Hai-hai, pembaca setiaku. Maaf tidak update beberapa hari ini. Otor mau kasih info nih, ada hadiah 500 koin buat 1 orang pembaca setia yang memberikan review bintang 5 dan komentar paling menarik untuk novel ini. Ayo siapa yang mau dikasih 500 koin dari otor? Caranya gampang! Hanya tinggalkan komentar semenarik mungkin di kolom komentar dengan review bintang 5 saja!
Songrui kembali mengingatkan tentang sesuatu hal yang berhubungan dengan kantung wewangian milik dari pelayan wanita di kediaman Donghai. “Benar, Adik Haoyun!” tambah murid pertama menyambung kata tentang bagaimana Haoyun mengetahui dengan cepat letak tumbuhan ramuan hanya dengan menghirup aromanya saja meski dalam jarak yang lumayan jauh.“Ha ha ha ... kalian berdua jangan bercanda, apa itu juga termasuk bakat?” “Tentu saja!” “Coba pikirkan, apakah di dunia ini ada seseorang yang bisa melakukannya?”Haoyun menggaruk kepalanya sambil meringis. “Sebenarnya, semenjak kita berpisah dengan ketiga guru hingga sampai saat ini kupikir hidungku bermasalah. Banyak aroma yang aku temui.”Songrui dan murid pertama terdiam menunggu Haoyun melanjutkan perkataannya.Semua orang memiliki aroma tubuh yang berbeda, dan setiap orang yang telah diketahui aromanya tidak akan menghilang dalam ingatan Haoyun. Bahkan sampai sekarang ia bisa mengeta
WUSH!SYUUT!Songrui bergerak cepat seperti kilat melewatkan pedang pusaka di tubuh lawan!GEDEBUK!Semua mata terpaku melihat lawan Songrui tergeletak di lantai.BUKH!Kedua lutut Songrui tak sanggup berdiri.Ia bertekuk sambil menopang tubuhnya dengan pedang pusaka.Kemenangan menjadi milik Songrui.Lawan yang dihadapinya tidak meninggal tapi terluka parah.“Adik Xiongrui!”Begitu pertandingan selesai, Haoyun dan kakak pertama bergegas naik ke atas panggung.“Kau baik-baik saja, Adik Xiongrui?”Sayangnya cedera di kaki Songrui membuatnya tak bisa berdiri meski telah memaksakan diri.Kedua murid bahkan harus membopongnya turun dari atas panggung dan membawa ia ke ruang kamar.“Apa kemenangan ini lebih penting dari nyawamu, Adik Xiongrui?!”“Kau pikir nyawamu ada berapa?!”“Kau bertarung seperti orang gila di atas panggung!”Kedua murid yang berdiri di depannya meluapkan kekesalan mereka begitu membaringkan Songrui ke tempat tidur.Namun Songrui hanya tersenyum mendengarkan ocehan mer
“Aku tidak mengerti maksud guru agung.”Songrui menggeleng bingung. Bo Bingwen mengungkit kembali jimat perlindungan yang digunakan Songrui saat pertarungan. dikatakannya bahwa hanya murid dari perguruan Yuancheng yang bisa menguasai ilmu seperti itu. “Siapa kau sebenarnya, pendekar Xiongrui?” Songrui mengelak santai. Dengan beralasan dirinya yang selama ini menjadi pendekar pengelana telah banyak hal yang ia temui. Dan mungkin saja salah satu jurus yang dia gunakan saat pertarungan tadi adalah hasil dari pengelananya. “Kau pikir ajaran dari perguruan Yuancheng bisa semudah itu dikuasai?” Bingwen menaikkan nada bicaranya. Songrui berusaha meyakinkan Bo Bingwen dengan menceritakan semua jurus-jurus khas perguruan yang ada di kerajaan. Untung saja pengetahuannya di masa lalu membantu menyingkirkan kecurigaan Bingwen yang berlebihan. “Ternyata aku yang berpikir berlebihan.” “Pendekar Xiongrui
