangeran. “Apa ini?!” batin Raja Quattro. Dia tidak bisa bergerak bahkan menunduk saat Pangeran Yuasa lewat di depannya. “Kau ingin tahu kekuatan apakah ini? Ini adalah kekuatan untuk mengendalikan, aku memang lemah tapi dengan kekuatan ini kau pun akan bertekuk lutut,” bisik Pangeran Yuasa di depan Raja Quattro. “Salam kepada Yang Mulia,” ucap Raja Quattro, ucapan yang seharusnya tidak pernah keluar dari mulutnya. Dia berlutut di depan Pangeran Yuasa. Semua pengikut sang raja pun mengikuti apa yang dilakukannya. “Sial, bagaimana bisa tubuhku dipaksa seperti ini!” batin Raja Quattro mengumpat dalam hati, mengutuk sang pangeran atas perlakuannya merendahkan dirinya.
Aurum menerjang prajurit yang menghalanginya. Dia tidak peduli dengan mereka yang menghalangi dan berlari ke arah Pangeran Yuasa.“Yuasa!”Raja Quattro yang melihat Aurum mendekat mengangkat tangannya. Dia mengucapkan sesuatu dan angin besar menerbangkan Aurum, naga yang begitu besar seakan tidak memiliki berat. Aurum terhempas dan menimpa beberapa prajurit.“Dasar pengganggu.” Raja Quattro membuat pembatas, pembatas yang membuat gentar siapa pun yang ada di sana. Mereka berdua berada di tengah-tengah pusaran angin.“Siapa yang akan menolongmu sekarang, Pangeran? Kau bukan apa-apa tanpa teman-temanmu. Kau pikir aku tidak tahu, kau lemah, sangat lemah, hanya karena kau terlahir sebagai anak raja maka semua ini bisa kau miliki. Sungguh membuat iri. Aku yang berusaha sekuat tenaga, berjuang dari bawah hanya bisa menduduki posisi jenderal. Sementara kau akan menjadi raja? Enak saja. Aku juga bisa melakukan pemurnian, ternyata itu bukan kekuatan spesial.” Raja Quattro menyeringai. Dia mena
“Cepat, kita harus menolong ayah!” seru Pangeran Yuasa.Yuan terbang lebih dulu, dia dapat merasakan kekuatan kristal hitam yang begitu besar.“Aneh, kenapa kristal hitam sangat terasa di sini, ini akan sangat buruk untuk ayah dan kakak,” batin Pangeran Yuan. Dia mendekati Yui dan membicarakan tentang firasatnya.“Istana Mawar ada di depan.” Pangeran Yuasa memberikan komandonya.Putri Yui memperlambat terbangnya saat merasakan sesuatu yang tidak biasa.“Ada apa?” tanya Pangeran Yuasa saat melihat kedua adik kembarnya berhenti dan tidak melanjutkan perjalanan mereka.“Itu!” Mata Pangeran Yuasa terbelalak, pasukan yang berjajar rapi mungkin lebih dari 10.000 prajurit ada di sana. Mereka dipimpin oleh Raja Quattro dan para jenderalnya.“Melawan mereka rasanya seperti menggali kubur sendiri,” gumam Rosaline.Sekuat-kuatnya mereka jika lawannya begitu banyak tetap saja akan sangat sulit.Pangeran Yuasa melihat pergerakan pasukan Damian dan yang lain menuju Istana Mawar. Pasukan mereka hany
Pangeran Yuasa terbang bersama dengan kedua adik kembarnya. Mereka mendarat di depan sebuah pintu besar yang terletak di tengah hutan.“Kurasa Aurum tidak akan muat,” ucap Pangeran Yuasa melihat sebuah pintu yang lebih besar dari pintu rumah pada umumnya, tetapi lebih kecil jika dibandingkan dengan gerbang dimensi.Pangeran Yuan tersenyum, “Dia bisa berubah, kan,” sambung Pangeran Yuan.Aurum berubah wujud. Dia terlihat seperti Pangeran Yuasa, yang berbeda hanya warna matanya, tetap keemasan.“Aku pasti muat dengan wujud ini,” ucap Aurum tersenyum simpul.“Rosaline,” panggil Pangeran Yuasa dan gadis itu mengangguk. Dia tahu dirinya diminta memasang barrier.“Tidak perlu,” tolak Pangeran Yuan saat gadis berambut merah itu akan memasangkan barrier padanya.“Tapi, Pangeran bisa terluka,” balas Rosaline.Pemuda dengan wajah yang sama seperti Putri Yui itu tersenyum, “Aku tidak apa-apa. Berikan pada Yui dan yang lainnya.”Rosaline berbalik dan membuat barrier untuk Putri Yui dan juga Aurum
Xavier menghadang mereka yang semuanya berpakaian hitam. Satu lawan sekumpulan orang tak membuat pria bersenjata tombak hitam ini gentar.“Kenapa kalian tidak menyerang saat kami sedang terlelap, sungguh baik hati sekali menunggu hingga kami bangun.” Xavier merasa mereka ternyata masih punya hati nurani.Salah satu dari mereka terlihat terluka oleh luka bakar, Xavier merasa mengenal luka tersebut, luka yang di akibatkan oleh api hitam.“Apa Rafael berjaga tadi malam? Bukankah dia tidur lebih dulu dariku,” batin Xavier.Malam itu mereka berusaha menyerang, menunggu mereka terlelap. Saat kaki mereka melangkah cukup dekat dengan rumah pohon, sebuah barrier tujuh lapis ternyata menyelubungi tempat itu. Barrier itu sangat keras dan dengan usaha yang cukup besar mereka menghancurkan ke tujuh lapis pelindung tersebut.“Tuan Xavier, kami masih segan dengan Anda. Mereka kristal berwarna tidak seharusnya Anda membelanya,” ucap salah satu dari pria berpakaian hitam di depan Xavier.“Kalian belum
Malam semakin larut, Damian menggigil seakan seluruh tubuhnya diselimuti salju.“Kak!” Adrian berusaha membuat barrier untuk membuat udara sekitar Damian lebih hangat, tetapi percuma hal itu tidak berdampak sedikitpun.Seperti para korban yang lain, Damian mulai meracau, mengatakan hal-hal aneh. Bahkan bahasa yang digunakan juga bukan bahasa yang biasa digunakan, dia seperti bersenandung kadang berteriak dan sesaat kemudian menangis.“Kak Damian?!”Adrian berusaha menyadarkan Damian yang seperti orang lain saat tengah malam tiba, dia sangat aneh.“Adrian, tidak ada yang bisa kita lakukan, dia bukan Damian saat ini, kontaminasi di tubuhnya sedang menguasainya, ingatan dari noda-noda kristal yang diserapnya tidak bisa dikendalikan. Percuma, dia akan kembali lagi esok hari, kita hanya bisa menjaganya agar tidak melukai dirinya sendiri.” Menteri Feng Zhui membuat suhu udara sekitar Damian menjadi hangat. Pria berambut merah itu terlihat tidak terlalu menggigil lagi. Adrian membuat barrier