Layangan pedang Songrui menghentikan tangan Yueling yang hendak mengayunkan cambuk. Semua yang menyaksikan pertarungan menegangkan itu terperangah melihat beberapa bilah pedang pusaka berhenti tepat di depan wajah wanita berhidung mancung. “Lumayan!” tutur Yueling menghilangkan kecanggungan. Songrui tersenyum tipis beriring disimpan kembali pedang pusaka miliknya. “Terima kasih pendekar Yueling sudah mengalah!” Meski kalimat yang dilontarkan Songrui bertujuan agar Yueling tidak diremehkan oleh pengawal istana namun sorot mata wanita itu masih menyimpan kekesalan. “Tentu saja aku harus menepati janjiku. Lagipula aku hanya mengujimu sesuai dengan permintaan Tuan Donghai.” “Oh ia, ada satu hal lagi,” ucap Yueling menyodorkan selembar kertas pesan ke depan Songrui, “ada pesan dari Tuan Donghai untukmu.” Usai berucap, Yueling dan bawahannya pergi dari sana. Sementara kedua murid mengagumi pemberian Donghai, Songrui justru lebih penasaran dengan ap
Usai menguburkan mayat pendekar, mereka kembali ke desa.“Itu mereka!”Baru saja memasuki desa, sekumpulan warga berlarian mendekati Songrui dan lainnya.BUKH!“Para pendekar!”“Tolong bantu kami!”Seorang wanita tua bertekuk lutut di depan Songrui dengan mata berkaca-kaca.“Nek, berdirilah dulu!” Songrui sontak memapah perempuan tua di depannya. Namun usahanya sia-sia, beberapa warga juga melakukan hal yang sama.“Kami telah kehilangan putra-putra kami dalam waktu yang singkat!”Semua warga memohon agar Songrui dan lainnya mencari keberadaan pemuda-pemuda di desa yang telah menghilang tanpa jejak.Bahkan baru-baru ini anak semata wayang dari seorang nenek hilang di dalam rumah.Keadaan ini semakin mengkhawatirkan semua warga sebab kabut hitam bukan hanya beraksi di luar melainkan di dalam rumah.“Semuanya! Tolong berdiri dulu. Kami tentu saja akan berusaha mencari semua pemuda yang hilang dan menemukan pelakunya!”Setelah menenangkan para rakyat, Songrui dan lainnya menemui kepala de
Songrui tersenyum kecil lalu berucap, “kalau begitu, aku juga ingin lihat seperti apa kemampuanmu!”BYUUR!Dengan cepat ia melompat ke dalam air.Merasa semua orang mungkin telah berada di daratan akhirnya Songrui melepaskan diri dari sosok hitam itu.Namun tak menyangka, kabut hitam mengejar Songrui di dalam air.Meski tidak diserang tapi Songrui justru kesulitan berenang sebab kedua pergelangan kakinya telah dicengkeram kabut hitam.Susah payah Songrui melepaskan cengkeraman itu akhirnya ia lolos juga.Namun belum lama ia berenang untuk mencapai permukaan air, sekali lagi kedua kakinya ditarik hingga menyebabkan ia harus kembali ke bawah.Lama bergelut dengan bayangan hitam, Songrui tak bisa bertahan lagi.Oksigen di dalam tubuh mulai menipis!Ia mencoba peruntungannya dengan memunculkan pedang pusaka.Tak menyangka air tak dapat memadamkan kobaran api di pedang pusaka.Dengan cepat Songrui melayangkan pedang pusaka hingga memotong kabut hitam yang mencengkeram kakinya.
Suasana yang tadinya dipenuhi sorak-sorai penonton kini menjadi hening!“A-ada apa dengannya?”Semua orang terperangah melihat adegan di arena pertarungan. Mereka kebingungan dengan apa yang terjadi pada lawan Songrui.Hanya dalam satu kali layangan pedang telah membuat lawan terjatuh ke lantai arena dengan menekuk lututnya.“Sudah berakhir!” ucap Songrui memandang ke bawah.“Kau akan cacat seumur hidup jika memaksakan dirimu!”Peringatan dari Songrui sepertinya dipahami sang lawan saat mengetahui apa yang terjadi pada dirinya.Serangan yang diberikan Songrui memang terlihat biasa-biasa saja, tapi jika hal itu terjadi pada seseorang yang mengandalkan kecepatan maka akan berdampak besar.“BAIK!”“Aku kalah!”Mendengar pengakuan kalah dari lawan, Songrui mengulurkan tangannya.“Aku tidak butuh bantuanmu!” lelaki itu merespon acuh sambil berdiri perlahan tak mau meladeni Songrui.Nyatanya bukan bantuan yang disodorkan Songrui melainkan sebuah benda yang ada di telapak tangannya.“Obat in
Lelaki bertopeng melemparkan sebuah benda yang akhirnya berhasil ditangkap oleh Songrui.“Dengan token ini, kau bisa keluar masuk di pasar gelapku. Dan tentu saja, apa yang kau inginkan bisa kau dapatkan di wilayah kekuasaanku!”Sebuah token yang terbuat dari kayu berwarna hitam berada dalam genggaman Songrui.“Mengenai informasi yang kau inginkan, aku sudah berusaha semampunya untuk mencari tahu.”Masalah hilangnya para pendekar memang ada hubungannya dengan sosok di dalam kabut hitam yang diceritakan Songrui.Namun ada hal besar di balik semua itu. Sosok kabut hitam yang dilihat oleh Songrui berhubungan dengan seseorang di dalam istana.Songrui tertegun mendengar kalimat terakhir!“Apa Tuan punya petunjuk lain tentang seseorang di dalam istana itu?”Pertanyaan Songrui tak dijawab. Lelaki itu bergerak cepat seperti kilat dan berdiri di depan Songrui dengan jarak sangat dekat. Kedua bola matanya memperhatikan wajah Songrui.“Kenapa kau begitu tertarik dengan masalah ini?”“Siapa kau s
“Xiongrui?”“Kali ini trik apalagi yang kau gunakan?”Di tengah keheningan, Songrui menjawab dengan suara lantang.“Aku ingin bernegosiasi denganmu!”“Ha ha ha!”“Cih!” pangeran meludah ke samping dengan wajah remeh, “negosiasi katamu?”“Dengan kemampuan pasukanku kau bahkan tak mampu mengalahkanku, Xiongrui!”Songrui terdiam, memberikan jeda bagi pangeran untuk tersenyum hingga situasi menjadi hening.“Sepertinya ingatan pangeran begitu buruk….”Songrui melanjutkan dengan mengeluarkan pedang penghakiman.“Kalau begitu, anggap saja aku tidak pernah mengatakannya!” lanjutnya santai lalu bersiap mengayunkan pedang.“Baik!” sosor pangeran.Songrui diajaknya mendekat.Di tengah-tengah kerumunan, beberapa prajurit dengan cepat menyediakan tempat duduk lengkap dengan meja yang di atasnya tersedia cangkir dan kendi.Iapun turun dari tunggangan dan dengan berani menerima ajakkan itu.“Aku bisa membantu pangeran kedua belas untuk mendapatkan keinginanmu!”Tawaran Songrui diacuhkan. Pangeran ba
Entah sudah berapa lama ia berdiri di sana—memandang lautan semut hitam di kejauhan, hingga kedatangan murid pertama dan Haoyun mengalihkan pandangannya.“Apa yang kau pikirkan, Xiongrui?”Songrui menarik napas panjang.“Tidak ada, Kak.”Melihat ekspresi Songrui, murid pertama segera menarik lengannya dan menekankan jari di nadi pergelangan tangan.Usai melepaskan pergelangan tangan Songrui, murid pertama berucap, “Xiongrui, kamu mungkin bisa melawan takdirmu, tapi kamu tak bisa melawan apa yang seharusnya ditakdirkan terjadi.”“Dik Xiongrui, aku sudah mendengarnya dari Kakak pertama,” sambung Haoyun memandang dalam, “jangan khawatir, kamu memiliki kami berdua. Ikuti saja apa kata hatimu yang menurutmu benar.”Melihat Haoyun, Songrui teringat akan bayangan burung legendaris.“Kak Haoyun, kalian berdua menyembunyikan sesuatu dariku?”Kedua kakaknya terdiam sejenak.“Setiap manusia dilahirkan ke dunia dengan tugasnya masing-masing. Akupun yakin dengan latar belakang kalian berdua pasti m
Kreeek!Baru saja mendengar Xiongrui berucap, pintu gerbang benteng segera terbuka!“Dik Xiongrui!” seru Haoyun berlari keluar dari pintu gerbang.“Dik Xiongrui, Kakak pertama kau?….” Haoyun menatap ke arah murid pertama, “kenapa bisa begini?”“Jangan pedulikan aku, cepat bawa kami masuk!” sela murid pertama mengalihkan situasi.Begitu masuk ke dalam benteng, Haoyun segera membawa mereka menemui jenderal.Namun di depan ruang peristirahatan, mereka dicegat.Pengawal pribadi jenderal keluar dan meminta Songrui dan kedua kakaknya untuk segera menemui jenderal.Sedangkan yang lain menunggu di luar.Begitu masuk ke dalam ruangan, jenderal yang tadinya terbaring segera dipapah pengawal pribadi, duduk di tempat tidurnya.“Pendekar Xiongrui, lama tidak berjumpa! Syukurlah ... kami punya harapan untuk mempertahankan benteng perbatasan!” ucap jenderal tersenyum penuh semangat.“Jenderal, kakakku adalah seorang tabib, biarkan dia memeriksa keadaanmu dulu,” sambung Songrui melirik ke arah murid p
“Pangeran kedua belas kembali menyerang!”“Syukurlah aku bertemu dengan Tuan pendekar, tolonglah kami Tuan!”Songrui menoleh ke arah para guru, ia tahu bahwa perguruan Yuancheng tidak akan mengambil risiko bergabung dalam masalah kerajaan. Tapi karena hal ini berhubungan dengan pangeran kedua belas Songruipun menjelaskan secara singkat.“Pangeran kedua belas memiliki pasukan tak terkalahkan yang sangat persis dengan pasukan yang dikendalikan oleh jiwa jahat.”Semua guru saling melemparkan pandangan satu sama lain.Meski di awal mereka sempat berbisik merundingkan sesuatu, tapi pada akhirnya mereka setuju untuk membantu.“Karena hal ini telah berhubungan dengan jiwa jahat, maka perguruan Yuancheng lebih tak boleh membiarkannya!”Perjalanan dilanjutkan kembali menuju ke benteng perbatasan.Namun belum lama menempuh perjalanan, sekian banyak orang yang terluka terkulai lemah.Mereka yang terluka meminta agar ditinggalkan karena hanya menambah beban, tapi Songrui tidak setuju akan hal itu.
“Tidak apa-apa, Kak. Sebentar lagi akan pulih.”Sayangnya perkataan Songrui dibantah murid pertama dengan tegas hingga Songrui terbungkam.DEG!Ia kembali mengingat perkataan Bingwen yang tidak selesai.Setiap kata yang terngiang di telinganya membuat perasaan Songrui semakin cemas jika apa yang ia pikirkan ternyata benar.“Kak, apa tidak ada cara lain untuk menyembuhkannya?” tanya Songrui dengan tatapan kosong.“Pedang yang melukaimu telah diolesi racun milik jiwa jahat!”Sorot mata murid pertama menatap dalam mata Songrui sambil memegang pundaknya.“Xiongrui, aku tidak akan membiarkan kau dimanfaatkan oleh jiwa jahat itu!”Perkataan murid pertama membangkitkan harapan Songrui.Sambil menahan sakit ia tersenyum kecil, “apa Kakak sudah punya solusinya?”Murid pertama terdiam sejenak. Perlahan ia bergerak duduk bersila di depan Songrui.“Masalah sudah seperti ini, mau atau tidak aku tetap harus melakukannya!” tutur murid pertama lalu bersiap melakukan ritual.Kedua tangan murid pertama
“Gu-guru! Bu-bukan aku—”“Kau membunuh guru, Wang Songrui!”Sepasang mata yang berkaca-kaca itu teralihkan ketika melihat bayangan wajah orang lain muncul dari belakang kepala sang guru.Bo Bingwen menatap Songrui dengan senyum puas.Tsk!Lagi tubuh sang guru didorong kuat oleh Bo Bingwen hingga menembus tubuh sendiri.Di saat yang sama sosok bayangan hitam menggunakan kesempatan itu keluar dari dalam tubuh guru Liu Yaoshan dan berhasil melarikan diri.“Aku sudah membantumu melakukan apa yang tak sanggup kau lakukan,” ucap Bingwen dengan suara pelan.“Songrui, bagaimanapun kau sama denganku!”“Tanganmu juga telah tercemar! Kau telah melukai tubuh guru!”“Ha ha ha!”Sreet!Pedang penghakiman ditarik kembali.Bedukh!“Guru!” seru Songrui merangkul tubuh sang guru yang baru terjatuh ke tanah.Sayangnya waktu sangat singkat.Tubuh sang guru menghilang bagai debu dalam rangkulan Songrui.Guru!“Guru!”Teriakkan Songrui pecah memanggil-manggil gurunya.Sepasang mata menyedihkan meratap di ud
“Ternyata biksu tua bodoh itu masih belum menyerah!”“Setelah ketiga muridnya yang sama bodoh dengannya gagal melenyapkanku, ia malah memilihmu?!”DEG!Songrui tertegun.Sekilas ia mengingat pertempuran besar yang diperlihatkan ketiga guru padanya.Ternyata saat itu yang dilawan ketiga guru adalah jiwa jahat yang masuk di tubuh fana guru Liu Yaoshan.Tapi apa maksud dari perkataannya?Jiwa jahat melanjutkan pembicaraannya ketika melihat Songrui hanya terdiam.Setelah pertempuran dahsyat itu ia tidak lenyap, melainkan sisa jiwanya berkeliaran mencari sebuah tempat untuk mempertahankan kehidupan kecilnya.Tak menyangka ia tertangkap oleh guru Liu Yaoshan dan berakhir disegel di dalam ruang kesunyian.Setelah sekian lama mencari cara untuk terbebas, ia akhirnya menemukan sebuah jalan.Aura kebencian yang sangat besar di dalam tubuh Bo Bingwen menarik perhatiannya.Hanya dengan memanfaatkan kebencian di hati Bo Bingwen, rencananya baru berhasil.“Kau!” sela Bo Bingwen dengan wajah geram se
Syuut!Entah serangan yang muncul dari arah mana melukai lengan Songrui.“Songrui!”“Terimalah nasibmu!”Syuut!Tsk!Ujung pedang tajam menembus tubuh Songrui dari belakang!“Setelah masuk di dalam sini, kau tidak akan bisa keluar kecuali mati!”Luka tusukkan di tubuhnya mengingatkan kembali perkataan murid pertama.Ia berupaya menggunakan pedang penghakiman.Menebaskan ke dinding pusaran berkali-kali.Namun hal itu justru membuatnya merasakan keanehan pada telapak tangan yang memegang gagang pedang.“Akh!” ia meringis kesakitan setelah menyimpan pedang penghakiman.Kenapa bisa begini?Apa yang terjadi?Songrui terdiam menatap telapak tangannya yang terluka seperti baru saja terbakar.“Tidak ada gunanya, Songrui!”Suara Bingwen terdengar.“Pedang penghakiman, tidak akan berguna bagimu!”Songrui terdiam mendengar perkataan Bingwen.Ia menyadari bahwa hal aneh yang terjadi pasti ada hubungannya dengan Bingwen.Syuut!Sebilah pedang keluar dari dinding pusaran energi dengan cepat.Namun b
Krezzz!Peluh di dahi perlahan membeku!Beriring hawa dingin mengalir keluar dari lengan.Energi api dan es kini berada di telapak tangan Songrui.Secara serentak ia menghantamkannya ke atas.Buuum!Dinding energi penyerapan hancur!Senyuman kecil terukir di bibir.Ia berhasil menghancurkan dinding energi penyerapan.“Tidak mungkin!” tutur Bingwen membulatkan kedua matanya seolah tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.Ekspresi yang sama juga dialami oleh para guru saat menyaksikan tindakan Songrui.“Kekuatan seperti ini….”“Hanya seorang dewa yang bisa memilikinya!” tutur guru Yan memandang takjub.Sosok Songrui yang memunggungi para guru memancarkan dua energi berlawanan dari tubuhnya.Dalam keheningan Songrui tersenyum puas melihat ke arah Bingwen yang terpaku menatapnya.Jika bukan karena terdesak akan situasi ia tidak dapat memahami kemampuan diri sendiri.Penderitaannya di masa lalu untuk mendapatkan kembali kehidupan tidaklah sia-sia.“Bo Bingwen, apa kau mengakui semua d